ikan 3

Tampilkan postingan dengan label ikan 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ikan 3. Tampilkan semua postingan

ikan 3










































siput bercangkang kaca

peneliti   dari goethe university, frankfurt, dan biospeleological society di Kroasia menemukan meneliti menganalisa  dan mempublikasikan pada jurnal subterranian biology. spesies baru siput tidak memiliki mata, bercangkang transparant mirip kaca nama ilmiahnya Zospeum thollusum yang  hidup permanen di  gua  vertikal terdalam di dunia satu satunya didunia ,gua ini bernama Lukina Jama-Trojama di Kroasia,ini berkedalaman 1392 meter siput tanpa mata itu ditemukan di  kedalaman 980 meter  dari permukaan tanah ,siput itu bersembunyi dalam sebuah  gua  yang pasir dan  batu dengan aliran air kecil,siput itu gerak nya  terbatas tidak bebas,siput tidak memiliki immobile sebab hidupnya  di dekat drainase gua,yang berlumpur ,siput itu sudah  biasa  menyebar  dengan menumpang hewan dengan maupun dibantu oleh aliran air. tetapi perlu diketahui ,gua ini sangat menarik  sebab gua ini   memiliki ekologi  terdiri  3  iklim mikro, bagian permukaan es dengan  suhu 1 derajat celsius, bagian tengah dengan suhu 2 derajat celsius, bagian  dasar dengan suhu 4 derajat celsius. gua ini keadaanya  ekstrem  menarik  gua ini dicari  banyak  ilmuwan.gua ini  menyimpan  banyak spesies hewan.

siput  mirip mahluk 

Salah satu pesona yang terdapat di dasar laut adalah mahluk Nudibranch atau siput telanjang yang tersebar di perairan seluruh dunia dan tepi tepi pantai, tergolong  mollusca yang tidak memiliki  cangkang ini terlihat  mirip makhluk dari dunia entah berantah  sebab makhluk ini  mempunyai beraneka ragam bentuk yang menarik dan bermacam macam  warna  yang menyolok , mahluk Nudibranchia  mengalami kehilangan cangkang semenjak fase larva sehingga  berkamuflase sebagai strategi  cara  melindungi diri dari serangan pemangsa,keanekaragaman warna mahluk Nudibranchia yang  berfungsi  mengingatkan kepada pemangsa untuk tidak memangsanya, nama mahluk Nudibranch berasal dari bahasa Latin  nudus  artinya telanjang, dan Yunani  brankhia  artinya  insang. Hewan ini  mempunyai  insang  pada  permukaan punggungnya,keanekaragaman warna  mahluk  Nudibranch  sebagai evolusi, merupakan kamuflase mampu lari dari pemangsa.  warna warna sebagai aposematisme, bertugas mengingatkan kepada para  pemangsa  didekatnya  bahwa mahluk nudibranch  ini membawa banyak  racun untuk dimakan ,tidak sampai disitu saja  Nudibrach  juga mempunyai banyak telur  berwarna warni salah satunya oranye,  merah, pink dan coklat dan seterusnya, beberapa jenis nudibranch  mempunyai racun yang kuat sehingga  mematikan  pemangsa mereka saat dimakan dengan  mengeluarkan zat asam dari kulit mereka saat diterkam pemangsa, ternyata  nudibranch membuat sendiri racun  kadang  memperoleh  senjata  racun dari  makananya yaitu sponge, Sebaran nudibranch di lautan dunia sangat luas. Mereka bisa ditemukan di lautan tropis sampai Antartika, populasi Nudibranch  banyak mendiami lautan di dunia dari kutub hingga laut tropis,kadang dijumpai  tipe substrat yang diam di subtrat subtrat lain,  sponge,rumput laut,  bebatuan, koral, hewan ini dapat bertahan  hidup di  berbagai macam  tingkat salinitas, Variasi ukuran dan jenis hewan ini populasinya  terbanyak ada di perairan yang  dangkal dan hangat. diperkirakan hewan ini  yang telah teridentifikasi di seluruh dunia bisa mencapai lebih dari 3.000 jenis, 


siput laut  pancarkan cahaya

 Dimitri Deheyn dan Nerida Wilson sebagai  ilmuwan dari Scripps Institution of Oceanography di UC San Diego,yang meneliti dan menganalisa hewan ini mengungkapkan bahwa  peneliti menemukan bahwa siput punya cara mengemisikan cahaya warna hijau saat menghadapi pemangsanya meniru kombinasi  gerakan  renang udang dan kepiting, cumi-cumi raksasa  mengeluarkan zat  cairan hitam untuk menghindari pemangsanya, spesies siput  Hinea brasiliana  mengeluarkan cahaya dari cangkangnya secara mendadak guna mengejutkan pemangsa yang akan menyerangnya  sehingga siput bisa  berlindung ke dalam cangkangnya, siput  membuat cahaya dengan cara mengemisikannya secara terfokus, mengemisikan cahaya dengan  menyebarkan cahaya melalui  sel cangkang, mengakibatkan  ukuran tubuhnya tampak  lebih besar. jarang ada siput dasar laut yang mampu mengeluarkan cahaya. siput ini  memanfaatkan cangkang guna mengoptimalkan cahaya yang dipancarkan ,   warna  dasar cangkang  yang   kuning tidak mengkaburkan warna cahaya hijau  yang dihasilkan  siput, bahkan  cangkang berperan  mendispersikan cahaya hijau ini,adaptasi siput dalam memanfaatkan  cangkang ini menjadi hal baru bagi  penelitian optik dan bioengineering,dengan mempelajari mekanisme cangkang ini dapat membuka peluang para peneliti dalam mengembangkan komponen baru yang berfungsi seperti cangkang siput, kapasitas difusi cahaya  pada siput ini lebih banyak  daripada  yang pernah ada sebelumnya dan mengapa kapasitas pada cangkang siput ini lebih besar.



halamam 3




---. Ichthyopthirius multifilis
a. Biologi dan penyebaran  Geografis 
Ichthyopthirius multifilis (sinonim=  Ich ) yaitu  salah satu dari protozoa  ektoparasit yang  penting pada ikan. Protozoa berambut getar ini  termasuk dalam kelas Olygohymenophorea, ordo Hymenostomatioda, famili 
Ophryoglenidae, genus Ichtyopthirius. Parasit I. multifilis yaitu  satu-satunya spesies dalam genus ini. Penyakit yang  dinamakan  Ichthyopthiriasis, white spot, bintik putih dan Ich. Ich yaitu  parasit obligat yang memiliki   penyebaran  geografis yang sangat luas di dunia dan menyerang semua jenis ikan  air tawar di seluruh dunia. Penyakit ini adalah  penyakit serius yang 
memicu  kematian yang tinggi dan kerugian ekonomi pada ikan konsumsi  maupun ikan hias air tawar tropis. Serangan Ich sangat ganas pada keadaan   akuarium yang volume airnya sangat terbatas. Parasit I. multifilis    ditemukan pada ikan salmon kultur, namun  efek yang dimunculkan tidak  separah pada ikan tropis.
Sel I. multifilis berbentuk bulat/oval dan silia yang ada  di seluruh  permukaan tubuh (holotrich). Ich adalah  parasit protozoa ikan terbesar.  Trofozoit atau trofon atau tomon (Ich dewasa) memiliki diameter sel 0,5 1,0 
mm, membenamkan diri di bawah lendir di lapisan epidermis ikan dan dapat  terlihat sebagai bintik putih dengan mata telanjang. Makronukleus besar  berbentuk seperti huruf C atau tapal kuda dan hanya terlihat pada organisme  yang dewasa. Makronukleus Ich yang masih muda terlihat  berbentuk seperti  sosis
b. gejala 
Ikan yang terinfeksi parasit Icthyopthirius multifilis ini akan menandakan   gejala penyakit Ichthyopthiriasis antara lain: Adanya bintik putih atau abu abu pada kulit, insang dan sirip yang ada di bawah lapisan lendir. Ini yaitu  gejala yang khas dari penyakit ini.  infestasi hanya terbatas pada insang,Warna tubuh memudar dan adanya produksi lendir yang berlebihan, Ikan lesu, nafsu makan berkurang dan bernafas dengan megap megap. Ikan menggosok goskkan badannya ke dinding kolam, berenang tidak normal dan gelisah.
c. Diagnosa
Diagnosa penyakit Ich dilakukan dengan cara melihat  gejala  terutama adanya bintik putih dan dipastikan dengan pemeriksaan lendir kulit, sirip dan insang dengan mikroskop. Trofon terlihat berbentuk bulat sampai oval, bergerak menggelinding lambat dengan memakai  silia yang dapat terlihat objektif berkekuatan tinggi. Nukleus berbentuk tapal kuda sering terlihat dan 
adalah  kunci identifikasi. Theron bersilia pada tahap infektif yang berenang bebas berbentuk buah persik, bergerak aktif dan berdiameter 30- 45 mm.
d. Patogenesis, Siklus , Penularan dan Epizootiologi Parasit ini memiliki  siklus hidup yang kompleks antaralain : beberapa  tahap perkembangan pada inang maupun di lingkungan. bintik putih yang terlihat pada ikan yang sakit yaitu  trofon (Ich yang matang). 
 akhirnya, trofon membesar, menerobos epitel ikan, dan terjatuh ke dasar  kolam atau akuarium dimana dia melekat pada berbagai benda yang tersdia  seperti kerikil, kayu, batu atau selang. Trofon mensekresikan lapisan gelatin  yang tebal dan membentuk kista.
Waktu yang diperlukan  untuk perkembangannya sangat tergantung  pada suhu. Suhu optimum untuk reproduksi yaitu  26-27 oC, dan waktu yang  diperlukan  yaitu  10-12 jam. Semakin rendah suhu semakin lama waktu yang  diperlukan . Pada suhu 22 oC butuh 3-4 hari, mencapai 11 hari pada suhu 15 oC dan hampir 30 hari pada 10 oC (Gratzek, 1993). Melihat rentang suhu ini, ikan  air tawar tropis lebih rentan terhadap penyakit Ichthyopthiriasis., bahwa trofozoit yang melekat pada substrat atau tumbuhan di dasar mulai mengalami mitosis segera sesudah  perlekatan. Sel anak ini menghasilkan enzim hyaluronidase yang menyebabkab sista koyak.  Satu sel trofon dapat menghasilkan 250 1000 tomit (Ich muda, dinamakan  teron). Tomit lepas ke perairan dan kemudian  berkembang menjadi 
theront yang adalah  tahap infektif. Tomit berbentuk oval sampai memanjang, panjang sel 30-45 µm dan 
seluruh permukaan tubuh tertutup silia. Tomit ini berenang aktif dan jika  bertemu inang, melekat secara aktif menembus epitel kulit dan insang, dimana 
mereka tumbuh menjadi tomon dan kemudian  berkembang menjadi trofozoit  dan terlihat sebagai bintik putih. Trofozoit berkembang menjadi trofon yang 
siap untuk melanjutkan siklus reproduksi. Tomit bersilia yang baru  menetas   dan berenang bebas harus menemukan inang dalam waktu 48 jam , kalau tidak 
mati. namun  tomit masih bersifat infektif sampai 4 hari, dan jika tidak  menemukan inang, infektifitas dari tomit menurun. Setiap tomit dilengkapi  dengan perfotarium yaitu organel yang dipakai  untuk menembus kulit ikan. 
Ich terutama adalah  penyakit ikan budidaya dan tidak bersifat inang khusus (non-host specific). Penyakit biasanya terlihat beberapa hari sesudah   ikan baru dimasukkan ke wadah budidaya. Jika tidak dilakukan pengendalian kematian bisa mencapai 100 % terutama pada kepadatan tinggi dan suhu air  hangat. Ikan yang tidak bersisik seperti lele lebih rentan terhadap penyakit ini.  namun  ikan mas koki, walau  bersisik, juga sangat rentan terhadap Ich.  Di perairan subtropis, penyakit ini bersifat musiman,Ikan yang terinfeksi kemudian sembuh menjadi lebih tahan terhadap  infeksi yang berikutnya. pada suatu infeksi buatan  menandakan  tidak terjadi perubahan mencolok pada kimia serum. Indikasi ini  menandakan  bahwa imunitas  isasi mungkin dilaksanakan. Antibodi penggumpal 
(agglutinating antibodi) terdeteksi pada ikan yang diinokulasi dengan trofon  yang dilemahkan dengan formalin (formalin-fixed trofon) dan ketahanan  
ikan 100% saat  dilakukan uji tantang dengan tomit dalam jumlah kecil. Pada  keadaan  in-vitro, antisera ikan yang diimunisasi  mampu mengimobilisasi dan  menggumpalkan theront , bahwa silia dari Siliata lain yang hidup bebas dan kerabat dekat Ich, Tetrahimena  pyriformis saat  diinokulasikan ke dalam ikan mampu melindungi ikan itu  dari Ich. Diduga ini  sebab  adanya antibodi penggumpal dalam lendir ikan 
yang sudah  diimunitasisasi yang mampu menghentikan pergerakan teron sehingga  mencegah terjadinya infeksi. Selam infeksi akut, mukus pada permukaan tubuh  memiliki  aktivitas imobilisasi tinggi sedang  yang dalam serum rendah.  keadaan  ini terbalik beberapa bulan kemudian sesudah  ikan sembuh. Ikan yang  diimunisasi  juga lebih tahan terhadap ektoparasit flagellata Ichthyobodo necator. 
e. Pengendalian
Ich yang membenamkan diri dibawah lendir di kulit dan insang ikan    tahan terhadap terapi bahan kimia, oleh sebab itu sasaran terapi  yaitu  Ich yang berada di air. Cara pengendalian Ich yaitu  sebagai berikut:
 Pencegahan adalah  cara pengendalian yang terbaik. Pencegahan  dilakukan dengan mengkarantinakan ikan dan tumbuhan air yang datang, minimum 3 hari tergantung pada suhu air, memakai  peralatan terpisah 
untuk setiap wadah dan desinfeksi peralatan. Ich dapat menular melalui jaring dan serok. Meningkatkan aliran air. Mengurangi kepadatan. Memindahkan ikan dan membiarkan kolam/akuarium tanpa ikan selama 
beberapa hari. Sebaiknya selama periode ini suhu dinaikkan sebab  pada suhu tinggi laju reproduksinya akan meningkat. Dengan cara ini, tomit akan mati sebab  tidak menemukan inang. Metoda itu  memanfaatkan sifat I.multifilis yang adalah  patogen obligat. Terapi dengan metoda perendaman. Obat yang dipakai  yaitu  KMnO4 2-4 ppm selama 30 menit sampai 1 jam, NaCl 3 % selama 1 jam dan Malachyte 
green 1,5 ppm selama 6 jam. Terapi dapat diulangi sesuai kebutuhan.

