ikan 2

Tampilkan postingan dengan label ikan 2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ikan 2. Tampilkan semua postingan

ikan 2


















gurita

berdasarkan bukti  video  berjudul On the Brink  A Gallery of Wild Sharks  tampak bahwa  gurita mampu  membunuh hiu, McMenamin menjumpai adanya struktur tulang yang aneh pada ichthyosaurus,Ichthyosaurus tidak langsung dibunuh ,kemungkinan pelaku membawa  ichthyosaurus ke suatu  tempat tertentu sebelum dibunuh,oleh sebab itu karakter seperti itu hanya dimiliki gurita modern,gurita modern  mematahkan  batang leher  ichthyosaurus sebelum menenggelamkanya  ,adanya  bekas hisapan pada  tulang belakang ichthyosaurus ini kemungkinan dilakukan oleh gurita jenis Cephalopoda-Coleoidea, entah itu Cephalopoda-Coleoidea yang sudah pernah hidup dijaman purba maupun Cephalopoda-Coleoidea yang tidak pernah hidup dijaman purba,selain bukti video ada bukti lain yang mendukung, yaitu adanya   tulang rusuk yang rusak,namun hingga saat ini  gurita purba sebagai pelaku utama belum ditemukan ,  tubuh Gurita purba yang sebagian besar  lunak, hanya mempunyai  gigi yang keras tidak  mungkin terawetkan hingga  saat ini,



halaman 2




-- Vektor
Vektor adalah  agen pembawa penyakit, biasanya hidup di perairan  bersama binatang  budidaya ,dalam parasitologi, vektor diartikan  sebagai binatang  yang memindahkan parasit stadium infektif dari binatang  penderita ke binatang  penerima. binatang  yang 
memindahkan agen penyakit itu aktif bergerak dari satu tempat ke tempat lain,  jadi dengan arah atau tujuan tertentu. golongan  krustacea biasanya menjadi 
pembawa penyakit di areal tambak udang. adanya  vektor di areal budidaya sangat berpengaruh terhadap masuknya patogen dan serangan patogen terhadap 
ikan.Ada tiga sumber  adanya  binatang  lain diluar kultivan budidaya membahayakan keberlangsungan budidaya yaitu: binatang  yang berperan sebagai host-antara parasit ikan, atau parasit yang  memerlukan ikan sebagai host-antara. contoh nya: keong air, katak, moluska, burung. binatang  yang berfungsi sebagai vektor (pembawa penyakit). contoh nya leech Hama dan organisme pengganggu. contoh nya ular, burung, larva insekta.
--Parasit itu sendiri
keadaan  parasit  sangat berpengaruh terhadap tingkat investasi pada  inang. Biasanya parasit menyerang pada tahap-tahapan perkembangbiakan  tertentu. 
Parasit Ichtyopthyrius multifilis biasanya mulai menginfeksi pada tahap trophont.  Selain jenis parasit, jumlah parasit juga berpengaruh terhadap tingkat investasi  dari parasit.
-- Lingkungan
Sistem pertahanan tubuh (sistem imunitas  ) dipengaruhi oleh keseimbangan  dan ketidakseimbangan antara lingkungan dan ikan itu sendiri. Dalam keadaan   normal, ikan berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam interaksi ini semua 
sistem bekerja. bila  keadaan  perairan tempat ikan hidup sudah  mengalami  perubahan sebab  ada bahan-bahan yang masuk secara terus menerus dalam
jangka waktu yang lama, maka akan memicu  perubahan pada sistem  immunologi ikan. ini  terjadi sebab  sistem immunologi ikan berkaitan  dengan sistem ketahanan tubuh, dimana ikan mempertahankan diri untuk tetap  hidup dalam keadaan  lingkungan yang berbeda dari keadaan  normal. Sistem  pertahanan tubuh ikan ini berkaitan dengan adanya  sel-sel pertahanan  tubuh seperti leukosit (monosit, neutrofil, eusonofil, basofil) dan trombosit.  juga  berkaitan dengan bahan-bahan yang dikeluarkan oleh tubuh sebagai  tanggapan  tubuh terhadap stress yang dialaminya  seperti kortisol dan glukosa  dalam plasma. Terganggunya sistem imunitas   ikan  mempengaruhi daya  tahan tubuh organisme dalam mengendalikan  infeksi penyakit ,
-Kimia Perairan
Beberapa parameter yang masuk dalam indikator kimia yaitu  : Asam  basa, CO2, gas oksigen (O2), gas amonia (NH3), amonium (NH4 +) dan gas lain (P2, S2, CH4).
Asam basa perairan ini terkait dengan i) nilai basa (pH), ii) aciditas/  alkainitas, iii) kesadahan, iv) kalsium (Ca++), v) buffer/larutan penyangga. Pengukuran pH ini dipentingkan sebab  parameter ini dapat memicu  ikan 
atau biota dalam suatu perairan mati mendadak. Itu dipicu  sebab  pada saat pH rendah, ion H+ tinggi ini memicu  ion   (negatif) dalam insang  keluar dan ion + (positif) masuk ke dalam insang sehingga keseimbangan sel  insang jadi tidak seimbang, akibatnya insang berlendir yang memicu  O2 sulit diserap insang masuk ke dalam tubuh ikan. Aciditas (kemasaman) dan alkalinitas (kebasaan) atau daya mengikat  asam seperti Na+, K+, Ca++, Mg++, Fe dan OH-  . saat  mengukur alkalinitas  ,sebetulnya   dalam mengukur ion-ion di atas. Ada dua macam alkalinitas yaitu  pertama CO3 = atau alkalinitas pp (phenol ptealin)/alkalinitas karbonat biasanya  dipakai  saat  pH perairan >8,1 dan kedua HCO3 -
atau alkalinitas mo  (methyl orange)/alkalinitas bikarbonat, yang biasa diukur saat  pH perairan 
3,2   8,1. Jumlah kedua alkalinitas adalah  alkalinitas total. Kesadahan terkait dengan uin Ca++, Mg++, Fe++atau 3+. Arti dari kesadahan  ini yaitu  :
 Air tidak sadah / tawar nilainya 0   50 mg/l CaCO3
 Air sadah/payau nilainnya 50 - 150 mg/l CaCO3
 Air sangat sadah/laut nilainya >150 mg/l CaCO3
Kalsium (Ca++) hanya diperlukan  pada budidaya air tawar sebab  di  perairan laut sudah banyak jumlahnya. Parameter ini sangat penting diukur  untuk budidaya. Nilainya > 12 mg/l Ca++ (CaCl2, CaCO3, CaSO4). Ion Ca++ berubah saat  pH berubah. Buffer atau larutan penyangga yaitu  larutan  yang bisa menahan perubahan pH sebab  penambahan asam/basa.
Parameter kimia lain yang biasa didiagnosa  pada perairan yang diduga ada  pemicu stres  yaitu  karbondioksida (CO2), gas oksigen (O2), gas ammonia (NH3)  dan gas ammonium (NH4+) dan gas lainnya. Karbondioksida dipakai  oleh  tumbuhan untuk fotosintesis, berbahaya bagi ikan pada konsentrasi < 5 mg/l.  saat  CO2 rendah atau tinggi ini dapat menjadi indikasi bahwa sudah  terjadi  perubahan pada lingkungan perairan. Gas oksigen sangat diperlukan  oleh makhluk hidup sehingga ini sangat  penting diukur untuk mengetahui terjadi pencemaran atau tidak diperairan.  saat  gas oksigen tinggi bisa membunuh ikan sebab  saat  itu gas O16 berubah menjadi O18 dan gas ini yang bersifat racun. Gas ammonia (NH3) dan gas ammonium (NH4 +) berbahaya bagi binatang . 
Gas BM yang kecil lebih mudah masuk ke dalam aliran darah dibandingkan  dengan gas dengan BM yang lebih besar. Gas lain yang juga penting didiagnosa  
yaitu  P2, S2 dan CH4. gas-gas ini muncul sebab  oksidasi yang tidak sempurna  dan berbahaya bagi ikan, khusus untuk gas S2, saat  O2 berlebih akan  menjadi H2S. yang bersifat racun. keadaan  lingkungan yang mengalami perubahan dapat menjadi pemicu 
menurunnya keseimbangan tubuh ikan (biota air) sehingga memicu  daya  tahan tubuh ikan menjadi menurun, pada keadaan  ini ikan menjadi lebih rentan 
terhadap infeksi patogen. juga , keadaan  lingkungan yang sangat buruk  (peningkatan bahan organik, amoniak) menjadi salah satu dari beberapa  pemicu  naiknya  perkembangbiakan  patogen tertentu seperti Trichodina sp.,  dan cacing Ascaropis sp. dan Camallanus sp., sehingga saat  perkembangbiakan  
patogen meningkat, bisa memicu  intensitas penyerangan pada ikan  meningkat juga yang akhirnya memicu  kejadian penyakit meningkat. bahwa efek  
lingkungan terhadap kejadian penyakit pada lingkungan budidaya memiliki  efek  yang kuadratik, yaitu berpengaruh langsung terhadap biota (memicu  penyakit non infeksius karana faktor lingkungan dan 
memicu  penurunan keadaan  kesehatan ikan) dan juga berpengaruh  terhadap peningkatan jumlah patogen pada perairan.
- Fisika Perairan
Parameter yang termasuk dalam fisika perairan, antara lain suhu ,  salinitas (Tekanan Osmotik), kekeruhan/kecerahan, TDS/TSS, kuat arus, warna, rasa dan bau. suhu  dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung biasanya berefek mematikan saat  berada di atas ataupun di bawah suhu normal (± 5 oC) tiap pribadi  memiliki kisaran suhu 
yang berbeda sehingga efek  yang dimunculkan juga bisa berbeda. efek   lain yang lebih berbahaya yaitu  efek  yang tidak mematikan namun  bersifat letal. Pada kisaran suhu ini ikan tidak mati namun masih dalam tahap  mengganggu proses fisiologis dan metabolisme di dalam tubuhnya saja. pengaruh yang tidak langsung maksudnya yaitu  bahwa suhu ini sangat  mempengaruhi keadaan  kualitas air yang lain, artinya suhu dapat menjadi pemicu  atau penurunan kualitas air yang lain seperti oksigen, karbondioksida dan pH. 
saat  suhu naik memicu  gas oksigen turun ini biasanya yang  memicu  ikan hipoksia. saat  suhu turun, berpengaruh terhadap pH  atau drajat keasaman 
Salinitas termasuk dalam parameter dalam fisika air, meskipun salinitas  juga terkait dengan faktor kimia air. Salinitas ini biasa diukur sebab  selain berkaitan dengan oksigen dan unsur atau senyawa kimia lain dalam perairan seperti unsur fosfor/F, calsium/Cl, brom/Br, dan iodium/I yang semuanya  berpengaruh terhadap pH. Salainitas ini masuk sebagai parameter fisika sebab  terkait dengan tekanan osmotik, masuk dalam parameter kimia sebab  ada  senyawa NaCl yang terkait.
Kekeruhan dan kecerahan juga biasa di analisa. Kekeruhan dapat  dipicu  sebab  faktor abiotik yaitu pasir, lumpur dan sebagainya sedang   faktor biotik pemicu nya yaitu sebab  phytoplankton. Faktor ini berpengaruh  sebab  adanya buangan sluge dari industri atau sebab  longsoran,  tentu berpengaruh terhadap keadaan  ekosistem perairan. sedang   kecerahan yang diukur yaitu  sinar yang dipantulkan ke mata pengukur 
sedang  kekeruhan yaitu  sinar yang diserap oleh perairan.Keseluruhan faktor fisika perairan dapat berpengaruh secara langsung  maupun tidak langsung terhadap terjadinya  penyakit. Kualitas air (factor 
fisika) yang buruk dapat mempengaruhi kerentanan ikan terhadap suatu  patogen, artinya saat  kualitas air buruk maka keadaan  kesehatan ikan akan  mengalami penurunan dan saat  itulah agen penyakit/patogen akan mudah  untuk menginfeksi ikan/inang. Pengaruh tidak langsung, penurunan kualitas air (peningkatan bahan organic dari sisa makanan , feses) dapat menjadi  pemicu  perkembangbiakan   patogen tertentu seperti Trichodina, Ichtyoptirius multifillis,Aeromonas hydrophilla. saat  jumlah patogen meningkat maka intensitas infeksi patogen itu  pada inang akan meningkat juga.
Untuk melihat  perubahan ketidaknormalan  pada ikan yang terinfeksi  suatu parasit dapat dilihat melalui gejala perilaku  ikan, berupa perubahan pola renang, perubahan pada anatomi organ luar dan adanya perubahan pada organ dalam baik berupa perubahan pola warna, bentuk  maupun konsistensinya. Tahapan  pemantauan  dan metode  diagnosa antaralain :
--. perilaku  Makan 
Perubahan pada gejala perilaku  ikan yang dapat dilihat   yaitu  perubahan perilaku  makan. Ikan yang terinfeksi parasit biasanya mengalami perubahan nafsu makan, biasanya makanan  yang dimakan .berkurang bahkan nafsu makan bisa hilang sama sekali. Perubahan pola makan  yang dapat dilihat  yaitu  dengan melihat  tanggapan  ikan terhadap makanan  yang .diberikan. 


