berdasarkan bukti video berjudul On the Brink A Gallery of Wild Sharks tampak bahwa gurita mampu membunuh hiu, McMenamin menjumpai adanya struktur tulang yang aneh pada ichthyosaurus,Ichthyosaurus tidak langsung dibunuh ,kemungkinan pelaku membawa ichthyosaurus ke suatu tempat tertentu sebelum dibunuh,oleh sebab itu karakter seperti itu hanya dimiliki gurita modern,gurita modern mematahkan batang leher ichthyosaurus sebelum menenggelamkanya ,adanya bekas hisapan pada tulang belakang ichthyosaurus ini kemungkinan dilakukan oleh gurita jenis Cephalopoda-Coleoidea, entah itu Cephalopoda-Coleoidea yang sudah pernah hidup dijaman purba maupun Cephalopoda-Coleoidea yang tidak pernah hidup dijaman purba,selain bukti video ada bukti lain yang mendukung, yaitu adanya tulang rusuk yang rusak,namun hingga saat ini gurita purba sebagai pelaku utama belum ditemukan , tubuh Gurita purba yang sebagian besar lunak, hanya mempunyai gigi yang keras tidak mungkin terawetkan hingga saat ini,
halaman 2
-- Vektor
Vektor adalah agen pembawa penyakit, biasanya hidup di perairan bersama binatang budidaya ,dalam parasitologi, vektor diartikan sebagai binatang yang memindahkan parasit stadium infektif dari binatang penderita ke binatang penerima. binatang yang
memindahkan agen penyakit itu aktif bergerak dari satu tempat ke tempat lain, jadi dengan arah atau tujuan tertentu. golongan krustacea biasanya menjadi
pembawa penyakit di areal tambak udang. adanya vektor di areal budidaya sangat berpengaruh terhadap masuknya patogen dan serangan patogen terhadap
ikan.Ada tiga sumber adanya binatang lain diluar kultivan budidaya membahayakan keberlangsungan budidaya yaitu: binatang yang berperan sebagai host-antara parasit ikan, atau parasit yang memerlukan ikan sebagai host-antara. contoh nya: keong air, katak, moluska, burung. binatang yang berfungsi sebagai vektor (pembawa penyakit). contoh nya leech Hama dan organisme pengganggu. contoh nya ular, burung, larva insekta.
--Parasit itu sendiri
keadaan parasit sangat berpengaruh terhadap tingkat investasi pada inang. Biasanya parasit menyerang pada tahap-tahapan perkembangbiakan tertentu.
Parasit Ichtyopthyrius multifilis biasanya mulai menginfeksi pada tahap trophont. Selain jenis parasit, jumlah parasit juga berpengaruh terhadap tingkat investasi dari parasit.
-- Lingkungan
Sistem pertahanan tubuh (sistem imunitas ) dipengaruhi oleh keseimbangan dan ketidakseimbangan antara lingkungan dan ikan itu sendiri. Dalam keadaan normal, ikan berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam interaksi ini semua
sistem bekerja. bila keadaan perairan tempat ikan hidup sudah mengalami perubahan sebab ada bahan-bahan yang masuk secara terus menerus dalam
jangka waktu yang lama, maka akan memicu perubahan pada sistem immunologi ikan. ini terjadi sebab sistem immunologi ikan berkaitan dengan sistem ketahanan tubuh, dimana ikan mempertahankan diri untuk tetap hidup dalam keadaan lingkungan yang berbeda dari keadaan normal. Sistem pertahanan tubuh ikan ini berkaitan dengan adanya sel-sel pertahanan tubuh seperti leukosit (monosit, neutrofil, eusonofil, basofil) dan trombosit. juga berkaitan dengan bahan-bahan yang dikeluarkan oleh tubuh sebagai tanggapan tubuh terhadap stress yang dialaminya seperti kortisol dan glukosa dalam plasma. Terganggunya sistem imunitas ikan mempengaruhi daya tahan tubuh organisme dalam mengendalikan infeksi penyakit ,
-Kimia Perairan
Beberapa parameter yang masuk dalam indikator kimia yaitu : Asam basa, CO2, gas oksigen (O2), gas amonia (NH3), amonium (NH4 +) dan gas lain (P2, S2, CH4).
Asam basa perairan ini terkait dengan i) nilai basa (pH), ii) aciditas/ alkainitas, iii) kesadahan, iv) kalsium (Ca++), v) buffer/larutan penyangga. Pengukuran pH ini dipentingkan sebab parameter ini dapat memicu ikan
atau biota dalam suatu perairan mati mendadak. Itu dipicu sebab pada saat pH rendah, ion H+ tinggi ini memicu ion (negatif) dalam insang keluar dan ion + (positif) masuk ke dalam insang sehingga keseimbangan sel insang jadi tidak seimbang, akibatnya insang berlendir yang memicu O2 sulit diserap insang masuk ke dalam tubuh ikan. Aciditas (kemasaman) dan alkalinitas (kebasaan) atau daya mengikat asam seperti Na+, K+, Ca++, Mg++, Fe dan OH- . saat mengukur alkalinitas ,sebetulnya dalam mengukur ion-ion di atas. Ada dua macam alkalinitas yaitu pertama CO3 = atau alkalinitas pp (phenol ptealin)/alkalinitas karbonat biasanya dipakai saat pH perairan >8,1 dan kedua HCO3 -
atau alkalinitas mo (methyl orange)/alkalinitas bikarbonat, yang biasa diukur saat pH perairan
3,2 8,1. Jumlah kedua alkalinitas adalah alkalinitas total. Kesadahan terkait dengan uin Ca++, Mg++, Fe++atau 3+. Arti dari kesadahan ini yaitu :
Air tidak sadah / tawar nilainya 0 50 mg/l CaCO3
Air sadah/payau nilainnya 50 - 150 mg/l CaCO3
Air sangat sadah/laut nilainya >150 mg/l CaCO3
Kalsium (Ca++) hanya diperlukan pada budidaya air tawar sebab di perairan laut sudah banyak jumlahnya. Parameter ini sangat penting diukur untuk budidaya. Nilainya > 12 mg/l Ca++ (CaCl2, CaCO3, CaSO4). Ion Ca++ berubah saat pH berubah. Buffer atau larutan penyangga yaitu larutan yang bisa menahan perubahan pH sebab penambahan asam/basa.
Parameter kimia lain yang biasa didiagnosa pada perairan yang diduga ada pemicu stres yaitu karbondioksida (CO2), gas oksigen (O2), gas ammonia (NH3) dan gas ammonium (NH4+) dan gas lainnya. Karbondioksida dipakai oleh tumbuhan untuk fotosintesis, berbahaya bagi ikan pada konsentrasi < 5 mg/l. saat CO2 rendah atau tinggi ini dapat menjadi indikasi bahwa sudah terjadi perubahan pada lingkungan perairan. Gas oksigen sangat diperlukan oleh makhluk hidup sehingga ini sangat penting diukur untuk mengetahui terjadi pencemaran atau tidak diperairan. saat gas oksigen tinggi bisa membunuh ikan sebab saat itu gas O16 berubah menjadi O18 dan gas ini yang bersifat racun. Gas ammonia (NH3) dan gas ammonium (NH4 +) berbahaya bagi binatang .
Gas BM yang kecil lebih mudah masuk ke dalam aliran darah dibandingkan dengan gas dengan BM yang lebih besar. Gas lain yang juga penting didiagnosa
yaitu P2, S2 dan CH4. gas-gas ini muncul sebab oksidasi yang tidak sempurna dan berbahaya bagi ikan, khusus untuk gas S2, saat O2 berlebih akan menjadi H2S. yang bersifat racun. keadaan lingkungan yang mengalami perubahan dapat menjadi pemicu
menurunnya keseimbangan tubuh ikan (biota air) sehingga memicu daya tahan tubuh ikan menjadi menurun, pada keadaan ini ikan menjadi lebih rentan
terhadap infeksi patogen. juga , keadaan lingkungan yang sangat buruk (peningkatan bahan organik, amoniak) menjadi salah satu dari beberapa pemicu naiknya perkembangbiakan patogen tertentu seperti Trichodina sp., dan cacing Ascaropis sp. dan Camallanus sp., sehingga saat perkembangbiakan
patogen meningkat, bisa memicu intensitas penyerangan pada ikan meningkat juga yang akhirnya memicu kejadian penyakit meningkat. bahwa efek
lingkungan terhadap kejadian penyakit pada lingkungan budidaya memiliki efek yang kuadratik, yaitu berpengaruh langsung terhadap biota (memicu penyakit non infeksius karana faktor lingkungan dan
memicu penurunan keadaan kesehatan ikan) dan juga berpengaruh terhadap peningkatan jumlah patogen pada perairan.