---. Trichodina
a. Biologi dan penyebaran  
Trichodinid antaralain : beberapa genera dalam famili Trichodinidae yaitu Trichodina, Trichodinella dan Tripartiella. Sel berbentuk seperti topi atau piring 
terbang dengan silia pada seluruh pinggirnya. Sisi adoral (anterior) berbentuk  cembung membentuk organ pelekat yang kompleks yang dinamakan  lempeng 
pelekat. Struktur ini terdiri dari dentikel yang tersusun membentuk lingkaran  yang konsentris (FOTO  7.3). Ketiga genera ini dibedakan dari silia pada spiral 
adoral dan dentikel. Genus Trichodina memiliki  silia spiral adoral mendekati 360o dengan dentikel yang berkembang baik. Genus Trichodinella memiliki  
spiral silia adoral kurang dari 180o dan duri dentikel yang tidak berkembang  baik, sedang , sedang  genus Tripartiella memiliki  duri dentikel yang  berkembang dengan baik ,Penyakitnya dinamakan  trichodiniasis. penyebaran  penyakit ini yaitu  air tawar dan air laut di seluruh dunia. maka  hampr semua ikan rentan terhadap infeksi Trichodina. Trichodinids adalah  
patogen oportunis dengan rentang inang yang luas.
b. Gejala 
Ikan yang terinfeksi ringan (1-2) ekor tidak menandakan  gejala  terinfeksi. namun  keadaan  dapat berkembang menjadi parah jika ada faktor  pemicu perkembangan Trichodina seperti kandungan bahan organik yang tinggi  dan kepadatan yang tinggi. gejala ikan yang terinfeksi Trichodina yaitu   antaralain :
 Berbagai tingkat kerusakan pada kulit seperti epitel terkikis dan lepas, luka  luka kecil dan sisik lepas.
 Produksi lendir yangberlebihan Sirip koyak dan geripis
 Hiperplasia pada insang memicu  ikan sukar bernafas. Lesu dan nafsu makan berkurang.
c. Diagnosa ,
Diagnosa dilakukan dengan melihat  preparat ulas lendir kulit, sirip dan insang di bawah mikroskop. Dalam keadaan tertelungkup akan terlihat sel  terlihat seperti topi dan bergerak dengan cepat sedang  jika dalam keadaan   terlentang terlihat seperti roda sepeda. Dentikel tersusun seperti jari jari sepeda.
d. Patogenesis,
 Siklus Hidup, Penularan dan Epizootiologi Trichodina adalah  ektoparasit yang menginfeksi kulit dan insang ikan. parasit yang menginfeksi kulit memiliki   rentang inang lebih luas dan berukuran lebih besar, sedang  yang menginfeksi  insang bersifat inang khusus dan organ khusus dan  berukuran lebih kecil.  Siklus hidup langsung, dan reproduksi secara aseksuil dengan pembelahan  biner. Infeksi Trichodiniasis berat menandakan  kualitas lingkungan budidaya  yang kurang baik, kepadatan tinggi, dan kurangnya sanitasi lingkungan. Infeksi trichodina sering bersamaan dengan infeksi protozoa dan patogen lain. Parasit ini mampu bertahan hidup sampai 2 hari tanpa ikan, beberapa  bahkan bisa hidup pada kaki katak dan krustase planktonis. keadaan  ini dapat  menjadi sumber infeksi bagi ikan. Trichodinids berkembang biak dengan pesat  pada kolam yang airnya tidak mengalir, terutama dipanti benih dan kolam  pembesaran dengan populasi yang tinggi. Efek yang merugikan dari parasit ini terjadi sebab  perpindahannya.  Dentikel yang terbuat dari kitin akan mengikis epitel saat  dia bergerak yang  memicu  iritasi kulit. kemudian  epitel mengalami hyperplasia, degenerasi (terkikis dan lepas), dan nekrosis diikuti oleh proliferasi sel lendir. Gangguan 
proses pernafasan sebab  adanya parasit pada insang dan kulit adalah   akibat yang paling serius dari trichodiniasis dan dapat mematikan pada larva.
e. Pengendalian
Cara pencegahan terbaik yaitu  menciptakan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi parasit yaitu desinfeksi kolam, mencegah kodok dan  udang-udangan masuk ke kolam, dan mengatur kepadatan ikan. Pengobatan  dilakukan dengan cara terapi memakai  metoda perendaman dalam larutan 
NaCl 2,5 % selama 3 jam dan dilakukan 3 hari berturut turut, atau bisa juga memakai  terapi yang sama seperti pada infeksi Ichthyopthiriasis. 

