April 06, 2022
Home »
kehidupan lain
» kehidupan lain
kehidupan lain
April 06, 2022
kehidupan lain
berdasar terjemahan oleh E. A. Speiser, dengan tambahan dari A. K. Grayson, Buku-buku
Timur Kuno yang Berhubungan Dengan Perjanjian Lama, edisi ketiga, diedit oleh James
Pritchard
.
kisah tentang penciptaan Mesopotamia terdiri dari tujuh keping, Diberi judul sesuai dengan kata-kata
pertama di dalamnya. Diceritakan pada hari keempat festival Tahun Baru Babilonia kuno. Buku
ini mungkin berasal dari jaman Babilonia Tua, yaitu permulaan milenium kedua SM. Tablet I
saat langit yang di atas belum dinamai, Tanah yang keras di bawah belum disebut dengan
nama, Apsu yang nol namun pertama, ayah mereka, Dan Mummu-Tiamat, dia yang melahirkan
mereka semua, Air-air mereka bercampur sebagai satu tubuh; Tidak ada pondok dari buluh yang
dilapisi, tidak ada tanah berpaya-paya yang muncul, Pada waktu tidak ada satu dewa pun yang
menjadi manusia, Tidak disebut dengan nama, nasib mereka tidak ditentukan -- Kemudian ada
dewa yang terbentuk di antara mereka. Lahmu dan Lahamu dilahirkan, dengan nama apa
mereka dipanggil. Sebelum mereka bertambah besar dan tinggi, Anshar dan Kishar
terbentuk, melebihi yang lainnya. Mereka memperpanjang hari-hari, menambah tahun.
Anu yaitu keturunan mereka, yang merupakan saingan ayahnya; Ya, anak pertama
Anshar, Anu yaitu sama dengannya. Dalam rupa Anu ada Nudimmud. Nudimmud ini yaitu
penguasa ayah-ayah; Kebijaksanaan, pengertian, kekuatan yang besar, Jauh lebih kuat dibanding
kakeknya, Anshar. Dia tidak memiliki saingan di antara dewa, saudara
lelakinya. Kakak beradik dewa ini berkumpul bersama, Mereka mengganggu Tiamat sebab mereka
mendesak ke depan dan ke belakang, Ya, mereka mengganggu hati Tiamat dengan
kegembiraan mereka di rumah di Langit. Apsu tidak bisa mengurangi suara ribut
mereka. Dan Tiamat tidak sanggup berkata-kata atas sikap mereka. kelakuan mereka
menjijikkan . Sikap mereka memuakkan; mereka bersifat menguasai. Lalu Apsu, ayah dari
dewa yang hebat itu, Berteriak, memanggil Mummu, menterinya: “O Mummu, menteriku, yang menggembirakan jiwaku, Datanglah kemari dan marilah kita pergi
ke Tiamat!”
Mereka pergi dan duduk di hadapan Tiamat, Berunding mengenai dewa itu, anak-anak
pertama mereka. Apsu, membuka mulutnya, Berkata kepada Tiamat yang bersinar cemerlang:
“kelakuan mereka benar-benar menjijikkan bagiku. Di siang hari aku tidak menemukan
ketenangan, ataupun istirahat di malam hari. Aku akan mematikan, aku akan merusakkan
kelakuan mereka, Ketenangan akan pulih kembali. Marilah kita beristirahat!” saat Tiamat mendengar kata-kata ini, Dia marah dan berteriak kepada suaminya. Dia
menangis dengan sebab perasaannya terluka, sementara dia gusar sendiri, Menyuntikkan
kesedihan ke dalam hatinya:
“Apa? Kita harus mematikan apa yang sudah kita bangun? kelakuan mereka memang
menyusahkan, namun marilah kita menghadapinya dengan baik!”
Mummu menjawab, memberikan nasihat kepada Apsu; Nasihat Mummu yang berharap jahat dan
tidak berbelas kasihan:
“ayah, matikanlah, kelakuan-kelakuan yang memberontak. Maka kamu akan
memperoleh ketenangan di siang hari dan istirahat di malam hari!”
Pada waktu Apsu mendengar hal ini, wajahnya berubah menjadi berseri-seri sebab kejahatan
yang dia rencanakan atas dewa itu, anak-anaknya.
sedang Mummu, dia memeluk lehernya. Dan Apsu duduk berlutut untuk menciumnya.
Sekarang apapun yang sudah mereka sudah rencanakan atas mereka, dilakukan pada dewa dewa itu, anak-anak pertama mereka. saat dewa itu mendengar hal ini, mereka
terbangun, Lalu menjadi hening dan tetap tidak berkata-kata. Ea, yang lebih bijaksana, pandai,
panjang akal, dan berpengetahuan, mengetahui rencana jahat mereka. Dia memikirkan dan menyusun satu rencana besar untuk melawannya, memakai
manteranya dengan cerdik untuk melawannya, tiada bandingannya dan suci. Dia
membacakannya dan membuatnya berlangsung terus menerus, Sebagaimana dia membuatnya
tidur. Dia berbaring tertidur nyenyak. Pada waktu dia sudah membuat Apsu berbaring tiarap,
tertidur, Mummu, sang penasihat, tidak mampu membuat kekacauan. Dia mengendurkan tali
pengikatnya, melepaskan mahkotanya, Memindahkan lingkaran suci di kepalanya dan
meletakkannya di atas kepalanya sendiri. Sesudah membelenggu Apsu, dia membasmi.
Mummu dia ikat dan tinggalkan. Sesudah menetapkan tempat tinggalnya atas Apsu, Dia menahan Mummu, menahannya dengan
memakai tali-hidung. Sesudah Ea menaklukkan dan menundukkan musuhnya, sudah
mengamankan kemenangannya atas musuh-musuhnya, Dalam kamarnya yang suci di mana
kedamaian sudah beristirahat dengan nyenyak, Dia menamakannya “Apsu”, sebab kesucian
yang sudah dia tetapkan kepadanya. Dalam tempat yang sama itu dia pondok pemujaannya dia
dirikan. Ea dan Damkina, istrinya, tinggal di sana dalam kemegahan.
Di dalam kamar nasib, rumah para dewa, Seorang dewa diciptakan, yang paling pandai
dan bijaksana di antara dewa. Di hati Apsu-lah Marduk diciptakan, Dalam hati Apsu
yang suci Marduk diciptakan. Dia yang memperanakkannya yaitu Ea, ayahnya; Dia yang
melahirkannya yaitu Damkina, ibunya. Air susu dewi itulah yang dihisapnya. Pengasuh yang
mengasuhnya memenuhinya dengan kekaguman. Tubuhnya memikat, gerakan matanya
bersinar-sinar. Cara berjalannya agung, berwibawa. saat Ea melihatnya, ayah yang
memperanakkannya, Dia bangga dan berseri-seri, hatinya dipenuhi dengan kegembiraan.
Dia membuatnya sempurna dan mengaruniainya dengan sebuah keallahan rangkap dua.
Dia jauh lebih mulia dibanding mereka, lebih di segala hal. Sempurnaannya di luar pengertian,
Tidak pantas untuk pengertian, sulit untuk dirasakan. Matanya empat, telinganya empat; Saat
dia menggerakkan bibirnya, api menyala darinya. Semua alat pendengarannya besar, Dan
matanya, sama seperti telinganya, meneliti segala hal. Dia yaitu yang paling tinggi di antara
semua dewa, tubuhnya tinggi; Anggota-anggota tubuhnya besar, dia luar
biasa tinggi.
“Putraku yang kecil, putraku yang kecil!”
“Anakku, Matahari! Matahari dari langit!” Mengenakan lingkaran suci sepuluh dewa, dia menjadi
yang paling kuat, Sebagaimana cahaya kekaguman mereka dilimpahkan kepadanya. Anu
menghasilkan keturunan dan memperanakkan angin empat rangkap menyerahkan kekuatannya
kepada pemimpin tentara. Dia membuat , menghentikan angin topan, Dia membuat sungai sungai kecil untuk mengganggu Tiamat. dewa, tidak bisa beristirahat, menderita dalam
badai. Hati mereka merencanakan rencana jahat,
Kepada Tiamat, ibu mereka, berkata: “Pada waktu mereka membunuh Apsu, suamimu, kamu
tidak menolongnya namun tetap diam. saat dia menciptakan angin besar yang menakutkan,
nyawamu mencair sehingga kami tidak bisa memperoleh ketenangan.
Biarkanlah Apsu, suamimu, berada dalam pikiranmu. Dan Mummu, yang sudah ditaklukkan!
kamu tinggal sendirian!