- Fisika Perairan
Parameter yang termasuk dalam fisika perairan, antara lain suhu , salinitas (Tekanan Osmotik), kekeruhan/kecerahan, TDS/TSS, kuat arus, warna, rasa dan bau. suhu dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung biasanya berefek mematikan saat berada di atas ataupun di bawah suhu normal (± 5 oC) tiap pribadi memiliki kisaran suhu
yang berbeda sehingga efek yang dimunculkan juga bisa berbeda. efek lain yang lebih berbahaya yaitu efek yang tidak mematikan namun bersifat letal. Pada kisaran suhu ini ikan tidak mati namun masih dalam tahap mengganggu proses fisiologis dan metabolisme di dalam tubuhnya saja. pengaruh yang tidak langsung maksudnya yaitu bahwa suhu ini sangat mempengaruhi keadaan kualitas air yang lain, artinya suhu dapat menjadi pemicu atau penurunan kualitas air yang lain seperti oksigen, karbondioksida dan pH.
saat suhu naik memicu gas oksigen turun ini biasanya yang memicu ikan hipoksia. saat suhu turun, berpengaruh terhadap pH atau drajat keasaman
Salinitas termasuk dalam parameter dalam fisika air, meskipun salinitas juga terkait dengan faktor kimia air. Salinitas ini biasa diukur sebab selain berkaitan dengan oksigen dan unsur atau senyawa kimia lain dalam perairan seperti unsur fosfor/F, calsium/Cl, brom/Br, dan iodium/I yang semuanya berpengaruh terhadap pH. Salainitas ini masuk sebagai parameter fisika sebab terkait dengan tekanan osmotik, masuk dalam parameter kimia sebab ada senyawa NaCl yang terkait.
Kekeruhan dan kecerahan juga biasa di analisa. Kekeruhan dapat dipicu sebab faktor abiotik yaitu pasir, lumpur dan sebagainya sedang faktor biotik pemicu nya yaitu sebab phytoplankton. Faktor ini berpengaruh sebab adanya buangan sluge dari industri atau sebab longsoran, tentu berpengaruh terhadap keadaan ekosistem perairan. sedang kecerahan yang diukur yaitu sinar yang dipantulkan ke mata pengukur
sedang kekeruhan yaitu sinar yang diserap oleh perairan.Keseluruhan faktor fisika perairan dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap terjadinya penyakit. Kualitas air (factor
fisika) yang buruk dapat mempengaruhi kerentanan ikan terhadap suatu patogen, artinya saat kualitas air buruk maka keadaan kesehatan ikan akan mengalami penurunan dan saat itulah agen penyakit/patogen akan mudah untuk menginfeksi ikan/inang. Pengaruh tidak langsung, penurunan kualitas air (peningkatan bahan organic dari sisa makanan , feses) dapat menjadi pemicu perkembangbiakan patogen tertentu seperti Trichodina, Ichtyoptirius multifillis,Aeromonas hydrophilla. saat jumlah patogen meningkat maka intensitas infeksi patogen itu pada inang akan meningkat juga.
Untuk melihat perubahan ketidaknormalan pada ikan yang terinfeksi suatu parasit dapat dilihat melalui gejala perilaku ikan, berupa perubahan pola renang, perubahan pada anatomi organ luar dan adanya perubahan pada organ dalam baik berupa perubahan pola warna, bentuk maupun konsistensinya. Tahapan pemantauan dan metode diagnosa antaralain :
--. perilaku Makan
Perubahan pada gejala perilaku ikan yang dapat dilihat yaitu perubahan perilaku makan. Ikan yang terinfeksi parasit biasanya mengalami perubahan nafsu makan, biasanya makanan yang dimakan .berkurang bahkan nafsu makan bisa hilang sama sekali. Perubahan pola makan yang dapat dilihat yaitu dengan melihat tanggapan ikan terhadap makanan yang .diberikan.
TABEL PENGARUH INFEKSI EKTOPARASIT PADA GERAKAN REFLEK TERHADAP .MAKANAN PADA IKAN MAS
Gerak reflek terhadap makanan yang lemah biasanya sebab tumpukan dari gejala perilaku ikan yang mengalami gangguan. adanya ektoparasit biasanya tidak memicu kematian secara langsung pada ikan namun nafsu makan yang menurun secara terus-menerus sebab adanya parasit ditubuhnya yang memicu kematian pada ikan.
--. Perubahan Pola Berenang
Perubahan pola renang dapat dipakai sebagai diteksi awal terjadinya serangan patogen, sebab pemantauan parameter ini relatif mudah yaitu pemantauan secara langsung tanpa melakukan nekropsi atau pembedahan.
Beberapa perubahan pola renang yang biasa dilihat untuk mengetahui adanya serangan parasit berupa perubahan gerakan pada kolom air (berenang di
permukaan, melayang atau di dasar akuarium), perpindahan badan (lemah atau agresif), bentuk cara berenang (berulang, berputar dan tidak beraturan) dan
gerakan operkulum dan pemantauan dilakukan selama 5 menit. Perubahan pola renang biasanya terjadi sesudah 6 jam sesudah infeksi, tergantung dari parasit yang menginfeksi, keadaan inang dan keadaan perairan. bahwa perubahan pola renang yang muncul pada inang yang terinfeksi patogen biasanya ikan cenderung agresif dengan sirip punggung yang mengembang atau berenang lemah di dasar akuarium. Perubahan terjadi biasanya mulai jam ke-6 sesudah infeksi yaitu pola renang ikan yang tidak beraturan dan cenderung soliter yaitu berenang terpisah dari golongan . Jenis atau type dari parasit itu sendiri juga sangat berpengaruh terhadap gejala renang yang muncul pada ikan yang terinfeksi. Perubahan pola
renang ini dapat dipakai untuk pendeteksian dini adanya serangan parasit, agar serangan tidak menjadi wabah. Namun kadang perubahan pola renang
yang terjadi pada ikan yang terinfeksi parasit itu hampir sama antara parasit yang satu dengan parasit yang lain. Namun tetap dapat dipakai sebagai pertanda adanya serangan parasit. Di bawah ini dijabarkan beberapa perubahan pola renang ikan hias air laut yang terinfestasi parasit.
TABEL GEJALA perilaku DAN PERUBAHAN ORGAN LUAR IKAN AMPHIPRION OCELLARIS YANG TERINFESTASI EKTOPARASIT
Gejala perilaku atau pola renang dapat dijadikan sebagai indikasi adanya serangan patogen (ektoparasit dan endoparasit), beberapa gejala tingkah
laku ikan mas yang dibudidayakan dalam karamba di sepanjang sungai .
TABEL HUBUNGAN GEJALA perilaku IKAN MAS DENGAN INFEKSI EKTOPARASIT YANG MENGINFEKSI
bahwa gejala awal yang terlihat jika ikan
mengalami gangguan dalam ini terinfeksi parasit yaitu ikan berenang lemah, miring dan berenang gasping. Ikan yang terinfeksi Dactylogyrus menandakan tubuh yang mengkilap ini dipicu produksi lendir yang berlebih. Dactylogyrus biasanya menginfeksi bagian kulit ikan. Lendir atau mucosa adalah zat yang dihasilkan tubuh yang fungsinya untuk mempertahankan diri terhadap bahan asing (antigen), dengan cara menghasilkan makrofag. Makrofag adalah satu diantara sistem imunitas selluler (mediated celluler) yang berfungsi memfagosit antigen. Jika ada sesuatu benda atau bahan asing yang menempel di tubuh ikan, ikan akan mengeluarkan lendir untuk memfagosit antigen itu . Antigen tidak hanya berupa agen pemicu penyakit, keadaan perairan yang berubah pun dapat memicu produksi lendir.
Warna alimen baru tubuh yang kusam biasanya terlihat sebab ikan produksi lendirnya menurun dan ikan terlihat kasat ini juga dapat dipicu .sebab banyaknya benda asing yang menempel ditubuhnya sehingga tubuh mengeluarkan lendir secara berlebihan yang memicu produksi lendir menurun draktis.
-- Perubahan Anatomi Organ Luar dan Organ Dalam
Perubahan yang dilihat pada anatomi luar berupa keadaan mata, operkulum, warna tubuh, keadaan sirip, pendarahan ,sedang perubahan anatomi dalam berupa perubahan warna, bentuk dan konsistensi organ otak, saluran pencernaan, hati dan ginjal ikan. Selain gejala
perilaku ikan yang tidaknormal , ikan mas yang dibudidayakan di karamba menandakan adanya perubahan anatomi organ luar
TABEL HUBUNGAN PERUBAHAN ANATOMI LUAR DENGAN INFEKSI EKTOPARASIT
ikan-ikan yang terinfeksi ektoparasit ini menandakan perubahan anatomi organ luar yang hampir sama,
tergantung organ targen parasit itu sendiri. Golongan protozoa seperti Trichodina dan Oodonium biasanya menginfeksi permukan tubuh ikan dan tidak jarang
ditemukan juga di organ insang. Parasit ini masuk ke insang bersama air. Ciliate .jenis ini menyerang epitel kulit yang memicu iritasi disebab kan oleh .gerakan tubuhnya. Iritasi yang terlihat berupa kemerahan pada organ yang terinfeksi dan infeksi pada jumlah yang banyak akan memicu adanya luka. juga sebab rusaknya epitel kulit tak jarang memicu adanya sisik
yang lepas, sehingga sering ditemukan ikan yang sebagian sisiknya tidak ada. perkembangbiakan parasit ini dilakukan di tubuh inang sehingga efek nya buruk. Parasit Trichodina ditemukan pada jumlah yang sedikit artinya dalam menginfeksi dia bersifat soliter atau tunggal dan tiap pribadi dapat memicu kerusakan yang luas. Infeksi awal pada insang akan memicu insang terlihat berdarah dan lembaran insang terlihat lengket tidak beraturan, ini dipicu sebab gerakan cilianya yang merusak epitel insang. Pada infeksi tingkat lanjut insang akan terlihat pucat sebab darah yang banyak keluar. Jenis-jenis cacing baik monogenea, digenea mapun nematoda biasanya
masuk kedalam bagian endodermis, ini disebab kan parasit-parasit itu memiliki jangkar atau alat hisap yang dapat menembus jaringan yang lebih .dalam. Dalam menginfeksi juga bersifat soliter atau tidak bergerombol. Organ target yang diinfeksi oleh golongan ini bisa lebih luas. Cacing-cacing itu dapat
ditemukan pada bagian mata, hidung, permukaan tubuh, sirip, dan anus. Kerusakan yang dimunculkan dapat lebih parah jika dibandingkan dengan infeksi protozoa. Infeksi awal Gyrodactyllus dapat memicu munculnya kemerahan dan sisik lepas, infeksi yang lebih jauh dapat muncul ulcus lalu luka pada permukaan tubuh atau organ yang terinfeksi lainnya. Tak jarang parasit ini ditemukan pada bagian sirip-sirip ikan. Gerakan ikan yang terinfeksi biasanya mengibasngibaskan siripnya saat berenang. Hal itu adalah cara ikan untuk melepaskan parasit yang menempel pada siripnya. efek yang dimunculkan
berupa munculnya kemerahan dan memicu sirip gripis atau sirip seperti terpotong namun tidak beraturan.