---. Epistylis sp.
a. Biologi dan Sebaran Geografis
Epistylis sp. (sinonim Heteropolaria spp) berbentuk lonceng dengan tangkai yang berrcabang cabang dan tidak berkontraksi  Parasit ini  hidup berkoloni, sesil dan melekat. Penyakit yang dimunculkan dinamakan  
epistyliasis. Parasit ini hidup di air tawar di seluruh dunia dan belum diketahui  apakah adalah  ektokomensal atau parasit. Ada beberapa spesies Epistylis  yang hidup pada kulit, sirip dan insang ikan. Organisme ini melekat pada inang  dengan sebuah tangkai yang transparan dan dalam jumlah kecil bersifat  ektokomensal atau mutual. Epistylis sp menginfeksi ikan air tawar dan laut di seluruh dunia. Di 
negeri kita , parasit ini biasanya  ditemukan  pada ikan air tawar budidaya seperti  ikan mas, ikan lele dan ikan gurami, atau yang dipelihara di akuarium terutama 
ikan mas koki.
b. Gejala Klinis
gejala ikan terinfeksi Epistylis sp antara lain nafsu makan yang  mulai berkurang, ikan berenang dengan lesu dan kadang kadang diam di dasar, ikan sukar bernafas (megap-megap), warna tubuh menjadi lebih gelap dengan  bercak bercak pucat berlendir pada berbagai bagian tubuh, hiperplasia epitel insang dan kulit, dan produksi lendir berlebihan atau berkurang memberi tampilan bercak putih, putih keabuan atau kemerahan pada insang dan kulit.
c. Diagnosa
Diagnosa penyakit ini dengan pemantauan  organisme dalam preparat  segar yang diambil dari lendir kulit, sirip dan potongan lamella insang. Dibawah  mikroskop, organisme ini transparan dan secara khas terlihat berbentuk mirip   serumpun bunga. Sel berbentuk seperti tabung yang panjang dengan silia pada 
ujung distal dan makronukleus berupa organel yang berbentuk tapal kuda dan  berkontraksi. Tangkai bercabang dua dan membentuk koloni. Panjang tangkai 
masing-masing spesies sangat bermacamragam . Gerakan kontraksi dari sel membantu  mengenali parasit ini. Preparat harus segera dilihat  sebab  organisme ini mudah mati sebab  kekeringan.
d. Patogenesis, Siklus Hidup, Penularan dan Epizootiologi Semua ikan air tawar terutama yang dibudidayakan pada dasarnya rentan  terhadap infestasi Epistylis sp. Organisme ini biasanya  yaitu  ektokomensal, memicu  iritasi pada insang dan kulit ataupun kerusakan yang lebih parah  jika keadaan  menguntungkannnya. Reproduksi dengan pembelahan longitudinal. Epsitylis biasanya hadir dalam jumlah kecil pada permukaan insang dan kulit ikan sehat. Kepadatan yang tinggi dan malnutrisi bisa merubah keadaan  kesehatan ikan sehingga menguntungkan parasit. Epistylis memakan sel-sel inang  yang lepas dan plankton. Polusi air diikuti dengan iritasi pada permukaan tubuh  bisa memicu  hiperplasia pada insang dan kulit dan  peningkatan sel-sel  epitel yang lepas. Peningkatan pasokan  makanan akan diikuti dengan peningkatan  tajam populasi Epistylis sp. Epistylis yang melekat dalam jumlah besar pada kulit 
memicu  iritasi. Akibatnya destruksi epitel insang dan kulit berlebihan  yang berakibat langsung pada kematian, invasi bakteri, jamur dan parasit lain.
Parasit ini dapat memicu  kematian terutama pada kolam yang  kepadatannya tinggi  dan air tidak mengalir atau aliran airnya lambat. Epizootik 
dapat terjadi kapan saja jika keadaan  pengaturan  budidaya tidak baik sehingga  memicu sifat habitasi Epistylis dari ektokomensal atau mutual menjadi parasit.
e. Pengendalian
Pengendalian  dilakukan dengan mengurangi faktor pemicu yaitu  mengurangi kepadatan, polusi dan kandungan bahan organik yang berlebihan. 
Peningkatan aliran air atau penyaringan air akuarium yang lebih cepat dapat mengurangi populasi Epistylissp dan siliata secara biasa . Terapi yang dipakai  dan metoda pemberiannya sama dengan untuk Trichodina sp.

B. PROTOZOA AIR LAUT
biasanya   patogen golongan protozoa yang menginfeksi ikan air  tawar hampir sama dengan patogen yang menginfeksi ikan air tawar namun ada
beberapa golongan protozoa yang endemis menginfeksi ikan air laut, antara lain:
a.. Trichodina heterodentata
Jenis ini tergolong dalam Phylum Ciliophora, Ordo Peritrichida, Subordo Mobilina, Family Trichodinidae dan Genus Trichodina. biasanya  , jenis ini  ditemukan di perairan/laut Philipina. Bentuk adhesive disc berukuran 38-60 µm,  denticulate ring 23-51 dan denticles 22-30. Ciri biasa  dari jenis ini yaitu  memiliki dentikel dan mampu bergerak memutar memiliki  cilia. Protozoa ini  dapat tahan lebih dari 2 hari tanpa inang dan dapat berpindah dari 1 inang ke  inang lainnya dengan memakai  cilia. Bahan organik yang tinggi dalam  perairan dan rendahnya aliran air, suhu, pH, O2 dan amoniak menjadi faktor  pendukung perkembangan patogen ini. Jenis ini biasanya menyerang bagian insang, kemudian lanjut ke kulit  hingga sirip ikan. Tanda klinis dan patologi yang ditunjukkan oleh ikan yang  terserang biasanya  ada  pigmen berwarna merah pada kulit dan terjadi  pendarahan. sedang  gejala perilaku  ikan yang terserang biasanya  sulit  bernafas sebab  operkulum tertutup, berenang tidak normal dan menggosokkan  tubuh ke dinding aquarium.

b. Uronema marinum
Jenis dari Genus Uronema yang dikenal dengan nama lain Tetrahymena  pyriformis di air tawar ini termasuk ke dalam Phylum Ciliophora dan Ordo Scuticociliatida. Jenis ini berukuran 30-50 µm dan memulai siklus hidupnya  dari memakan sel darah dan cellular debris kadang ditemukan di ginjal dan  perut ikan. Faktor pendukung perkembangan protozoa ini yaitu  transportasi  selama 24-48 jam dalam air yang pH rendah, ammonia tinggi, dan bahan organik DO rendah.
Ikan yang terserang menandakan  tanda klinis dan patologi berupa  bintik putih pada bagian tubuh yang terinfeksi dan menjadi luka, ulcer dipenuhi  oleh cilia, dan  peningkatan produksi lendir. sedang  gejala perilaku  ikan  yang terserang biasanya  megap-megap, berenang di dekat permukaan air  dengan kesulitan bernafas, menggosokkan tubuh di dinding dan dasar aquarium.

c.. Brooklynella hostilis
Protozoa yang satu ini dikenal juga dengan nama Chilodonella sp di air  tawar yang termasuk dalam phylum Ciliophora, kelas Kinetophragmenophorea, 
famili Chilodonellidae dan genus Brooklynella. Makronukleus berbentuk oval  berukuran 18 x 12 µm, terdiri dari 13-22 mikronukleus dan beberapa vakuola 
kontraktil kecil.Inang yang sering diserang yaitu  ikan laut, terutama yang termasuk  dalam Amphyprion, Dacyllus, dan Caetodon. Protozoa ini menyerang kulit dan  beberapa di insang. peristiwa  penyerangan banyak ditemukan di berbagai lokasi di perairan/laut. berdasar  tanda klinis dan patologi, patogen ini memakan sel  darah dan jaringan debris sehingga memicu  kerusakan pada jaringan kulit, yang dipicu  keadaan  air yang  buruk.Tanda-tanda klinis yang ditunjukkan oleh ikan yang terserang antara lain 
kulit terlihat  kusam, kadang  sebab  produksi lendir yang berlebih, terlihat   seperti ada lapisan yang menutupi permukaan kulit, mata ikan terlihat  sayu, 
haemorrhage dan petechiae pada insang, infllihat on. sedang  perilaku  ikan yang terserang seringkali menandakan  gejala kesulitan bernafas, ikan 
berenang pelan, berada di bawah permukaan air atau dekat sumber air, dan gasping.

d. Oodinium ocellatum
Jenis ini juga dikenal dengan nama Amyllodinium sp pada ikan air tawar yang termasuk ke dalam Phylum Sarcomastigophora, Subphylum Mastigophora 
(flagellates), Class Phytomastigophorea (phytoflagellates), Ordo Dinoflagellida,  dan Genus Oodinium. Jenis ini berbentuk bulat kuning berukuran 50-60 µm.  bergerak memakai  akar rizoit (cilia) dengan siklus hidup dimulai dari  Trophont, kemudian menjadi encysted tomont, lalu palmela hingga menjadi free 
swimming invective dinospores. Tomont mulai membelah pada suhu 23-27°C.  terhambat suhu 16-30 oC, salinitas 50 pptJenis ini sering menyerang ikan air laut dengan keadaan  yang menurun  atau buruk, terutama pada jenis ikan Amphyprion percula, Dacyllus melanurus, dan  monodactyllus argentus. Awalnya, jenis ini menyerang insang kemudian menyebar 
ke kulit, sirip juga ginjal. Tanda klinis dan patologi yang dapat ditemukan pada  ikan yang terserang antara lain bintik merah, hyperemia, haemorrhage, anorexia, 
depression, dyspoea (berenang dekat permukaan air dengan kesulitan bernafas).  Ikan yang terserang menandakan  gejala perilaku  seperti megap-megap, 
ikan berenang pelan, berada di bawah permukaan air atau di dekat sumber air, dan gasping

