halamam 3
---. Ichthyopthirius multifilis
a. Biologi dan penyebaran Geografis
Ichthyopthirius multifilis (sinonim= Ich ) yaitu salah satu dari protozoa ektoparasit yang penting pada ikan. Protozoa berambut getar ini termasuk dalam kelas Olygohymenophorea, ordo Hymenostomatioda, famili
Ophryoglenidae, genus Ichtyopthirius. Parasit I. multifilis yaitu satu-satunya spesies dalam genus ini. Penyakit yang dinamakan Ichthyopthiriasis, white spot, bintik putih dan Ich. Ich yaitu parasit obligat yang memiliki penyebaran geografis yang sangat luas di dunia dan menyerang semua jenis ikan air tawar di seluruh dunia. Penyakit ini adalah penyakit serius yang
memicu kematian yang tinggi dan kerugian ekonomi pada ikan konsumsi maupun ikan hias air tawar tropis. Serangan Ich sangat ganas pada keadaan akuarium yang volume airnya sangat terbatas. Parasit I. multifilis ditemukan pada ikan salmon kultur, namun efek yang dimunculkan tidak separah pada ikan tropis.
Sel I. multifilis berbentuk bulat/oval dan silia yang ada di seluruh permukaan tubuh (holotrich). Ich adalah parasit protozoa ikan terbesar. Trofozoit atau trofon atau tomon (Ich dewasa) memiliki diameter sel 0,5 1,0
mm, membenamkan diri di bawah lendir di lapisan epidermis ikan dan dapat terlihat sebagai bintik putih dengan mata telanjang. Makronukleus besar berbentuk seperti huruf C atau tapal kuda dan hanya terlihat pada organisme yang dewasa. Makronukleus Ich yang masih muda terlihat berbentuk seperti sosis
b. gejala
Ikan yang terinfeksi parasit Icthyopthirius multifilis ini akan menandakan gejala penyakit Ichthyopthiriasis antara lain: Adanya bintik putih atau abu abu pada kulit, insang dan sirip yang ada di bawah lapisan lendir. Ini yaitu gejala yang khas dari penyakit ini. infestasi hanya terbatas pada insang,Warna tubuh memudar dan adanya produksi lendir yang berlebihan, Ikan lesu, nafsu makan berkurang dan bernafas dengan megap megap. Ikan menggosok goskkan badannya ke dinding kolam, berenang tidak normal dan gelisah.
c. Diagnosa
Diagnosa penyakit Ich dilakukan dengan cara melihat gejala terutama adanya bintik putih dan dipastikan dengan pemeriksaan lendir kulit, sirip dan insang dengan mikroskop. Trofon terlihat berbentuk bulat sampai oval, bergerak menggelinding lambat dengan memakai silia yang dapat terlihat objektif berkekuatan tinggi. Nukleus berbentuk tapal kuda sering terlihat dan
adalah kunci identifikasi. Theron bersilia pada tahap infektif yang berenang bebas berbentuk buah persik, bergerak aktif dan berdiameter 30- 45 mm.
d. Patogenesis, Siklus , Penularan dan Epizootiologi Parasit ini memiliki siklus hidup yang kompleks antaralain : beberapa tahap perkembangan pada inang maupun di lingkungan. bintik putih yang terlihat pada ikan yang sakit yaitu trofon (Ich yang matang).
akhirnya, trofon membesar, menerobos epitel ikan, dan terjatuh ke dasar kolam atau akuarium dimana dia melekat pada berbagai benda yang tersdia seperti kerikil, kayu, batu atau selang. Trofon mensekresikan lapisan gelatin yang tebal dan membentuk kista.