Dactyllogyrus, jenis monogenea selain Gyrodactyllus lebih sering ditemukan .di insang ikan. Sama halnya dengan Gyrodactyllus, parasit ini memiliki jangkar
yang dilengkapi bar yang dapat menembus kulit bagian dalam. Infeksi pada insang memicu insang berdarah ini dipicu sebab jangkar-jangkarnya mampu merobek pembuluh darah di insang ini yang memicu insang
terlihat menggumpal dan lengket. Tidak jarang darah muncul dan bercampur lendir. Infeksi lanjutan dapat memicu insang pucat sebab banyaknya darah keluar.
ditemukan Diplozoon pada insang. efek yang
dimunculkan hampir sama dengan infeksi Dactyllogyrus. Parasit yang infeksinya bersifat koloni yaitu parsit Epistylis, parasit ini selalu ditemukan bergerombol, bentuknya seperti balon terbang yang bertali. Sehingga tidak mengherankan jika akibat yang dimunculkan dari infeksi parasit ini sangat luas. Ciri khusus dari infeksi parasit ini yaitu adanya kemerahan, beberapa atau keseluruhan sisik lepas, dan tak jarang muncul luka yang melebar. ikan nila yang diinjeksi S.
agalactiae, menandakan perubahan makroskopis pada anatomi organ luar (mata, operkulum dan kepala) dan anatomi organ dalam (otak, ginjal) berupa perubahan warna dan konsistensi. tabel ini menjelaskan gejala pada ikan sesudah diinjeksi S. agalactiae tipe β-hemolitik dan non-hemolitik.
TABEL PATOLOGI ANATOMI MAKROSKOPIS ORGAN LUAR IKAN NILA SESUDAH DIINJEKSI STREPTOCOCCUS AGALACTIAE TIPE BERBEDA
Beberapa langkah diagnosa terhadap perubahan ketidaknormalan pada ikan yang terinfeksi suatu parasit dapat dilakukan dengan berbagai pemantauan dan pengukuran antaralain :
1. pemantauan Mean Time to Death (MTD)
pemantauan Mean Time to Death (MTD) dilakukan untuk mengetahui rata rata waktu kematian ikan uji yang terinfeksi S. agalactiae, yang dihitung dengan memakai rumus
FOTO RUMUS MTD
𝑴𝑻
Keterangan:
MTD = Mean Time to Death (rata rata waktu kematian)
A = waktu kematian (jam)
B = jumlah ikan mati setiap waktu pemantauan
pemantauan MTD ini dilakukan untuk mengetahui waktu rata-rata kejadian suatu penyakit memicu kematian pada inang. Ini membantu penanganan saat terjadi wabah. Patogen yang bersifat akut biasanya memicu kematian kurang dari 24 jam sesudah infeksi dan biasanya ikan-ikan terinfeksi patogen ini akan mengalami kematian yang cepat dan dalam jumlah yang banyak sehingga pencegahan lebih tepat dilakukan dengan melakukan pencegahan dari sistem budidayanya atau bila perlu diberikan imonostimulan dan atau vaksinasi. Contoh penyakit yang bersifat
akut yaitu bakteri Vibrio harvey pada udang, bakteri Aeromonas salmonicida pada ikan mas dan koi herves virus (KHV) pada ikan mas. sedang patogen yang waktu MTD-nya lebih dari 24 jam biasanya termasuk dalam patogen akut, yaitu waktu kematian terjadi dalam waktu yang lama, dan yang lebih menonjol dari tanda-tanda serangan penyakit ini yaitu adanya perubahan pada gejala baik perilaku , patologi anatomi organ luar maupun dalam ikan. Serangan bakteri Streptococcus agalactiae dan S. iniae lebih
bersifat kronis sebab kematian biasanya terjadi sesudah 96 jam sesudah injeksi.
2. pemantauan imajinasi Darah
pemantauan imajinasi darah diawali dengan pengambilan darah ikan dengan jarum suntik dari vena caudalis. Pengukuran parameter imajinasi darah
antara lain diferensial leukosit, total leukosit dan total eritrosit dilakukan mengikuti metode Blaxhall dan Daisley ,Secara terperinci, pengukuran imajinasi darah ikan dapat dilakukan dengan metode antaralain :
-- Diferensial Leukosit Metode Blaxhall dan Daisley
Buat sediaan ulas darah, keringkan di udara, fiksasi dengan methanol 5 menit; Bilas dengan akuades, keringkan, warnai dengan pewarna Giemsa 15
menit; Cuci dengan air mengalir dan keringkan di atas kertas tissu; Hitung jenis-jenis lekosit sampai berjumlah 100 sel.
-- Total Eritrosit Metode Blaxhall dan Daisley
contoh darah dihisap dengan pipet bersekala sampai 0.5, kemudian hisap larutan Hayem sampai skala 101, goyangkan agar bercampur homogen;
Buang tetesan pertama, berikutnya diteteskan ke dalam hemasitometer dan tutup dengan kaca penutup;
Perhitungan dilakukan pada 5 kotak kecil hemasitometer;
Jumlah eritrosit = jumlah eritrosit terhitung X 104
sel/mm3.
-- Kadar Hematokrit Metode Anderson dan Siwicki
contoh darah dimasukkan dalam tabung mikrohematokrit sampai 4/5 bagian tabung, sumbat ujungnya (bertanda merah) dengan kretoseal;
Sentrifus dengan sentrifus hematokrit selama 15 menit dengan kecepatan 3500 rpm; Kadar He dinyatakan sebagai % volume padatan sel darah.
--Total Leukosit Metode Blaxhall dan Daisley
contoh darah dihisap dengan pipet sampai skala 0.5 (pipet yang dipakai yaitu pipet khusus pengukuran leukosit), dilanjutkan dengan menghisap larutan Turk’s sampai skala 11, goyangkan pipet agar bercampur homogen; Buang tetesan pertama, tetesan berikutnya dimasukkan ke dalam hemasitometer dan tutup dengan kaca penutup; Perhitungan dilakukan pada 5 kotak besar hemasitometer;
Jumlah lekosit = jumlah sel lekosit terhitung X 50 sel/mm3
3. Pengukuran Indeks Fagositik
Pengukuran indeks fagositik dilakukan dengan metode Anderson dan Siwicki dengan cara mengambil sebanyak 50 μl darah dimasukkan ke dalam Effendorf, ditambahkan 50 μl suspensi Staphylococcus aerus dalam PBS (107sel/ml), dihomogenkan dan diinkubasi dalam suhu ruang selama 20 menit. Membuat sediaan ulas dan dikeringudarakan. Dilanjutkan dengan mengfiksasi dengan metanol selama 5 menit dan dikeringkan, diwarnai dengan cara merendam kedalam pewarna Giemsa selama 15 menit, dicuci dengan air
mengalir dan dikeringkan dengan tissue, kemudian dilihat dan dihitung jumlah sel yang menandakan proses fagositosis dari 100 sel fagosit terlihat .
4. Pengukuran Titer Antibodi
Pengukuran titer antibodi dengan uji mikrotiter aglutinasi. Secara terperinci metode pengukurannya terdiri dari dua tahap yaitu :
Persiapan Serum
Serum darah ikan diambil dengan cara mengambil darah pada vena caudalis dan ditampung dalam eppendorf, kemudian disentrifugasi pada 3000 rpm selama 3 menit. sesudah serum terpisah dari sel darah, serum dipisahkan dan diinkubasi pada suhu 44oC selama 20 menit untuk mengaktifkan komplemen
Serum kemudian dapat disimpan dalam refrigerator pada suhu 4oC untuk pemantauan titer antibodi.