TABEL PENGARUH INFEKSI EKTOPARASIT PADA GERAKAN REFLEK TERHADAP .MAKANAN PADA IKAN MAS



Gerak reflek terhadap makanan  yang lemah biasanya sebab  tumpukan   dari gejala perilaku  ikan yang mengalami gangguan. adanya  ektoparasit  biasanya  tidak memicu  kematian secara langsung pada ikan namun nafsu  makan yang menurun secara terus-menerus sebab  adanya parasit ditubuhnya   yang memicu  kematian pada ikan.
--. Perubahan Pola Berenang 
Perubahan pola renang dapat dipakai  sebagai diteksi awal terjadinya serangan patogen, sebab  pemantauan  parameter ini relatif mudah yaitu  pemantauan  secara langsung tanpa melakukan nekropsi atau pembedahan. 
Beberapa perubahan pola renang yang biasa dilihat  untuk mengetahui adanya  serangan parasit berupa perubahan gerakan pada kolom air (berenang di 
permukaan, melayang atau di dasar akuarium), perpindahan badan (lemah atau  agresif), bentuk cara berenang (berulang, berputar dan tidak beraturan) dan 
gerakan operkulum dan pemantauan  dilakukan selama 5 menit.  Perubahan pola renang biasanya terjadi sesudah  6 jam sesudah  infeksi,  tergantung dari parasit yang menginfeksi, keadaan  inang dan keadaan  perairan.  bahwa perubahan pola renang  yang muncul pada inang yang terinfeksi patogen biasanya ikan cenderung agresif  dengan sirip punggung yang mengembang atau berenang lemah di dasar  akuarium. Perubahan terjadi biasanya mulai jam ke-6 sesudah  infeksi yaitu pola renang ikan yang tidak beraturan dan cenderung soliter yaitu berenang terpisah  dari golongan . Jenis atau type dari parasit itu sendiri juga sangat berpengaruh  terhadap gejala renang yang muncul pada ikan yang terinfeksi. Perubahan pola 
renang ini dapat dipakai  untuk pendeteksian  dini adanya serangan parasit,  agar serangan tidak menjadi wabah. Namun kadang  perubahan pola renang 
yang terjadi pada ikan yang terinfeksi parasit itu  hampir sama antara parasit yang satu dengan parasit yang lain. Namun tetap dapat dipakai  sebagai pertanda adanya serangan parasit. Di bawah ini dijabarkan beberapa  perubahan pola renang ikan hias air laut yang terinfestasi parasit.



TABEL GEJALA perilaku  DAN PERUBAHAN ORGAN LUAR IKAN AMPHIPRION  OCELLARIS YANG TERINFESTASI EKTOPARASIT


Gejala perilaku  atau pola renang dapat dijadikan sebagai indikasi  adanya serangan patogen (ektoparasit dan endoparasit), beberapa gejala tingkah 
laku ikan mas yang dibudidayakan dalam karamba di sepanjang sungai .



TABEL  HUBUNGAN GEJALA perilaku  IKAN MAS DENGAN INFEKSI EKTOPARASIT YANG MENGINFEKSI


  bahwa gejala awal yang terlihat  jika ikan 
mengalami gangguan dalam ini  terinfeksi parasit yaitu  ikan berenang  lemah, miring dan berenang gasping. Ikan yang terinfeksi Dactylogyrus menandakan  tubuh yang mengkilap ini  dipicu    produksi lendir yang berlebih. Dactylogyrus biasanya menginfeksi bagian kulit ikan. Lendir atau mucosa adalah  zat yang dihasilkan  tubuh yang  fungsinya untuk mempertahankan diri terhadap bahan asing (antigen), dengan  cara menghasilkan  makrofag. Makrofag adalah  satu diantara sistem  imunitas selluler (mediated celluler) yang berfungsi memfagosit antigen. Jika ada  sesuatu benda atau bahan asing yang menempel di tubuh ikan, ikan akan  mengeluarkan lendir untuk memfagosit antigen itu . Antigen tidak hanya  berupa agen pemicu  penyakit, keadaan  perairan yang berubah pun dapat  memicu produksi lendir. 
Warna alimen baru tubuh yang kusam biasanya terlihat  sebab  ikan  produksi lendirnya menurun dan ikan terlihat   kasat  ini juga dapat dipicu  .sebab  banyaknya benda asing yang menempel ditubuhnya sehingga tubuh  mengeluarkan lendir secara berlebihan yang memicu  produksi lendir  menurun draktis.
-- Perubahan Anatomi Organ Luar dan Organ Dalam
Perubahan yang dilihat  pada anatomi luar berupa keadaan  mata, operkulum, warna tubuh, keadaan  sirip, pendarahan ,sedang  perubahan anatomi dalam berupa perubahan warna, bentuk dan  konsistensi organ otak, saluran pencernaan, hati dan ginjal ikan. Selain gejala 
perilaku  ikan yang tidaknormal , ikan mas yang dibudidayakan di karamba menandakan  adanya perubahan  anatomi organ luar 