Waktu yang diperlukan untuk perkembangannya sangat tergantung pada suhu. Suhu optimum untuk reproduksi yaitu 26-27 oC, dan waktu yang diperlukan yaitu 10-12 jam. Semakin rendah suhu semakin lama waktu yang diperlukan . Pada suhu 22 oC butuh 3-4 hari, mencapai 11 hari pada suhu 15 oC dan hampir 30 hari pada 10 oC (Gratzek, 1993). Melihat rentang suhu ini, ikan air tawar tropis lebih rentan terhadap penyakit Ichthyopthiriasis., bahwa trofozoit yang melekat pada substrat atau tumbuhan di dasar mulai mengalami mitosis segera sesudah perlekatan. Sel anak ini menghasilkan enzim hyaluronidase yang menyebabkab sista koyak. Satu sel trofon dapat menghasilkan 250 1000 tomit (Ich muda, dinamakan teron). Tomit lepas ke perairan dan kemudian berkembang menjadi
theront yang adalah tahap infektif. Tomit berbentuk oval sampai memanjang, panjang sel 30-45 µm dan
seluruh permukaan tubuh tertutup silia. Tomit ini berenang aktif dan jika bertemu inang, melekat secara aktif menembus epitel kulit dan insang, dimana
mereka tumbuh menjadi tomon dan kemudian berkembang menjadi trofozoit dan terlihat sebagai bintik putih. Trofozoit berkembang menjadi trofon yang
siap untuk melanjutkan siklus reproduksi. Tomit bersilia yang baru menetas dan berenang bebas harus menemukan inang dalam waktu 48 jam , kalau tidak
mati. namun tomit masih bersifat infektif sampai 4 hari, dan jika tidak menemukan inang, infektifitas dari tomit menurun. Setiap tomit dilengkapi dengan perfotarium yaitu organel yang dipakai untuk menembus kulit ikan.
Ich terutama adalah penyakit ikan budidaya dan tidak bersifat inang khusus (non-host specific). Penyakit biasanya terlihat beberapa hari sesudah ikan baru dimasukkan ke wadah budidaya. Jika tidak dilakukan pengendalian kematian bisa mencapai 100 % terutama pada kepadatan tinggi dan suhu air hangat. Ikan yang tidak bersisik seperti lele lebih rentan terhadap penyakit ini. namun ikan mas koki, walau bersisik, juga sangat rentan terhadap Ich. Di perairan subtropis, penyakit ini bersifat musiman,Ikan yang terinfeksi kemudian sembuh menjadi lebih tahan terhadap infeksi yang berikutnya. pada suatu infeksi buatan menandakan tidak terjadi perubahan mencolok pada kimia serum. Indikasi ini menandakan bahwa imunitas isasi mungkin dilaksanakan. Antibodi penggumpal
(agglutinating antibodi) terdeteksi pada ikan yang diinokulasi dengan trofon yang dilemahkan dengan formalin (formalin-fixed trofon) dan ketahanan
ikan 100% saat dilakukan uji tantang dengan tomit dalam jumlah kecil. Pada keadaan in-vitro, antisera ikan yang diimunisasi mampu mengimobilisasi dan menggumpalkan theront , bahwa silia dari Siliata lain yang hidup bebas dan kerabat dekat Ich, Tetrahimena pyriformis saat diinokulasikan ke dalam ikan mampu melindungi ikan itu dari Ich. Diduga ini sebab adanya antibodi penggumpal dalam lendir ikan
yang sudah diimunitasisasi yang mampu menghentikan pergerakan teron sehingga mencegah terjadinya infeksi. Selam infeksi akut, mukus pada permukaan tubuh memiliki aktivitas imobilisasi tinggi sedang yang dalam serum rendah. keadaan ini terbalik beberapa bulan kemudian sesudah ikan sembuh. Ikan yang diimunisasi juga lebih tahan terhadap ektoparasit flagellata Ichthyobodo necator.
e. Pengendalian
Ich yang membenamkan diri dibawah lendir di kulit dan insang ikan tahan terhadap terapi bahan kimia, oleh sebab itu sasaran terapi yaitu Ich yang berada di air. Cara pengendalian Ich yaitu sebagai berikut:
Pencegahan adalah cara pengendalian yang terbaik. Pencegahan dilakukan dengan mengkarantinakan ikan dan tumbuhan air yang datang, minimum 3 hari tergantung pada suhu air, memakai peralatan terpisah
untuk setiap wadah dan desinfeksi peralatan. Ich dapat menular melalui jaring dan serok. Meningkatkan aliran air. Mengurangi kepadatan. Memindahkan ikan dan membiarkan kolam/akuarium tanpa ikan selama
beberapa hari. Sebaiknya selama periode ini suhu dinaikkan sebab pada suhu tinggi laju reproduksinya akan meningkat. Dengan cara ini, tomit akan mati sebab tidak menemukan inang. Metoda itu memanfaatkan sifat I.multifilis yang adalah patogen obligat. Terapi dengan metoda perendaman. Obat yang dipakai yaitu KMnO4 2-4 ppm selama 30 menit sampai 1 jam, NaCl 3 % selama 1 jam dan Malachyte
green 1,5 ppm selama 6 jam. Terapi dapat diulangi sesuai kebutuhan.