Pengukuran titer antibodi
Pengukuran titer antibodi dilakukan dengan mengambil larutan PBS sebanyak 25 µl dan dimasukan ke dalam mikroplate pada lubang 1 sampai 12, kemudian
dimasukan serum darah pada lubang 1 sebanyak 25 µl kemudian dilakukan pengenceran bertingkat hingga lubang ke-11. Bakterin sebanyak 25 µl dimasukkan ke dalam lubang 1 sampai 12, campuran dihomogenkan dengan cara menggoyangkan mikroplate secara perlahan. kemudian disimpan selama 2 jam dalam inkubator pada suhu 37 oC, dilanjutkan dengan menyimpan ke dalam refrigerator 4 oC semalaman, titer antibodi ditentukan dari lubang terakhir yang
masih ditemukan reaksi aglutinasi.
TABEL PEMBACAAN TITER ANTIBODI
5. Pengukuran Patologi Klinik Darah
Kadar hemoglobin diukur menurut metode Sahli dengan Sahlinometer ,kadar hematokrit diukur menurut metode
Anderson dan Siwicki ,kadar glukosa darah juga dilihat dalam setiap perlakuan, mengikuti metoda Wedemeyer dan Yasutake ,
-. Kadar hemoglobin metode Sahli dengan Sahlinometer Isi tabung sahlinometer dengan larutan HCl 0.1 N sampai angka 10 (garis skala paling bawah pada tabung sahlinometer); Tempatkan tabung itu diantara 2 tabung dengan warna standar; Ambil darah ikan dari tabung eppendorf dengan pipet sahli sebanyak 0.02 ml; Bersihkan ujung pipet, masukkan darah ke dalam tabung Sahli dan diamkan 3 menit;
Tambahkan akuades dengan pipet tetes sedikit demi sedikit sambil diaduk dengan gelas pengaduk sampai warnanya tepat sama dengan warna standar;
Kadar hemoglobin dinyatakan dalam %.
-. Kadar glukosa darah dilakukan dengan metode antaralain :
Sebanyak 3.5 ml larutan campuran O-toluidin-asam asetat glacial; Tambahkan plasma sebanyak 0.05 ml;
Panaskan dalam air mendidih selama 10 menit;
Baca OD-nya pada 635 nm spektrofotometer;
Kadar glukos plasma (mg/100 ml) yaitu
Absorban contoh
------------------
x Konsentrasi Standar
Absorban Standar
6. pemantauan Histopatologi Ikan
pemantauan histopatologi ikan dilakukan untuk mengetahui kerusakan jaringan ikan yang terinfeksi patogen infeksius maupun yang non infeksius
lainnya. Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap ikan sakit atau yang diduga sakit dan yang sudah mati. Pemeriksaan keadaan binatang di tempat pemeliharaan dan lingkungan sangat membantu dalam menentukkan diagnosa nanti. Dalam
pemeriksaan awal sebaiknya dilihat bagaimana lingkungan sekitar, dan kebiasaan hidup binatang .
Pemeriksaan ikan contoh nya, yang dilihat yaitu pemeriksaan luar dan organ dalam antaralain : pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Pemeriksaan luar antaralain : perkembangbiakan , cacat dan ketidaknormalan ; kulit : warna, produksi
mucus, sisik, parasit, perlu dilakukan scraping dan wet mount; sirip : warna dan keadaan, perlu dilakukan wet mount; insang : warna, keadaan, produksi mucus,
adanya benda asing atau parasit, perlu dilakukan wet mount; mata : kekeruhan atau adanya exophthalmia. sedang pemeriksaan organ dalam antaralain :
rongga tubuh : warna, kedalaman dan adanya timbunan cair (wet mount dari cairan) dan rongga visceral : ukuran, bentuk, warna konsistensi letak, bidang
sayatan, perlu dilakukan usapan tekan (impression smears) dan wet mount. Jumlah ikan yang diperlukan untuk pengambilan contoh tidak selalu sama tergantung pada pemicu penyakitnya. Penyakit yang dipicu oleh: bahan beracun diperlukan 2 3 ekor ikan sakit dari berbagai macam spesies; infeksi bakteri atau virus diperlukan 3 10 ekor ikan sakit; dan jamur dan
parasit memerlukan 10 15 ekor ikan dengan gejala patogenesis. contoh untuk pemeriksaan di laboratorium sebaiknya berasal dari ikan sakit atau baru saja mati, ikan mati lebih dari 6 jam tidak dapat dijadikan contoh sebab hasilnya kurang akurat.
- Preparasi Preparat
Fiksasi jaringan bertujuan untuk mematikan sel dan mengeraskan jaringan secara cepat. Jaringan yang berasal dari ikan cenderung cepat membusuk. Jika larutan fiksatif tidak tersedia maka jaringan dapat disimpan ke dalam refrigerator. Untuk pemeriksaan ikan yang berukuran kecil, (panjang 10 cm) harus dilakukan sayatan memanjang pada bagian ventral mulai belakang mendibula hingga rectum dan melepas otot yang menutupi sisi perut agar mempermudah proses fiksasi. Jika lebih besar dari 10 cm, jaringan hendaknya dipotong lebih kecil agar larutan fiksatif dapat menembus jaringan dengan cepat. Jaringan jangan lebih dari 0,5 cm dan dimasukkan ke dalam larutan fiksatif sebanyak 20x volume organ. Guna membantu diagnosa penyakit, sebaiknya tiap organ atau jaringan yang diambil mewakili bagian yang terinfeksi atau rusak dan bagian yang normal agar diperoleh pembanding. Pengambilan foto makroskopik sesudah nekropsi akan sangat membantu diagnosa penyakit.
- Teknik Fiksatif
Ada beberapa larutan fiksatif yang dapat dipakai , tergantung pada jenis jaringan, spesies ikan dan tujuan pemeriksaan. Macam larutan-larutan itu yaitu antaralain :
-- Larutan Davidson, Formaldehyde 4% 220 ml
Ethyl alcohol 95% 330 ml, Asam asetat glacial 115 ml
Aquadest
--Larutan Carnoy, Alkohol absolut 60 cc, Chloroform 30 cc, Asetic acid glacial 10 cc
-- Larutan Dekalsifikasi, Sodium chloride (36%) 50 cc,
Aquades 42 cc, Hydrochloric acid (pure) 37 % 8 cc
-- Buffered formalin 37-40% formaldehyde 100 cc
Distilled water 900 cc, Sodium Phosphate monobasic 4 g, Sodium Phosphate dibasic (anhydrous) 605 g,
-- Larutan Bouin Picric acid, saturated aqueous solution 750 cc, 37-40 % formaldehyde 250 cc,
Glacial acetic acid 50 cc
-. Teknik Emmbeding
contoh yang sudah dipotong kecil pada bagian yang mengalami perubahan dimasukkan ke dalam kaset yang sudah diberi label kemudian dilakukan proses dehidrasi untuk mengeluarkan air dari dalam jaringan dengan memakai alkohol secara bertahap mulai dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi, agar organ contoh tidak mengkerut. kemudian dilakukan
clearing (penjernihan) dengan memakai xylen, chloroform atau benzene dan diikuti dengan emmbeding dengan paraffin. Macam larutan dan lama
pencelupan dapat dilakukan seperti tiga metode dibawah ini :
--Metode 1: Alcohol 80% (2X) @ 1-2 jam, Alcohol 95% (2X) @ 1-2 jam , Alcohol absolute (3X) @ 1-2 jam , Benzene 1-2 jam , Paraffin cair (3X) @ 1 jam, Diblock dalam paraffin dan didinginkan cepat.
--Metode 2 : Alcohol 80% 1-2 jam, Alcohol 95% (2X) @ 1-2 jam , Alcohol absolute (3X) @ 1-2 jam ,
Xylene (2X) @ 1-2 jam , Paraffin cair (3X) @ 1 jam
Diblock dalam paraffin dan didinginkan cepat.
--Metode 3: Alcohol 80% (2X) @ 1-2 jam, Alcohol 95% (2X) @ 1-2 jam , Alcohol absolute (3X) @ 1-3 jam , Chloroform (2X) @ 1-2 jam , Paraffin cair (3X) @ 1 jam
Diblock dalam paraffin dan didinginkan cepat.
-Pemotongan Jaringan
Blok paraffin yang sudah berisi jaringan atau organ sempel diletakkan pada holder yang sesuai untuk mikrotom. Permukaan blok dipotong bagian tepinya sehingga hanya disisakan paraffin yang ada jaringannya. Setelan diatur sedemikian rupa agar permukaan sayatan sejajar dengan mata pisau, maka
dilakukan pemotongan jaringan dengan ketebalan 6 - 7. Hasil potongan yang tipis dan mirip pita ditaruh di atas permukaan air didalam waterbath
(40o), diusahakan jaringan mengembang dengan baik. Jaringan kemudian diangkat dan menempel pada gelas obyek yang sudah diolesi dengan mayer’s egg
albumin. Preparat jaringan dibiarkan semalam atau disimpan dalam incubator 37oC agar melekat erat pada gelas objek dan tidak terlepas saat pewarnaan.
Mayer’s egg dibuat dari campuran putih telur sebnayak 50cc dan glycerin sebanyak 50 cc. sesudah dicampur dan disaring dengan baik kemudian diberi larutan thymol agar tahan lama.