TABEL  HUBUNGAN PERUBAHAN ANATOMI LUAR DENGAN INFEKSI EKTOPARASIT


  ikan-ikan yang terinfeksi ektoparasit ini  menandakan  perubahan anatomi organ luar yang hampir sama, 
tergantung organ targen parasit itu sendiri. Golongan protozoa seperti Trichodina dan Oodonium biasanya menginfeksi permukan tubuh ikan dan tidak jarang
ditemukan juga di organ insang. Parasit ini masuk ke insang bersama air. Ciliate .jenis ini menyerang epitel kulit yang memicu  iritasi disebab kan oleh .gerakan tubuhnya. Iritasi yang terlihat  berupa kemerahan pada organ yang  terinfeksi dan infeksi pada jumlah yang banyak akan memicu  adanya luka. juga  sebab  rusaknya epitel kulit tak jarang memicu  adanya sisik 
yang lepas, sehingga sering ditemukan ikan yang sebagian sisiknya tidak ada.   perkembangbiakan parasit ini dilakukan di tubuh inang  sehingga efek nya  buruk. Parasit Trichodina  ditemukan pada jumlah yang sedikit artinya dalam menginfeksi dia bersifat soliter atau  tunggal dan tiap pribadi  dapat memicu  kerusakan yang luas. Infeksi awal pada insang akan memicu  insang terlihat  berdarah dan  lembaran insang terlihat  lengket tidak beraturan, ini dipicu  sebab  gerakan  cilianya yang merusak epitel insang. Pada infeksi tingkat lanjut insang akan  terlihat  pucat sebab  darah yang banyak keluar. Jenis-jenis cacing baik monogenea, digenea mapun nematoda biasanya 
masuk kedalam bagian endodermis, ini disebab kan parasit-parasit itu  memiliki jangkar atau alat hisap yang dapat menembus jaringan yang lebih .dalam. Dalam menginfeksi juga bersifat soliter atau tidak bergerombol. Organ target yang diinfeksi oleh golongan ini bisa lebih luas. Cacing-cacing itu dapat 
ditemukan pada bagian mata, hidung, permukaan tubuh, sirip, dan anus. Kerusakan yang dimunculkan dapat lebih parah jika dibandingkan dengan infeksi protozoa. Infeksi awal Gyrodactyllus dapat memicu  munculnya kemerahan dan  sisik lepas, infeksi yang lebih jauh dapat muncul ulcus lalu luka pada permukaan  tubuh atau organ yang terinfeksi lainnya. Tak jarang parasit ini ditemukan pada  bagian sirip-sirip ikan. Gerakan ikan yang terinfeksi biasanya mengibasngibaskan siripnya saat  berenang. Hal itu  adalah  cara ikan untuk  melepaskan parasit yang menempel pada siripnya. efek  yang dimunculkan 
berupa munculnya kemerahan dan memicu  sirip gripis atau sirip seperti  terpotong namun  tidak beraturan.
Dactyllogyrus, jenis monogenea selain Gyrodactyllus lebih sering ditemukan .di insang ikan. Sama halnya dengan Gyrodactyllus, parasit ini memiliki jangkar 
yang dilengkapi bar yang dapat menembus kulit bagian dalam. Infeksi pada insang memicu  insang berdarah ini dipicu  sebab  jangkar-jangkarnya  mampu merobek pembuluh darah di insang ini yang memicu  insang 
terlihat  menggumpal dan lengket. Tidak jarang darah muncul dan bercampur  lendir. Infeksi lanjutan dapat memicu  insang pucat sebab  banyaknya  darah keluar. 
  ditemukan Diplozoon pada insang. efek  yang 
dimunculkan hampir sama dengan infeksi Dactyllogyrus. Parasit yang infeksinya  bersifat koloni yaitu  parsit Epistylis, parasit ini selalu ditemukan bergerombol,  bentuknya seperti balon terbang yang bertali. Sehingga tidak mengherankan jika  akibat yang dimunculkan dari infeksi parasit ini sangat luas. Ciri khusus  dari  infeksi parasit ini yaitu  adanya kemerahan, beberapa atau keseluruhan sisik  lepas, dan tak jarang muncul luka yang melebar. ikan nila yang diinjeksi S. 
agalactiae, menandakan  perubahan makroskopis pada anatomi organ luar (mata, operkulum dan kepala) dan anatomi organ dalam (otak, ginjal) berupa  perubahan warna dan konsistensi.  tabel ini menjelaskan  gejala pada ikan  sesudah  diinjeksi S. agalactiae tipe β-hemolitik dan non-hemolitik.


TABEL  PATOLOGI ANATOMI MAKROSKOPIS ORGAN LUAR IKAN NILA SESUDAH  DIINJEKSI STREPTOCOCCUS AGALACTIAE TIPE BERBEDA



Beberapa langkah diagnosa terhadap perubahan ketidaknormalan  pada ikan  yang terinfeksi suatu parasit dapat dilakukan dengan berbagai pemantauan  dan  pengukuran antaralain :
1. pemantauan  Mean Time to Death (MTD)
pemantauan  Mean Time to Death (MTD) dilakukan untuk mengetahui rata rata  waktu kematian ikan uji yang terinfeksi S. agalactiae, yang dihitung dengan memakai  rumus  


FOTO RUMUS MTD

𝑴𝑻
Keterangan:
MTD = Mean Time to Death (rata rata  waktu kematian) 
A = waktu kematian (jam)
B = jumlah ikan mati setiap waktu pemantauan 

pemantauan  MTD ini dilakukan untuk mengetahui waktu rata-rata  kejadian suatu penyakit memicu  kematian pada inang. Ini   membantu  penanganan saat  terjadi wabah. Patogen yang bersifat akut biasanya memicu  kematian kurang dari 24 jam sesudah  infeksi dan  biasanya ikan-ikan terinfeksi patogen ini akan mengalami kematian yang cepat  dan dalam jumlah yang banyak sehingga pencegahan lebih tepat dilakukan  dengan melakukan pencegahan dari sistem budidayanya atau bila perlu  diberikan imonostimulan dan atau vaksinasi. Contoh penyakit yang bersifat 
akut yaitu  bakteri Vibrio harvey pada udang, bakteri Aeromonas salmonicida pada  ikan mas dan koi herves virus (KHV) pada ikan mas. sedang  patogen yang waktu MTD-nya lebih dari 24 jam biasanya  termasuk dalam patogen akut, yaitu waktu kematian terjadi dalam waktu yang  lama, dan yang lebih menonjol dari tanda-tanda serangan penyakit ini yaitu   adanya perubahan pada gejala baik perilaku , patologi anatomi organ  luar maupun dalam ikan. Serangan bakteri Streptococcus agalactiae dan S. iniae lebih 
bersifat kronis sebab  kematian biasanya terjadi sesudah  96 jam sesudah  injeksi.

2. pemantauan  imajinasi  Darah
pemantauan  imajinasi  darah diawali dengan pengambilan darah ikan  dengan jarum suntik dari vena caudalis. Pengukuran parameter imajinasi  darah 
antara lain diferensial leukosit, total leukosit dan  total eritrosit dilakukan  mengikuti metode  Blaxhall dan Daisley ,Secara terperinci, pengukuran imajinasi  darah ikan dapat dilakukan  dengan metode  antaralain :
-- Diferensial Leukosit Metode Blaxhall dan Daisley 
 Buat sediaan ulas darah, keringkan di udara, fiksasi dengan methanol 5  menit; Bilas dengan akuades, keringkan, warnai dengan pewarna Giemsa 15 
menit; Cuci dengan air mengalir dan keringkan di atas kertas tissu; Hitung jenis-jenis lekosit sampai berjumlah 100 sel.
-- Total Eritrosit Metode Blaxhall dan Daisley 
 contoh  darah dihisap dengan pipet bersekala sampai 0.5, kemudian   hisap larutan Hayem sampai skala 101, goyangkan agar bercampur  homogen;
 Buang tetesan pertama, berikutnya diteteskan ke dalam hemasitometer  dan tutup dengan kaca penutup;
 Perhitungan dilakukan pada 5 kotak kecil hemasitometer;
 Jumlah eritrosit = jumlah eritrosit terhitung X 104
sel/mm3.
-- Kadar Hematokrit Metode Anderson dan Siwicki 
 contoh  darah dimasukkan dalam tabung mikrohematokrit sampai 4/5  bagian tabung, sumbat ujungnya (bertanda merah) dengan kretoseal;
 Sentrifus dengan sentrifus hematokrit selama 15 menit dengan kecepatan  3500 rpm;  Kadar He dinyatakan sebagai % volume padatan sel darah.
--Total Leukosit Metode Blaxhall dan Daisley 
 contoh  darah dihisap dengan pipet sampai skala 0.5 (pipet yang  dipakai  yaitu  pipet khusus pengukuran leukosit), dilanjutkan  dengan menghisap larutan Turk’s sampai skala 11, goyangkan pipet agar  bercampur homogen; Buang tetesan pertama, tetesan berikutnya dimasukkan ke dalam hemasitometer dan tutup dengan kaca penutup; Perhitungan dilakukan pada 5 kotak besar hemasitometer;
 Jumlah lekosit = jumlah sel lekosit terhitung X 50 sel/mm3
3. Pengukuran Indeks Fagositik
Pengukuran indeks fagositik dilakukan dengan metode Anderson dan  Siwicki  dengan cara mengambil sebanyak 50 μl darah dimasukkan ke  dalam Effendorf, ditambahkan 50 μl suspensi Staphylococcus aerus dalam PBS (107sel/ml), dihomogenkan dan diinkubasi dalam suhu ruang selama 20 menit.  Membuat sediaan ulas dan dikeringudarakan. Dilanjutkan dengan mengfiksasi  dengan metanol selama 5 menit dan dikeringkan, diwarnai dengan cara merendam kedalam pewarna Giemsa selama 15 menit, dicuci dengan air 
mengalir dan dikeringkan dengan tissue, kemudian  dilihat  dan dihitung  jumlah sel yang menandakan  proses fagositosis dari 100 sel fagosit terlihat .