. kamu melangkah dengan bingung, tanpa henti. kamu tidak mencintai kami! mata
kami terjepit,
tanpa henti. Biarkanlah kami beristirahat! untuk berperang. Membalas mereka! dan
mengoyak-ngoyakkan mereka seperti angin!”
saat Tiamat mendengar kata-kata ini, dia senang:
. kalian sudah diberikan. Marilah kita membuat iblis-iblis, dan dewa di antaranya.
marilah kita berperang dan melawan dewa !” Mereka berkumpul dan berbaris di samping Tiamat. Dengan marah, mereka membuat rencana
tanpa henti siang dan malam hari, Mereka siap untuk berperang, menggeram, mencaci maki,
Mereka membentuk sebuah majelis bersiap-siap untuk peperangan itu. Ibu Hubur,
dia yang membuat segala sesuatu, Menambahkan senjata-senjata yang tiada tandingannya,
melahirkan ular berbisa yang ganas, Gigi tajam, Taring tanpa belas kasihan. Dia sudah
memenuhi tubuhnya dengan darah beracun. Dia sudah membuat naga-naga yang meraung raung ditakuti dengan amat , sudah memahkotai mereka dengan lingkaran suci, membuat
mereka seperti dewa, Sehingga orang yang memandang mereka akan mati dengan kondisi
yang menyedihkan, Dan, dengan tubuh mereka yang mendompak, tidak ada seorangpun yang
bisa berpaling dari mereka. Dia menyiapkan Ular Beludak, Naga, dan Sphinx, Singa Hebat, Anjing-Gila, dan Manusia-Kalajengking, Siluman-Singa yang kuat, Naga-Terbang,
Manusia-Berkepala Kuda - Membawa senjata-senjata yang tidak tidak menaruh belas kasihan,
tidak mengenal takut di peperangan. Keputusannya tegas, mereka melawan dengan tidak
masuk akal. Dia membuat sebelas macam mahkluk ini sebagai tambahan. Dari antara dewa dewa, anak-anak pertamanya, yang membentuk Majelisnya, Dia mengangkat Kingu,
membuatnya sebagai pemimpin mereka. Pemimpin orang-orang yang berkedudukan tinggi,
memerintah Majelis itu, Mengangkat senjata untuk berperang, maju untuk berperang, Pemimpin
dalam peperangan Hal-hal inilah yang dia percayakan kepadanya sebagaimana dia
mendudukkannya dalam Majelis:
“Aku sudah memberikan mantera kepadamu, memuliakan kamu di Majelis dewa. Aku
sudah memberi kamu kekuasaan penuh untuk menasihati dewa. Sesungguhnya,
kamulah yang tertinggi, kamu yaitu satu-satunya suamiku! Perkataanmu akan menjadi
yang terkuat di seluruh Anunnaki!”
Dia memberinya Pil Nasib, mengencangkannya di dadanya: “sedang untukmu, perintahmu
tidak akan bisa dirubah, kata-katamu akan bertahan lama!”
saat Kingu sudah diangkat, memiliki kedudukan tinggi di Anu, mereka memutuskan nasib untuk
dewa, anak-anak lelakinya: “Kata-katamu akan memadamkan api, Akan
merendahkan ‘Senjata-Kekuasaan’, saat berkuasa dalam hembusannya!”
Tablet II
Pada waktu Tiamat sudah menambahkan nilai pada pekerjaan tangannya, Dia bersiap-siap untuk
peperangan melawan dewa, keturunannya. Untuk membalaskan dendam Apsu, Tiamat
ditempa kejahatan. Yang dia siapkan untuk peperangan itu yaitu untuk membuka
rahasia Ea. saat Ea mendengar masalah ini, Dia masuk ke dalam kegelapan yang sunyi dan
duduk diam. Lalu, sesudah berpikir panjang, kemarahannya surut, Dia pergi ke Anshar,
kakeknya. saat dia di hadapan kakeknya, Anshar, Dia mengulangi semua yang sudah Tiamat
rencanakan untuknya:
“Ayahku, Tiamat, dia yang melahirkan kami, membenci kami. Dia sudah menyiapkan Majelis dan
dipenuhi kemarahan yang amat . Semua dewa sudah berpihak kepadanya; Bahkan
mereka yang kamu lahirkan berbaris di sampingnya. Mereka berkumpul dan berbaris di
samping Tiamat, Dengan marah, mereka membuat rencana tanpa henti siang dan malam
hari. Mereka siap untuk berperang, menggeram, dan mencaci maki. Mereka sudah membentuk
suatu majelis untuk bersiap-siap untuk pertempuran itu. Ibu Hubur, dia yang membuat
segala sesuatu, sudah menambahkan senjata-senjata yang tiada tandingannya, sudah melahirkan
ular berbisa yang ganas, Gigi yang tajam, taring tanpa belas kasihan. Dia sudah memenuhi
tubuh mereka dengan darah beracun. Dia sudah membuat naga-naga yang meraung-raung
ditakuti dengan amat , sudah memahkotai mereka dengan lingkaran suci, membuat
mereka seperti dewa, Sehingga orang yang memandang mereka akan mati dengan kondisi
yang menyedihkan, Dan, dengan tubuh mereka yang mendompak, tidak ada seorangpun yangbisa berpaling dari mereka. Dia menyiapkan Ular Beludak, Naga, dan Sphinx, Singa-Hebat,
Anjing-Gila, dan Manusia-Kalajengking, Siluman-Singa yang kuat, Naga-Terbang,
Manusia-Berkepala Kuda - Membawa senjata-senjata yang tidak tidak menaruh belas kasihan,
tidak mengenal takut di peperangan. Keputusannya tegas, mereka melawan dengan tidak
masuk akal. Dia membuat sebelas macam mahkluk ini sebagai tambahan. Dari antara dewa dewa, anak-anak pertamanya, yang membentuk Majelisnya, Dia mengangkat Kingu,
membuatnya sebagai pemimpin mereka. Pemimpin orang-orang yang berkedudukan tinggi,
memerintah Majelis itu, Mengangkat senjata untuk berperang, maju untuk berperang, Pemimpin
dalam peperangan -- Hal-hal inilah yang dia percayakan kepadanya sebagaimana dia
mendudukkannya dalam Majelis: Aku sudah memberikan mantera kepadamu, memuliakan kamu di Majelis dewa. Aku
sudah memberi kamu kekuasaan penuh untuk menasihati dewa. Sesungguhnya,
kamulah yang tertinggi, kamu yaitu satu-satunya suamiku! Perkataanmu akan menjadi
yang terkuat di seluruh Anunnaki!’
Dia memberinya Pil Nasib, mengencangkannya di dadanya: ‘sedang untukmu, perintahmu
tidak akan bisa dirubah, kata-katamu akan bertahan lama!’
saat Kingu sudah diangkat, memiliki kedudukan tinggi di Anu, mereka memutuskan nasib untuk
dewa, anak-anak lelakinya:
‘Kata-katamu akan memadamkan api, Akan merendahkan ‘Senjata-Kekuasaan’, saat kuat
hembusannya!’
saat Anshar mendengar bahwa Tiamat terganggu, Dia memukul badannya dan
menggigit bibirnya. Hatinya menjadi murung, hatinya tidak tenang. Dia menutup
mulutnya untuk menghentikan teriakannya:
“. peperangan. Angkatlah senjata yang sudah kamu buat! Lihat, kamu membunuh Mummu
dan Apsu. Sekarang, bunuh Kingu, yang berbaris di hadapannya bijaksana.”
Nudimmud, penasihat para dewa, menjawab.
Percakapan Ea-Nudimmud hilang sebab rusaknya keping ini. Sepertinya, Ea tidak menyesal,
sebab Anshar berbalik kepada Anu:
Dia menujukan sebuah kata kepada Anu, putranya: “. ini, pahlawan-pahlawan yang paling
kuat, Yang kekuatannya terkenal, serangannya tidak bisa dilawan. Pergilah kamu
dan hadapilah Tiamat, Sehingga hatinya ditenangkan, sehingga hatinya menjadi
lapang. Jika dia tidak mau mendengarkan kata-katamu, Maka katakanlah kepadanya kata-kata
kita, sehingga dia bisa menjadi tenang.”
saat dia mendengar perintah ayahnya, Anshar, Dia langsung pergi menemuinya, menyusuri
jalan yang menuju kepadanya. namun pada saat Anu sudah cukup dekat untuk melihat
rencana Tiamat, dia tidak bisa melihat wajahnya dan dia kembali. Dia kembali kepada
ayahnya, Anshar, dengan kondisi yang menyedihkan. Dia berkata kepadanya seolah-olah dia
yaitu Tiamat: “Tanganku tidak cukup bagiku untuk mengalahkanmu.”
Anshar tidak bisa berkata-kata sambil menatap tanah, Rambut di tepi, menggelengkan
kepalanya kepada Ea. Semua Anunnaki berkumpul di tempat itu; Bibir mereka tertutup rapat,
mereka duduk dalam keheningan.
“Tidak ada dewa,” mereka berpikir “yang bisa pergi berperang dan, Menghadapi Tiamat,
meloloskan diri.” Raja Anshar, ayah para dewa, bangkit berdiri dengan agung, Dan sesudah mempertimbangkan
dengan seksama dalam hatinya, dia berkata kepada Anunnaki: “Dia yang memiliki kekuatan
untuk berkuasa akan menjadi pembalas dendam kita, Dia yang hebat dalam peperangan,
Marduk, sang pahlawan!”
Ea memanggil Marduk ke tempat pengasingannya. Memberikan penbisa , dia mengatakan
kepadanya apa yang ada dalam hatinya: “O Marduk, pertimbangkanlah nasihatku.
Dengarkanlah ayahmu, sebab kamu yaitu putraku yang menyenangkan hatinya. Pada
waktu menghadap Anshar, tampillah seolah-olah dalam peperangan; Berdirilah selagi
kamu berbicara; melihat kamu, dia akan menjadi tenang.”
Raja itu bahagia sebab kata-kata dari ayahnya; Dia mendekat dan berdiri menghadap
Anshar. saat Anshar melihatnya, hatinya diliputi kegembiraan. Dia mencium bibirnya,
kemurungannya sendiri menghilang.