-Pewarnaan
Pewarnaan pada contoh histology yang sudah dibuat sangat bergantung dengan tujuan pemantauan . Beberapa pewarna sederhana yang biasa dipakai
untuk pemantauan kerusakan pada jaringan dan sel ikan yaitu :
(1) Pewarna Giemsa
Pengecatan ini bertujuan untuk menandakan adanya riketsia atau metaserkaria dalam jaringan atau organ. Larutan yang dipakai yaitu zenker atau formalin 10%. Larutan yang dipakai yaitu antaralain :
Larutan Buffered Water pH 6.5, yang terdiri atas buffer salts (pH 6.,sebanyak 1 g dan distilled water sebanyak 1000 cc., Larutan Giemsa Stain, yang terdiri atas giemsa stain sebanyak 1 cc dan buffered water pH 6.8 sebanyak 50 cc., Larutan Stok rosin Alcohol, yang terdiri atas rosin sebanyak 10 g dan alcohol absolut sebanyak 100 cc. Larutan Working Rosin Alcohol, yang terdiri atas stok rosin Alcohol sebanyak 10 cc dan Alcohol 95% sebanyak 40cc. metode pengecatan yang dilakukan melalui langkah antaralain :
Hilangkan paraffin dengan xylen 2X. pindahkan ke Alcohol absolut dan Alcohol 95%, Bilas dengan distilled water, Masukkan dalam bufferd water pH 6.8 selama 30-60 menit, Warnai dengan Giemsa stain selama 8-24 jam, Masukkan ke dalam working rosin Alcohol, periksa di bawah mikroskop hingga metacercaria tambah berwarna violet Alcohol absolut 3X
Xylen 2-3X ,Tutup dengan cover yang diberi Canada balsem/etellan
(2) Pewarna Oil Red O Fat Stain
Beberapa larutan yang harus dipersiapkan pada pewarnaan ini yaitu : Larutan Oil red O, yang terdiri atas Oil red O sebanyak 1-2 g, 70% sebanyak 50 cc, dan Aceton sebanyak 50 cc. Larutan Glycerin Jelly, yang terdiri atas Gelatin sebanyak 10 g, distilled
water sebanyak 60 cc yang dipanaskan hingga gelatin larut dan tambahkan Glycerin sebanyak 70 cc dan Phenol sebanyak 1 cc. metode pengecatan yang dilakukan melalui langkah antaralain :
Celupkan hasil potongan frozen dalam Alcohol 70% selama 1 detik Taruh didalam oil red O selama 5 menit
Cuci cepat dengan Alcohol 70%, kemudian cucii dengan air Warnai dengan Harris’s hematoxylin selama beberapa menit dan cuci dengan air
Pindahkan ke ammonia water atau acetic water 1% hingga didapat warna yang sesui Cuci dengan air, tutup dengan glycerin jelly Dari pewarnaan ini akan diperoleh : lemak berwarna orange hinga merah
menyala dan inti berwarna biru.,
(3) Pewarna Hematoxylin dan Eosin Ada beberapa tahapan yang harus dipersiapkan antara lain :
Persiapan Pewarna Harris’s Hematoxylin, antaralain : persiapan beberapa bahan antara lain : Haematoxylin crystals (5 g), Alcohol absolut (50 cc), Ammonium atau potassium alum (100 cc), Distilled water (1000 cc), dan
Mercuric oxide (2.5 g). Larutkan hematoksilin di dalam Alcohol dan alum didalam air dengan cara dipanaskan, campurkan dua larutan itu dan dipanaskan hingga mendidih. Larutan diambil dari pemanas dan ditambah
dengan mercuric oxide. Panaskan larutan hingga berwarna purple kurang lebih 1 menit dan taruh diatas basin berisi air dingin. sesudah dingin tambahkan 2-4 cc asam asetat glacial tiap 100 cc larutan.
Persiapan larutan Acid Alcohol berupa Alcohol 70% (1000 cc) dan Asam hydrochlorat (10 cc).
Persiapan larutan Eosin Alcohol berupa Eosin Y yang dilarutkan di air (2 g), Distilled water (160 cc) dan Alcohol 95% (640 cc) metode pengecatan yang dilakukan melalui langkah antaralain :
Preparat direndam dalam xylene sebanyak 2X masing-masing 5-10 menit Alcohol absolute dan Alcohol 95% masing-masing 2X selama 1-2 menit Harris’s hematoksilin selama 10 menit Dicuci dalam air selama 4-10 celup Diferensiasi dalam 1% acid alcohol selama 4-10 celup Dicuci dengan air mengalir selama 15 menit
Diwarnai dalam 1% eosin selama 15 detik-2menit
Pindahkan potongan jaringan ke dalam Alcohol 95%, Alcohol absolut nmasing-masing sebanyak 2X selama 1 menit, Jernihkan dalam xylene sebanyak 3X selama 2 menit untuk masing-masing., Tutup dengan Canada balsem/etellan Dari pewarnaan ini akan diperoleh hasil : inti berwarna biru, sitoplasma berwarna merah muda.
(4) Pewarna Pariodic Acid Schiff (PAS)
Pewarnaan ini bertujuan untuk menandakan adanya timbunan glikogenpada jaringan yang dilihat . Beberapa tahapan yang harus dipersiapkan yaitu :
Persiapan larutan fiksatif Gendre’s fluid atau formalin 10% yang terdiri atas Picric acid solution dalam alcohol 95% (80 ml), Formalin (15 ml), dan Asam asetat glacial (5 ml) Persiapan larutan Coleman’s Feulgen, dengan cara melarutkan 1 g basic fuchisin di dalam 200cc distilled water panaskan hingga mendidih. sesudah
dingin tambahkan 2 g potassium metabisulfit dan 10 cc asam hydrochloride. Biarkan selama 24 jam, kemudian tambahkan 0,5 g norit. Kocok 1 menit saring dengan kertas saring berulang kali hingga larutan tidak berwarna. Persiapan larutan Asam periodic 0.5%, yang terdiri atas Periodic acid (0.5 g) dan Distilled water (100 cc). Persiapan larutan Asam hydrochloride normal, yang terdiri atas Asam hidrokloride (83.5 cc) dan Distilled water (916.5 cc) Persiapan larutan Light green counterstain, yang terdiri atas Light green crystal (0.2 g), Distilled water (100 cc), dan Asam asetat glacial (0.2 cc). metode pengecatan yang dilakukan melalui langkah antaralain :
Hilangkan paraffin dengan xylene, Alcohol absolut, dilanjutkan dengan Alcohol 95% Larutan asam periodic 0.5% selama 5 menit, Masukkan dalam Coleman’s Feulgen selama 15 menit, Air mengalir selama 10 menit hingga nampak warna merah muda, Warnai dengan light green counterstain selama beberapa detik
Alcohol 95%, dilanjutkan dengan Alcohol absolut 2X
Xylen 2X, Tutup dengan Canada balsem atau etellan
Tingkat kelangsungan hidup relatif (Relative Percent Survival/RPS) beberapa penelitian ada yang memakai pengukuran tingkat kelangsungan hidup relatif Ellis
RUMUS RELATIVE
Teknik Pemeriksaan Penyakit Parasiter
-Pemeriksaan ektoparasit
Pemerikisaan ini untuk mencari dan menentukan identitas ektoparasit tergolong protozoa, metazoa, cacing, golongan crustacea dan arthropoda pada biota akuatik ikan, udang, kepiting, molusca gastropoda. Pemeriksaan ektoparasit memerlukan ikan segar yang hidup atau baru saja mati dan dalam keadaan basah, sebab beberapa cacing parasit akan berpindah jika inangnya mati. Akibatnya lokasi yang normal bagi parasit itu di tubuh ikan menjadi tidak pasti. Jika nekropsi terpaksa ditunda, ikan harus disimpan dalam kulkas (refrigerator) atau cooler dan diberi es. Pemeriksaan bagian luar tubuh ikan dimulai dengan melihat dengan teliti keadaan bagian luar tubuh ikan secara biasa dan dilanjutkan dengan memeriksa lendir dari lamella insang, tubuh, sirip, hidung dan mulut dengan mikroskop. Pemeriksaan ektoparasit dapat dilakukan dengan metode antaralain :
Catat spesies ikan, perairan asal, nomor contoh dan tanggal pemeriksaan. Perhatikan perilaku ikan dan catat gejala perilaku yang ada, seperti berenang dengan lesu, terkejut, menggesekkan tubuh ke pinggir
akuarium. Catat gejala yang ada pada bagian luar tubuh seperti luka kecil, borok, lendir yang berlebihan, warna yang tidak normal, bentuk tubuh, lendir yang berlebihan atau adanya struktur seperti benang. Beberapa protozoa seperti Henneguya sp dan Myxobolus sp membentuk kista berwarna putih. Ikan yang terinfeksi Ichthyopthirius multifilis akan terlihat seperti butiran garam pada bagian yang terinfeksi, sedang ikan yang terinfeksi jamur akan ada struktur seperti gumpalan kapas. Jika ikan terinfeksi Argulus sp akan melihat kutu yang berjalan di badan ikan. sedang jika ikan terinfeksi Lernaea sp akan melihat adanya
struktur seperti benang merah yang menjuntai dari tubuh ikan. Bunuh ikan dengan cara deserebrasi, timbang beratnya dan letakkan pada sterofoam dengan bagian kepala berada pada sebelah kiri anda, kemudian
ukur TL nya.Letakkan 1-2 tetes akuades atau air yang bersih pada kaca objek.Dengan memakai tepi kaca penutup kikis lendir dari bagian tubuh yang menandakan gejala dan letakkan pada kaca objek yang sudah diberi air dengan bagian yang mengandung lendir mengarah ke bawah.Periksa dengan mikroskop. Mulailah dengan pembesaran kecil (100x) dan
lanjutkan ke pembesaran yang lebih tinggi. identifikasi parasit dengan memakai buku yang sudah
ditentukan. Untuk pemeriksaan lamella insang, ulangi langkah pertama , kemudian dengan memakai gunting berujung lancip potong beberapa lembar lamella
insang letakkan pada kaca objek dan tutup dengan kaca penutup. Beri sedikit tekanan agar sista protozoa dan trematoda pecah sehingga dapat dilakukan pengamatan dengan lebih baik. Untuk memperoleh hasil yang baik, hindari memotong tulang rawan insang. Periksa bagian rongga hidung, mulut dan mata.