---. Trichodina
a. Biologi dan penyebaran
Trichodinid antaralain : beberapa genera dalam famili Trichodinidae yaitu Trichodina, Trichodinella dan Tripartiella. Sel berbentuk seperti topi atau piring
terbang dengan silia pada seluruh pinggirnya. Sisi adoral (anterior) berbentuk cembung membentuk organ pelekat yang kompleks yang dinamakan lempeng
pelekat. Struktur ini terdiri dari dentikel yang tersusun membentuk lingkaran yang konsentris (FOTO 7.3). Ketiga genera ini dibedakan dari silia pada spiral
adoral dan dentikel. Genus Trichodina memiliki silia spiral adoral mendekati 360o dengan dentikel yang berkembang baik. Genus Trichodinella memiliki
spiral silia adoral kurang dari 180o dan duri dentikel yang tidak berkembang baik, sedang , sedang genus Tripartiella memiliki duri dentikel yang berkembang dengan baik ,Penyakitnya dinamakan trichodiniasis. penyebaran penyakit ini yaitu air tawar dan air laut di seluruh dunia. maka hampr semua ikan rentan terhadap infeksi Trichodina. Trichodinids adalah
patogen oportunis dengan rentang inang yang luas.
b. Gejala
Ikan yang terinfeksi ringan (1-2) ekor tidak menandakan gejala terinfeksi. namun keadaan dapat berkembang menjadi parah jika ada faktor pemicu perkembangan Trichodina seperti kandungan bahan organik yang tinggi dan kepadatan yang tinggi. gejala ikan yang terinfeksi Trichodina yaitu antaralain :
Berbagai tingkat kerusakan pada kulit seperti epitel terkikis dan lepas, luka luka kecil dan sisik lepas.
Produksi lendir yangberlebihan Sirip koyak dan geripis
Hiperplasia pada insang memicu ikan sukar bernafas. Lesu dan nafsu makan berkurang.
c. Diagnosa ,
Diagnosa dilakukan dengan melihat preparat ulas lendir kulit, sirip dan insang di bawah mikroskop. Dalam keadaan tertelungkup akan terlihat sel terlihat seperti topi dan bergerak dengan cepat sedang jika dalam keadaan terlentang terlihat seperti roda sepeda. Dentikel tersusun seperti jari jari sepeda.
d. Patogenesis,
Siklus Hidup, Penularan dan Epizootiologi Trichodina adalah ektoparasit yang menginfeksi kulit dan insang ikan. parasit yang menginfeksi kulit memiliki rentang inang lebih luas dan berukuran lebih besar, sedang yang menginfeksi insang bersifat inang khusus dan organ khusus dan berukuran lebih kecil. Siklus hidup langsung, dan reproduksi secara aseksuil dengan pembelahan biner. Infeksi Trichodiniasis berat menandakan kualitas lingkungan budidaya yang kurang baik, kepadatan tinggi, dan kurangnya sanitasi lingkungan. Infeksi trichodina sering bersamaan dengan infeksi protozoa dan patogen lain. Parasit ini mampu bertahan hidup sampai 2 hari tanpa ikan, beberapa bahkan bisa hidup pada kaki katak dan krustase planktonis. keadaan ini dapat menjadi sumber infeksi bagi ikan. Trichodinids berkembang biak dengan pesat pada kolam yang airnya tidak mengalir, terutama dipanti benih dan kolam pembesaran dengan populasi yang tinggi. Efek yang merugikan dari parasit ini terjadi sebab perpindahannya. Dentikel yang terbuat dari kitin akan mengikis epitel saat dia bergerak yang memicu iritasi kulit. kemudian epitel mengalami hyperplasia, degenerasi (terkikis dan lepas), dan nekrosis diikuti oleh proliferasi sel lendir. Gangguan
proses pernafasan sebab adanya parasit pada insang dan kulit adalah akibat yang paling serius dari trichodiniasis dan dapat mematikan pada larva.
e. Pengendalian
Cara pencegahan terbaik yaitu menciptakan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi parasit yaitu desinfeksi kolam, mencegah kodok dan udang-udangan masuk ke kolam, dan mengatur kepadatan ikan. Pengobatan dilakukan dengan cara terapi memakai metoda perendaman dalam larutan
NaCl 2,5 % selama 3 jam dan dilakukan 3 hari berturut turut, atau bisa juga memakai terapi yang sama seperti pada infeksi Ichthyopthiriasis.