e. Cryptocaryon irritaans
Jenis dari Genus Cryptocaryon ini termasuk dalam Phylum Ciliophora, Class Oligohymenophora, Subclass Hymenostomata, Ordo Hymenostomatida,  Subordo Ophryoglenina, dan Family Ichthyophthiriidae. Protozoa ini menyerang  ikan air laut yang ditemukan pertama kali di Jepang pada tahun 1938. Bagian  yang diserang biasanya  yaitu  insang yang kemudian menyebar ke bagian  kulit, sirip dan ginjal.Bentuk Theront yang menginfeksi berbentuk pipih ukuran 25-60µm 
panjangnya memiliki 2 inti yaitu makro dan mikronuklei. Makronuklei trophont memilki 4 lobe yang masing-masing berukuran 10 µm panjang dan 8 µm lebar 
yang terdiri dari 1 atau 2 nukleoli. Siklus hidup dimulai dari Trophont memakan  ikan, lalu tomont meninggalkan inang dan menghasilkan gelatin sebagai kista pelindung, tomont menempel di substrat dan berkembang menjadi tomont  dewasa, hingga tomit berkembang dan berubah menjadi theront yang pecah dan  menginfeksi inang dan tomont berkembang secara budding. Faktor pendukung  perkembangan yaitu  trophont mampu bertahan pada ikan selama 3-7 hari dan  perkembangbiakan nya optimal pada suhu 23-30°C. Pecahnya kista terjadi dalam waktu 24 jam pada suhu 25°C.Tanda klinis dan patologi dari ikan yang diserang antara lain  haemorrhage pada kulit, produksi lender lebih banyak. Sering memicu   ulcer yang ditambah  dengan serangan Pseudomonas spp. sedang  perilaku ikan yang terserang menandakan  gejala megap-megap, gasping, menggosokkan 
tubuh ke dinding atau dasar aquarium.
f. Kudoa sp.
Parasit Kudoa termasuk dalam genus Kudoa (Myxozoa : Myxosporea)  yang menginfeksi daging ikan. Parasit ini memicu  kerugian besar sebab  kista yang memicu  luka pada daging. Contohnya yaitu   Kudoa amamlensis pada Seriola quingueradiata dan K. thyrsites pada ikan salmon  Atlantik (Salmo solar), ini memicu  kerusakan yang berat yang dipicu   oleh enzym proteolytik yang dihasilkan  Enzim ini  dihasilkan parasit untuk tumbuh dan berkembang pada jaringan daging ikan. 
 K. muscololiquefaciens pada Xiphias gladius(Sword fish) K. paniformis pada Merluccius productus (Pacific hake) K. clupeidae pada Clupea harengus(Atlantic herring),Parasit ini termasuk dalam class Myxosporea, family Kudoidae dan genus Kudoa. Myxosporea dibedakan menjadi dua yaitu Bivalvulida Shulman, 1959  yaitu myxospore dengan dua valve dan Multivalvulida Shulman, 1959 yaitu  myxospore dengan tiga atau lebih valve.  bahwa multivalvulida memiliki 
valve yang berbentuk radial simetri yang didalamnya ada  polar kapsul  berbentuk spora. Hanya dari genus Unicapsula Davis, 1924 yang memiliki kapsul  polar tunggal dan tiga spora valve. Yang termasuk dalam multivalvulid  yaitu : Trilospora, Unicapsula , Kudoa ,
 Pentacapsula , Hexacapsula , Septemcapsula ,
Class yang baru-baru ini ditemukan yaitu  class Actinospore dimana  tahapan siklus hidupnya terjadi di air tawar seperti myxosporean.  class Actinosporea berada satu tingkat di atas Myxosporea. Class Actinosporea, genus Tertractinomyxon  adalah  spesies 
yang mengalami perubahan dari myxospore menjadi Multivalvulida. Anggota genus Kodoa yang pertama yaitu  Chloromyxum, yang memiliki polar kapsul dan 
myxospore dengan 4 valve ,semua spesies Kudoa menginfeksi ikan air laut dan  estuarin. multivalvulid myxosporean (Kudoa)ditemukan pada ikan Osmerus mordax di danau air tawar Canada. Inang Kudoa
hampir sama dengan inang class Myxospora contoh nya K.  thyrsites ditemukan pada lebih dari 20 ekor ikan,  menemukan K. thyrsites di 11 spesies ikan.
Dengan memakai  SSU rDNA,  K. thyrsites ditemukan pada ikan Pacific hake, Atlantic salmon dan Aulorhynchus  flavidus.  K thyrsites pada ikan Tube-snout; yaitu  kultivan laut komersial di kolam salmon Colombia pada ikan Th ysites atun yang  berasal dari Afrika Selatan (99 %).perkembangan Trophozoite 
myxosporean di inang, mereka mengalami tahap  poliferatif di jaringan atau organ  berbeda dari tahap  akhir (tahap  extrasporogonik) yang lepas dari tahap  sporogonik.  tahap  proliferatif terlihat hampir sama dengan golongan  myxosporean namun   belum bisa dikatakan Kudoa.  K. thyrsites menghasilkan tahap extrasporogonik yang masuk dalam aliran darah 
dan tahap itu berpindah ke inang lain dengan jalan menginfeksi darah pada  bagian intraperitonial. Dalam percobaan K. thyrsites menginfeksi 2 23 ekor 
atlantic salmon. Satu parasit hidup di bagian daging inang, plasmodium tidak mengalami  pembelahan namun  berkembang menjadi ukuran yang sangat besar, diikuti dengan  perkembangan myxospores. Dengan spesies histozoic, nutrisi mencapai sukses  dalam arti pinocytotik aktif berpindah dari satu inang ke inang lain. Proses  sporogonesis K. Lunata  dan K. paniformis  terjadi dengan perpindahan electron microscopy. 
 bahwa polysporic plasmodia tanpa menghasilkan pansporoblas  pada K. lunata, K. paniformis, K. thyrsites. Spesies Kudoa berasal dari trophozoit kecil
yang menghasilkan 8 myxospore yang tidak ada  bentuk pansporoblash. Perkembangan vegetatif terjadi di bagian daging cardiac selama 4 minggu  dalam bentuk post-exposure dan di bagian daging somatik selama 5,5 bulan  dalam bentuk perkembangan post-exposure penuh myxospores ditemukan  pada 64% ikan Atlantik salmon pada 6 bulan p.e. Infeksi daging tidak terdeteksi   sampai 9 minggu infeksi. Tahap pertama 25 (4%) ikan Atlantic salmon positif  terinfeksi. Dengan memakai  PCR 8 dari 10 (80%), Atlantik Salmon 
terinfeksi pada 6 minggu pertama dan 7 dari 10 (70%) terinfeksi pada 9 minggu. Inflammation adalah  pertahanan pertama untuk menghindari infeksi 
myxosporean . tanggapan  inang biasanya tidak ditemukan  sampai parasit berhasil menjadi sporogony dan plasmodium berisi myxospores  muda.  hubungan antara inang  dan parasit sangat tergantung dengan spesies dan perkembangan parasit dalam  inang.
Bentuk pseudocyst dengan tipe kista pada daging memicu  reaksi nekrotik dan dinding pseudocyst memacu perbaikan inflammation.  bahwa pertahanan inang yaitu  dengan membentuk sel  amplop. saat  daging inang penuh plasmodium, baru terjadi pembengkakan.  tanggapan  ini dicirikan dengan phagocytic infiltrasi, granuloma dan bentuk kapsul 
tanggapan  inang terhadap encapsule parasit yaitu  
dengan membentuk fibroblast. Daging yang terinfeksi akan menjadi gelap ini  dipicu  oleh berkurangnya melanin

1. Ergasilus versicolor
Jenis ini termasuk dalam Phylum Arthropoda, Class Crustacea, Subclass Copepoda, Ordo Poecilostomatoida, Family Ergasillidae dan Genus Ergasillus.  Inangnya yaitu  mullet culture di area  Mediterranea (ada  33 spesies di  Laut Telost). Tubuhnya memiliki cephalotorax yang lebarnya 2 kali panjangnya,  dorsoventral pipih, anteriornya pendek, posteriornya berbentuk truncate, punya 1 pasang mata dekat anterior, ada 4 segmen. Abdomennya terdiri dari 3 segmen.  Ukuran p 1.3-1.7 mm dan l 0.4-0.7 mm. Jenis ini hanya betina yang menjadi  parasit, dengan menyerang insang bagian dalam dan memicu  luka.
Ergasilus versicolor yaitu  ergasilid yang berbentuk relatif ramping, dengan  cephalothorax tidak berlapis. Segmen pertama bagian antena tidak bertingkat 
atau berlapis dan tidak ada  gigi pada segmen lainnya. Namun bagian sensilla menonjol pada bagian tengah segmen ke-2, dekat posterior dan anterior  ujung segmen ke-3. endopod kaki pertama yaitu  dua pasang; dan kaki ke-5  terdiri dari 2 papila, babgian ventral pertama menjadi 5 kali lebih pendek dan  masing-masing membawa sebuah seta di ujung terminal.
Tanda klinis yang ditunjukkan oleh ikan terserang yaitu  hyperplasia sel  epitel, anemia, dan haemorrhage. sedang  perilaku  ikan yang terserang  biasanya menandakan  gejala lemah, berenang gasping, dan operculuk terbuka. keadaan  lingkungan buruk dan bahan organik tinggi menjadi pemicu  serangan 
yang didukung oleh naiknya  suhu di dalam air.
Beberapa ikan yang dilaporkan terinfeksi Ergasilus versicolor ada  di area  Great Lakes terdiri atas Ameiurus nebulosus (brown bullhead), Culaea 
inconstans (brook stickleback), Ictalurus punctatus (channel catfish), Noturus flavus(stonecat). juga  ditemukan di Amerika Utara yaitu  pada jenis 
Ameiurus natalis (yellow bullhead), Ameiurus melas (black bullhead), Catostomus  commersoni (white sucker), Erimyzon oblongus (creek chubsucker), Erimyzon sucetta(lake chubsucker), Erimyzon tenuis (sharpfin chubsucker), Ictiobus bubalus (smallmouth buffalo), Ictiobus cyprinellus (bigmouth buffalo), Ictalurus furcatus(blue catfish), Lepisosteus osseus (longnose gar), Lepisosteus platostomus (shortnose 
gar), Lepisosteus spatula (alligator gar), Minytrema melanops (spotted sucker), Moxostoma macrolepidotum (shorthead redhorse), Moxostoma poecilurum (blacktail redhorse), Mugil cephalus (striped mullet), Pogonias cromis (black drum), 
Pylodictus olivaris(flathead catfish).


2. Caligus Epidemicus
Jenis ini termasuk dalam Phylum Arthropoda, Class Crustacea, Subclass Copepoda, Ordo Siphonostomatoida, Family Caligidae, dan Genus Caligus. Jenis  ini berada pada inang berupa ikan air laut, terutama menyerang kulit dan operkulum.
Ciri-ciri bentuknya antara lain caligus betina seluruh tubuhnya ditutupi cangkang dorsal. Cephalotoraxnya panjang, posteriornya lembut. Bagian lateralnya dilengkapai marginal membrane. Bagian posterior ada thorax zone. Keempat kaki terletak lebih dekat posterior dari pada cephalotorax, bentuk  pendek, tubuh lebar antara 1-9 mm. Siklus hidupnya diawali dari telur, 
kemudian nauplius berenang bebas, nauplius II sebelum molting menjadi larva  yang menginfeksi (copepodit). Ikan yang terserang menandakan  tanda klinis dan patologi berupa  hipertropi dan haenaorrhage.   gejala perilaku  dari ikan biasanya  menandakan  pola berenang yang tidak teratur dan menggosokkan tubuh ke  benda keras. pemicu  penyerangan biasanya  sebab  suhu yang rendah


3. Lepeophteirus sp.
Jenis ini banyak ditemukan pada ikan salmon, yang biasanya  menyerang bagian mulut dengan memakai  cephalotorax yang terletak pada sucker.  Lepeophteirus jantan berukuran 6.7 mm, sedang  yang betina berukuran 14-22 mm. Siklus hidup diawali dari nauplius, kemudian menjadi copepodid, lalu 
chalimus pertama, hingga tumbuh dewasa. Jenis ini mampu bertahan selama 8-9  minggu pada suhu 6 oC, sekitar 6 minggu pada 9-12 oC dan sekitar 4 minggu 
pada suhu 18oC. Ikan yang terserang biasanya  menandakan  tanda klinis dan patologi  berupa erosi lapisan epitel dan haemorrhage. sedang  gejala perilaku  yang ditunjukkan oleh ikan yang terserang biasanya berenang berputar-putar (whirling swimming), seluruh permukaan tubuh ditutupi oleh kutu (sea lice). 
pemicu  penyerangan diduga dipicu  oleh adanya suhu yang rendah dan bahan organik yang tinggi.