4. Pengukuran Titer Antibodi
Pengukuran titer antibodi dengan uji mikrotiter aglutinasi. Secara  terperinci metode  pengukurannya terdiri dari dua tahap yaitu : 
Persiapan Serum
Serum darah ikan diambil dengan cara mengambil darah pada vena caudalis dan  ditampung dalam eppendorf, kemudian disentrifugasi pada 3000 rpm selama 3  menit. sesudah  serum terpisah dari sel darah, serum dipisahkan dan diinkubasi  pada suhu 44oC selama 20 menit untuk mengaktifkan komplemen 
Serum kemudian  dapat disimpan dalam refrigerator pada suhu 4oC untuk  pemantauan  titer antibodi. 
Pengukuran titer antibodi 
Pengukuran titer antibodi dilakukan dengan mengambil larutan PBS sebanyak  25 µl dan dimasukan ke dalam mikroplate pada lubang 1 sampai 12, kemudian  
dimasukan serum darah pada lubang 1 sebanyak 25 µl kemudian dilakukan  pengenceran bertingkat hingga lubang ke-11. Bakterin sebanyak 25 µl  dimasukkan ke dalam lubang 1 sampai 12, campuran dihomogenkan dengan cara  menggoyangkan mikroplate secara perlahan. kemudian  disimpan selama 2 jam  dalam inkubator pada suhu 37 oC, dilanjutkan dengan menyimpan ke dalam  refrigerator 4 oC semalaman, titer antibodi ditentukan dari lubang terakhir yang 
masih ditemukan reaksi aglutinasi.


TABEL PEMBACAAN TITER ANTIBODI


5. Pengukuran Patologi Klinik Darah
Kadar hemoglobin diukur menurut metode Sahli dengan Sahlinometer ,kadar hematokrit diukur menurut metode 
Anderson dan Siwicki ,kadar glukosa darah juga dilihat  dalam setiap  perlakuan, mengikuti metoda Wedemeyer dan Yasutake ,
-. Kadar hemoglobin metode Sahli dengan Sahlinometer  Isi tabung sahlinometer dengan larutan HCl 0.1 N sampai angka 10 (garis  skala paling bawah pada tabung sahlinometer); Tempatkan tabung itu  diantara 2 tabung dengan warna standar; Ambil darah ikan dari tabung eppendorf dengan pipet sahli sebanyak  0.02 ml; Bersihkan ujung pipet, masukkan darah ke dalam tabung Sahli dan  diamkan 3 menit;
 Tambahkan akuades dengan pipet tetes sedikit demi sedikit sambil  diaduk dengan gelas pengaduk sampai warnanya tepat sama dengan  warna standar;
 Kadar hemoglobin dinyatakan dalam %.
-. Kadar glukosa darah dilakukan dengan metode  antaralain :
 Sebanyak 3.5 ml larutan campuran O-toluidin-asam asetat glacial; Tambahkan plasma sebanyak 0.05 ml;
 Panaskan dalam air mendidih selama 10 menit;
 Baca OD-nya pada 635 nm spektrofotometer;
 Kadar glukos plasma (mg/100 ml) yaitu


Absorban contoh 
------------------
x Konsentrasi Standar
Absorban Standar



6. pemantauan  Histopatologi Ikan
pemantauan  histopatologi ikan dilakukan untuk mengetahui kerusakan  jaringan ikan yang terinfeksi patogen infeksius maupun yang non infeksius 
lainnya. Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap ikan sakit atau yang diduga  sakit dan yang sudah mati. Pemeriksaan keadaan  binatang  di tempat pemeliharaan  dan lingkungan sangat membantu dalam menentukkan diagnosa nanti. Dalam 
pemeriksaan awal sebaiknya dilihat bagaimana lingkungan sekitar, dan  kebiasaan hidup binatang .
Pemeriksaan ikan contoh nya, yang dilihat  yaitu  pemeriksaan luar dan  organ dalam antaralain : pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Pemeriksaan  luar antaralain : perkembangbiakan , cacat dan ketidaknormalan ; kulit : warna, produksi 
mucus, sisik, parasit, perlu dilakukan scraping dan wet mount; sirip : warna dan  keadaan, perlu dilakukan wet mount; insang : warna, keadaan, produksi mucus, 
adanya benda asing atau parasit, perlu dilakukan wet mount; mata : kekeruhan  atau adanya exophthalmia. sedang  pemeriksaan organ dalam antaralain : 
rongga tubuh : warna, kedalaman dan adanya timbunan cair (wet mount dari  cairan) dan rongga visceral : ukuran, bentuk, warna konsistensi letak, bidang 
sayatan, perlu dilakukan usapan tekan (impression smears) dan wet mount. Jumlah ikan yang diperlukan untuk pengambilan contoh  tidak selalu  sama tergantung pada pemicu  penyakitnya. Penyakit yang dipicu  oleh: bahan beracun  diperlukan 2   3 ekor ikan sakit dari berbagai macam spesies;  infeksi bakteri atau virus diperlukan 3   10 ekor ikan sakit; dan jamur dan 
parasit memerlukan 10   15 ekor ikan dengan gejala patogenesis. contoh  untuk pemeriksaan di laboratorium sebaiknya berasal dari ikan sakit atau baru saja mati, ikan mati lebih dari 6 jam tidak dapat dijadikan contoh  sebab  hasilnya kurang akurat.
- Preparasi Preparat
Fiksasi jaringan bertujuan untuk mematikan sel dan mengeraskan  jaringan secara cepat. Jaringan yang berasal dari ikan cenderung cepat membusuk. Jika larutan fiksatif tidak tersedia maka jaringan dapat disimpan ke  dalam refrigerator. Untuk pemeriksaan ikan yang berukuran kecil, (panjang 10 cm) harus dilakukan sayatan memanjang pada bagian ventral mulai belakang  mendibula hingga rectum dan melepas otot yang menutupi sisi perut agar  mempermudah proses fiksasi. Jika lebih besar dari 10 cm, jaringan hendaknya dipotong lebih kecil agar  larutan fiksatif dapat menembus jaringan dengan cepat. Jaringan jangan lebih  dari 0,5 cm dan dimasukkan ke dalam larutan fiksatif sebanyak 20x volume  organ. Guna membantu diagnosa penyakit, sebaiknya tiap organ atau jaringan  yang diambil mewakili bagian yang terinfeksi atau rusak dan bagian yang  normal agar diperoleh pembanding. Pengambilan foto makroskopik sesudah  nekropsi akan sangat membantu diagnosa penyakit.
- Teknik Fiksatif
Ada beberapa larutan fiksatif yang dapat dipakai , tergantung pada  jenis jaringan, spesies ikan dan tujuan pemeriksaan. Macam larutan-larutan itu  yaitu  antaralain :
-- Larutan Davidson, Formaldehyde 4% 220 ml
 Ethyl alcohol 95% 330 ml, Asam asetat glacial 115 ml
 Aquadest
--Larutan Carnoy, Alkohol absolut 60 cc, Chloroform 30 cc, Asetic acid glacial 10 cc
-- Larutan Dekalsifikasi, Sodium chloride (36%) 50 cc,
 Aquades 42 cc, Hydrochloric acid (pure) 37 % 8 cc
-- Buffered formalin 37-40% formaldehyde 100 cc
 Distilled water 900 cc, Sodium Phosphate monobasic 4 g, Sodium Phosphate dibasic (anhydrous) 605 g,
--  Larutan Bouin  Picric acid, saturated aqueous solution 750 cc, 37-40 % formaldehyde 250 cc,
 Glacial acetic acid 50 cc

-. Teknik Emmbeding
contoh  yang sudah dipotong kecil pada bagian yang mengalami perubahan dimasukkan ke dalam kaset yang sudah diberi label kemudian dilakukan proses dehidrasi untuk mengeluarkan air dari dalam jaringan dengan  memakai  alkohol secara bertahap mulai dari konsentrasi rendah ke  konsentrasi tinggi, agar organ contoh  tidak mengkerut. kemudian  dilakukan 
clearing (penjernihan) dengan memakai  xylen, chloroform atau benzene dan  diikuti dengan emmbeding dengan paraffin. Macam larutan dan lama 
pencelupan dapat dilakukan seperti tiga metode dibawah ini :
--Metode 1: Alcohol 80% (2X) @ 1-2 jam, Alcohol 95% (2X) @ 1-2 jam , Alcohol absolute (3X) @ 1-2 jam , Benzene 1-2 jam , Paraffin cair (3X) @ 1 jam, Diblock dalam paraffin dan didinginkan cepat.
--Metode 2 :  Alcohol 80% 1-2 jam, Alcohol 95% (2X) @ 1-2 jam , Alcohol absolute (3X) @ 1-2 jam ,
 Xylene (2X) @ 1-2 jam , Paraffin cair (3X) @ 1 jam 
 Diblock dalam paraffin dan didinginkan cepat.
--Metode 3:  Alcohol 80% (2X) @ 1-2 jam, Alcohol 95% (2X) @ 1-2 jam , Alcohol absolute (3X) @ 1-3 jam , Chloroform (2X) @ 1-2 jam , Paraffin cair (3X) @ 1 jam 
 Diblock dalam paraffin dan didinginkan cepat.

-Pemotongan Jaringan
Blok paraffin yang sudah berisi jaringan atau organ sempel diletakkan  pada holder yang sesuai untuk mikrotom. Permukaan blok dipotong bagian  tepinya sehingga hanya disisakan paraffin yang ada jaringannya. Setelan diatur  sedemikian rupa agar permukaan sayatan sejajar dengan mata pisau, maka 
dilakukan pemotongan jaringan dengan ketebalan 6 - 7. Hasil potongan yang  tipis dan mirip  pita ditaruh di atas permukaan air didalam waterbath 
(40o), diusahakan jaringan mengembang dengan baik. Jaringan kemudian  diangkat dan menempel pada gelas obyek yang sudah  diolesi dengan mayer’s egg 
albumin. Preparat jaringan dibiarkan semalam atau disimpan dalam incubator  37oC agar melekat erat pada gelas objek dan tidak terlepas saat pewarnaan.
Mayer’s egg dibuat dari campuran putih telur sebnayak 50cc dan glycerin  sebanyak 50 cc. sesudah  dicampur dan disaring dengan baik kemudian diberi  larutan thymol agar tahan lama.