-Pemeriksaan Endoparasit
Pemeriksaan endoparasit biasanya dilakukan sesudah pemeriksaan ektoparasit. Pemeriksaan parasit yang biasanya dapat terlihat yaitu golongan protozoa, metazoa, cacing, golongan crustacea dan arthropoda pada biota akuatik baik ikan, udang, kepiting, molusca gastropoda. metode yang dilakukan yaitu, membuka rongga tubuh ikan dan memeriksa organ dalam satu
persatu antara lain ginjal, hati, usus, lambung, limpa dan jantung. kadang daging ikan menjadi media yang baik untuk perkembangbiakan parasit pada ikan. Parasit itu biasanya dapat dilihat dengan mata secara
langsung. Namun untuk mengidentifikasi memerlukan mikroskop. Tahapan metode pemeriksaan endoparasit yaitu : Catat spesies ikan, perairan asal, nomor contoh dan tanggal pemeriksaan.Perhatikan perilaku ikan dan catat gejala perilaku yang ada, seperti berenang dengan lesu, terkejut, menggesekkan tubuh ke pinggir
akuarium.Catat gejala yang ada pada bagian luar tubuh seperti luka kecil, borok, lendir yang berlebihan, warna yang tidak normal, bentuk tubuh, lendir yang berlebihan atau adanya sista dibawah permukaan kulit. Beberapa cacing trematoda digenea akan membentuk sista berwarna kuming, putih atau hitam di bawah permukaan kulit terutama pada ikan liar. Jika
menemukan sista ambil dan periksa dengan mikroskop sebelum membuka rongga tubuh. Dengan memakai pinset dan gunting runcing-tumpul, buka rongga
perut ikan seperti pada FOTO . Hati-hati jangan sampai merusak atau mengenai organ dalam. lihat keadaan tiap tiap organ dalam. Mulailah dari bagian terluar dan catat kelainan yang ditemukan seperti warna dan ukuran yang tidak normal, bentuk, adanya kista parasit, pembengkakan, bercak darah dan sebagainya. Cacing
Nematoda ditemukan bebas di rongga tubuh, dibawah peritoneum atau mesenteri. Ambil parasit dengan hati hati dan lihat . Dengan hati-hati pisahkan hati dan saluran pencernaan dan gonad. Letakkan
masing masing organ pada petri dish yang sudah diisi akuades. lihat dengan teliti dengan mata . Periksa permukaan hati untuk sista cacing. Ambil parasit yang tampak letakkan pada kaca objek yang sudah disiapkan, tutup dengan kaca penutup dan periksa dengan mikroskop., lihat saluran pencernaan dari luar. Perhatikan jika terjadi benjolan atau luka. kemudian buka saluran pencernaan. Pada organ ini bisa
menemukan cacing Cestoda, Acanthocephala, Nematoda dan Trematoda Digenea.,Sayat tipis daging ikan. Periksa jika ada sista cacing Nematoda (Anisakis
sp), Periksa gonad. Cacing Phylometra sp sering ditemukan di gonad dan kadang di saluran pencernaan ikan. identifikasi dengan memakai buku yang sudah ditentukan Jika ditemukan parasit dalam sista, buka sistanya terlebih dahulu dan biasanya cacing dapat terlihat di dalam sista. Pada pemeriksaan endoparasit,
contoh tidak boleh dibiarkan kering, harus selalu terendam cairan.
Pencegahan Penyakit
penanggulangan penyakit dimulai dari awal budidaya.
bisa dilakukan untuk pencegahan penyebaran penyakit
yaitu pencegahan dan pengobatan. Pencegahan lebih dipilih sebab ini bisa dilakukan secara bertahap dan mudah dilakukan sedang pengobatan memerlukan biaya banyak. usaha pencegahan yang bisa dilakukan
antaralain : :
-- Ada tiga sumber yang secara nyata adanya binatang lain diluar kultivan budidaya membahayakan keberlangsungan budidaya yaitu :
Hama dan organisme pengganggu. contoh nya ular, burung, larva insekta.
binatang yang berperan sebagai host-antara parasit ikan, atau parasit yang memerlukan ikan sebagai host-antara. contoh nya: keong air, katak, moluska, burung.
binatang yang berfungsi sebagai vector (pembawa penyakit). contoh nya leech
--Vaksinasi dan imunitas ostimulan ini sudah banyak dilakukan baik memakai baghan kimia maupun bahan alami yang berasal dari tumbuhan. pemakaian nya relative aman dan relative murah, hanya penerapannya memerlukan keahlian dan kebiasaan. Pada intinya pilihan ini bisa dipakai untuk meningkatkan ketahanan tubuh ikan budidaya terhadap serangan patogen, sebab sejalan dengan perkembangan kegiatan budidaya, maka adanya , keragaman patogen yang menginfeksi juga meningkat.
--usaha memperoleh sumber air yang bebas patogen adalah syarat mutlak bagi keberhasilan budidaya , Kualitas air yang masuk dalam budidaya hendaknya dilakukan pengawasan kualitas airnya. usaha yang bisa dilakukan yaitu dengan melakukan pengendapan,
penyaringan dan pemusnahan gas beracun secara fisik maupun biologik terhadap sumber air.
--Selain melalui air, patogen juga dapat masuk menembus pertahanan ikan lewat makanan . Oleh sebab itu makanan buatan maupun makanan tambahan yang diberikan baik kualitas dan kuantitasnya harus dikendali sehingga bebas
patogen.
--Kontak antara ikan budidaya dengan ikan liar harus dicegah, sebab ikan liar seribng membawa patogen yang membahayakan ikan budidaya pada kepadatan tinggi. pemakaian saringan pada bagian saluran pemasukan dan pengeluaran yaitu salah satu cara mencegah masuknya ikan liar. usaha lain yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan larutan sumithion (1 ppm) dan akar tuba (5 ppm).
-- Kebersihan pelaksana, tempat bekerja dan lingkungan, seluruh fasilitas, media dan binatang budidaya ,Desinfeksi ikan, ikan hendaknya didisinfeksi setiap 6 bulan sekali atau dalam satu siklus produksi dilakukan 2 3 kali desinfeksi. ini bisa diterapkan untuk semua jenis dan ukuran ikan dengan tujuan mencegah infeksi ektoparasit. Bahan yang dipakai untuk desinfeksi antara lain : larutan garam, larutan ammonia, copper sulphate, potassium permanganat ,Desinfeksi alat, untuk mencegah tersebarnya patogen darii satu kolam ke kolam lain, alat-alat yang dipakai harus didesinfeksi. Setiap set alat hanya dipakai untuk kolam tertentu dan tidak di campur. Setiap selesai memakai , harus direndam pada larutan desinfeksi. Pelaksana juga disarankan selalu mencuci tangan dan kaki/sepatu sebelum dan sesudah memasuki unit budidaya.Desinfeksi habitat, antaralain : kegiatan pencucian dan pemeliharaan keberhasilan air, dasar kolam/bak, reservoir, kanal dan habitat ikan lain, melalui pengeringan secara periodik. Perbaikan, pengangkatan Lumpur dan levelling dasar kolam dilakukan secara rutin sehingga air dapat terbuang dengan sempurna. Pengeringan setidaknya dilakukan setiap siklus budidaya.
--Ikan-ikan yang datang dari area lain sebaiknya dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu di tempat terpisah/tersendiri untuk mengadaptasikan dengan
wadah budidaya baru juga untuk mencegah penyebaran penyakit bila ikan yang baru datang ini membawa bibit penyakit yang bisa menularkan ikan budidaya lain.