---. Epistylis sp.
a. Biologi dan Sebaran Geografis
Epistylis sp. (sinonim Heteropolaria spp) berbentuk lonceng dengan tangkai yang berrcabang cabang dan tidak berkontraksi Parasit ini hidup berkoloni, sesil dan melekat. Penyakit yang dimunculkan dinamakan
epistyliasis. Parasit ini hidup di air tawar di seluruh dunia dan belum diketahui apakah adalah ektokomensal atau parasit. Ada beberapa spesies Epistylis yang hidup pada kulit, sirip dan insang ikan. Organisme ini melekat pada inang dengan sebuah tangkai yang transparan dan dalam jumlah kecil bersifat ektokomensal atau mutual. Epistylis sp menginfeksi ikan air tawar dan laut di seluruh dunia. Di
negeri kita , parasit ini biasanya ditemukan pada ikan air tawar budidaya seperti ikan mas, ikan lele dan ikan gurami, atau yang dipelihara di akuarium terutama
ikan mas koki.
b. Gejala Klinis
gejala ikan terinfeksi Epistylis sp antara lain nafsu makan yang mulai berkurang, ikan berenang dengan lesu dan kadang kadang diam di dasar, ikan sukar bernafas (megap-megap), warna tubuh menjadi lebih gelap dengan bercak bercak pucat berlendir pada berbagai bagian tubuh, hiperplasia epitel insang dan kulit, dan produksi lendir berlebihan atau berkurang memberi tampilan bercak putih, putih keabuan atau kemerahan pada insang dan kulit.
c. Diagnosa
Diagnosa penyakit ini dengan pemantauan organisme dalam preparat segar yang diambil dari lendir kulit, sirip dan potongan lamella insang. Dibawah mikroskop, organisme ini transparan dan secara khas terlihat berbentuk mirip serumpun bunga. Sel berbentuk seperti tabung yang panjang dengan silia pada
ujung distal dan makronukleus berupa organel yang berbentuk tapal kuda dan berkontraksi. Tangkai bercabang dua dan membentuk koloni. Panjang tangkai
masing-masing spesies sangat bermacamragam . Gerakan kontraksi dari sel membantu mengenali parasit ini. Preparat harus segera dilihat sebab organisme ini mudah mati sebab kekeringan.
d. Patogenesis, Siklus Hidup, Penularan dan Epizootiologi Semua ikan air tawar terutama yang dibudidayakan pada dasarnya rentan terhadap infestasi Epistylis sp. Organisme ini biasanya yaitu ektokomensal, memicu iritasi pada insang dan kulit ataupun kerusakan yang lebih parah jika keadaan menguntungkannnya. Reproduksi dengan pembelahan longitudinal. Epsitylis biasanya hadir dalam jumlah kecil pada permukaan insang dan kulit ikan sehat. Kepadatan yang tinggi dan malnutrisi bisa merubah keadaan kesehatan ikan sehingga menguntungkan parasit. Epistylis memakan sel-sel inang yang lepas dan plankton. Polusi air diikuti dengan iritasi pada permukaan tubuh bisa memicu hiperplasia pada insang dan kulit dan peningkatan sel-sel epitel yang lepas. Peningkatan pasokan makanan akan diikuti dengan peningkatan tajam populasi Epistylis sp. Epistylis yang melekat dalam jumlah besar pada kulit
memicu iritasi. Akibatnya destruksi epitel insang dan kulit berlebihan yang berakibat langsung pada kematian, invasi bakteri, jamur dan parasit lain.
Parasit ini dapat memicu kematian terutama pada kolam yang kepadatannya tinggi dan air tidak mengalir atau aliran airnya lambat. Epizootik
dapat terjadi kapan saja jika keadaan pengaturan budidaya tidak baik sehingga memicu sifat habitasi Epistylis dari ektokomensal atau mutual menjadi parasit.
e. Pengendalian
Pengendalian dilakukan dengan mengurangi faktor pemicu yaitu mengurangi kepadatan, polusi dan kandungan bahan organik yang berlebihan.