-Pewarnaan
Pewarnaan pada contoh  histology yang sudah dibuat sangat bergantung  dengan tujuan pemantauan . Beberapa pewarna sederhana yang biasa dipakai  
untuk pemantauan  kerusakan pada jaringan dan sel ikan yaitu  :
(1) Pewarna Giemsa
Pengecatan ini bertujuan untuk menandakan  adanya riketsia atau  metaserkaria dalam jaringan atau organ. Larutan yang dipakai  yaitu  zenker  atau formalin 10%. Larutan yang dipakai  yaitu  antaralain :
 Larutan Buffered Water pH 6.5, yang terdiri atas buffer salts (pH 6.,sebanyak 1 g dan distilled water sebanyak 1000 cc., Larutan Giemsa Stain, yang terdiri atas giemsa stain sebanyak 1 cc dan  buffered water pH 6.8 sebanyak 50 cc., Larutan Stok rosin Alcohol, yang terdiri atas rosin sebanyak 10 g dan alcohol  absolut sebanyak 100 cc. Larutan Working Rosin Alcohol, yang terdiri atas stok rosin Alcohol sebanyak 10 cc dan Alcohol 95% sebanyak 40cc. metode  pengecatan yang dilakukan melalui langkah antaralain :
 Hilangkan paraffin dengan xylen 2X. pindahkan ke Alcohol absolut dan Alcohol 95%, Bilas dengan distilled water, Masukkan dalam bufferd water pH 6.8 selama 30-60 menit, Warnai dengan Giemsa stain selama 8-24 jam, Masukkan ke dalam working rosin Alcohol, periksa di bawah mikroskop  hingga metacercaria tambah berwarna violet Alcohol absolut 3X
 Xylen 2-3X ,Tutup dengan cover yang diberi Canada balsem/etellan
(2) Pewarna Oil Red O Fat Stain
Beberapa larutan yang harus dipersiapkan pada pewarnaan ini yaitu  : Larutan Oil red O, yang terdiri atas Oil red O sebanyak 1-2 g,  70% sebanyak 50 cc, dan Aceton sebanyak 50 cc. Larutan Glycerin Jelly, yang terdiri atas Gelatin sebanyak 10 g, distilled 
water sebanyak 60 cc yang dipanaskan hingga gelatin larut dan tambahkan  Glycerin sebanyak 70 cc dan Phenol sebanyak 1 cc. metode  pengecatan yang dilakukan melalui langkah antaralain :
 Celupkan hasil potongan frozen dalam Alcohol 70% selama 1 detik Taruh didalam oil red O selama 5 menit
 Cuci cepat dengan Alcohol 70%, kemudian cucii dengan air  Warnai dengan Harris’s hematoxylin selama beberapa menit dan cuci  dengan air
 Pindahkan ke ammonia water atau acetic water 1% hingga didapat warna  yang sesui   Cuci dengan air, tutup dengan glycerin jelly Dari pewarnaan ini akan diperoleh : lemak berwarna orange hinga merah 
menyala dan inti berwarna biru.,
(3) Pewarna Hematoxylin dan Eosin Ada beberapa tahapan yang harus dipersiapkan antara lain :
 Persiapan Pewarna Harris’s Hematoxylin, antaralain : persiapan beberapa  bahan antara lain : Haematoxylin crystals (5 g), Alcohol absolut (50 cc),  Ammonium atau potassium alum (100 cc), Distilled water (1000 cc), dan
Mercuric oxide (2.5 g). Larutkan hematoksilin di dalam Alcohol dan alum  didalam air dengan cara dipanaskan, campurkan dua larutan itu  dan  dipanaskan hingga mendidih. Larutan diambil dari pemanas dan ditambah 
dengan mercuric oxide. Panaskan larutan hingga berwarna purple kurang  lebih 1 menit dan taruh diatas basin berisi air dingin. sesudah  dingin  tambahkan 2-4 cc asam asetat glacial tiap 100 cc larutan.
 Persiapan larutan Acid Alcohol berupa Alcohol 70% (1000 cc) dan Asam  hydrochlorat (10 cc).
 Persiapan larutan Eosin Alcohol berupa Eosin Y yang dilarutkan di air (2 g),  Distilled water (160 cc) dan Alcohol 95% (640 cc) metode  pengecatan yang dilakukan melalui langkah antaralain :
 Preparat direndam dalam xylene sebanyak 2X masing-masing 5-10 menit Alcohol absolute dan Alcohol 95% masing-masing 2X selama 1-2 menit  Harris’s hematoksilin selama 10 menit Dicuci dalam air selama 4-10 celup Diferensiasi dalam 1% acid alcohol selama 4-10 celup  Dicuci dengan air mengalir selama 15 menit
 Diwarnai dalam 1% eosin selama 15 detik-2menit
 Pindahkan potongan jaringan ke dalam Alcohol 95%, Alcohol absolut nmasing-masing sebanyak 2X selama 1 menit, Jernihkan dalam xylene sebanyak 3X selama 2 menit untuk masing-masing., Tutup dengan Canada balsem/etellan Dari pewarnaan ini akan diperoleh hasil : inti berwarna biru, sitoplasma berwarna merah muda.
(4) Pewarna Pariodic Acid Schiff (PAS)
Pewarnaan ini bertujuan untuk menandakan  adanya timbunan glikogenpada jaringan yang dilihat . Beberapa tahapan yang harus dipersiapkan yaitu : 
 Persiapan larutan fiksatif Gendre’s fluid atau formalin 10% yang terdiri atas Picric acid solution dalam alcohol 95% (80 ml), Formalin (15 ml), dan Asam  asetat glacial (5 ml) Persiapan larutan Coleman’s Feulgen, dengan cara melarutkan 1 g basic  fuchisin di dalam 200cc distilled water panaskan hingga mendidih. sesudah  
dingin tambahkan 2 g potassium metabisulfit dan 10 cc asam hydrochloride.  Biarkan selama 24 jam, kemudian tambahkan 0,5 g norit. Kocok 1 menit  saring dengan kertas saring berulang kali hingga larutan tidak berwarna. Persiapan larutan Asam periodic 0.5%, yang terdiri atas Periodic acid (0.5 g)  dan Distilled water (100 cc). Persiapan larutan Asam hydrochloride normal, yang terdiri atas Asam  hidrokloride (83.5 cc) dan Distilled water (916.5 cc)  Persiapan larutan Light green counterstain, yang terdiri atas Light green  crystal (0.2 g), Distilled water (100 cc), dan Asam asetat glacial (0.2 cc). metode  pengecatan yang dilakukan melalui langkah antaralain :
 Hilangkan paraffin dengan xylene, Alcohol absolut, dilanjutkan dengan Alcohol 95% Larutan asam periodic 0.5% selama 5 menit, Masukkan dalam Coleman’s Feulgen selama 15 menit, Air mengalir selama 10 menit hingga nampak warna merah muda, Warnai dengan light green counterstain selama beberapa detik
 Alcohol 95%, dilanjutkan dengan Alcohol absolut 2X
 Xylen 2X, Tutup dengan Canada balsem atau etellan

Tingkat kelangsungan hidup relatif (Relative Percent Survival/RPS)  beberapa penelitian ada yang memakai  pengukuran tingkat kelangsungan  hidup relatif Ellis 