“Anshar, janganlah menjadi bisu; bukalah lebar-lebar bibirmu. Aku akan pergi dan mencapai
keinginan hatimu! Orang apa yang sudah mempersulit kamu? Tidak lain yaitu Tiamat,
seorang wanita, yang menyerang kamu dengan senjata-senjata! O pencipta-ayahku,
bergembira dan bersukacitalah; kamu akan segera berjalan di atas leher Tiamat! O pencipta ayahku, bergembira dan bersukacitalah; kamu akan segera berjalan di atas leher Tiamat!”
“Anakku, kamu mengetahui semua pengetahuan, Tenangkanlah Tiamat dengan mantera
sucimu. Pada waktu badai kereta kuda maju dengan kecepatan tinggi. Mereka tidak akan
mengusirmu dari hadapannya! Kalahkanlah mereka!”
Raja itu bahagia sebab kata-kata ayahnya. Hatinya bergembira, dia berkata kepada
ayahnya:
“Pencipta dewa, nasib dari semua dewa yang hebat, Jika aku benar-benar, yaitu
pembalas dendammu, Harus menaklukkan Tiamat dan menyelamatkan nyawa kalian,
Siapkanlah Majelis, nyatakanlah takdirku sebagai yang tertinggi! saat bersama-sama di
Ubshukinna kamu duduk bahagia, Biarkanlah kata-kataku, dibanding kamu, menentukan
nasib. Apa yang mungkin aku katakan tidak akan bisa diubah; Perintah dari bibirku tidak akan
bisa ditarik kembali ataupun diubah.”
Tablet III
Anshar membuka mulutnya dan menujukan sebuah kata kepada Gaga, menterinya: “O Gaga,
menteriku, yang menyenangkan jiwaku, aku akan mengutus kamu kepada Lahmu dan
Lahamu. kamu yang cerdik, kamu yang pandai berbicara; dewa, ayah-ayahmu;
membuat kamu sebelum aku! Biarkan semua dewa meneruskan di sini, Biarkan mereka
mengadakan pembicaraan; duduk dalam suatu perjamuan, Biarkan mereka makan roti pesta,
anggur yang dituangkan; sedang Marduk, pembalas dendam mereka, biarkanlah mereka
yang memutuskannya. Berangkatlah, Gaga, temuilah mereka, Dan ulangilah apa yang akan aku
katakan kepadamu:
‘Anshar, putramu, sudah mengutus aku kemari, Memintaku untuk menyuarakan perintah hatinya,
yang Berkata: “Tiamat, dia yang melahirkan kita, membenci kita. Dia sudah menyiapkan Majelis
dan penuh amarah. Semua dewa sudah berpihak kepadanya; Bahkan mereka yang kamu
lahirkan sudah berbaris di sampingnya. Mereka berkumpul dan berbaris di samping Tiamat.
Dengan marah, mereka membuat rencana tanpa henti siang dan malam hari.
Mereka siap untuk berperang, menggeram, dan mencaci maki, Mereka sudah membentuk suatu
majelis untuk bersiap-siap untuk pertempuran itu. Ibu Hubur, dia yang membuat segala
sesuatu, sudah menambahkan senjata-senjata yang tiada tandingannya, sudah melahirkan ular
berbisa yang ganas, Gigi yang tajam, taring tanpa belas kasihan. Dia sudah memenuhi tubuhmereka dengan darah beracun. Dia sudah membuat naga-naga yang meraung-raung ditakuti
dengan amat , sudah memahkotai mereka dengan lingkaran suci, membuat mereka
seperti dewa, Sehingga orang yang memandang mereka akan mati dengan kondisi yang
menyedihkan, Dan, dengan tubuh mereka yang mendompak, tidak ada seorangpun yang bisa
berpaling dari mereka. Dia menyiapkan Ular Beludak, Naga, dan Sphinx, Singa-Hebat,
Anjing-Gila, dan Manusia-Kalajengking, Siluman-Singa yang kuat, Naga-Terbang,
Manusia-Berkepala Kuda - Membawa senjata-senjata yang tidak tidak menaruh belas kasihan,
tidak mengenal takut di peperangan. Keputusannya tegas, mereka di luar akal sehat. Dia
membuat sebelas macam mahkluk ini sebagai tambahan. Dari antara dewa, anak-anak
pertamanya, yang membentuk Majelisnya, Dia mengangkat Kingu, membuatnya sebagai
pemimpin mereka. Pemimpin orang-orang yang berkedudukan tinggi, memerintah Majelis itu,
Mengangkat senjata untuk berperang, maju untuk berperang, Pemimpin dalam peperangan
-- Hal-hal inilah yang dia percayakan kepadanya sebagaimana dia mendudukkannya dalam
Majelis: ‘Aku sudah memberikan mantera kepadamu, memuliakan kamu di Majelis dewa.
Aku sudah memberi kamu kekuasaan penuh untuk menasihati dewa. Sesungguhnya,
kamulah yang tertinggi, kamu yaitu satu-satunya suamiku! Perkataanmu akan menjadi
yang terkuat di seluruh Anunnaki!’ Dia memberinya Pil Nasib, mengencangkannya di dadanya:
sedang untukmu, perintahmu tidak akan bisa dirubah, kata-katamu akan bertahan lama!’
saat Kingu sudah diangkat, memiliki kedudukan tinggi di Anu, mereka memutuskan nasib untuk
dewa, anak-anak lelakinya: ‘Kata-katamu akan memadamkan api, Akan merendahkan
“Senjata-Kekuasaan”, saat berkuasa dalam hembusannya!’ Aku mengeluarkan Anu; dia tidak
mampu menemuinya. Nudimmud takut dan berpaling. Kemudian datang Marduk, yang paling
bijaksana di antara dewa, putra kalian, Hatinya dengan cepat berangkat untuk menemui
Tiamat. Dia membuka mulutnya, berkata kepadaku: ‘Jika aku benar-benar, yaitu pembalas
dendammu, Harus menaklukkan Tiamat dan menyelamatkan nyawa kalian, Siapkanlah Majelis,
nyatakanlah takdirku sebagai yang tertinggi! saat bersama-sama di Ubshukinna kamu
duduk bahagia, Biarkanlah kata-kataku, dibanding kata-katamu, yang menentukan nasib.
Apa yang mungkin aku katakan tidak akan bisa diubah; Perintah dari bibirku tidak akan bisa
ditarik kembali ataupun diubah.’ Sekarang segera kemari dan segera tentukan baginya
perintah kalian, Sehingga dia bisa pergi untuk menghadapi musuh besar kalian!
Gaga berangkat, meneruskan perjalanannya. Di hadapan Lahmu dan Lahamu, dewa,
ayahnya, Dia menghormat, mencium tanah di bawah kaki mereka. Dia membungkuk
rendah di mana dia menempatkan dirinya untuk mengatakan kepada mereka:
“yaitu Anshar, putra kalian, yang sudah mengutus aku ke mari, Meminta aku untuk
menyuarakan perintah hatinya, Yang berkata: ‘Tiamat, dia yang melahirkan kita, membenci kita.
Dia sudah menyiapkan Majelis dan dipenuhi amarah. Semua dewa sudah berpihak
kepadanya, Bahkan mereka yang kamu lahirkan sudah berbaris di sampingnya. Mereka
berkumpul dan berbaris di samping Tiamat. Dengan marah, mereka membuat rencana
tanpa henti siang dan malam hari. Mereka siap untuk berperang, menggeram, dan mencaci
maki, Mereka sudah membentuk suatu majelis untuk bersiap-siap untuk pertempuran itu. Ibu Hubur, dia yang membuat segala sesuatu, sudah menambahkan senjata-senjata yang
tiada tandingannya, sudah melahirkan ular berbisa yang ganas, Gigi yang tajam, taring tanpa
belas kasihan. Dia sudah memenuhi tubuh mereka dengan darah beracun,. Dia sudah membuat
naga-naga yang meraung-raung ditakuti dengan amat , sudah memahkotai mereka
dengan lingkaran suci, membuat mereka seperti dewa, Sehingga orang yang memandang
mereka akan mati dengan kondisi yang menyedihkan, Dan, dengan tubuh mereka yang
mendompak, tidak ada seorangpun yang bisa berpaling dari mereka. Dia menyiapkan Ular
Beludak, Naga, dan Sphinx, Singa-Hebat, Anjing-Gila, dan Manusia-Kalajengking, Siluman Singa yang kuat, Naga-Terbang, Manusia-Berkepala Kuda - Membawa senjata-senjata
yang tidak tidak menaruh belas kasihan, tidak mengenal takut di peperangan. Keputusannya
tegas, mereka di luar akal sehat. Dia membuat sebelas macam mahkluk ini sebagai tambahan.
Dari antara dewa, anak-anak pertamanya, yang membentuk Majelisnya, Dia mengangkat
Kingu, membuatnya sebagai pemimpin mereka. Pemimpin orang-orang yang berkedudukan
tinggi, memerintah Majelis itu, Mengangkat senjata untuk berperang, maju untuk berperang, Pemimpin dalam peperangan -- Hal-hal inilah yang dia percayakan kepadanya sebagaimana dia
mendudukkannya dalam Majelis: ‘Aku sudah memberikan mantera kepadamu, memuliakan
kamu di Majelis dewa. Aku sudah memberi kamu kekuasaan penuh untuk menasihati
dewa. Sesungguhnya, kamulah yang tertinggi, kamu yaitu satu-satunya suamiku!