Peningkatan aliran air atau penyaringan air akuarium yang lebih cepat dapat mengurangi populasi Epistylissp dan siliata secara biasa . Terapi yang dipakai dan metoda pemberiannya sama dengan untuk Trichodina sp.
B. PROTOZOA AIR LAUT
biasanya patogen golongan protozoa yang menginfeksi ikan air tawar hampir sama dengan patogen yang menginfeksi ikan air tawar namun ada
beberapa golongan protozoa yang endemis menginfeksi ikan air laut, antara lain:
a.. Trichodina heterodentata
Jenis ini tergolong dalam Phylum Ciliophora, Ordo Peritrichida, Subordo Mobilina, Family Trichodinidae dan Genus Trichodina. biasanya , jenis ini ditemukan di perairan/laut Philipina. Bentuk adhesive disc berukuran 38-60 µm, denticulate ring 23-51 dan denticles 22-30. Ciri biasa dari jenis ini yaitu memiliki dentikel dan mampu bergerak memutar memiliki cilia. Protozoa ini dapat tahan lebih dari 2 hari tanpa inang dan dapat berpindah dari 1 inang ke inang lainnya dengan memakai cilia. Bahan organik yang tinggi dalam perairan dan rendahnya aliran air, suhu, pH, O2 dan amoniak menjadi faktor pendukung perkembangan patogen ini. Jenis ini biasanya menyerang bagian insang, kemudian lanjut ke kulit hingga sirip ikan. Tanda klinis dan patologi yang ditunjukkan oleh ikan yang terserang biasanya ada pigmen berwarna merah pada kulit dan terjadi pendarahan. sedang gejala perilaku ikan yang terserang biasanya sulit bernafas sebab operkulum tertutup, berenang tidak normal dan menggosokkan tubuh ke dinding aquarium.
b. Uronema marinum
Jenis dari Genus Uronema yang dikenal dengan nama lain Tetrahymena pyriformis di air tawar ini termasuk ke dalam Phylum Ciliophora dan Ordo Scuticociliatida. Jenis ini berukuran 30-50 µm dan memulai siklus hidupnya dari memakan sel darah dan cellular debris kadang ditemukan di ginjal dan perut ikan. Faktor pendukung perkembangan protozoa ini yaitu transportasi selama 24-48 jam dalam air yang pH rendah, ammonia tinggi, dan bahan organik DO rendah.
Ikan yang terserang menandakan tanda klinis dan patologi berupa bintik putih pada bagian tubuh yang terinfeksi dan menjadi luka, ulcer dipenuhi oleh cilia, dan peningkatan produksi lendir. sedang gejala perilaku ikan yang terserang biasanya megap-megap, berenang di dekat permukaan air dengan kesulitan bernafas, menggosokkan tubuh di dinding dan dasar aquarium.
c.. Brooklynella hostilis
Protozoa yang satu ini dikenal juga dengan nama Chilodonella sp di air tawar yang termasuk dalam phylum Ciliophora, kelas Kinetophragmenophorea,
famili Chilodonellidae dan genus Brooklynella. Makronukleus berbentuk oval berukuran 18 x 12 µm, terdiri dari 13-22 mikronukleus dan beberapa vakuola
kontraktil kecil.Inang yang sering diserang yaitu ikan laut, terutama yang termasuk dalam Amphyprion, Dacyllus, dan Caetodon. Protozoa ini menyerang kulit dan beberapa di insang. peristiwa penyerangan banyak ditemukan di berbagai lokasi di perairan/laut. berdasar tanda klinis dan patologi, patogen ini memakan sel darah dan jaringan debris sehingga memicu kerusakan pada jaringan kulit, yang dipicu keadaan air yang buruk.Tanda-tanda klinis yang ditunjukkan oleh ikan yang terserang antara lain
kulit terlihat kusam, kadang sebab produksi lendir yang berlebih, terlihat seperti ada lapisan yang menutupi permukaan kulit, mata ikan terlihat sayu,
haemorrhage dan petechiae pada insang, infllihat on. sedang perilaku ikan yang terserang seringkali menandakan gejala kesulitan bernafas, ikan
berenang pelan, berada di bawah permukaan air atau dekat sumber air, dan gasping.