4. Chalimus sp.
Jenis ini termasuk dalam Phylum Arthropoda, Class Crustacea, Subclass Copepoda, Ordo Siphonostomatoida dan Family Cecropidae. Bentuk besar,  bagiann segmen thoracic ditutupi piring. Kepala ada segmen thoracic pertama.  Segmen kedua dan ketiga sama besar atau lebih kecil dan terdiri dari sepasang  bagian dorsal dan sepasang lateral plate. Segmen ke empat terdiri dari sepasang dan agak besar, dilengkapi  dengan plate yang ditutupi bagian genital. Ketiga  pasang dorsal plate terbangun dari segmen genital dan ditutupi oleh segmen  abdomen. 
Jenis ini  ditemukan di bagian luar tubuh ikan, yang menyerang  bagian insang hingga memicu  peradangan. Pendukung perkembangan  jenis ini   disebab kan keadaan  perairan buruk dan suhu tinggi. Tanda 
klinis dan patologi dari ikan yang diserang yaitu  peradangan pada insang.  sedang  perilaku  ikan yang terserang biasanya  menandakan  gejala sulit 
bernafas dan berenang berputar-putar (whirling swimming).


(93)

A. CACING MONOGENEA

1. Monogenea Air Tawar
Jangkar adalah  organ pelekat yang paling sering ditemui pada  monogenea. (1-2 pasang) yang diikat pada palang penghubung (>1) dengan  berbagai bentuk. Kait tepi ditemukan  pada hampir semua spesies di Asia 
Tenggara kecuali Diplozoon. Kait tepi ini tersusun pada pinggir opistahaptor, namun   dapat juga di dalam. Pada Diplozoon kait tepi diganti oleh clamps. Kadang ada  yang memiliki  alat pelekat tambahan yang dinamakan  squamodisc, yang dilengkapi  dengan cicin khitin. Monogenea tidak memiliki  rongga tubuh, organ-organ ada  pada  embedded dalam parenkima. Kebanyakan monogenea memiliki  siklus hidup 
langsung dan memerlukan  hanya satu inang. biasanya  ovipar, mengeluarkan  telur, lalu menetas menciptakan  larva bersilia, kemudian mencari inang baru, 
kemudian  melekat pada cacing dewasa. golongan  vivipar yaitu  dari famili  Gyrodactylidae, langsung melekat, memungkinkan untuk membentuk populasi 
besar dan terdiri atas hampir setengah dari spesies monogenea yang sudah  diketahui.

a) Dactylogyrus sp. (Family : Dactylogiridae)
Opisthaptor memiliki  14 kait tepi, dua diantaranya terletak jauh di  tepi, dekat jangkar. Ujung jangkar yang runcing mengarah ke punggung.  memiliki  1-2 palang penghubung. Titik mata 2 pasang memiliki  4 lekukan 
dikepala. adalah  salah satu genus monogenea terbesar, memiliki  inang  yang terbatas. Ditemukan hamper disemua ikan air tawar dan kadang
ikan air laut. C. idellus, lele, ikan mas, tambakan, gurami, patin, sepat air, sepat rawa, mas koki. 


b) Actinocleidus sp (Family : Dactylogiridae)
Bagian anterior tidak memiliki  lekuk. Opisthaptor berbentuk bulat (seperti piring), ukurannya relative kecil (10% dari panjang tubuh). 14 kait tepi, 2 pasang jangkar, 2 buah palang penghubung antara jangkar bentuknya seperti  V. Jenis ini ditemukan pada ikan lele di negeri kita .


c) Diplectanum sp. (Family : Diplectanidae)
Tubuh memanjang, lekuk di kepala bisa ada bisa tidak, opisthaptor  terpisah dari tubuh, 14 kait tepi, 2 pasang jangkar, 3 palang melintang  memiliki  squamodisc. 2 pasang bintik mata, parasit ikan laut.Patogenisitas yang dibahas, Dactylogyrus untuk mewakili dan paling 
banyak ditemukan . Efek lokal yang terjadi pada infeksi monogenea pada insang  hyperplasia pada epitel insang, ‘bahkan sampai ke area  yang tidak ada 
cacingnya. Telangiectasis (gill blood blister ) yang sering ditemui. Jaringan tempat melekat terkikis dan pada bagian pinggir mengalami proliferasi
(pembengkakan). Produksi lender meningkat banyak sekali mengganggu  pernafasan. Warna insang memudar dan membengkak. Nafsu makan berkurang 
yang akhirnya memicu  perkembangbiakan  terhambat. Ikan megap-megap, lesu, sel-sel darah putih (monosit dan neutrofil) meningkat.


d) Gyrodactylus sp. (Family : Gyrodactilidae)
Tubuh ramping, kecil, anterior bifid (berlekuk-lekuk). Opisthaptor  memiliki  16 kait tepi 1 pasang jangkar danseterusnya dihubungkan oleh 2 buah bar. Tidak memiliki  bintik mata. Vagnia tidak ada. Uterus mengandung  embryo, dapat mencapai 3 generasi, vivipar. Jumalh spesies 100, ditemukan di  kulit lele, mas, gabus, patin, sepat dan ikan-ikan akuarium.
Ikan yang terserang menandakan  kulit pucat, epithelium mengalami  hyperplasia. Lender berlebihan, membentuk lapisan putih abu-abu, luka, bagian 
yang rusak menjadi gelap yang parah, kulit terkelupas.



2. Monogenea Air Laut

a) Diplectanum sp. (Family : Diplectanidae)
Jenis ini termasuk dalam Phylum Platyhelminthes, Class Monogenea,  SubclassPolyonchoirnea, Genus Diplectanum dan Family Diplectanidae. Bentuk 
tubuh subcircular atau ova tanpa lekukan kepala, opishaptornya terpisah dari  tubuh, memiliki 14 marginal hook dan dua pasang anchor yang dilengkapi
dengan bar. Bagian ventral dan dorsal memiliki squasmodic dipakai  untuk  melekatkan diri ke inang. Memiliki 2 pasang mata, ovarium panjang, memiliki 
rahim . Ukuran 1-1.5 mm.Jenis ini sering menyerang ikan air laut, terutama pada bagian insang dan 
kulit. Siklus hidupnya mirip dengan gyrodactyllus. keadaan  kualitas air yang  buruk, nutrisi yang kurang pada inang menjadi salah satu faktor pendukung 
perkembangan jenis ini. Ikan yang terserang biasanya menandakan  tanda klinis dan patologi berupa Haemmorhage di insang dan operkulum terbuka. Ikan akan  kesulitan bernafas dan lemah berenang.



b) Benedenia sp. (Family : Capsalidae)
Jenis ini termasuk dalam Phylum Platyhelminthes, Class Monogenea, SubclassPolyonchoinea, Genus Benedenia dan Family Capsalidae. Jenis ini 
sering ditemukan di dekat kepala dan mulut ikan air laur seperti Liza carinata, Crenimugil crenilabris, Mugil auratus, Mugil capito dan sebagainya. Bentuknya bulat, 
ukuran 2-5 mm, memiliki 2 adhesive disc di bagian anterior. Panjang telur 0.8-1.2 µm, telur bertahan selama 5-8 hari. Faktor pendukung perkembangan jenis ini yaitu  pH yang tinggi dan keadaan  perairan yang menurun kualitasnya, dan   kurangnya cahaya matahari.
Infeksi berat akan menunjukan adanya lesy di mulut, ikan menjadi kurus sebab  nafsu makan berkurang. Parasit ini memakan epithelium sel inang  sehingga memicu  erosi dan hilangnya lapisan dermis, biasanya diikuti dengan infeksi bakteri yang berasosiasi dengan inflammation dan necrosis pada  lapisan dan septicemia biasanya memicu  kematian. Ikan lemah berenang,  menyendiri. Ada korelasi positif antara intensitas dengan panjang inang,  intensitas dengan peningkatan patologi



B. DIGENEA
biasanya  endoparasit tubuh tidak bersegmen, oval, memiliki  2 organ pelekat pada bagian anterior (sekitarnya) ada  penghisap oral (oral sucker)  dan padabagian ventral ada  penghisap ventral (acetabulum). Siklus hidup melibatkan lebih dari 1 induk, yang antaralain : beberapa tahap  morfologi bilogi yang berbeda. Siklus hidup antaralain : telur, miracidia,  sporokista,serkaria,metaserkaria, dewasa,kadang tidak semua tingkatan diatas  dijalani. 
Ikan berperan sebagai inang perantara ke-2 atau terakhir. Jika sebagai  inang perantara ke-2, cacing ditemukan dalam bentuk metaserkaria yang 
membentuk kista pada berbagai jaringan dan organ, jika ikan dimakan oleh  inang terakhir  sebetulnya , barulah siklus hidup ini selesai dan cacing dewasa 
baru terbentuk. Jika tidak, tahapan perkembangan terhenti sampai iakn mati.  Metaserkaria masuk ke tubuh ikan sebab  serkaria mampu menembus kulit dan 
bergerak menuju organ target. Jika ikan yang menjadi inang definit, akan  ditemukan cacing dewasa pada saluran pencernaan, yang melekat melalui 
acetabula. Cacing ini masuk bersama infertebrata dan ikan kecil yang menjadi  makanan ikan.Beberapa jenis Digenea dewasa yang ditemukan  dijelaskan  berikut ini :

1. Orientocreadium (Family : Allocreadiidae)
Tubuh memanjang oral sucker terletak subterminal, pharing besar.  Acetabulum terletak agak pertengahan. Ovari terletak antara testes dan  acetabulum. Ukuran 1.04-2.58 x 0.22-0.77 mm. Ditemukan di intestine lele, 
gabus.

2. Gauhatiana (Family : Macroderoididae)
Tubuh memanjang, membengkak pada ujung-ujungnya. Oral sucker besar,  subterminal, pharing berkembang dengan baik, esophagus panjang. Acetabulum hampir sama besar dengan oral sucker terletak pertengahan 
agak anterior. Contoh yaitu  ikan lele.