Perkataanmu akan menjadi yang terkuat di seluruh Anunnaki!’ Dia memberinya Pil Nasib,
mengencangkannya di dadanya: ‘sedang untukmu, perintahmu tidak akan bisa dirubah,
kata-katamu akan bertahan lama!’ saat Kingu sudah diangkat, memiliki kedudukan tinggi di Anu,
mereka memutuskan nasib untuk dewa, anak-anak lelakinya: ‘Kata-katamu akan
memadamkan api, Akan merendahkan “Senjata-Kekuasaan”, saat berkuasa dalam
hembusannya!’ Aku mengeluarkan Anu; dia tidak mampu menemuinya. Nudimmud takut dan
berpaling. Kemudian datang Marduk, yang paling bijaksana di antara dewa, putra kalian,
Hatinya dengan cepat berangkat untuk menemui Tiamat. Dia membuka mulutnya, berkata
kepadaku: ‘Jika aku benar-benar, yaitu pembalas dendammu, Harus menaklukkan Tiamat dan
menyelamatkan nyawa kalian, Siapkanlah Majelis, nyatakanlah takdirku sebagai yang tertinggi!
saat bersama-sama di Ubshukinna kamu duduk bahagia, Biarkanlah kata-kataku,
dibanding kata-katamu, yang menentukan nasib. Apa yang akan aku katakan tidak akan
bisa diubah; Perintah dari bibirku tidak akan bisa ditarik kembali ataupun diubah!’ Sekarang
segera kemari dan segera tentukan baginya perintah kalian, Sehingga dia bisa pergi untuk
menghadapi musuh besar kalian!”
saat Lahmu dan Lahamu mendengar hal ini, mereka berteriak keras, Semua Igigi meratap
dalam kesedihan: “Betapa anehnya bahwa mereka sudah membuat keputusan ini! Kita tidak
bisa mengerti kelakuan-kelakuan Tiamat!”
Mereka bersiap-siap untuk memulai perjalanan mereka, Semua dewa besar yang
menentukan nasib. Mereka masuk ke hadapan Anshar, memenuhi Ubshukinna. Mereka
saling mencium di dalam Majelis. Mereka mengadakan pembicaraan sambil mereka duduk
dalam perjamuan. Mereka makan roti pesta, anggur yang dituangkan, Mereka mengisi tabung minuman mereka dengan minuman mengandung alkohol yang manis. saat mereka meminum
minuman keras itu, tubuh mereka membengkak. Mereka menjadi lemah saat jiwa-jiwa
mereka naik. Untuk Marduk, pembalas dendam mereka, mereka menentukan perintah-perintah.
Tablet IV
Mereka membangun sebuah singgasana yang indah untuknya. Menghadap kepada
ayahnya, dia duduk, memimpin.
“kamu yaitu yang paling terhormat di antara dewa yang besar, Perintahmu tiada
bandingannya, perintahmu yaitu Anu. kamu, Marduk, yaitu yang paling terhormat di antara
dewa yang besar, Perintahmu tiada bandingannya, kata-katamu yaitu Anu. Mulai dari
hari ini keputusanmu tidak akan bisa diubah. Untuk menaikkan atau menurunkan - hal-hal ini
akan ada di tanganmu. Pernyataanmu akan menjadi nyata, perintahmu tidak akan diragukan.
Tidak ada seorangpun di antara dewa akan melanggar laranganmu! Hiasan yang dicari
untuk tempat-tempat duduk para dewa, Biarkanlah tempat bagi kesucian mereka selalu berada di
tempatmu. O Marduk, kamu benar-benar yaitu pembalas dendam kami. Kami sudah
menganugerahi kamu kepemimpinan atas seluruh jagat raya. Pada waktu kamu duduk di
dalam Majelis kata-katamu akan menjadi yang tertinggi. Senjata-senjatamu tidak akan gagal;
mereka akan menghancurkan musuh-musuhmu! O tuan, ampunilah nyawanya yang
mempercayai kamu, namun enyahkanlah nyawa dewa yang dikuasai kejahatan.”
Patung-patung Dewa ditempatkan di antara mereka, mereka memusatkan perhatian mereka
kepada Marduk, anak pertama mereka: “Tuan, benar-benar perintahmu yaitu yang pertama di antara dewa. Katakanlah untuk
merusak atau mencipta; akan terjadilah. Bukalah mulutmu: Patung-patung Dewa akan mati!
Berbicaralah lagi, dan Patung-patung Dewa akan menjadi utuh!”
Pada kata-kata dari mulutnya Patung-patung Dewa itu mati. Dia berkata-kata lagi, dan
Patung-patung Dewa itu dipulihkan kembali. saat dewa, ayahnya, melihat hasil
dari kata-katanya, Dengan bahagia mereka melakukan penghormatan: “Marduk yaitu raja!”
Mereka menganugerahinya tongkat lambang kekuasaan, singgasana, dan pakaian kebesaran,
Mereka memberinya senjata-senjata yang tidak ada tandingannya yang menangkis musuh musuh: “Pergi dan potonglah nyawa Tiamat. Semoga angin membawa darahnya ke tempat tempat yang tidak terlihat.” Dengan demikian nasib Bel sudah ditetapkan, para dewa, ayah ayahnya, Menyebabkannya menuju jalan kesuksesan dan pencapaian. Dia membuat sebuah
busur, memilihnya sebagai senjatanya, Menempel di sana yaitu anak-anak panah,
memantapkan tali busurnya. Dia menaikkan tongkat kebesarannya, tangan kanannya
menggenggamnya; Busur dan tabung panah dia gantung di pinggangnya. Dia menyiapkan
penerangan di depannya, Dia memenuhi tubuhnya dengan api yang berkobar-kobar. Lalu
dia membuat sebuah jaring untuk menyelubungi Tiamat di dalamnya. Keempat macam angin dia
tempatkan sehingga dia tidak mungkin bisa meloloskan diri, Angin Selatan, Angin Utara, Angin
Timur, Angin Barat. Di dekat pinggangnya dia memegang jaring itu, hadiah dari ayahnya, Anu.
Dia membuat Imhullu “Angin yang Jahat”, Angin Topan, Angin Ribut, Angin Rangkap Empat,
Angin Rangkap Tujuh, Angin Puyuh, Angin yang Tiada Tandingannya; Kemudian dia
mengirimkan angin-angin yang sudah dia buat itu, ketujuh-tujuhnya. Mereka mendukungnya
untuk menghancurkan Tiamat. Sesudah itu raja itu membangkitkan badai-banjir, senjata
kuatnya. Dia mempersiapkan pasukan-badai yang tak bisa tertahan dan menakutkan. Dia
memasang pelana dan menyatukannya menjadi sebuah tim, yang terdiri dari Sang Pembunuh, Si
Tanpa Belas Kasihan, Si Penginjak, Si Cekatan. Bibir mereka dipisahkan, gigi mereka
mengandung racun. Mereka tidak pernah lelah dan terlatih dalam pengrusakan. Di sebelah
kanan dia menempatkan Sang Penghancur, yang ditakuti di medan perang, Di sebelah kirinya
Sang Pelawan, yang memukul mundur semua yang giat. Sebagai baju luarnya dia memakai
sebuah baju besi yang menakutkan; Kepalanya bersorbankan lingkaran sucinya yang
menakutkan. Raja itu menyerang dan mencapai tujuannya, Dia menunjukkan mukanya kepada
Tiamat yang marah. Dia menggumamkan sebuah mantera di bibirnya; Sebuah tanaman
yang mengeluarkan racun tergenggam di dalam tangannya. Kemudian mereka berdesak desakan di sekelilingnya, dewa berdesak-desakan di sekelilingnya, dewa, ayah ayahnya, berdesak-desakan di sekelilingnya, para dewa berdesak-desakan di sekelilingnya.
Raja itu mendekat untuk mengamati Tiamat, Dan Kingu, suaminya, untuk mengetahui rencana
jahat mereka. saat dia melihat, tujuannya menjadi kacau, Tekadnya terganggu dan
tindakannya disulitkan. Dan saat para dewa, pembantu-pembantunya, yang berbaris di
sampingnya, Melihat pahlawan yang berani, penglihatan mereka menjadi kabur. Tiamat
mengeluarkan suatu teriakan, tanpa memalingkan lehernya, Membuat sikap menantang yang
kejam di bibirnya:
“kamu terlalu penting bagi raja dewa untuk bangkit melawan kamu! Apakah mereka
berkumpul di tempat mereka, atau di tempatmu?”