Beberapa jenis penyakit jamur yang berbahaya untuk ikan antara lain yaitu golongan Aphanomyces yaitu Aphanomyces, Branchiomyces dan Ichthyophonus. Jamur Apanomyces dilaporkan menyerang lobster air tawar, crayfish, sea mullet, yellow fin bream, dan sand whiting. Jamur ini menyerang organ persendian dan pergerakan. Ikan yang terserang mengalami paralisis, terlihat diam terlentang di dasar akuarium atau kolam sampai mati. Tidak ada tanggapan terhadap rangsangan eksternal yang diberikan. Jaringan yang terinfeksi biasanya area persendiaan berwarna kekuningan atau cokelat dan mengalami nekrosis. Aphanomyces adalah parasit obligat, menginfeksi
area lunak persendian dan ruas abdomen. Jamur ini membentuk hifa di sepanjang syaraf ventral dan ganglion otak. Keadaan ini memicu gangguan
dan kerusakan organ lokomotor dan juga sistim kekebalan dari ikan yang terinfeksi. Dari tempat penetrasi akan terbentuk zoosporangium dan zoospora
akan dilepas ke dalam air untuk kemudian menginfeksi ikan baru.
---. A. Invandans = A. piscicida = A. invanderis
Tanda-tanda klinis ikan atau biota yang terinfeksi antara lain: nafsu makan menurun, warna tubuh ikan menjadi lebih gelap/hitam , ikan berenang di bawah
permukaan air dan menjadi hiperaktif. Beberapa ikan akan muncul titik merah (red spot) kemudian akan muncul di permukaan tubuh seperti kepala, operkulum atau pangkal ekor, sebagai awal terbentuknya koreng. Pada infeksi berat akan muncul koreng (ulcer) dengan kecoklatan yang mirip dengan gejala ikan yang terinfeksi bakteri Aeromonas. Beberapa ikan yang sudah terinfeksi jamur ini yaitu ikan gabus, ikan mas, dan ikan sepat siam.
---Branchiomycetes
Branchiomycosis adalah penyakit ikan yang dipicu jamur Branchiomyces sanguinis. Inang definitif dari jamur ini dilaporkan antaralain : Cyprinus carpio, Tinca tinca, Carrasius auratus, Esox lucius, Gasterosteus aculeatus, dan Salmonid. Tanda-tanda serangan Branchiomycosis antaralain : adanya nekrosis pada
insang yang berwarna keputihan. Ikan mengalami kesulitan bernafas atau asphyxia, megap-megap di permukaan air. Insang memperlihatkan tanda-tanda
hemorhagik. Ikan terlihat berkumpul di area pemasukan air dan tidak mau makan. Kejadian infeksi dipengaruhi oleh suhu perairan. Infeksi hanya terjadi
pada musim panas, terutama pada bulan Juli Agustus di area yang bermusim empat. Morbiditas penyakit ini dapat mencapai 60 %, sedang pada infeksi yang
bersifat akut dapat memicu kematian sebanyak 30 50 % dari populasi ikan yang terinfeksi dalam waktu 2 4 hari, terutama diakibatkan sebab terjadinya anorexia.
Jamur Branchiomycosis adalah pemicu penyakit gill rot (B. sanguinis dan B. demigrans). menyerang ikan air tawar : karper, cat fish, guppy, japanese eel, rainbow trout. Faktor penting yang memicu infeksi jamur
ini yaitu adanya kontaminasi bahan organik, blooming algae, suhu > 20 oC, oksigen rendah dan pH rendah (5.8 6.5) Branchiomycosis akut dikenali dengan terjadinya nodul putih pada insang sebagai suatu luka patogenomonik. Infeksi dari jamur ini dapat terjadi
secara langsung dari spora yang menempel pada insang atau dengan cara tertelan. Penyebaran infeksi didukung oleh kandungan bahan organik dari perairan dan suhu di atas 20 oC. Penyumbatan pembuluh darah insang sebab adanya infeksi jamur ini seringkali terjadi dan memicu hiperplasia. kemudian terjadi fusi lembaran insang yang memicu nekrosis yang
meluas. Keadaan ini memicu berkurangnya daya ikat oksigen. Pada infeksi yang berat, jamur ini membentuk kista pada lembaran insang yang mirip suatu nodul berwarna keputihan. Spora yang terlepas dari jaringan insang akan berhamburan dalam air dan mengendap di dasar kolam menjadi sumber infeksi. Jenis Branchiomyces sanguinins dan B. demigrans ditemukan pada filamen, kapiler darah dan jaringan insang ikan. Unit reproduksinya yaitu symcytium
yaitu pembesaran dari bagian hyphae tertentu yang menghasilkan spora aseksual. Keduanya melepaskan spora melalui tabung symcytium, ditambah ya B.
sanguinis melepaskan spora ke lamela atau filamen insang sedang B. demigrans melepaskan ke lingkungan Kedua jamur itu dapat diisolasi dengan menumbuhkan pada suhu 14-35°C dengan suhu optimum 23-32°C, sedang pada suhu 32°C serangan akan lebih kondusif. Media yang dipakai yaitu buatan peptone dan glukosa dengan pH 5.8 dan bisa ditumbuhkan pada media SDA (Sabourands Dextrose Agar). Cara penularan melalui air dan jaringan insang. Spora jamur akan menyerang insang, tumbuh dan berkembang membentuk hyphae, dimana Hyphae akan menembus epithelium insang. Jenis B. sanguinins menyukai jaringan insang yang kadar oksigennya tinggi. sedang B. demigrans menyukai jaringan
yang kandungan oksigennya rendah. Mycelium jamur membesar ke jaringan, akan menurunkan pasokan darah dan memicu nekrosi jaringan insang. Jaringan yang mengalami nekrosis, mengandung hyphae jamur dan symcytium dengan spora yang masak akan melepaskan spora ke lingkungan. Spora itu akan menyerang insang tanpa proses pematangan terlebih
dahulu. Beberapa hyphae dan spora dapat masuk ke peredaran darah,oleh sebab itu, beberapa jamur ditemukan di hati ikan yang sakit. Gejala-gejala ikan yang terinfeksi branchiomyces akut maupun
subakut, maka gejalanya lemah dan letargik. Kesulitan bernafas dan kurang tahan terhadap pengangkutan/transportasi. Insang yang terinfeksi
mengalami nekrosis, berwarna putih sampai coklat. Ikan yang terinfeksi kronis biasanya tidak menandakan adanya gejala penyakit.Untuk mendiagnosa ikan perlu diketahui sejarah ikan, gejala yang muncul dan identifikasi patogen. Ikan yang berasal dari area endemik dan mengalami gangguan pernapasan, wajib dicurigai terinfeksi patogen ini. lihat jamur dapat dilakukan dengan mengambil contoh insang yang
mengalami nekrosa dan dilihat di bawah mikroskop jika ditemukan hyphae atau spora dijaringan menandakan infeksi positif. pemantauan lanjutan dengan memakai media SDA pH 5.8 dan diinkubai 25-30 oC.
--- Order Saprolegniales
Penyakitnya dinamakan saprolegniasis (Cotton Wool Disease), biasanya ada pada air tawar dan substrat, dapat juga menjadi parasit tanaman dan binatang . Jamur ini bersifat saprolitik yaitu mengambil nutrien dari sisa-sisa makhluk hidup dan adalah parasit opurtunistik yang terbiasa ada di lingkungan perairan. Beberapa jenis ikan air tawar dan telur ikan, sering
terinfeksi jenis jamur ini bahkan menjadi patogen utama. Cara mendiagnosa ikan yang terinfeksi jamur ini yaitu dengan melihat tanda-tanda klinis pada kulit, insang dan permukaan tubuh ikan atau telur yang
terinfeksi, yaitu adanya selaput berwarna putih seperti kapas menjumbai (hifa jamur) menutupi area terinfeksi. Ujung hifa jamur yang matang biasanya mengandung zoospora biflagellated. Jamur ini dapat diisolasi memakai tepung jagung atau kentang agar yang diinkubasi pada suhu sekitar 25-28 oC
---Aphanomyces astaci =A. magnusii
Jamur ini adalah pemicu penyakit cryfish plague yang menyerang lobster air tawar. Ikan yang terinfeksi menandakan gejala seperti muncul kematian besar pada siang hari, berenang dan bergerak tidak beraturan dan sering terjatuh terbalik dan tidak dapat kembali lagi.
Jamur Ikan Air Laut
Ichtyosporidium hoferi (Ich) atau Ichthyophonus
yaitu jamur pemicu penyakit Ichthyophoniasis yang adalah penyakit infeksi sekunder ,
Siklus Hidup:Resting spore: dinding sel tipis, memiliki granular cytoplasma dibungkus oleh ribosom, kadang memiliki mitokondria dengan tubular cristae dan beberapa inti, disekitar spora dikelilingi oleh lingkaran kecil dan besar yang adalah reaksi dari jaringan inang yang terinfeksi. masa ini bertahan 3-5 jam pada berbagai PH. Hyphae (masa masa kecambah) : masa masa ini kadang bercabang, tahap ini hampir sama seperti yang ditemukan pada inang yang sudah mati.
Uninucleate stages: sesudah dinding pecah, bentuk ini memiliki kemampuan amoeboid mampu berpindah dari 1 inang ke tempat lain dan mampu bertahan 1-5 hari, dan ini diduga sebagai endospores (tahap menginfeksi)
tanggapan Inang: Ichthyophonus adalah antigen tingkat tinggi yang memicu tanggapan humoral (antibodi). Tanda klinis dan patologi yaitu berat tubuh turun, mata menonjol, terlihat bintik-bintik gelap pada kulit sedang gejala tingkah laku berenang tidak normal.