d. Oodinium ocellatum
Jenis ini juga dikenal dengan nama Amyllodinium sp pada ikan air tawar yang termasuk ke dalam Phylum Sarcomastigophora, Subphylum Mastigophora
(flagellates), Class Phytomastigophorea (phytoflagellates), Ordo Dinoflagellida, dan Genus Oodinium. Jenis ini berbentuk bulat kuning berukuran 50-60 µm. bergerak memakai akar rizoit (cilia) dengan siklus hidup dimulai dari Trophont, kemudian menjadi encysted tomont, lalu palmela hingga menjadi free
swimming invective dinospores. Tomont mulai membelah pada suhu 23-27°C. terhambat suhu 16-30 oC, salinitas 50 pptJenis ini sering menyerang ikan air laut dengan keadaan yang menurun atau buruk, terutama pada jenis ikan Amphyprion percula, Dacyllus melanurus, dan monodactyllus argentus. Awalnya, jenis ini menyerang insang kemudian menyebar
ke kulit, sirip juga ginjal. Tanda klinis dan patologi yang dapat ditemukan pada ikan yang terserang antara lain bintik merah, hyperemia, haemorrhage, anorexia,
depression, dyspoea (berenang dekat permukaan air dengan kesulitan bernafas). Ikan yang terserang menandakan gejala perilaku seperti megap-megap,
ikan berenang pelan, berada di bawah permukaan air atau di dekat sumber air, dan gasping
e. Cryptocaryon irritaans
Jenis dari Genus Cryptocaryon ini termasuk dalam Phylum Ciliophora, Class Oligohymenophora, Subclass Hymenostomata, Ordo Hymenostomatida, Subordo Ophryoglenina, dan Family Ichthyophthiriidae. Protozoa ini menyerang ikan air laut yang ditemukan pertama kali di Jepang pada tahun 1938. Bagian yang diserang biasanya yaitu insang yang kemudian menyebar ke bagian kulit, sirip dan ginjal.Bentuk Theront yang menginfeksi berbentuk pipih ukuran 25-60µm
panjangnya memiliki 2 inti yaitu makro dan mikronuklei. Makronuklei trophont memilki 4 lobe yang masing-masing berukuran 10 µm panjang dan 8 µm lebar
yang terdiri dari 1 atau 2 nukleoli. Siklus hidup dimulai dari Trophont memakan ikan, lalu tomont meninggalkan inang dan menghasilkan gelatin sebagai kista pelindung, tomont menempel di substrat dan berkembang menjadi tomont dewasa, hingga tomit berkembang dan berubah menjadi theront yang pecah dan menginfeksi inang dan tomont berkembang secara budding. Faktor pendukung perkembangan yaitu trophont mampu bertahan pada ikan selama 3-7 hari dan perkembangbiakan nya optimal pada suhu 23-30°C. Pecahnya kista terjadi dalam waktu 24 jam pada suhu 25°C.Tanda klinis dan patologi dari ikan yang diserang antara lain haemorrhage pada kulit, produksi lender lebih banyak. Sering memicu ulcer yang ditambah dengan serangan Pseudomonas spp. sedang perilaku ikan yang terserang menandakan gejala megap-megap, gasping, menggosokkan
tubuh ke dinding atau dasar aquarium.
f. Kudoa sp.
Parasit Kudoa termasuk dalam genus Kudoa (Myxozoa : Myxosporea) yang menginfeksi daging ikan. Parasit ini memicu kerugian besar sebab kista yang memicu luka pada daging. Contohnya yaitu Kudoa amamlensis pada Seriola quingueradiata dan K. thyrsites pada ikan salmon Atlantik (Salmo solar), ini memicu kerusakan yang berat yang dipicu oleh enzym proteolytik yang dihasilkan Enzim ini dihasilkan parasit untuk tumbuh dan berkembang pada jaringan daging ikan.