Kemudian raja itu, membangkitkan badai-banjir, senjatanya yang kuat, Untuk membuat marah
Tiamat dia mengatakan kata-kata berikut ini:
“Mengapa kamu bangkit, yang dimuliakan dengan sombong, kamu sudah memenuhi hatimu
sendiri untuk menghasut perselisihan, … putra-putra menolak ayah-ayah mereka, sedang
kamu, yang sudah melahirkan mereka, sudah lebih dahulu menyumpahi cinta! kamu sudah
menunjuk Kingu sebagai suamimu, Menganugerahkan gelar Anu kepadanya, yang tidak pantas
baginya. Melawan Anshar, raja dewa, kamu mencari kejahatan; Melawan dewa,
ayah-ayahku, kamu sudah membuktikan kejahatanmu. meski pasukanmu sudah siap,
senjata-senjatamu sudah disiapkan, Bangkit berdirilah, supaya aku dan kamu bisa bertemu
dalam perkelahian satu lawan satu!” saat Tiamat mendengar hal ini, Dia seperti seorang yang kemasukan roh; dia kehilangan akal
sehatnya. Dengan marah Tiamat berteriak keras. Kedua kakinya gemetar. Dia
membacakan sebuah jampi-jampi, terus menerus menggumamkan manteranya, Sementara para
dewa perang menajamkan senjata-senjata mereka. Lalu Tiamat dan Marduk berdebat, yang
paling bijaksana di antara dewa. Mereka berjuang dalam perkelahian satu lawan satu,
terkunci dalam peperangan. Raja itu menebarkan jaringnya untuk menyelubunginya, Angin
Jahat, yang mengikuti di belakang, dia lepaskan ke wajahnya. saat Tiamat membuka mulutnya
untuk merusakkannya, Marduk mendorong Angin Jahat sehingga dia tidak bisa menutup
bibirnya. saat angin yang dahsyat itu sudah memenuhi perutnya, Tubuhnya menjadi
kembung dan mulutnya terbuka lebar. Marduk melepaskan anak panah, yang merobek
perut Tiamat, Anak panah itu menembus tubuhnya, membelah jantungnya. Sesudah berhasil mengalahkannya, dia mematikan nyawanya. Dia menurunkan tubuh Tiamat untuk berdiri di
atasnya. Sesudah dia membunuh Tiamat, sang pemimpin, gerombolannya tercerai berai,
rombongannya pecah; Dan dewa, pembantu-pembantunya yang berbaris di sampingnya,
Gemetar sebab ketakutan, berpaling darinya, Untuk menyelamatkan dan melindungi nyawa
mereka. Terkepung ketat, mereka tidak bisa meloloskan diri. Dia menjadikan mereka tawanan
dan dia menghancurkan senjata-senjata mereka. Dilemparkan ke dalam jaring, mereka
menemukan bahwa diri mereka terjerat; Ditempatkan di bilik-bilik kecil, mereka dipenuhi dengan
ratap tangis; Menahan kemarahannya, mereka tetap dipenjara. Dan kesebelas makhluk yang
sudah Tiamat penuhi dengan kekaguman, Seluruh kelompok siluman yang berbaris di sebelah
kanannya, Dia belenggu, dia mengikat tangan mereka. Untuk semua perlawanan mereka, dia
melukai mereka di bawah telapak kaki. Dan Kingu, yang sudah diangkat sebagai pemimpin di
antara mereka, Dia ikat dan mempertanggungjawabkannya kepada Uggae. Dia mengambil
Keping Nasib darinya, yang bukan miliknya secara resmi, Menutupi mereka rapat-rapat
dengan sebuah tutup dan mengencangkan mereka di dadanya. saat dia sudah menaklukkan
dan mengalahkan musuh-musuhnya, sudah musuh yang sombong, sudah menetapkan
kemenangan Anshar yang sesungguhnya atas musuhnya, sudah mencapai keinginan
Nudimmud, Marduk yang berani Menguatkan kekuasaannya atas dewa yang sudah
ditaklukkan, Dan berpaling kepada Tiamat yang sudah ia ikat. Raja itu berjalan di atas kaki-kaki
Tiamat, Dengan tongkat kebesarannya yang tiada bandingannya dia menghancurkan
tengkoraknya. saat urat-urat nadi darahnya sudah hancur, Angin Utara membawanya ke
tempat-tempat yang tidak diketahui.
Melihat hal ini, ayahnya merasa bahagia dan gembira, Mereka membawa hadiah-hadiah
penghormatan, dari mereka untuknya. Kemudian raja itu berhenti untuk mengamati tubuh
Tiamat yang sudah mati, Sehingga dia bisa membelah makhluk jahat itu dan membuat karya karya yang cerdik. Dia membelahnya menjadi dua seperti seekor kerang: Setengah darinya naik
dan terbang ke langit, Menarik penghalang dan penjaga-penjaga yang menjaga. Marduk
menyuruh mereka untuk tidak membiarkan cairannya meloloskan diri. Dia menyeberangi
langit dan meneliti area-area itu. Dia menandai area Apsu, rumah Nudimmud,
Sebagai raja mengukur luas Apsu. rumah yang Hebat itu, persamaannya, dia tetapkan
sebagai Esharra, rumah yang Hebat itu, Esharra, yang dia jadikan sebagai pintu surga.
Anu, Enlil, dan Ea dia buat sebagai rumah mereka.
Tablet V
Dia membangun lingkungan untuk dewa yang hebat, Menetapkan persamaan bintang bintang mereka sebagai Bayangan. Dia menetapkan tahun dengan menunjukkan area area: Dia menetapkan tiga sistem perbintangan untuk setiap bulan dari dua belas bulan.
Sesudah menjelaskan hari-hari dalam setahun dengan alat benda-benda langit, Dia membangun
lingkungan Nebiru untuk menentukan kelompok langit mereka, Sehingga tidak ada seorangpun
yang akan melanggar atau jatuh. Di sampingnya dia membuat lingkungan Enlil dan Ea. Sesudah
membuka gerbang-gerbang di kedua sisi, Dia menguatkan kunci-kunci ke kiri dan kanan. Di dalam perut Tiamat dia membentuk titk puncak. Dia buat Bulan bersinar, menyerahkan malam
hari kepadanya. Dia menunjuknya menjadi sebuah makhluk malam untuk menandakan hari-hari:
“Secara bulanan, tanpa henti, membentuk rancangan-rancangan dengan sebuah mahkota. Di
awal bulan, terbit, kamu akan memiliki tanduk-tanduk yang berkilauan untuk menandakan
enam hari, Pada hari yang ketujuh mencapai setengah-mahkota. Pada bulan purnama berdiri
berhadapan pada pertengahan bulan. saat matahari menyusul kamu pada dasar langit,
Kurangilah mahkotamu dan mundurlah dalam cahaya. Pada saat pelenyapan mendekati
arah matahari, Dan pada hari ketiga puluh kamu sekali lagi akan berdiri berhadapan dengan
matahari. Aku sudah menunjuk sebuah tanda, mengikuti jalurnya, mendekat dan memberikan
penilaian.”
Baris ~ terlalu rusak untuk diterjemahkan. Meskipun demikian, jelas dari bekas-bekas
peninggalan, bahwa sesudah selesai dengan penciptaan bulan Marduk mengalihkan perhatiannya
untuk membentuk matahari.
Sesudah dia menunjukkan hari-hari kepada Shamash, dan sudah menetapkan batasan antara
malam dan siang hari, membawa air liur Tiamat. Marduk menciptakan Dia membentuk
awan-awan dan mengisi mereka dengan air. Naiknya angin, membawa hujan dan dingin,
Membuat kabut asap, membuat tiang pancang racun Tiamat: Marduk menunjuk dirinya untuk
hal-hal ini, menugasi dirinya sendiri. Menaruk kepala Tiamat ke dalam jabatan yang dia bentuk di
atas gunung-gunung, Membuka lautan yang membanjir, Dia buat mengalir dari matanya ke
Efrata dan Tigris, Dia pergi menghentikan lubang hidung Tiamat , Dia membentuk gunung gunung tinggi di payudara Tiamat, Di dalamnya dia mengebor mata-mata air untuk sumur-sumur
untuk mengeluarkan air. Melilitkan ekor Tiamat dia menalikannya ke Durmah, Apsu pada
kakinya, selangkangannya, dia diikatkan ke langit, Dengan demikian dia sudah menutupi
langit dan membentuk bumi. di tengah-tengah Tiamat dia membuat aliran, jaringnya dia
keluarkan semua, Maka dia sudah menciptakan langit dan bumi , ikatan-ikatan mereka
sudah terbentuk. saat dia sudah merancang peraturan-peraturannya dan membuat undang undangnya, Dia membangun tempat-tempat suci dan menyerahkan mereka kepada Ea. Dia
membawa Keping Nasib yang sudah dia ambil dari Kingu, Dia membawanya sebagai hadiah
pertemuan, dia memberikannya kepada Anu. dewa yang sudah berperang dan
terpencar, Dia tuntun ke hadapan ayahnya. Sekarang kesebelas makhluk yang sudah
dibuat Tiamat , Yang senjata-senjatanya sudah dia hancurkan, yang sudah dia ikat ke kakinya:
Dia membuat patung-patung makhluk-makhluk ini dan mendirikan mereka di Gerbang Apu dan
berkata: “Biarkanlah ini menjadi suatu kenang-kenangan sehingga tidak akan pernah dilupakan!”
saat para dewa melihat hal ini mereka bergembira, Lahmu, Lahamu, dan semua ayah ayahnya Mendekatinya, dan Anshar, sang raja, menunjukkan salamnya, Anu, Enlil, dan Ea
mempersembahkan hadiah-hadiah kepadanya. Dengan sebuah hadiah Damkina, ibunya,
membuatnya bahagia, Dia mengirimkan persembahan, wajahnya menjadi cerah. Kepada
Usmi yang membawakan hadiahnya ke suatu tempat rahasia Dia percayakan kedudukan
sebagai seorang menteri di Apsu dan pengurusan tempat-tempat suci. Sesudah dikumpulkan,
semua Igigi membungkuk, Sementara semua orang di Anunnaki mencium kakinya,
perkumpulan mereka untuk melakukan penghormatan, Mereka berdiri di hadapannya,
membungkuk dan berkata: “Dialah raja!” Sesudah para dewa, ayahnya, dipuaskan oleh
pesonanya.
Baris - terlalu rusak untuk diterjemahkan. Di dalam bagian ini diceritakan pendudukan
Marduk atas tahta dengan senjata-senjatanya.