3. Opegaster (Family : Opecoelidae)
Tubuh berbentuk, fusiform, bagian posterior bulat anterior, runcing. Oral sucker tidak terlalu berkembang terletak subterminal. Diameter acetabulum  + 2x oral sucker, terletak antara anterior dan 1/3 bagian tubuh. Ukuran 1.13 x 0.27 mm. Inangnya yaitu  lele, gabus. Siklus hidup Digenea dimulai dari telur yang keluar bersama feses dari inang definit, menetas menjadi 
miracidium (larva yang berenang bebas), menembus moluska (inang perantara) mengalami reproduksi aseksual, serkaria bebas, menembus/  termakan ikan (inang perantara 2/ akhir), dewasa. Metaserkaria (kista),
dimakan inang akhir. Larva clinostomum, kulit, rongga tubuh, otot, warna putih/ kuning. 

4. Prosorhynchus (Family : Bucephalidae)
Tubuh memanjang, tidak punya oral sucker, mulut terletak dipertengahan  tubuh. Tidak punya ventrl sucker. Ukuran panjang 0.82-1 mm, lebar 0.25-0.26 mm. Ditemukan di otot, lambung dan intestine kakap.


5. Pseudimetadena (Family : Cryptogonimidae)
Tubuh agak oval, pendek, membulat,oral sucker terletak agak ke tengah testes dibelakang acetabulum, ditemukan di lambung, usus kecil, caeca kakap
Tingkat larva cerkaria memiliki  kelenjar penembus

1. Clinostomoides, Clinostomidae, Metacerkaria dengan ke-2 ujung membulat. Anterior I buah lebar dari posterior. Oral sucker subterminal acetabulum 2 
kali ukuran oral sucker terletak 1/3 panjang tubuh dari ujung anterior. Ukuran 2.8 x 1.1 mm. Kista ditemukan dalam insang dan rongga insang ikan gabus dan lele.

2. Clinostonum, Tubuh membulat, oral sucker subterminal. Acetabulum besar dari oral sucker terletak antara pertengahan tubuh dan depan. Kista ditemukan di jaringan ikan gurami, sepat rawa, gabus, kista berwarna kuning.Cacing jenis ini yang dewasa tidak terlalu memicu  kerusakan pada jaringan, namun  kompetitor unutk memperoleh  makanan. Yang meteserkaria merusak jaringan tempat masuk dan jalur yang dilalui untuk sampai ke organ  target. Kesatuan atau kekommakanan  jaringan terganggu, sebab  pada waktu baru  masuk metaserkaria bergerak aktif menuju organ target. memicu  iritasi dan sesudah  sampai membentuk kista. Efeknya tergantung jumlah dan ukuran  dan lokasi. Dapat memicu  nekrosis. Jika banyak dapat memicu  organ  tidak berfungsi seperti  mestinya dan kematian, terutama pada larva dan 
ikan-ikan kecil. Kista Trematoda di insang dapat memicu  penyakit  zoonogis, contoh : Clinostomum complanatun.Pencegahan dilakukan dengan membersihkan kolam dari inang perantara  akhir (contohnya: mamalia kecil, burung pemakan ikan), mengangkat tempat  siput memempel, dan memasang pagar. Terapi untuk metaserkaria belum ada 



C. CESTODA
Cacing pita, ditemukan di saluran pencernaan ikan ALLAT. Tidang memiliki  saluran pencernaan dan rongga tubuh. biasanya  memiliki  organ pelekat (hold fast organ), yang dinamakan  scolet. Leher tidak bersegmen, sisanya  dinamakan  stoobila. Stoobila bersegmen dinamakan  proglofid 1/I proglofid mengandung organ reproduksi jantan dan betina, adalah  unit yang terpisah.  Organ tidak sama matangnya jadi 1 x lain kali betina. Ikan inang akhir atau perantara, siklus hidup melalui 1-2 inang perantara, terutama invertebrate, kadang  vertebrata. Jumlah, letak, sucker pada scolex, identifikasi. Serlex, kadang dilengkapi  dengan sucker, groves (lekukan), kait, duri, kombinasi atau tidak sama sekali. Telur, larva berenang bebas caracidium, inang perantara, pleurocerenid.  Procercoid, inang perantara II (ikan), kista rongga saluran pencernaan,  plearocercoid, ikan karnivor, burung, mamal, dewasa.  Cestoda pada ikan host-specific, siklus hidup sangat bermacamragam  dewasa pada ikan : saluran pencernaan, jika inang perantara, diluar saluran pencernaan  bisa pada organ apa saja. Kerusakan satu buah parah, namun  tergantung organ  transmisi selalu melibatkan rantai makanan.

1. Proteocephalus, Proteocephalidae, Scolex memiliki  4 sucker, seperti  cangkir tidak memiliki  duri/ kait, contoh : lele, gabus, ikan carnivore/ omnivore inang sebetulnya . Panjang 15 cm, lebar 1.5 mm.

2. Senga, Fam. Ptychobothriidae, Scorlex memiliki  apical dick dengan kait besar mencapai lebih dari 50 buah. Contoh : Senga pahangensi

3. Cyatocephalus sp, Cyatocephalidae, Scolex memiliki  sucker berbentuk  corong, intestine lele. 

Larva yang bermigrasi dapat memicu  kerusakan ekstensif di hati,  limpa, sinyal, saluran pencernaan saling melekat. Jika ikan inang perantara, cacing masuk pada tahap larva, bermigrasi dalam tubuh, memicu  reaksi  inflamasi dan proliferensi sel. Larva yang sudah  dewasa, sedikit merusak jaringan, 
mengambil makanan inang, zat metabolit yang dihasilkan, merubah komposisi  darah. Ada kemungkinan penyakit zooursis, dapat mengurangi nilai jual, kesuburan, contoh : krustase. Dalam jumlah banyak, perkembangbiakan  terhambat, kurus, anemia rentan  terhadap infeksi sekunder. Jika menginfeksi organ-organ penting (Jantung, ginjal, limpa, gonad) walau  dalam jumlah kecil dapat memicu  gangguan fungsi dan kematian. Gonad jadi tidak produktif. Terapi yang  dilakukan untuk cacing Digenea dengan total dosis 250 mg/kg ikan, dewasa, larva (procercoid), Naebendazole 100 mg/ kg ikan/hari selama 14 hari.
Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu  membunuh inang perantara,  putuskan siklus hidup dan inang definit, jangan beri makan ikan mentah. Terapi
belum ada yang efektif. juga , dapat juga dilakukan desinfeksi pada kolam. Cestoda memiliki  kemampuan reproduksi yang tinggi. Perubahan ekosistem 
sehingga menguntungkan bagi cacing akan meningkatkan populasi cacing dengan pesat.


D. NEMATODA

Tubuh bilateris simetris, punya pseudocolom dan gut. Tubuh silindris. memiliki  alat pencernaan yang lengkap esophagus, intestine dan anus. Cacing ini ditemukan  dalam bentuk larva atau dewasa pada ikan air tawar dan air laut. biasanya  Nematoda dewasa inang infeksi lambung dan intestinal ikan.  namun  ada juga yang hidup di rongga tubuh gonad dan otot seperti philonema dan philometra. Larvanya dapat ditemui pada hampir semua jaringan, contohnya yaitu  dari genera. Philonema, centracaecum, Anisolis dan Spiroxys. Cacing :  dapat merusak berbagai organ sebab  gerakan migrasinya. Nematoda memiliki  alat kelamin yang terpisah dan biasanya  yang  parasit pada ikan yaitu  ovipar. Telur dilepaskan ke air, larva, arthropoda (inang perantara I), terus berkembang, dimakan ikan, dewasa dan kista (larva) dalam jaringan/rongga tubuh inang perantara II, ikan karnivor, burung, mamalia,  hingga  dewasa. Cacing ini dapat memicu  tukak dan inflamasi, contoh : Camallamus.
Larva Eusfoongyloides sp, intestine dan p rongga pentoneal warna merah, kista.  Camallus, cacing merah keluar dari anus. Munculnya penyakit udang biasanya   adalah  hasil interaksi  yang tidak seimbang anatar tiga komponen yaitu inang yang lemah, patogen 
yang ganas dan  kualitas lingkungan yang memburuk. Kendala Penyakit dalam  Budidaya Udang Windu (Parasit) Dapat memicu  penurunan berat badan, 
penurunan kualitas, kepekaan terhadap infeksi virus/bakteri dan beberapa  parasit dapat memicu  kemandulan (Bopyrid).

1. Parasit Protozoa
---Vorticelliasis
Golongan yang sering ditemukan menginfeksi ikan yaitu  Vorticella sp. yang termasuk dalam klasifikasi Phylum Protozoa, Class Ciliata, Ordo Peritricha, Famili Vorticellidae, dan Genus Vorticella. Spesies yang berhasil diidentifikasi sebanyak 84 spesies.
Morfologi jenis ini termasuk senang hidup soliter, menempel dan  kontraktil; bentuk seperti lonceng; tangkai pipih, silindris; area  sekitar mulut (peristome) besar, bersilia; sel ada yang makro dan mikro nucleus; vakuola  kontraktil 1- 2 buah dan sel bening kekunungan/kenijauan. Ukuran zooid  yaitu  panjang 38.00 ± 7.909μm; lebar 25.20 ± 4.970μm. Ukuran panselnya  panjang 40.86 ± 9.442μm dan lebar 31.88 ± 8.709μm Ketiga parasit itu  adalah  parasit jenis fakultatif yang biasa  ada dalam perairan terutama jika didukung faktor  seperti : oksigen rendah (<3 ppm), bahan organik tinggi, padat tebar tinggi dan perubahan musim yang ekstrim.
---Zoothamniosis
Golongan ini yang sering ditemukan menginfeksi udang dan rumput laut yaitu  Zoothamnium penaei. Jenis ini termasuk dalam Phylum Protozoa, Class  Ciliata, Ordo Peritricha, Famili Vorticellidae, dan Genus Zoothamnium. Morfologi dari zootanium yaitu  hidup berkoloni,  jarang  ditemukan sendiri, bewarna keputih-putihan, menempel dengan semacam akar  dan batang (pedicle), pediclenya bercabang 2, kemudian dari 2 cabang 2 cabang menjadi 3. Zooid bersifat dimorph besar bentuk globuler, 1 koloni bentuk dan bentuknya sama. Inang parasit ini yaitu  udang dan ikan baik air laut, payau, tawar semua  stadia, namun tidak jarang ditemukan juga pada rumput laut dan kepiting.
Siklus Hidup dilakukan dengan pembelahan sel secara paralel dengan axis  panjang tubuh, berasal dari satu batang 2 zooid yg bersilia 
---Epistyliasis
Golongan yang   ditemukan yaitu  Epistylis sp yang termasuk dalam  klasifikasi Phylum Protozoa, Class Oligohymenophorea, Ordo Peritricha, Famili
Epistylidae, dan Genus Epistylis. sedang  spesiesnya cukup banyak, salah  satunya yaitu  E. mubellaria.
Morfologi dari parasit ini memiliki makronukleus kecil, bertangkai, tidak  berkontraktil, selnya mampu berkontraksi, capsilia kecil-kecil berpasangan 
mengandung benang melngkar, ukuran selnya panjang : 51.00 ± 2.00μm, Lebar :  25.00 ± 3.850μm Siklus Hidup : siklus hidup parasit ini sama dengan zoo. Induk semang parasit ini biasa  ditemukan pada seluruh jenis ikan,  kepiting, udang dan rumput laut. Siklus hidup: Zooid membelah secara  transversal 2, 4, 8, dan seterusnya, untuk memprbesar koloni, berenang bebas 
menempel, keadaan  cocok berkemang biak lebih cepat, ½ - 1/2 jam tergantung jenis spesies.