K. muscololiquefaciens pada Xiphias gladius(Sword fish) K. paniformis pada Merluccius productus (Pacific hake) K. clupeidae pada Clupea harengus(Atlantic herring),Parasit ini termasuk dalam class Myxosporea, family Kudoidae dan genus Kudoa. Myxosporea dibedakan menjadi dua yaitu Bivalvulida Shulman, 1959 yaitu myxospore dengan dua valve dan Multivalvulida Shulman, 1959 yaitu myxospore dengan tiga atau lebih valve. bahwa multivalvulida memiliki
valve yang berbentuk radial simetri yang didalamnya ada polar kapsul berbentuk spora. Hanya dari genus Unicapsula Davis, 1924 yang memiliki kapsul polar tunggal dan tiga spora valve. Yang termasuk dalam multivalvulid yaitu : Trilospora, Unicapsula , Kudoa ,
Pentacapsula , Hexacapsula , Septemcapsula ,
Class yang baru-baru ini ditemukan yaitu class Actinospore dimana tahapan siklus hidupnya terjadi di air tawar seperti myxosporean. class Actinosporea berada satu tingkat di atas Myxosporea. Class Actinosporea, genus Tertractinomyxon adalah spesies
yang mengalami perubahan dari myxospore menjadi Multivalvulida. Anggota genus Kodoa yang pertama yaitu Chloromyxum, yang memiliki polar kapsul dan
myxospore dengan 4 valve ,semua spesies Kudoa menginfeksi ikan air laut dan estuarin. multivalvulid myxosporean (Kudoa)ditemukan pada ikan Osmerus mordax di danau air tawar Canada. Inang Kudoa
hampir sama dengan inang class Myxospora contoh nya K. thyrsites ditemukan pada lebih dari 20 ekor ikan, menemukan K. thyrsites di 11 spesies ikan.
Dengan memakai SSU rDNA, K. thyrsites ditemukan pada ikan Pacific hake, Atlantic salmon dan Aulorhynchus flavidus. K thyrsites pada ikan Tube-snout; yaitu kultivan laut komersial di kolam salmon Colombia pada ikan Th ysites atun yang berasal dari Afrika Selatan (99 %).perkembangan Trophozoite
myxosporean di inang, mereka mengalami tahap poliferatif di jaringan atau organ berbeda dari tahap akhir (tahap extrasporogonik) yang lepas dari tahap sporogonik. tahap proliferatif terlihat hampir sama dengan golongan myxosporean namun belum bisa dikatakan Kudoa. K. thyrsites menghasilkan tahap extrasporogonik yang masuk dalam aliran darah
dan tahap itu berpindah ke inang lain dengan jalan menginfeksi darah pada bagian intraperitonial. Dalam percobaan K. thyrsites menginfeksi 2 23 ekor
atlantic salmon. Satu parasit hidup di bagian daging inang, plasmodium tidak mengalami pembelahan namun berkembang menjadi ukuran yang sangat besar, diikuti dengan perkembangan myxospores. Dengan spesies histozoic, nutrisi mencapai sukses dalam arti pinocytotik aktif berpindah dari satu inang ke inang lain. Proses sporogonesis K. Lunata dan K. paniformis terjadi dengan perpindahan electron microscopy.
bahwa polysporic plasmodia tanpa menghasilkan pansporoblas pada K. lunata, K. paniformis, K. thyrsites. Spesies Kudoa berasal dari trophozoit kecil
yang menghasilkan 8 myxospore yang tidak ada bentuk pansporoblash. Perkembangan vegetatif terjadi di bagian daging cardiac selama 4 minggu dalam bentuk post-exposure dan di bagian daging somatik selama 5,5 bulan dalam bentuk perkembangan post-exposure penuh myxospores ditemukan pada 64% ikan Atlantik salmon pada 6 bulan p.e. Infeksi daging tidak terdeteksi sampai 9 minggu infeksi. Tahap pertama 25 (4%) ikan Atlantic salmon positif terinfeksi. Dengan memakai PCR 8 dari 10 (80%), Atlantik Salmon
terinfeksi pada 6 minggu pertama dan 7 dari 10 (70%) terinfeksi pada 9 minggu. Inflammation adalah pertahanan pertama untuk menghindari infeksi
myxosporean . tanggapan inang biasanya tidak ditemukan sampai parasit berhasil menjadi sporogony dan plasmodium berisi myxospores muda. hubungan antara inang dan parasit sangat tergantung dengan spesies dan perkembangan parasit dalam inang.