Ea dan Damkina , Mereka membuka mulut mereka untuk berbicara kepada para dewa
yang besar, Igigi: “Sebelumnya Marduk hanyalah putra kita yang tercitna, Sekarang dia yaitu
raja kalian, nyatakanlah gelarnya!”
Mereka berbicara untuk yang kedua kalinya, mereka semua berkata: “Namanya akan menjadi
Lugaldimmerankia, percayalah kepadanya!” saat mereka sudah memberikan kekuasaan tertinggi kepada Marduk, Mereka menyatakan
sebuah patokan tentang nasib baik dan keberhasilan kepadanya: “Mulai dari sekarang kamu
akan menjadi pengunjung tempat-tempat suci kami, Apapun perintahmu akan kami lakukan.”
Marduk membuka mulutnya untuk berbicara, Untuk mengatakan satu kata kepada para dewa,
ayahnya: “Di atas Apsu di mana kalian tinggal, Di dekat Esharra yang sudah aku bangun
untuk kalian, Di bawah aku sudah mengeraskan tanah untuk tempat bangunan, aku akan
membangun sebuah rumah, yang akan menjadi tempat tinggalku yang menyenangkan. Aku
akan membangun kuilnya di dalamnya, aku akan melengkapi ruangan-ruangan di dalamnya, aku
akan menetapkan kekuasaan tertinggiku. Pada waktu kamu naik dari Apsu untuk berkumpul,
kamu akan menginap di dalamnya, rumah itu ada di sana untuk menerima semua dari kalian.
Pada waktu kamu turun dari langit untuk berkumpul, kamu akan menginap di dalamnya,
rumah itu ada di sana untuk menerima semua dari kalian. Aku akan menyebutnya ‘Babilon’ yang
berarti ‘rumah-rumah para dewa yang hebat’, aku akan membangunnya dengan keahlian orang orang yang terampil.”
saat para dewa, ayahnya, mendengar perkataanya ini, Mereka menanyakan pertanyaan
berikut ini kepada Marduk, putra pertama mereka:
“Dari semua yang sudah tanganmu ciptakan, Siapa yang akan memiliki wewenangmu? Dari
semua tanah yang sudah tanganmu ciptakan, Siapa yang akan memiliki kekuasaanmu? Babilon,
yang sudah kamu berikan nama yang bagus, Di sanalah rumah kami untuk selamanya!
. , biarkanlah mereka membawa makanan harian kami, kami , Jangan biarkan ada
yang merampas pekerjaan yang sebelumnya kami lakukan, Di sana pekerjaannya .”
Marduk bergembira saat dia mendengar hal ini dan Dia menjawab dewa itu yang
sudah bertanya kepadanya, Dia yang membunuh Tiamat menunjukkan terang kepada mereka,
Dia membuka mulutnya, perkataannya mulia:
“. mereka , akan dipercayakan kepada kalian.”
dewa itu membungkuk di hadapannya, mereka berkata kepadanya, Mereka berkata
kepada Lugaldimmerankia:
“Sebelumnya raja itu hanyalah putra kita yang tercinta, Sekarang dia yaitu raja kita,
nyatakanlah gelarnya! Dia yang mantera sucinya memberikan kita kehidupan, Dialah raja dari
keindahan yang luar biasa,tongkat kebesaran, dan tongkat kekuasaan. Ea yang mengetahui
keahlian semua keterampilan, Biarkanlah dia yang menyiapkan rencana-rencana, kita akan
menjadi pekerjanya.”
Tablet VI
saat Marduk mendengar kata-kata dari para dewa itu, Hatinya mendorongnya untuk
membuat karya-karya yang cerdik. Membuka mulutnya, dia memanggil Ea untuk mengatakan
rencana yang sudah ia pikirkan di dalam hatinya:
“Aku akan menggumpalkan darah dan membuat tulang. Aku akan membuat seorang primitif,
‘manusia’ akan menjadi namanya. Benar, aku akan menciptakan manusia primitif. Dia akan
diserahi tugas untuk melayani para dewa sehingga mereka bisa bersantai! Aku akan
memperbaiki perilaku para dewa. meski serupa dihormati, mereka akan dipisahkan menjadi
dua kelompok.” Ea menjawabnya, mengatakan suatu kata kepadanya, Memberinya rencana lain untuk bebasnya
para dewa:
“Biarkan hanya saudara-saudara lelaki mereka yang diserahkan; Dia sendiri akan mati
sehingga bangsa manusia akan terbentuk. Biarkanlah dewa yang hebat di sini di Majelis,
Biarkanlah yang bersalah yang diserahkan sehingga mereka akan bertahan.”
Marduk memerintahkan para dewa yang hebat untuk Berkumpul; Memimpin dengan belas kasih,
dia memberikan petunjuk-petunjuk. Para dewa memperhatikan kata-katanya. Raja itu
menujukan suatu kata kepada Anunnaki:
“Jika pernyataan kalian yang terdahulu yaitu benar, Sekarang nyatakanlah kebenaran itu
dengan bersumpah di hadapanku! Siapakah yang merencanakan kebangkitan ini, Dan membuat
Tiamat memberontak, dan mulai bertempur? Biarkanlah dia yang merencanakan kebangkitan ini
diserahkan. Aku akan membuatnya menanggung kesalahannya. Kalian akan tinggal dalam
kedamaian!”
Igigi, dewa yang hebat, menjawabnya: Kepada Lugaldimmerankia, penasihat para dewa,
raja mereka: “yaitu Kingu yang merencanakan kebangkitan ini, Dan membuat Tiamat
memberontak, dan mulai bertempur.”
Mereka mengikatnya, menahannya di hadapan Ea. Mereka menetapkan kesalahannya dan
merusakkan pembuluh darahnya. Dari darahnya mereka membuat umat manusia. Dia
menetapkan pelayanan dan membebaskan dewa itu.
Sesudah Ea, yang bijaksana, menciptakan umat manusia, sudah menetapkan pelayanannya untuk
dewa itu - Karya itu tidak bisa dimengerti; Direncanakan dengan cerdik oleh Marduk,
demikian pula diciptakan oleh Nudimmud --
Marduk, raja dari para dewa memisahkan semua Anunnaki atas dan bawah. Dia
menugaskan mereka kepada Anu untuk menjaga petunjuk-petunjuknya. Tiga ratus
ditempatkannya sebagai suatu penjagaan. Dengan cara seperti itulah dia membatasi bumi.
Dengan demikian dia sudah menempatkan enam ratus di langit dan di bumi. Sesudah dia
memerintahkan semua petunjuk-petunjuk, Langit dan bumi sudah memberikan bagian mereka
kepada Anunnaki, Anunnaki membuka mulut mereka dan berkata kepada Marduk, raja mereka:
“Sekarang, O raja, kamulah yang sudah menyelamatkan kami, Apa yang akan menjadi
penghormatan kami kepadamu? Biarkanlah kami membangun sebuah tempat suci yang
namanya akan disebut ‘Lo, sebuah kamar bagi kami untuk beristirahat di malam hari’; biarkanlah
kami beristirahat di dalamnya! Biarkanlah kami membangun sebuah tahta, sebuah tempat
peristirahatan untuk tempat tinggalnya! Pada hari kami tiba kami akan beristirahat di dalamnya.”
saat Marduk mendengar hal ini, Wajahnya bersinar terang, seperti siang hari: “Bangunlah
Babilon, bangunan yang sudah kalian minta, biarkan pekerjaan membangunnya dibuat. Kalian
akan menamakannya ‘Tempat beribadah’.”
Anunnaki mempergunakan perkakas; Mereka mencetak batu bata untuk setahun penuh.
saat tahun kedua tiba, Mereka sudah membangun puncak Esagila setinggi Apsu. Sesudah
membangun sebuah menara-panggung setinggi Apsu, Mereka menyiapkan rumah untuk
Marduk, Enlil, dan Ea di dalamnya. Di hadapan mereka dia duduk dengan agung. Dia melihat
ke bawah ke dasar Esharra.
Sesudah mereka berhasil membangun Esagila, Semua Anunnaki mendirikan tempat-tempat suci
mereka. Ketiga ratus Igigi semua dari mereka berkumpul, Raja berada di mimbar yang
amat tinggi yang sudah mereka bangun sebagai tempat tinggalnya, Para dewa, ayah- ayahnya, dia duduk di perjamuannya: “Inilah Babilon, tempat yang merupakan rumah kalian!
Ramaikanlah halamannya, tempatilah tempat-tempatnya yang luas.”
dewa yang hebat mengambil tempat duduk mereka, Mereka melakukan minuman
perjamuan, duduk di dalam sebuah pesta. Sesudah mereka sudah membuat kemeriahan di
dalamnya, Di Esagila, yang mewah, sudah melakukan ritual mereka, Aturan-aturan sudah
ditentukan dan semua ramalan-ramalan mereka, Semua dewa membagi tempat-tempat di langit
dan bumi secara adil. Lima puluh dewa yang hebat mengambil tempat mereka. Tujuh dewa
nasib menentukan yang tiga ratus orang di langit. Enlil mengangkat busur, senjatanya, dan
meletakkannya di hadapan mereka. Para dewa, ayahnya melihat jaring yang sudah dia
buat. saat mereka memperhatikan busur itu, bagaimana ahlinya busur itu dibentuk, Ayah ayahnya memuji pekerjaan yang sudah dia lakukan. Mengangkatnya, Anu berbicara di dalam
Majelis para dewa, Sambil dia mencium busurnya: “Inilah putriku!” Dia memberi busur itu nama nama sebagai berikut: “Yang pertama yaitu Busur besar, yang kedua yaitu Akurat; Namanya
yang ketiga yaitu Bintang-Busur, aku sudah membuatnya bersinar di langit.”