2. Parasit Cacing 
-Cacing Nematoda: Contracaecum sp., menyerang hepatopankreas udang  yang hidup secara alamiah 
-Cacing Cestoda, yaitu: Polypochepalus sp., bentuk cyste dari cacing ini  ada  dalam jaringan ikat di sepanjang syaraf bagian ventral. Dan  Parachristianella monomegacantha, berparasit dalam jaringan intertubuler  hepatopankreas.
-Cacing Trematoda: Opecoeloides sp., yang ditemukan pada dinding  proventriculus dan usus. 


3. Parasit Isopoda
Parasit ini dapat menghambat perkembangan alat reproduksi udang. Parasit  ini menempel di area  branchial insang (persambung antara insang dengan 
tubuh udang), sehingga menghambat perkembangan gonad (sel telur) pada udang.

4. Penyakit Viral dan Bakteri 
--- Vibriosis
Vibriosis yaitu  salah satu masalah penyakit utama dalam kerang dan ikan budidaya yang banyak memicu  kematian udang budidaya seluruh dunia , Bakteri ini termasuk gram  negative, motil fakultatif anaerob dan termasuk dalam family Vibrionaceae.  Bakteri ini biasa ditemukan menginfeksi golongan kustacea laut seperti udang. Vibrio dipenyebaran kan secara luas dalam budaya memfasilitasi seluruh dunia.Vibriosis dipicu  oleh bakteri gram negatif dalam keluarga Vibrionaceae. 
Wabah dapat terjadi saat  faktor lingkungan mengalami perubahan yang  berfluktuasi  sebetulnya  exoskeleton udang  menjadi penghalang yang efektif terhadap patogen akan menembus permukaan  luar krustasea, namun Vibrio spp. dapat masuk ke tubuh melalui luka di bagian  exoskeleton atau pori-pori ,Bakteri ini adalah  pathogen oppurtunistik saat  tubuh inang  mampu melakukan pertahanan  lama untuk menekan perkembangbiakan nya  Pada system intensif, shellfish, keadaan  stress seperti padat  penebaran yang tinggi dapat memicu  naiknya  serangan infeksi  patogen. Infeksi bakteri vibrio  juga dinamakan  black shell disease, tail rot, septic hepatopancreatic necrosis, brown gill disease, swollen hindgut syndrome dan luminous bacterial disease atau bakteri berpendar.
Beberapa gejala yang menonjol saat  udang terinfeksi bakteri vibio  antara lain :
➜ Lemah ➜ kehilangan nafsu makan ➜ kehilangan warna tubuh dan adanya  nekrosis pada hepatopancreas yang ditambah  dengan  clumping  (kerusakan pada  saluran pencernaan) ➜ adanya warna merah pada tubuh ➜ jaringan insang  berwarna kekuningan ➜ adanya bintik putih pada otot abdominal ➜Melanisasi ➜ munculnya granulomatous encapsulation, necrosis dan inflammasi  pada organ (lymphoid organ, insang, hati dan sebagainya) ➜ Luminescence atau  berpendar.
---WSSV (White Spot Syndrome Virus)
Penyakit ini  biasa  ditemukan menginfeksi udang, kepiting dan  rumput laut. Gejala yang menonjol yaitu  munculnya  bintik-bintik putih pada  karapas udang atau kepiting dengan diameter 0,5-2 mm. Udang yang terinfeksi dalam keadaan lemah, berenang ke permukaan, kemudian mendekat ke pematang dan mati. Kematian yang dipicu  virus ini bisa terjadi sangat
cepat biasanya hanya dalam waktu antara 3-5 harisejak gejala kematian pertama terlihat  kematian dan kematian dapat mencapai 100%.pemicu  penyakit WSSV yaitu  virus SEMBV (Systemic Ectodermal and
Mesodermal Baculo Virus) yang adalah  virus DNA (Dioxyribonucleic Acid),berbentuk batang (bacillifrom). Organ yang terinfeksi virus yaitu  kaki renang, kaki jalan, insang, lambung, otot abdomen, gonad, intestinum, karapas, jantung sehingga memicu  infeksi yang sistemik (menyeluruh). Stadia utama yang terinfeksi yaitu  saat  terjadi molting sebab  karapas dalam keadaan  lunak,  sehingga memicu  pola bercak saat  sesudah  molting sebab  kerusakan sel ektodermal yang memicu  penimbunan kalsium ke karapas terganggu. 
Beberapa faktor lingkungan yang mendukung terjadinya peningkatan serangan virus ini yaitu  :
Kadar oksigen rendah. Terjadi fluktuasi pH harian yang besar. Rendahnya suhu  air. Turun hujan secara mendadak. Blooming fitoplankton yang akhirnya mengalami kematian secara mendadak,ini  memicu  terjadinya perubahan pada kualitas air,pengaturan  makanan  yang kurang baik.Penularan virus ini bisa melalui organism liar di dalam tambak seperti 
kepiting, cacing, kerang-kerangan, ikan liar bahkan udang yang terinfeksi mati yang kemudian di makan oleh udang yang sehat. Beberapa hama yang 
  menjadi carier virus ini yaitu  kerang bakau/temburung 
(Thelescosium thleskium) .



5. Penyakit Pada Rumput Laut
Beberapa penyakit yang biasa ditemukan pada budidaya rumput laut  antara lain :
-Penyakit  tip discoloration    biasanya dipicu  sebab  adanya paparan  udara dari musim dan keadaan  perairan yang buruk.
- Penyakit epiphytism dan algal parasitism   penyakit ini dipicu  sebab  adanya serangan hama atau serangga yang merusak thallus. adanya  alga  alga berpigmen (Rhodophytes), memicu  gerakan air menjadi lambat 
atau air menjadi keruh yang memicu  berkurangnya pasokan  oksigen. bila  pada budidaya udang, terlihat  adanya bercak putih pada bagian kepala, atau kaki ini  mungkin dipicu  oleh parasit atau jamur. Diagnosa 
secara tepat diperlukan sebab  berkaitan dengan penanggulangannya. Parasit  yang biasa ditemukan pada diagnosa di atas yaitu  jenis protozoa, ciliata yaitu 
Vorticela. Vorticella biasanya muncul pada keadaan  perairan yang buruk dan  kadang  ditemukan pada udang liar, namun kadang  gejala terinfestasi parasit itu  hilang sesudah  udang molting sebab  biasanya
Vorticela ini memicu  ekor udang gripis dan permukaan tubuh udang  muncul bercak-bercak putih. Jika udang yang sudah  terinfestasi parasit pada  bagian kepala dan tubuh, kemungkinan udang akan mengalami kekurangan  kemampuan untuk makan sehingga memicu  kelaparan.  Parasit yang menginfeksi udang biasanya ditemukan hampir sama dengan  parasit-parasit yang menginfeksi ikan air laut. Jenis-jenisnya pun beragam baik  protozoa, golongan  krustacea, nematoda. 
-Penyakit  ice-ice , penyakit ini menyerang bagian thallus yang memicu   warna memudar, pucat dan thallus menjadi rapuh mudah patah.  penyakit ini dipicu  oleh beberapa patogen  yang menginfeksi secara bersamaan. beberapa patogen yaitu  Vibrio,  Aeromonas, Pseudomonas, parasit Vorticella, Zoothamnium, Oodonium, Trichodina. , faktor lingkungan seperti arus, suhu dan kecerahan perairan  menjadi faktor pemicu penyakit ini.
-Penyakit pitting   terjadi pada lapisan korteks dimana rongga terbentuk  sebab  adanya luka.
- Penyakit  tip darkening    biasanya sebab  dipicu  usia  rumput laut yang  sudah tua didukung juga dengan cuaca dingin yang memicu  warna  rumput laut pucat atau kusam.