RUMUS  RELATIVE 


Teknik Pemeriksaan Penyakit Parasiter
-Pemeriksaan ektoparasit
Pemerikisaan ini  untuk mencari dan menentukan identitas  ektoparasit tergolong protozoa, metazoa, cacing, golongan crustacea dan  arthropoda pada biota akuatik  ikan, udang, kepiting, molusca    gastropoda. Pemeriksaan ektoparasit memerlukan ikan segar yang hidup atau  baru saja mati dan dalam keadaan basah, sebab  beberapa cacing parasit akan  berpindah jika inangnya mati. Akibatnya lokasi yang normal bagi parasit  itu  di tubuh ikan menjadi tidak pasti. Jika nekropsi terpaksa ditunda, ikan  harus disimpan dalam kulkas (refrigerator) atau cooler dan diberi es. Pemeriksaan bagian luar tubuh ikan dimulai dengan melihat  dengan  teliti keadaan bagian luar tubuh ikan secara biasa  dan dilanjutkan dengan  memeriksa lendir dari lamella insang, tubuh, sirip, hidung dan mulut dengan  mikroskop. Pemeriksaan ektoparasit dapat dilakukan dengan metode  antaralain :
Catat spesies ikan, perairan asal, nomor contoh  dan tanggal pemeriksaan. Perhatikan perilaku  ikan dan catat gejala perilaku  yang ada, seperti berenang dengan lesu, terkejut, menggesekkan tubuh ke pinggir 
akuarium. Catat gejala yang ada  pada bagian luar tubuh seperti luka kecil, borok, lendir yang berlebihan, warna yang tidak normal, bentuk tubuh, lendir yang berlebihan atau adanya struktur seperti benang. Beberapa  protozoa seperti Henneguya sp dan Myxobolus sp membentuk kista berwarna putih. Ikan yang terinfeksi Ichthyopthirius multifilis akan terlihat seperti  butiran garam pada bagian yang terinfeksi, sedang  ikan yang terinfeksi  jamur akan ada  struktur seperti gumpalan kapas. Jika ikan terinfeksi Argulus sp akan melihat  kutu  yang berjalan di badan ikan. sedang  jika ikan  terinfeksi Lernaea sp  akan melihat adanya 
struktur seperti benang merah yang menjuntai dari tubuh ikan.  Bunuh ikan dengan cara deserebrasi, timbang beratnya dan letakkan pada  sterofoam dengan bagian kepala berada pada sebelah kiri anda, kemudian 
ukur TL nya.Letakkan 1-2 tetes akuades atau air yang bersih pada kaca objek.Dengan memakai  tepi kaca penutup kikis lendir dari bagian tubuh yang menandakan  gejala dan letakkan pada kaca objek yang sudah diberi  air dengan bagian yang mengandung lendir mengarah ke bawah.Periksa dengan mikroskop. Mulailah dengan pembesaran kecil (100x) dan 
lanjutkan ke pembesaran yang lebih tinggi.  identifikasi parasit dengan memakai  buku yang sudah  
ditentukan. Untuk pemeriksaan lamella insang, ulangi langkah pertama , kemudian dengan  memakai  gunting berujung lancip potong beberapa lembar lamella 
insang letakkan pada kaca objek dan tutup dengan kaca penutup. Beri sedikit tekanan agar sista protozoa dan trematoda pecah sehingga dapat  dilakukan pengamatan dengan lebih baik. Untuk memperoleh  hasil yang  baik, hindari memotong tulang rawan insang. Periksa bagian rongga hidung, mulut dan mata. 
-Pemeriksaan Endoparasit
Pemeriksaan endoparasit biasanya dilakukan sesudah  pemeriksaan ektoparasit. Pemeriksaan parasit yang biasanya dapat terlihat yaitu  golongan protozoa, metazoa, cacing, golongan crustacea dan arthropoda pada biota  akuatik baik ikan, udang, kepiting, molusca  gastropoda. metode  yang  dilakukan yaitu, membuka rongga tubuh ikan dan memeriksa organ dalam satu 
persatu antara lain ginjal, hati, usus, lambung, limpa dan jantung. kadang  daging ikan menjadi media yang baik untuk perkembangbiakan   parasit pada ikan. Parasit itu  biasanya  dapat dilihat dengan mata secara 
langsung. Namun untuk mengidentifikasi memerlukan mikroskop. Tahapan  metode  pemeriksaan endoparasit yaitu : Catat spesies ikan, perairan asal, nomor contoh  dan tanggal pemeriksaan.Perhatikan perilaku  ikan dan catat gejala perilaku  yang ada, seperti berenang dengan lesu, terkejut, menggesekkan tubuh ke pinggir 
akuarium.Catat gejala yang ada  pada bagian luar tubuh seperti luka kecil, borok, lendir yang berlebihan, warna yang tidak normal, bentuk tubuh, lendir yang berlebihan atau adanya sista dibawah permukaan kulit. Beberapa cacing trematoda digenea akan membentuk sista berwarna kuming, putih  atau hitam di bawah permukaan kulit terutama pada ikan liar. Jika  
menemukan sista ambil dan periksa dengan mikroskop sebelum   membuka rongga tubuh.  Dengan memakai  pinset dan gunting runcing-tumpul, buka rongga 
perut ikan seperti pada FOTO . Hati-hati jangan sampai merusak atau  mengenai organ dalam. lihat  keadaan  tiap tiap organ dalam. Mulailah dari bagian terluar dan catat  kelainan yang ditemukan  seperti warna dan ukuran yang tidak normal, bentuk,  adanya kista parasit, pembengkakan, bercak darah dan sebagainya. Cacing 
Nematoda ditemukan  bebas di rongga tubuh, dibawah peritoneum atau  mesenteri. Ambil parasit dengan hati hati dan lihat .  Dengan hati-hati pisahkan hati dan saluran pencernaan dan gonad. Letakkan 
masing masing organ pada petri dish yang sudah diisi akuades. lihat  dengan teliti dengan mata . Periksa permukaan hati untuk  sista cacing. Ambil parasit yang tampak  letakkan pada kaca objek yang  sudah disiapkan, tutup dengan kaca penutup dan periksa dengan mikroskop., lihat  saluran pencernaan dari luar. Perhatikan jika terjadi benjolan atau  luka. kemudian  buka saluran pencernaan. Pada organ ini  bisa 
menemukan cacing Cestoda, Acanthocephala, Nematoda dan Trematoda Digenea.,Sayat tipis daging ikan. Periksa jika ada  sista cacing Nematoda (Anisakis
sp), Periksa gonad. Cacing Phylometra sp sering ditemukan di gonad dan kadang  di saluran pencernaan ikan. identifikasi dengan memakai  buku yang sudah ditentukan Jika ditemukan parasit dalam sista, buka sistanya terlebih dahulu dan  biasanya cacing dapat terlihat di dalam sista. Pada pemeriksaan endoparasit, 
contoh  tidak boleh dibiarkan kering, harus selalu terendam cairan.

Pencegahan Penyakit
 penanggulangan penyakit dimulai dari awal budidaya. 
bisa dilakukan untuk pencegahan penyebaran penyakit 
yaitu  pencegahan dan pengobatan. Pencegahan lebih dipilih sebab  ini bisa  dilakukan secara bertahap dan mudah dilakukan sedang  pengobatan   memerlukan  biaya banyak. usaha  pencegahan  yang bisa dilakukan 
antaralain : :
-- Ada tiga sumber yang secara nyata adanya  binatang  lain diluar kultivan  budidaya membahayakan keberlangsungan budidaya yaitu :
Hama dan organisme pengganggu. contoh nya ular, burung, larva insekta.
binatang  yang berperan sebagai host-antara parasit ikan, atau parasit yang memerlukan ikan sebagai host-antara. contoh nya: keong air, katak, moluska, burung.
binatang  yang berfungsi sebagai vector (pembawa penyakit). contoh nya leech
--Vaksinasi dan imunitas  ostimulan  ini sudah banyak dilakukan baik memakai  baghan kimia  maupun bahan alami yang berasal dari tumbuhan. pemakaian nya relative aman  dan relative murah, hanya penerapannya memerlukan  keahlian dan kebiasaan. Pada intinya pilihan ini bisa dipakai  untuk meningkatkan ketahanan tubuh  ikan budidaya terhadap serangan patogen, sebab  sejalan dengan perkembangan  kegiatan budidaya, maka adanya , keragaman patogen yang menginfeksi juga meningkat.
--usaha  memperoleh  sumber air yang bebas patogen adalah  syarat mutlak bagi keberhasilan budidaya , Kualitas air yang masuk  dalam  budidaya hendaknya dilakukan pengawasan  kualitas airnya. usaha  yang bisa dilakukan yaitu  dengan melakukan pengendapan, 
penyaringan dan pemusnahan gas beracun  secara fisik maupun biologik terhadap sumber air. 
--Selain melalui air, patogen juga dapat masuk menembus pertahanan ikan  lewat makanan . Oleh sebab  itu makanan  buatan maupun makanan  tambahan yang  diberikan baik kualitas dan kuantitasnya harus dikendali  sehingga bebas
patogen. 
--Kontak antara ikan budidaya dengan ikan liar harus dicegah, sebab  ikan liar seribng membawa patogen yang membahayakan ikan budidaya pada  kepadatan tinggi. pemakaian  saringan pada bagian saluran pemasukan dan  pengeluaran yaitu  salah satu cara mencegah masuknya ikan liar. usaha  lain  yang bisa dilakukan yaitu  dengan memberikan larutan sumithion (1 ppm) dan akar tuba (5 ppm).
-- Kebersihan  pelaksana, tempat bekerja dan lingkungan, seluruh fasilitas, media dan  binatang  budidaya ,Desinfeksi ikan, ikan hendaknya didisinfeksi setiap 6 bulan sekali atau  dalam satu siklus produksi dilakukan 2 3 kali desinfeksi.  ini bisa  diterapkan untuk semua jenis dan ukuran ikan dengan tujuan mencegah  infeksi ektoparasit. Bahan yang dipakai  untuk desinfeksi antara lain : larutan garam, larutan ammonia, copper sulphate, potassium permanganat ,Desinfeksi alat, untuk mencegah tersebarnya patogen darii satu kolam ke  kolam lain, alat-alat yang dipakai  harus didesinfeksi. Setiap set alat hanya  dipakai  untuk kolam tertentu dan tidak di campur. Setiap selesai  memakai , harus direndam pada larutan desinfeksi. Pelaksana juga  disarankan selalu mencuci tangan dan kaki/sepatu sebelum dan sesudah memasuki unit budidaya.Desinfeksi habitat,  antaralain : kegiatan pencucian dan  pemeliharaan keberhasilan air, dasar kolam/bak, reservoir, kanal dan habitat  ikan lain, melalui pengeringan secara periodik. Perbaikan, pengangkatan  Lumpur dan levelling dasar kolam dilakukan secara rutin sehingga air dapat  terbuang dengan sempurna. Pengeringan setidaknya dilakukan setiap siklus budidaya.
--Ikan-ikan yang datang dari area  lain sebaiknya dilakukan aklimatisasi  terlebih dahulu di tempat terpisah/tersendiri untuk mengadaptasikan dengan 
wadah budidaya baru juga untuk mencegah penyebaran penyakit bila  ikan yang baru datang ini membawa bibit penyakit yang bisa menularkan ikan budidaya lain.