Dia menetapkan jabatannya dengan dewa saudara laki-lakinya. Sesudah Anu memutuskan
nasib busur itu, Dan sudah menempatkan singgasana kerajaan yang amat tinggi di hadapan para
dewa, Anu menempatkannya di dalam Majelis dewa. saat dewa yang hebat sudah
dikumpulkan, Mereka meninggikan takdir Marduk, mereka membungkuk, Mereka menyatakan
sebuah kutuk di antara mereka sendiri, Bersumpah atas air dan minyak untuk menempatkan
kehidupan di dalam mara bahaya. saat mereka sudah menganugerahinya dengan kedudukan
sebagai raja para dewa, saat mereka sudah memberinya penguasaan atas dewa di langit
dan di neraka, Anshar menyatakan namanya sebagai yang tertinggi, Asarluhi, berkata:
“Marilah kita patuh pada namanya, biarkan dewa memperhatikan kata-katanya, biarkan
perintahnya ditinggikan di atas dan di bawah! Putra yang paling dimuliakan, pembalas dendam
kita; biarkan kekuasaannya menjadi tiada bandingannya, tidak memiliki lawan. Semoga dia
melindungi yang berkepala hitam, makhluk-makhluknya. Sampai ke hari-hari terakhir, tanpa
melupakan, biarkan mereka meneriakkan kelakuannya. Semoga dia membuat persembahan persembahan makanan bagi ayahnya; Dukungan mereka akan melengkapi, akan
menjaga kuil-kuil mereka. Semoga dia membuat kemenyan tercium, mantera-mantera
mereka, membuat suatu kemiripan di bumi seperti apa yang sudah dia buat di langit. Semoga dia
memerintah yang berkepala hitam untuk menghormatinya, Semoga perkara ini selalu diingat
untuk membicarakan dewa mereka, Dan semoga mereka memperhatikan para dewi sebab kata katanya. Semoga persembahan makanan diberikan untuk para dewa dan dewi
mereka. biarkan mereka mendukung dewa mereka tanpa kegagalan! Negeri-negeri
mereka membuat mereka berkembang, membangun tahta mereka, biarkan yang berkepala hitam
melayani dewa mereka. sedang kita, dengan nama apapun yang kita nyatakan,
dialah raja kita! Marilah kita nyatakan kelima puluh namanya:
‘Dia yang sikapnya mulia, yang kelakuan-kelakuannya juga mulia, MARDUK, seperti Anu,
ayahnya, memanggilnya dari waktu kelahirannya; Yang menyediakan tempat-tempat makan dan
minum, menyuburkan petak-petak mereka, Yang dengan badai-banjir, senjatanya, menaklukkan
pemfitnah-pemfitnah, Dan yang para dewa, ayahnya, selamatkan dari kesedihan.
Sungguh, Putra Matahari, dialah yang paling bercahaya di antara para dewa. Dalam cahayanya
yang terang biarkan mereka berjalan untuk selamanya! Atas orang-orang yang diciptakannya,
dianugerahinya kehidupan, Dia membebankan pelayanan atas dewa sehingga
mereka bisa beristirahat. Penciptaan, perusakan, penyelamatan, anugerah - Akan terjadi oleh
perintahnya. Mereka akan menghormatinya! MARUKKA sungguh yaitu dewa,
pencipta segala sesuatu, Yang menggembirakan hati Anunnaki, menenangkan Igigi.
MARUTUKKU benar-benar yaitu tempat perlindungan negeri, kota, dan orang-orangnya.
Kepadanyalah orang-orang akan memanjatkan pujian untuk selama-lamanya.
BARASHAKUSHU berdiri dan menahan perasaannya; Hatinya lapang, perhatiannya hangat.
LUGALDIMMERANKIA yaitu namanya yang kita nyatakan di dalam Majelis kita. Perintah perintahnya akan kita muliakan di atas para dewa, ayahnya. Benar, dialah raja dari semua dewa di surga dan neraka, Raja yang atas hukumannya dewa di atas dan di bawah
berduka cita.” NARI-LUGALDIMMERANKIA yaitu namanya yang kita sebut untuk
peringatan bagi para dewa; Yang sudah menemukan tempat bagi kita untuk mencari perlindungan
dari masalah di bumi dan di surga, Dan yang membagikan tempat bagi Igigi dan Anunnaki. Pada
namanyalah dewa akan gemetar dan menggigil dalam perlindungan. ASARULUDU
yaitu nama yang Anu, ayahnya, nyatakan baginya. Dia benar-benar yaitu terang di antara
para dewa, pemimpin yang besar, Yang, merupakan dewa pelindung dewa dan tanah, Di
dalam perkelahian satu lawan satu yang sengit dalam kondisi bahaya sudah menyelamatkan
tempat tenang kita. Yang kedua, Asaruludu mereka namakan NAMTILLAKU, Dewa yang
mempertahankan kehidupan, Yang memulihkan dewa yang hilang, seperti ciptaannya
sendiri; Dewa yang membangkitkan kembali dewa yang sudah mati dengan manteranya
yang suci, Yang mematikan musuh-musuh yang suka melawan. Marilah kita memuji
keberaniannya! Asaruludu, yang nama ketiganya disebut NAMRU, Dewa yang bersinar yang
menerangi jalan kita. Ketiga namanya sudah dinyatakan oleh Anshar, Lahmu, dan Lahamu;
Kepada dewa, putra-putra mereka, mereka berkata: “Kami sudah menyatakan ketiga
namanya. Seperti juga kami, ucapkanlah nama-namanya!”
Dengan bahagia dewa menuruti perintah mereka, Seperti di Ubshukinna mereka
bertukar pikiran: “Kepada putra yang pemberani, pembalas dendam kita, Kepada pendukung
kitalah kita akan memuliakan namanya!”
Mereka duduk di dalam Majelis mereka untuk menentukan nasib, Semua dari mereka
mengucapkan namanya di dalam kuil.
Tablet VII
ASARU, pemberi kesuburan tanah, yang menentukan tingkat air; Pencipta biji-bijian dan
rumput-rumputan, yang membuat tanaman bertunas. ASARUALIM, yang diberikan
tempat kehormatan dalam perundingan; Kepada siapa dewa berharap, yang tidak
memiliki rasa takut. ASARUALIMNUNNA, yang berbelas kasihan, terang bagi ayahnya,
yang memperanakannya, Yang mengurus perintah-perintah Anu, Enlil, Ea, dan Ninigiku. Dia
yaitu pemberi mereka yang menugasi bagian-bagian mereka, Yang kelebihannya banyak
sekali, bertambah banyak . TUTU yaitu dia, yang mempengaruhi pemulihan mereka.
biarkan dia memurnikan tahta mereka sehingga mereka menbisa kan ketentraman. biarkan dia
memikirkan mantera sehigga dewa bisa beristirahat. Apabila mereka bangkit dalam
kemarahan, biarkan mereka berpaling kembali. Sungguh, dia yaitu yang tertinggi di dalam
Majelis dewa; Tidak ada seorangpun di antara dewa yang bisa menyamainya.
Tutu yaitu ZIUKKINNA, kehidupan dari pasukan dewa, Yang membangun surga suci
bagi dewa; Yang menjaga sikap mereka, menentukan arah mereka; Dia tidak akan
dilupakan oleh yang dikaburkan. biarkan mereka Mengingat kelakuan-kelakuannya! Yang
ketiga Tutu mereka sebut sebagai ZIKU, yang membuktikan kesucian, Dewa dari nafas
kebaikan, raja yang mendengarkan dan mengabulkan; Yang menghasilkan kekayaan dan
harta benda, yang menetapkan banyak sekali; Yang sudah mengubah semua keinginan kita
menjadi banyak sekali; Yang nafas kebaikannya kita hirup dalam kesedihan yang menyakitkan.