A.. Kelainan Akibat Polusi Logam Berat
banyak aspek kehidupan yang dapat menjadi sumber polusi logam berat yaitu  bidang pertambangan, pertanian, kegiatan kehutanan, pembuangan sampah.
Bahan yang termasuk logam berat bahaya antara lain Cd, Cu, Hg dan Zn. Bahaya sebab  dapat bersifat alergi, mutagen dan kankerogens. keadaan  dan  adanya  bahan-bahan itu  tergantung pada keadaan  perairan seperti pH,  suhu, komposisis ion, alkalinitas, konsentrasi bahan-bahan organic yang  tertumpukan  dalam tubuh ikan. adanya  logam berat dalam air tergantung pada kualitas air, seperti pH, salinitas, suhu dan keberdaan bahan organik. contoh nya zat Hg, bentuk ion  dapat masuk ke dalam epithelial membran, dimana prosesnya   dipengaruhi oleh:
-Salinitas berpengaruh terhadap ginjal dan hepatopankreas. Jalur dan  mekanisme penyerap[an logam berat dalam tubuh ikan masuk dalam tubuh 
melalui insang (pernafasan), usus (pencernaan) dan kulit (pengangkutan atau penyerapan). Penyerapan dan masuknya logam berat ke dalam tubuh organisme 
tergantung kualitas air, aktifitas metabolisme, tahap  perkembangbiakan , bentuk adanya  logam berat, hubungan logam berat dan transportasi  protein dan penyerapan ion lain. Bahan Cd dan Zn memicu  terganggunya  penyerapan/metabolisme calcium pada ikan. sedang  Gabungan Ca, Cd dan  Zn di ikan air tawar mengganggu kerja sel chloride insang Tingkat racun Cd, Cu, Zn dan Hg pada jalur yang berbeda. contoh nya Ca 
dapat mempengaruhi tingkat toksisitas dari Cd namun bila  bertemu dengan  Zn maka toxisitasnya akan menurun. Penyebaran masing logam berat berbeda 
pada organ ikan. Tergantung pada kebutuhan nutrisi (Cu dan Zn) dan daya  tarik menarik dalam sistem. Logam Cd sangat berhubungan dengan keadaan  
jaringan (Nethyil Hg).efek  logam berat pada ikan dapat dilihat pada histologi jaringan dan  sel ikan, haemotologi (imajinasi  darah), komposisi plasma, enzimatik,  reproduktif dan perilaku  dan kebiasaan hidup.
- Kadmium (Cd)di perairan dapat mempengaruhi metabolisme Ca dalam  tubuh, terjadinya peningkatan produksi sel mukus di usus dan insang,  peningkatan produsi sel chloride di bagian epithel operkular, menghambat kerja  alkaline phosphate dan Ca ATP ase, meningkatkan aktifitas ALA-D,  memicu  kerusakan pada proximal tubuli  Pembelahan mitokondria dan 
reticulum endoplasmite, memicu  kecacatan pada vertebrata, negrosis cel  lobule boundary, haemorrhage, oedema pada yolk absorbsion, perkembangbiakan  
tidak sempurna pada sirip ekor.
-Merkury (Hg) di perairan dapat memicu  peningkatan produksi .mukus, negrosis pada sel epithel, hiperplasia epithel, terhambatnya kerja  aktifitas Na-K-ATPase, embrio, kelangsungan hidup menurun dan percepatan 
penetasan telur.
-adanya  zat Zn pada lingkungan dapat berefek  pada morfologi  insang ikan yang akhirnya mempengaruhi sel cholid, rusaknya lamella sekunder insang, sel darah, memicu  menurunnya peredaran O2 dalam darah, 
terhambatnya kerja enzim Ca-ATPase, menurunnya pH darah, rendahnya pengambilan O2 pada hati, feeding rate menurun, menurunnya sintasan dan HR (Hatching Rate). 
-Tembaga (Cu) di perairan dapat memicu  kelainan pada morfologi  insang, kerusakannya dapt berupa rusaknya lamella sekunder insang, hilangnya  atau berkurangnya sel khusus  di insang, penurunan sel mukus dan peningkatan  sel choride di insang, memicu  chemoreceptor dan mechanyoreceptor dan   mempengaruhi nperilaku , memicu  lesi pada epitelium dan kerusakan  pada organ penciuman. efek  lain dari daya racun Cu terhadap proses fisiologis dalam tubuh 
biota akuatik yaitu  mempengaruhi konsumsi O2, penurunan produksi antibodi,  penurunan osmolaritas plasma Na, mengganggu pertukaran ion transepithelium,  penghambatan kerja Na-K-ATPase dan penurunan Lematocrit dan seru protein  (Corticol), mempengaruhi rendahnya perkembangbiakan  reprodusi, produksi telur, spawning, penetasan telur, penetasan prematur, sintasan, sirip  punggung tidak tumbuh.
- Bahan logam dapat digolongkan menjadi 3 ion, yaitu: logam dalam air yang sederhana; ion logam komplek dengan anorganik; dan ion logam komplek  dengan bahan organik seperti asam amino,asam.
-Logam berat dan suhu tinggi memicu  ketahanan hidup rendah  dibandingkan hanya pada suhu rendah. Peningkatan toxicity dari logam  berat memicu  penuingkatan cairan membran dan peningkatan aktifitas  enzim.
- Kesadahan berpengaruh terhadap tingkat racun logam berat (terutama Cu)  dengan bentuk karbonat atau dengan penyerapan pada CaO2. Cu dan Mg 
berlomba dengan ion atau logam berat dalam aktif di jaringan ikan dan ini  berefek  terhadap tingkat racun logam berta. Kesadahan tinggi tingkat  racun logam berat tinggi.

B.Kelainan Akibat Keadaan  Lingkungan
biasanya  penyakit non-parasiter dipicu  sebab  keadaan  lingkungan  tempat ikan/biota hidup. Masalah bisa muncul sebab :
1. makanan ,Frekwensi dan kualitas dan kuantitas makanan  yang diberikan. Penyakit yang  dipicu  oleh makanan  ini berbagai macam terkait dengan bahan beracun  pada makanan   contohnya Swimbladder inflation, perkembangan gel renang sensitif terhadap bahan toxic ,dan kualitas dari indikator lingkungan secara biasa,
2. Genetik,Kelainan yang tejadi dalam sistem budidaya dapat terjadi sebab  turunan  bila  keragaman genotip menjadi pemicu nya ,Penyakit infeksius dan kontaminan pada sumber air ini memicu  kelainan pada 
patologi
3. Faktor .Kelainan yang terlihat kadang  menyulitkan aquaculturis menentukan  pemicu  utama sebab  banyaknya faktor yang berpengaruh, contohnya
kelainan operkulum ikan dipicu  penyakit infeksi yang memicu   operkulum terbuka dan tidak bisa menutup. Faktor kimia air juga bisa memicu  ini .Kelainan atau ketidaknormalan  pada ikan yang dipicu  oleh bahan-bahan  non parasiter dapat berupa:
4. pengaturan  kolam strategis  tergantung pada ukuran kolam, treatmen yang dilakukan pada kolam/adanya  bahan organic dan anorganik dan komponen kimia,
5.Kedalaman kolam ini  berkaitan dengan masukan dan adanya  oksigen yang berefek /sensitive pada perkembangbiakan  ikan-ikan muda (juvenile). Contohnya yaitu  larva diurnal bentik yang berada di area  termoklin bermigrasi ke area   dingin, ini terkait dengan keberadan oksigen, banyak mengalami kematian.
-perkembangbiakan  tidak normal/ kelainan bentuk pada tulang belakang perkembangbiakan  tidak normal atau kelainan pada bentuk tulang belakang  ikan sering ditemui, pemicu nya bisa dipicu  oleh faktor infeksi atau non  infeksi. Bentuk-bentuk kelainan itu dapat dalam bentuk scoliosisi, lordosisi. Scoliosis/lordosis adalah  kelainan bentuk pada cabang lengkung tulang 
belakang  keadaan  Scoliosis/Lordosis dapat memicu  
kematian pada beberapa peristiwa . Faktor pemicu penyakit ini dapat dipicu   oleh makanan (kekurangan nutrisi/malnutrisi) atau masalah lingkungan.
- Scoliosis/lordosis juga dapat dipicu  oleh adanya infeksi patogen  seperti virus, jamur, protozoa dan bakteri. Infeksi dari Myxobolus buri dapat  memicu  kelainan pada bagian spinal ikan.
-Treatmen Pencegahan Penyakit,saat  pemakaian  bahan antibakterial untuk mencegah terinfeksinya 
telur oleh bakteri, juga dapat memicu  Scoliosis/lordosis pada benih. 
-Malnutrisi ,Penyakit yang dipicu  sebab  kekurangan nutrisi dalam makanan  seperti, vitamin, mineral, protein, karbohidrat dan lemak. Contoh penyakit mal 
nutrisi contoh nya ikan kekurangan asam amino,seperti tryptophan, kekuranganvitamin C. Pemberian vitamin C bisa membantu penyembuhan. Kekurangan  nutrisi dalam makanan  dapat memicu  ikan mengalami kelainan pada tulang  belakang seperti scoliosisi/lordosis. Sebanyak 45 % ikan mengalami Scoliosis 
dan Lordosis pada budidaya Chanlel clatfish yang diberi makanan  kurang Vitamin C dan hanya 39 % pada ikan kendali  yang diberi makanan  kandungan Vitamin C 
- Kelainan pada Kulit,Terjadi pigmentasi pada kulit yang terjadi saat metamorphosis pada  juvenil, biasanya terjadi pada kukltur intensif, malnutisi (kekurangna Vitamin . Logam berat meyebabkan albino pada chanlel catfish
-Kelianan pada mata dapat berupa, mata menonjol, mata mengalami pendarahan, mata mengkerut atau perkembangbiakan  mata tidak normal. Faktorfaktor pemicu nya yaitu  sebab  faktor genetik dan makanan .
-Kelainan bentuk ini sebab  faktor pencahayaan yang kurang, suhu   dan salinitas pH , Suhu berpengaruh melalui cara yaitu: Larva hidup dalam lingkungan perairan dimana suhunya optimal Suhu shock meningkatkan kelainan pada spinal, saat adanya peningkatan  atau penurunan yang mendadak pada suhu air dalam konisi tahap  Kritis. Awal perkembangbiakan  dapat menyebkan 100% embrio mengalami scoliosis. Suhu yang tinggi dapat memicu  permukaan organ sistem menjadi  asynchronous dan ini adalah  ketidaknormalan . Selain suhu, adanya  bahan polutan dalam perairan juga bisa menjadi 
faktor pemicu  terjadinya Scoliosis. Bahan polutan yang dapat memicu   kelainan itu  antara lain Zin C, organochlorine, organophospate, logam  berat dan pestisida, dan  fungisida (Malacvhite greeen)
-Kelainan Pada Kepala dan Rahang 
Ikan budidaya maupun ikan di perairan biasa  sering ditemukan  mengalami kelainan pada bagian kepala dan rahang. keadaan  itu dipicu  suhu  dan keadaan  penerangan atau cahaya,Contohnya yaitu  ikan Atlantic halibut (Hippoglossus hiplooglosus L). 
-Kelainan pada bagian sirip ikan  ditemukan yang dipicu   oleh faktor kimia dan fisika air, genetik faktor, infeksi/luka, termal shock, kekurangan vitamin C memicu  kelainan pada ekor.
- Kelainan bagian insang ikan memicu  melemahnya/ melembeknya cartilage insang yang menandakan  adanya penyimpanan pada filament insang.  Kelainan pada insang dapat dipicu  oleh faktor  di bawah ini : genetik, lingkungan, mal nutrisi dan kekurangan Vitamin C.