Beberapa jenis penyakit jamur yang  berbahaya untuk ikan  antara lain yaitu  golongan Aphanomyces yaitu Aphanomyces, Branchiomyces dan  Ichthyophonus. Jamur Apanomyces dilaporkan menyerang lobster air tawar, crayfish, sea mullet, yellow fin bream, dan sand whiting. Jamur ini menyerang organ  persendian dan pergerakan. Ikan yang terserang mengalami paralisis, terlihat  diam terlentang di dasar akuarium atau kolam sampai mati. Tidak ada tanggapan   terhadap rangsangan eksternal yang diberikan. Jaringan yang terinfeksi biasanya  area  persendiaan berwarna kekuningan atau cokelat dan  mengalami nekrosis. Aphanomyces adalah  parasit obligat, menginfeksi 
area  lunak persendian dan ruas abdomen. Jamur ini membentuk hifa di  sepanjang syaraf ventral dan ganglion otak. Keadaan ini memicu  gangguan 
dan  kerusakan organ lokomotor dan juga sistim kekebalan dari ikan yang  terinfeksi. Dari tempat penetrasi akan terbentuk zoosporangium dan zoospora 
akan dilepas ke dalam air untuk kemudian  menginfeksi ikan baru. 
---. A. Invandans = A. piscicida = A. invanderis
Tanda-tanda klinis ikan atau biota yang terinfeksi antara lain: nafsu makan  menurun, warna tubuh ikan menjadi lebih gelap/hitam , ikan berenang di bawah 
permukaan air dan menjadi hiperaktif. Beberapa ikan akan muncul titik merah (red spot) kemudian akan muncul di permukaan tubuh seperti kepala,  operkulum atau pangkal ekor, sebagai awal terbentuknya koreng. Pada infeksi  berat akan muncul koreng (ulcer) dengan kecoklatan yang mirip dengan gejala ikan yang terinfeksi bakteri Aeromonas. Beberapa ikan yang sudah   terinfeksi jamur ini yaitu  ikan gabus, ikan mas, dan ikan sepat siam.
---Branchiomycetes
Branchiomycosis adalah  penyakit ikan yang dipicu  jamur  Branchiomyces sanguinis. Inang definitif dari jamur ini dilaporkan antaralain : Cyprinus carpio, Tinca tinca, Carrasius auratus, Esox lucius, Gasterosteus aculeatus, dan Salmonid.  Tanda-tanda  serangan Branchiomycosis antaralain : adanya nekrosis pada 
insang yang berwarna keputihan. Ikan mengalami kesulitan bernafas atau  asphyxia, megap-megap di permukaan air. Insang memperlihatkan tanda-tanda
hemorhagik. Ikan terlihat berkumpul di area  pemasukan air dan tidak mau  makan. Kejadian infeksi dipengaruhi oleh suhu perairan. Infeksi hanya terjadi 
pada musim panas, terutama pada bulan Juli Agustus di area  yang bermusim  empat. Morbiditas penyakit ini dapat mencapai 60 %, sedang pada infeksi yang 
bersifat akut dapat memicu kematian sebanyak 30 50 % dari populasi ikan  yang terinfeksi dalam waktu 2 4 hari, terutama diakibatkan sebab  terjadinya  anorexia. 
Jamur Branchiomycosis adalah  pemicu  penyakit gill rot (B. sanguinis dan B. demigrans).   menyerang ikan air tawar : karper, cat fish, guppy, japanese eel, rainbow trout. Faktor penting yang memicu infeksi jamur 
ini yaitu  adanya kontaminasi bahan organik, blooming algae, suhu > 20 oC, oksigen rendah dan pH rendah (5.8   6.5) Branchiomycosis akut  dikenali dengan terjadinya nodul putih pada  insang sebagai suatu luka patogenomonik. Infeksi dari jamur ini dapat terjadi 
secara langsung dari spora yang menempel pada insang atau dengan cara  tertelan. Penyebaran infeksi didukung oleh kandungan bahan organik dari  perairan dan suhu di atas 20 oC. Penyumbatan pembuluh darah insang sebab   adanya infeksi jamur ini seringkali terjadi dan memicu  hiperplasia.  kemudian  terjadi  fusi lembaran insang yang memicu  nekrosis yang 
meluas. Keadaan ini memicu  berkurangnya daya ikat oksigen. Pada infeksi yang berat, jamur ini membentuk kista pada lembaran insang yang mirip   suatu nodul berwarna keputihan. Spora yang terlepas dari jaringan insang akan  berhamburan dalam air dan mengendap di dasar kolam menjadi sumber infeksi. Jenis Branchiomyces sanguinins dan B. demigrans ditemukan pada filamen,  kapiler darah dan jaringan insang ikan. Unit reproduksinya yaitu  symcytium 
yaitu pembesaran dari bagian hyphae tertentu yang menghasilkan  spora  aseksual. Keduanya melepaskan spora melalui tabung symcytium, ditambah ya B. 
sanguinis melepaskan spora ke lamela atau filamen insang sedang  B. demigrans  melepaskan ke lingkungan Kedua jamur itu dapat diisolasi dengan menumbuhkan pada suhu   14-35°C dengan suhu  optimum 23-32°C, sedang  pada suhu 32°C serangan akan lebih kondusif. Media yang dipakai  yaitu  buatan peptone dan glukosa dengan pH 5.8 dan bisa ditumbuhkan pada media SDA (Sabourands  Dextrose Agar). Cara penularan melalui air dan jaringan insang. Spora jamur akan menyerang insang, tumbuh dan berkembang membentuk hyphae, dimana  Hyphae akan menembus epithelium insang. Jenis B. sanguinins menyukai jaringan  insang yang kadar oksigennya tinggi. sedang  B. demigrans menyukai jaringan 
yang kandungan oksigennya rendah. Mycelium jamur membesar ke jaringan,  akan menurunkan pasokan  darah dan memicu  nekrosi jaringan insang. Jaringan yang mengalami nekrosis, mengandung hyphae jamur dan  symcytium dengan spora yang masak akan melepaskan spora ke lingkungan.  Spora itu  akan menyerang insang tanpa proses pematangan terlebih 
dahulu. Beberapa hyphae dan spora dapat masuk ke peredaran darah,oleh sebab  itu, beberapa jamur ditemukan di hati ikan yang sakit.  Gejala-gejala ikan yang terinfeksi branchiomyces  akut maupun 
subakut, maka   gejalanya  lemah dan letargik. Kesulitan bernafas dan  kurang tahan terhadap pengangkutan/transportasi. Insang yang terinfeksi 
mengalami nekrosis, berwarna putih sampai coklat. Ikan yang terinfeksi kronis  biasanya tidak menandakan  adanya gejala penyakit.Untuk mendiagnosa ikan perlu diketahui sejarah   ikan, gejala yang  muncul dan identifikasi patogen. Ikan yang berasal dari area  endemik dan  mengalami gangguan pernapasan, wajib  dicurigai terinfeksi patogen ini. lihat  jamur dapat dilakukan dengan mengambil contoh  insang yang 
mengalami nekrosa dan dilihat  di bawah mikroskop jika ditemukan hyphae  atau spora dijaringan menandakan  infeksi positif. pemantauan  lanjutan dengan memakai  media SDA pH 5.8 dan diinkubai 25-30 oC. 
--- Order Saprolegniales
Penyakitnya dinamakan  saprolegniasis (Cotton Wool Disease), biasanya  ada  pada air tawar dan substrat, dapat juga menjadi parasit tanaman dan  binatang . Jamur ini bersifat saprolitik yaitu mengambil nutrien dari sisa-sisa  makhluk hidup dan adalah  parasit opurtunistik yang terbiasa ada di  lingkungan perairan. Beberapa jenis ikan air tawar dan telur ikan, sering 
 terinfeksi jenis jamur ini bahkan menjadi patogen utama.   Cara mendiagnosa ikan yang terinfeksi jamur ini yaitu  dengan melihat  tanda-tanda klinis pada kulit, insang dan permukaan tubuh ikan atau telur yang 
terinfeksi, yaitu adanya selaput berwarna putih seperti kapas menjumbai (hifa jamur) menutupi area  terinfeksi. Ujung hifa jamur yang matang biasanya  mengandung zoospora biflagellated. Jamur ini dapat diisolasi memakai  tepung  jagung atau kentang agar yang diinkubasi pada suhu sekitar 25-28 oC
---Aphanomyces astaci =A. magnusii
Jamur ini adalah  pemicu  penyakit cryfish plague yang menyerang  lobster air tawar. Ikan yang terinfeksi menandakan  gejala seperti muncul  kematian besar pada siang hari, berenang dan bergerak tidak beraturan dan sering terjatuh terbalik dan tidak dapat kembali lagi. 
Jamur Ikan Air Laut
Ichtyosporidium hoferi (Ich) atau  Ichthyophonus 
yaitu  jamur pemicu  penyakit Ichthyophoniasis yang adalah  penyakit  infeksi sekunder ,
 Siklus Hidup:Resting spore: dinding sel tipis, memiliki granular cytoplasma dibungkus oleh ribosom, kadang  memiliki mitokondria dengan tubular cristae dan beberapa inti, disekitar spora dikelilingi oleh lingkaran kecil dan besar yang adalah  reaksi dari jaringan inang yang terinfeksi. masa  ini bertahan 3-5 jam pada berbagai PH. Hyphae (masa masa kecambah) : masa masa ini kadang bercabang, tahap ini hampir sama seperti yang ditemukan pada inang yang sudah  mati. 
Uninucleate stages: sesudah  dinding pecah, bentuk ini memiliki kemampuan  amoeboid mampu berpindah dari 1 inang ke tempat lain dan mampu  bertahan 1-5 hari, dan ini diduga sebagai endospores (tahap menginfeksi)
 tanggapan  Inang: Ichthyophonus adalah  antigen tingkat tinggi yang memicu   tanggapan  humoral (antibodi). Tanda klinis dan patologi yaitu  berat tubuh turun,  mata menonjol, terlihat  bintik-bintik gelap pada kulit sedang  gejala tingkah laku berenang tidak normal.
Inang Jamur ini biasanya menyerang sendiri atau tidak ditambah  penyerangan  jenis jamur lain. Penyebaran inang tidak terbatas pada ikan air laut namun   tersebar pada ikan air tawar, seperti golongan krustacea, elasmobrancia dan  teleost, amphibi, reptile,Penyakit ini tidak menginfeksi atau tidak beresiko pada manusia dan mamalia. bahwa jamur masih  bertahan hidup selama 3 menit pada suhu 40 oC. Jamur itu  ditemukan pada  35 spesies ikan laut dan 48 spesies ikan tawar.   80 spesies ikan sebagai inang jamur ini. 
penyebaran:  Dari hasil pemantauan , Ic yang diidentifikasi dari jaringan inang yang  terinfeksi menandakan  adanya sifat  morfologi yang berbeda (luka yang   nyata).   ditunjukkan dengan adanya perbedaan tahap  perkembangan, tahap  sexual, bentuk dan ukuran jamur saat  menginfeksi. Perbedaan bentuk jamur yang menginfeksi bias berbeda antar inang, keadaan   inang hidup (kualitas air). adanya  Ic dipengaruhi oleh pH, CO2, glukosa,  salinitas perairan. Ukuran diameter spora Ic berkisar 10-250 µm. ini menyerang  granuloma jaringan. suhu  pembatas Ic 25°C pada pH rendah selama 4-5 jam.