biarkan mereka berbicara, biarkan mereka memuliakan, biarkan mereka memanjatkan puji-pujian
baginya! Tutu, yang keempat, biarkan orang-orang memuliakannya sebagai AGAKU, Sang
raja jampi-jampi suci, yang membangkitkan kembali yang mati; Yang memiliki belas kasihan
atas dewa yang sudah ditaklukkan, Yang sudah melepaskan ikatan yang membebani dewa dewa, musuh-musuhnya, Dan yang, untuk menebus mereka, menciptakan umat manusia; Yang
berbelas kasihan, di dalam siapa terletak kekuasaan untuk memberi kehidupan. Semoga
kata-katanya bertahan, tidak dilupakan, Di mulut yang berkepala hitam, yang sudah tangan tangannya ciptakan. Tutu, yang kelima, yaitu TUKU, yang mantera sucinya akan
diucapkan mulut-mulut mereka, Yang dengan jampi kudusnya sudah memberantas semua yang
jahat. SHAZU, yang mengetahui hati dewa, Yang memeriksa bagian dalam; Dari siapa
orang berdosa tidak akan lolos, Yang mendirikan Majelis dewa, menyenangkan hati
mereka; Yang mengalahkan yang sombong; perlindungan mereka yang tersebar luas; Yang
mengarahkan keadilan, memberantas semua kata-kata yang tidak jujur, Siapa yang salah dan
benar dipisahkan di dalam hatinya. Kedua, Shazu mungkin mereka muliakan sebagai Zisi, Yang mengatasi pemberontak; Yang menghilangkan kegemparan dari tubuh para dewa,
ayahnya. Yang ketiga, Shazu yaitu, SUHRIM, yang dengan senjata membasmi
semua musuh-musuh, Yang menghalangi rencana-rencana mereka, menghamburkan mereka ke
angin; Yang menghapuskan semua yang jahat yang gemetar di hadapannya. biarkan dewa dewa bergembira di Majelis! Yang keempat, Shazu yaitu, SUHGURIM, yang memastikan
suatu kesaksian bagi para dewa, ayahnya, Pencipta para dewa, ayahnya, Yang
membasmi musuh-musuh, mematikan keturunan mereka; Yang menghalangi kelakuan kelakuan mereka, tidak menyisakan apapun untuk mereka. biarkan namanya dibangkitkan dan
dibicarakan di negeri! Yang kelima, Shazu akan mereka puja sebagai ZAHRIM, raja dari
yang hidup, Yang mematikan semua musuh, semua yang tidak menurut; mengejar yang
jahat; Yang dibawa pulang semua dewa pelarian ke dalam tempat suci mereka. biarkan
namanya ini menjadi kekal! Di samping itu, kepada Shazu, diserahkan segala kehormatan
sebagai zahgurim, yang semua musuhnya dimatikan seperti dalam peperangan. enbilulu, raja yang membuat mereka bertumbuh, dialah; yang berkuasa yang
menamai mereka, yang memulai persembahan-daging; yang selalu mengatur tanah, makanan,
dan tempat-tempat air; yang membuka sumur-sumur, membagi air yang banyak secara
adil. yang kedua, enbilulu, akan mereka muliakan sebagai epadun, raja yang
menyirami padang, mengairi langit dan bumi, yang menentukan deretan-deretan biji, Yang
membentuk tanah yang sudah dibajak dengan baik di padang rumput, Mengatur bendungan dan
parit, yang membatasi alur, yang ketiga, Enbilulu, akan mereka puji sebagai ENBILULUGUGAL, Yang mengairi area perkebunan para dewa; Raja dari hasil panen yang
banyak, berlimpah ruah, dan cukup, Yang menyediakan kekayaan, memperkaya semua
tempat tinggal, Yang menyediakan gandum, membuat jawawut bertumbuh. Enbilulu yaitu
HEGAL, yang menimbun banyak untuk makanan orang-orang; Yang membuat hujan
deras di seluruh bumi yang luas, memelihara kehidupan tanaman. SIRSIR, yang
menimpakan sebuah gunung di atasnya, Tiamat, Yang menyeret mayat Tiamat dengan
senjatanya; Yang mengurusi tanah - pelindung mereka yang setia; Yang rambutnya yaitu
padang biji-bijian, topinya yaitu alur-alur; Yang melompati lautan yang terbentang luas dalam
amarahnya,Menyeberanginya seperti sebuah jembatan pada waktu perkelahian satu lawan satu.
Yang kedua, Sirsir, mereka namakan MALAH - dan lalu - Tiamat yaitu pesawatnya
dan dialah pengendaranya. GIL, yang mengumpulkan timbunanbiji-bijian -
timbunan yang padat - Yang menghasilkan jawawut dan gandum, menyediakan biji biji di tanah. GILMA, yang membuat rumah yang amat tinggi para dewa bertahan,
Pencipta keamanan, Kegembiraan yang menyatukan badan, yang mempersembahkan hal hal yang baik. AGILMA, yang dimuliakan, yang melepaskan mahkota dari tempat yang
salah, Yang menciptakan awan-awan di atas air, membuatnya tetap di tempat yang tinggi.
ZULUM, yang menunjukkan padang-padang untuk para dewa, membagi-bagikan ciptaan, Yang
menganugerahi bagian-bagian dan persembahan makanan, menjaga tempat tempat suci. MUMMU, Pencipta langit dan bumi, yang mengurus . Yang kedua, dewa
yang menyucikan langit dan bumi yaitu, ZULUMMAR, Yang tidak bisa ditandingi dewa dewa lain dalam hal kekuatan. GISHNUMUNAB, Pencipta semua manusia, yang membuat
pembagian-pembagian dunia, Pemati dewa Tiamat; yang membuat manusia dari
bagian-bagian tubuh mereka. LUGALABDUBUR, raja yang menggagalkan pekerjaan
Tiamat, merusakkan senjata-senjatanya; Yang dasarnya kuat di depan dan di belakang.
PAGALGUENNA, yang pertama dari semua dewa, yang kekuatannya terkenal; Yang
terbaik di dalam tempat kediaman kerajaan, paling dimuliakan di antara dewa.
LUGALDURMAH, raja, penyatu para dewa, raja dari Durmah, Yang terbaik di dalam tempat
kediaman kerajaan, paling dimuliakan di antara dewa. ARANUNNA, penasihat Ea,
pencipta para dewa, ayahnya, Sikapnya yang baik tidak tertandingi oleh dewa
manapun. dumuduku, tempat tinggalnya yang suci diperbaharui di duku; dumuduku,
tanpanya lugalkuduga tidak membuat keputusan. lugallanna, raja yang
kekuatannya terkenal di antara dewa, raja, kekuatan anu, yang menjadi yang tertinggi pada sebutan anshar. lugalugga, yang memenangkan mereka semua dari perjuangan,
Yang memiliki semua kebijaksanaan, pandangannya luas. IRKINGU, yang menyeret Kingu
dalam sengitnya peperangan, Yang memberikan bimbingan bagi semua, menentukan peraturan.
kinma, yang mengatur semua dewa, pemberi nasihat, kepada namanya para dewa
bergetar dalam ketakutan, seperti pada waktu badai. esizkur akan duduk tinggi di dalam
rumah orang yang berdoa; semoga dewa membawakan persembahan
mereka ke hadapannya, sehingga dari dialah mereka akan menerima tugas-tugas mereka; tidak
ada seorangpun yang tanpa dia bisa menciptakan karya-karya yang indah. empat orang
berkepala hitam yaitu salah satu di antara makhluk-makhluknya; selain darinya tidak ada
dewa yang mengetahui jawaban dari hari-hari mereka. gibil, yang tetap mempertahankan
ketajaman senjatanya, yang menciptakan karya-karya yang cerdik dalam pertempuran dengan
Tiamat; Yang memiliki kebijaksanaan yang luar biasa, pandai dalam kemampuan untuk mengerti
sesuatu, Pikirannya saat luas sehingga dewa, semua dari mereka, tidak mampu
mengertinya. jadilah addu namanya, seluruh langit diliputinya. semoga kemurahan
hatinya selalu diserukan di seluruh dunia; semoga dia, sebagai mummu, mengurangi
awan-awan; di bawah, semoga dia menyediakan makanan bagi orang-orang. asharu,
yang, seperti namanya, membimbing dewa nasib; semua orang benar-benar ada di dalam
kendalinya. nebiru akan menjaga penyeberangan antara langit dan bumi, sehingga dewa dewa tidak bisa menyeberang ke atas dan ke bawah, mereka harus melayaninya. nebiru
yaitu bintang yang terang yang berada di langit. dia sungguh memegang jabatan
pusat, mereka akan membungkuk kepadanya, berkata: “dia menyeberangi lautan dengan tanpa
lelah, biarkan ‘menyeberang’ menjadi namanya, yang mengatur di antaranya. semoga mereka
mendukung arah bintang-bintang di langit; Semoga dia melindungi semua dewa seperti
domba. Semoga dia menaklukkan Tiamat; semoga kehidupan Tiamat menjadi sukar dan
pendek! Di masa depan manusia, saat hari-hari sudah menjadi tua, Semoga Tiamat menarik diri
tanpa henti dan menjauh untuk selamanya. sebab dia menciptakan ruang angkasa dan
membuat tanah yang padat, Ayah Enlil menyebutnya sebagai raja negeri-negeri.’
saat semua nama yang dinyatakan igigi, sudah didengar oleh ea, jiwanya bahagia, oleh
sebab itu:
“dia yang nama-namanya sudah dimuliakan oleh ayahnya, dia benar-benar sejajar
denganku; namanya akan menjadi ea. dia akan mengurus semua gabungan ritual
ritual-ku, dia akan melakukan semua perintah-perintahku!”
dengan “lima puluh” nama yang sudah dinyatakan dewa yang besar kepadanya yang
bernama lima puluh buah dan membuat sikapnya menjadi yang tertinggi.biarkan mereka tetap diingat dan biarkan sang pemimpin menjelaskan mereka. biarkan yang
bijaksana dan yang cerdik merundingkan mereka bersama-sama. biarkan sang ayah
menceritakan mereka dan menyampaikan kepada putranya. biarkan telinga-telinga para
pelindung dan pemelihara menjadi terbuka. biarkan dia bahagia di dalam Marduk, Enlil dari
dewa, Sehingga negerinya menjadi subur dan dia menjadi makmur. Perintahnya
tegas, perintahnya tidak bisa dirubah, Tidak ada seorang dewapun yang akan merubah kata kata dari mulutnya. Pada waktu dia melihat dia tidak memutar lehernya; saat dia marah, tidak
ada seorang dewapun yang bisa menahan kemarahannya. Pikirannya luas, belas kasihannya
besar, Pendosa dan pelanggar akan dihukum di hadapannya. Dia menuliskan dan dengan cara
demikian mempertahankannya di masa mendatang. rumah Marduk yang dewa,
Igigi, sudah buat, biarkanlah mereka berbicara. lagu Marduk, Yang sudah
menaklukkan Tiamat dan mencapai kedudukan raja.