Inang Jamur ini biasanya menyerang sendiri atau tidak ditambah penyerangan jenis jamur lain. Penyebaran inang tidak terbatas pada ikan air laut namun tersebar pada ikan air tawar, seperti golongan krustacea, elasmobrancia dan teleost, amphibi, reptile,Penyakit ini tidak menginfeksi atau tidak beresiko pada manusia dan mamalia. bahwa jamur masih bertahan hidup selama 3 menit pada suhu 40 oC. Jamur itu ditemukan pada 35 spesies ikan laut dan 48 spesies ikan tawar. 80 spesies ikan sebagai inang jamur ini.
penyebaran: Dari hasil pemantauan , Ic yang diidentifikasi dari jaringan inang yang terinfeksi menandakan adanya sifat morfologi yang berbeda (luka yang nyata). ditunjukkan dengan adanya perbedaan tahap perkembangan, tahap sexual, bentuk dan ukuran jamur saat menginfeksi. Perbedaan bentuk jamur yang menginfeksi bias berbeda antar inang, keadaan inang hidup (kualitas air). adanya Ic dipengaruhi oleh pH, CO2, glukosa, salinitas perairan. Ukuran diameter spora Ic berkisar 10-250 µm. ini menyerang granuloma jaringan. suhu pembatas Ic 25°C pada pH rendah selama 4-5 jam.
A. PROTOZOA AIR TAWAR
--- Ichthyobodo sp (Costia sp)
a. Biologi dan Sebaran
Ichthyobodo sp (sinonim Costia sp) termasuk famili Bodonidae. Penyakit yang dimunculkan dinamakan Ichthyobodiasis atau costiasis yang dipicu oleh
parasitisme yang berlebihan dari organisme ini. Parasit ini berbentuk seperti tetesan air, berukuran sangat kecil dan bersifat sesil. ada 2 spesies Ichthyobodo yang menjadi parasit ikan yaitu I. necatrix dan I. pyriformis. I.
necatrix berukuran panjang 10-20 µm dan lebar 5-10 µm, sedang I. pyriformis berukuran lebih kecil. Penyebarannya dalam air tawar dan kadang air payau.
Inang yang rentan yaitu ikan air tawar terutama ikan liar dan berudu.
b. Gejala Klinis
gejala ikan yang terinfeksi costiasis menandakan bercak-bercak kusam dan selaput keputihan pada kulit yang meluas dan ditutupi oleh lendir yang banyak terutama di tempat parasit melekat, sirip koyak koyak dan lepas, insang pucat dan tertutup lendir, nafsu makan berkurang, dan ikan terlihat bernafas megap megap
c. Diagnosa
Diagnosa dilakukan sesuai gejala dan dikonfirmasikan dengan pemeriksaan lendir tubuh, dan insang. Dibawah mikroskop organisme ini mungkin agak sukar untuk didiagnosa terutama bagi pemula sebab ukurannya yang kecil. Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan contoh segar pada perbesaran 200X atau 400X. Parasit ini terlihat berbentuk seperti tetesan air yang melekat pada epitel insang dan kulit melalui struktur seperti tangkai yang sebetulnya yaitu flagel, berukuran kira kira sebesar sel darah merah. Ichthyobodo melepaskan diri dari inang segera sesudah inangnya mati dan bisa saja yang terlihat dalam pemantauan yaitu bentuk yang berenang bebas.
d. Patogenesis,
Siklus Hidup, Penularan dan Epizootiologi Ichthyobodo yaitu parasit obligat dan menancapkan tubula kecil ke
dalam jaringan tubuh inang untuk memperoleh makanan. Parasit ini memakan sel sel epitel yang lepas dan sisa sisa sel. Efek yang merugikan bagi inang yaitu sebab parasit ini menyerang sel hidup sehingga dapat menghancurkan epitel insang dan kulit. ini memicu Ichthyobodo mampu berkembang biak yang sangat tinggi ,Parasit ini hanya bisa hidup lebih kurang 1 jam diluar ikan ,Ichtyobodo memiliki siklus hidup langsung melalui pembelahan biner ,Penularan melalui kontak langsung atau paparan dalam air yang sudah mengandung ikan yang terinfeksi dalam waktu beberapa jam. Penyakit ini terutama ditemukan di perairan tropis. namun sebab ukurannya yang sangat
kecil dan melepaskan diri dari inang segera sesudah inangnya mati, memicu lebih sukar dalam melakukan diagnosa.
e. Pengendalian
Pengendalian Ichtyobodiasis dapat dilakukan dengan cara memperbaiki keadaan budidaya, mengurangi kepadatan, dan menghindari ikan liar. Parasit ini
rentan terhadap terapi antiprotozoal yang biasa dipakai .menyarankan treatment dalam 25 ppm formalin selama 4 8 jam, diikuti dengan penggantian air sampai 75%. perendaman dalam Malachyte green 0,1 0,15 ppm selama 1 2 jam dan diulangi setiap 2 hari. Terapi ini hanya bisa dipakai untuk ikan hias. Terapi lain yang terbukti efektif yaitu perendaman dalam larutan Nacl 1% selama 15 30 menit.
--- Henneguya sp.
a. Biologi dan penyebaran
Henneguya termasuk dalam famili Myxobolidae, yang adalah salah satu dari genera protozoa myxosporidia yang menginfeksi ikan air tawar tropis. Parasit ini kosmopolit dan menginfeksi berbagai spesies ikan air tawar di dunia. Henneguya ditemukan pada insang dan sirip punggung ikan liar dan berbagai jenis ikan hias seperti ikan mas koki dan corydoras dan ikan budidaya terutama ikan gurami. Spora Henneguya sp ada dalam sista, berbentuk fusiform atau oval, memiliki 2 kapsul polar, dan struktur seperti ekor yang khas pada genus ini. Jenis myxosporidia lain yang ditemukan pada ikan di negeri kita yaitu Myxobolus. Bentuk spora oval dan tidak memiliki ekor. Beberapa spesies memiliki sifat inang khusus . bahwa di Amerika Serikat sudah terdeteksi 17 spesies dan di Eropa sebanyak 18 spesies. Dikemukakan juga bahwa jenis yang ada pada suatu perkolaman bisa saja berbeda dengan perkolaman yang lain.
b. Gejala Klinis
gejala pada henneguyasis yaitu adanya sista putih
berdiameter 0,5 1,0 mm yang ada di dalam dan diantara lamella, sirip punggung, sirip perut, usus, jantung, ginjal, limpa dan kadang kadang sepanjang mesenteri. Jumlahnya sedikit sampai banyak, ukurannya bermacamragam dari mikroskopis sampai berdiameter beberapa milimeter. Henneguya postexilis
yang ditemukan di interlamella ikan lele amerika dapat memicu kematian pada ukuran larva. Myxozoa lain yang sering ditemukan di negeri kita yaitu genus Myxobolus. Genus ini memiliki sista yang lebih besar (diameter sampai 3 mm) berbentuk oval dan berwarna putih/pink. Sporanya berukuran lebih besar, berbentuk oval/sferis, dengan 2 kapsul polar dan tidak berekor .
c. Diagnosa
Diagnosa penyakit henneguyasis yaitu dengan memperhatikan adanya sista pada pemantauan eksternal tubuh. Sista diambil dan diletakkan pada kaca objek dan dipecahkan dengan memberi sedikit tekanan pada kaca penutup. Dibawah mikroskop akan terlihat ribuan spora Henneguya. Cara lain yaitu
dengan melihat seksi histologi dari area yang terinfeksi dan identifikasi spora yang tipikal. Spora digolongkan menurut genus berdasar posisi kapsul polar di dalam spora. Sepintas sista Henneguya mirip dengan benjolan yang dipicu bakteri Mycobacterium sp yang memicu penyakit TBC ikan. namun hasil pemantauan sista dengan mikroskop perbesaran 400x akan .mampu membedakannya. Penyakitnya dinamakan henneguyasis.
d. Patogenesis, Siklus Hidup dan Penularan
Henneguya adalah parasit Myxosporidia yang paling sering ditemui. infestasi myxosporidia biasa ditemukan pada pemantauan post-mortem ikan airtawar tropis liar. Sista yang ditemukan si sirip
dan tubuh biasanya tidak berbahaya bagi inang, namun mengganggu penampilan dan mengurangi keindahan ikan. Sista yang menempel di lamella
dapat memicu terganggunya aliran darah di insang, memicu hiperplasia dan kematian. Sista bisa saja menghilang, kemungkinan sebab pecah. ini memicu lepasnya spora ke perairan dan mampu menginfeksi
ikan lain. Siklus hidup parasit ini masih belum diketahui namun mungkin memerlukan inang perantara yang biasanya ditemukan di alam.
e. Pengendalian
Cara terbaik mengendalikan parasit ini yaitu dengan pencegahan yaitu menghindari ikan yang terinfeksi. Jika ikan yang terinfeksi sedikit, sista dapat
dipecahkan satu persatu dan luka yang dimunculkan diolesi dengan antiseptik. ini harus dilakukan diluar wadah budidaya dan air yang dipakai selama pengobatan tidak dibuang ke perairan. Belum ada kemoterapi yang efektif untuk mengatasi parasit ini.