A. PROTOZOA AIR TAWAR
--- Ichthyobodo sp (Costia sp)
a. Biologi dan Sebaran 
Ichthyobodo sp (sinonim Costia sp) termasuk famili Bodonidae. Penyakit  yang dimunculkan dinamakan  Ichthyobodiasis atau costiasis yang dipicu  oleh 
parasitisme yang berlebihan dari organisme ini. Parasit ini berbentuk seperti  tetesan air, berukuran sangat kecil dan bersifat sesil. ada  2  spesies Ichthyobodo yang menjadi parasit ikan yaitu I. necatrix dan I. pyriformis. I. 
necatrix berukuran panjang 10-20 µm dan lebar 5-10 µm, sedang  I. pyriformis berukuran lebih kecil. Penyebarannya dalam air tawar dan kadang air payau. 
Inang yang rentan yaitu  ikan air tawar terutama ikan liar dan berudu.
b. Gejala Klinis
gejala ikan yang terinfeksi costiasis menandakan  bercak-bercak  kusam dan selaput keputihan pada kulit yang meluas dan  ditutupi oleh lendir  yang banyak terutama di tempat parasit melekat, sirip koyak koyak dan lepas, insang pucat dan tertutup lendir, nafsu makan berkurang, dan ikan terlihat   bernafas megap megap
c. Diagnosa
Diagnosa dilakukan sesuai gejala dan dikonfirmasikan dengan  pemeriksaan lendir tubuh, dan insang. Dibawah mikroskop organisme ini mungkin agak sukar untuk didiagnosa terutama bagi pemula sebab  ukurannya  yang kecil. Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan contoh  segar pada  perbesaran 200X atau 400X. Parasit ini terlihat berbentuk seperti tetesan air  yang melekat pada epitel insang dan kulit melalui struktur seperti tangkai yang  sebetulnya yaitu  flagel, berukuran kira kira sebesar sel darah merah. Ichthyobodo melepaskan diri dari inang segera sesudah  inangnya mati dan bisa  saja yang terlihat dalam pemantauan  yaitu  bentuk yang berenang bebas.
d. Patogenesis,
Siklus Hidup, Penularan dan Epizootiologi Ichthyobodo yaitu  parasit obligat dan menancapkan tubula kecil ke 
dalam jaringan tubuh inang untuk memperoleh makanan. Parasit ini memakan  sel sel epitel yang lepas dan sisa sisa sel. Efek yang merugikan bagi inang yaitu   sebab  parasit ini menyerang sel hidup sehingga dapat menghancurkan epitel insang dan kulit. ini  memicu  Ichthyobodo mampu berkembang biak yang sangat tinggi ,Parasit ini hanya bisa hidup  lebih kurang 1 jam diluar ikan ,Ichtyobodo memiliki  siklus hidup langsung melalui pembelahan biner ,Penularan melalui kontak langsung atau paparan dalam air yang  sudah mengandung ikan yang terinfeksi dalam waktu beberapa jam. Penyakit ini  terutama ditemukan  di perairan tropis. namun  sebab  ukurannya yang sangat 
kecil dan melepaskan diri dari inang segera sesudah  inangnya mati, memicu   lebih sukar dalam melakukan diagnosa.
e. Pengendalian
Pengendalian Ichtyobodiasis dapat dilakukan dengan cara memperbaiki  keadaan  budidaya, mengurangi kepadatan, dan menghindari ikan liar. Parasit ini 
rentan terhadap terapi antiprotozoal yang biasa  dipakai .menyarankan treatment dalam 25 ppm formalin selama 4 8 jam, diikuti dengan  penggantian air sampai 75%. perendaman dalam Malachyte green 0,1 0,15 ppm selama 1 2 jam dan diulangi setiap 2 hari. Terapi ini hanya bisa dipakai  untuk ikan hias. Terapi lain yang terbukti efektif yaitu  perendaman dalam larutan Nacl 1% selama 15 30 menit. 

--- Henneguya sp.
a. Biologi dan penyebaran   
Henneguya termasuk dalam famili Myxobolidae, yang adalah  salah  satu dari genera protozoa myxosporidia yang menginfeksi ikan air tawar tropis. Parasit ini kosmopolit dan menginfeksi berbagai spesies ikan air tawar di dunia.  Henneguya ditemukan  pada insang dan sirip punggung ikan liar dan  berbagai jenis ikan hias seperti ikan mas koki  dan corydoras  dan ikan budidaya terutama ikan gurami. Spora Henneguya sp ada  dalam  sista, berbentuk fusiform atau oval, memiliki  2 kapsul polar, dan struktur  seperti ekor yang khas pada genus ini. Jenis myxosporidia lain yang ditemukan pada ikan di negeri kita  yaitu  Myxobolus. Bentuk spora oval dan tidak  memiliki  ekor. Beberapa spesies memiliki sifat inang khusus . bahwa di Amerika Serikat sudah terdeteksi  17 spesies dan di Eropa sebanyak 18 spesies. Dikemukakan juga bahwa jenis yang ada  pada suatu perkolaman bisa saja berbeda dengan perkolaman yang lain.
b. Gejala Klinis
gejala pada henneguyasis yaitu  adanya sista putih 
  berdiameter 0,5 1,0 mm yang ada  di dalam dan diantara lamella,  sirip punggung, sirip perut, usus, jantung, ginjal, limpa dan kadang kadang sepanjang mesenteri. Jumlahnya sedikit sampai banyak, ukurannya bermacamragam   dari mikroskopis sampai berdiameter beberapa milimeter. Henneguya postexilis
yang  ditemukan di interlamella ikan lele amerika dapat memicu  kematian pada ukuran larva. Myxozoa lain yang sering ditemukan di negeri kita   yaitu  genus Myxobolus. Genus ini memiliki  sista yang lebih besar (diameter  sampai 3 mm) berbentuk oval dan berwarna putih/pink. Sporanya berukuran lebih besar, berbentuk oval/sferis, dengan 2 kapsul polar dan tidak berekor . 
c. Diagnosa
Diagnosa penyakit henneguyasis yaitu  dengan memperhatikan adanya sista pada pemantauan  eksternal tubuh. Sista diambil dan diletakkan pada kaca  objek dan dipecahkan dengan memberi sedikit tekanan pada kaca penutup. Dibawah mikroskop akan terlihat ribuan spora Henneguya. Cara lain yaitu  
dengan melihat  seksi histologi dari area yang terinfeksi dan identifikasi spora yang tipikal. Spora digolongkan  menurut genus berdasar  posisi kapsul polar di dalam spora. Sepintas sista Henneguya mirip dengan benjolan yang  dipicu  bakteri Mycobacterium sp yang memicu  penyakit TBC ikan. namun  hasil pemantauan  sista dengan mikroskop perbesaran 400x akan .mampu membedakannya. Penyakitnya dinamakan  henneguyasis. 
d. Patogenesis, Siklus Hidup dan Penularan
Henneguya adalah  parasit Myxosporidia yang paling sering ditemui.  infestasi myxosporidia biasa  ditemukan  pada  pemantauan  post-mortem ikan airtawar tropis liar. Sista yang ditemukan si sirip 
dan tubuh biasanya  tidak berbahaya bagi inang, namun  mengganggu penampilan dan mengurangi keindahan ikan. Sista yang menempel di lamella 
dapat memicu  terganggunya aliran darah di insang, memicu   hiperplasia dan kematian. Sista bisa saja menghilang, kemungkinan sebab  pecah. ini  memicu  lepasnya spora ke perairan dan mampu menginfeksi 
ikan lain. Siklus hidup parasit ini masih belum diketahui namun  mungkin  memerlukan  inang perantara yang biasanya  ditemukan di alam.
e. Pengendalian
Cara terbaik mengendalikan parasit ini yaitu  dengan pencegahan yaitu  menghindari ikan yang terinfeksi. Jika ikan yang terinfeksi sedikit, sista dapat
dipecahkan satu persatu dan luka yang dimunculkan diolesi dengan antiseptik.  ini  harus dilakukan diluar wadah budidaya dan air yang dipakai  selama pengobatan tidak dibuang ke perairan. Belum ada kemoterapi yang  efektif untuk mengatasi parasit ini.