Bentuk pseudocyst dengan tipe kista pada daging memicu reaksi nekrotik dan dinding pseudocyst memacu perbaikan inflammation. bahwa pertahanan inang yaitu dengan membentuk sel amplop. saat daging inang penuh plasmodium, baru terjadi pembengkakan. tanggapan ini dicirikan dengan phagocytic infiltrasi, granuloma dan bentuk kapsul
tanggapan inang terhadap encapsule parasit yaitu
dengan membentuk fibroblast. Daging yang terinfeksi akan menjadi gelap ini dipicu oleh berkurangnya melanin
1. Ergasilus versicolor
Jenis ini termasuk dalam Phylum Arthropoda, Class Crustacea, Subclass Copepoda, Ordo Poecilostomatoida, Family Ergasillidae dan Genus Ergasillus. Inangnya yaitu mullet culture di area Mediterranea (ada 33 spesies di Laut Telost). Tubuhnya memiliki cephalotorax yang lebarnya 2 kali panjangnya, dorsoventral pipih, anteriornya pendek, posteriornya berbentuk truncate, punya 1 pasang mata dekat anterior, ada 4 segmen. Abdomennya terdiri dari 3 segmen. Ukuran p 1.3-1.7 mm dan l 0.4-0.7 mm. Jenis ini hanya betina yang menjadi parasit, dengan menyerang insang bagian dalam dan memicu luka.
Ergasilus versicolor yaitu ergasilid yang berbentuk relatif ramping, dengan cephalothorax tidak berlapis. Segmen pertama bagian antena tidak bertingkat
atau berlapis dan tidak ada gigi pada segmen lainnya. Namun bagian sensilla menonjol pada bagian tengah segmen ke-2, dekat posterior dan anterior ujung segmen ke-3. endopod kaki pertama yaitu dua pasang; dan kaki ke-5 terdiri dari 2 papila, babgian ventral pertama menjadi 5 kali lebih pendek dan masing-masing membawa sebuah seta di ujung terminal.
Tanda klinis yang ditunjukkan oleh ikan terserang yaitu hyperplasia sel epitel, anemia, dan haemorrhage. sedang perilaku ikan yang terserang biasanya menandakan gejala lemah, berenang gasping, dan operculuk terbuka. keadaan lingkungan buruk dan bahan organik tinggi menjadi pemicu serangan
yang didukung oleh naiknya suhu di dalam air.
Beberapa ikan yang dilaporkan terinfeksi Ergasilus versicolor ada di area Great Lakes terdiri atas Ameiurus nebulosus (brown bullhead), Culaea
inconstans (brook stickleback), Ictalurus punctatus (channel catfish), Noturus flavus(stonecat). juga ditemukan di Amerika Utara yaitu pada jenis
Ameiurus natalis (yellow bullhead), Ameiurus melas (black bullhead), Catostomus commersoni (white sucker), Erimyzon oblongus (creek chubsucker), Erimyzon sucetta(lake chubsucker), Erimyzon tenuis (sharpfin chubsucker), Ictiobus bubalus (smallmouth buffalo), Ictiobus cyprinellus (bigmouth buffalo), Ictalurus furcatus(blue catfish), Lepisosteus osseus (longnose gar), Lepisosteus platostomus (shortnose
gar), Lepisosteus spatula (alligator gar), Minytrema melanops (spotted sucker), Moxostoma macrolepidotum (shorthead redhorse), Moxostoma poecilurum (blacktail redhorse), Mugil cephalus (striped mullet), Pogonias cromis (black drum),
Pylodictus olivaris(flathead catfish).
2. Caligus Epidemicus
Jenis ini termasuk dalam Phylum Arthropoda, Class Crustacea, Subclass Copepoda, Ordo Siphonostomatoida, Family Caligidae, dan Genus Caligus. Jenis ini berada pada inang berupa ikan air laut, terutama menyerang kulit dan operkulum.
Ciri-ciri bentuknya antara lain caligus betina seluruh tubuhnya ditutupi cangkang dorsal. Cephalotoraxnya panjang, posteriornya lembut. Bagian lateralnya dilengkapai marginal membrane. Bagian posterior ada thorax zone. Keempat kaki terletak lebih dekat posterior dari pada cephalotorax, bentuk pendek, tubuh lebar antara 1-9 mm. Siklus hidupnya diawali dari telur,
kemudian nauplius berenang bebas, nauplius II sebelum molting menjadi larva yang menginfeksi (copepodit). Ikan yang terserang menandakan tanda klinis dan patologi berupa hipertropi dan haenaorrhage. gejala perilaku dari ikan biasanya menandakan pola berenang yang tidak teratur dan menggosokkan tubuh ke benda keras. pemicu penyerangan biasanya sebab suhu yang rendah
3. Lepeophteirus sp.
Jenis ini banyak ditemukan pada ikan salmon, yang biasanya menyerang bagian mulut dengan memakai cephalotorax yang terletak pada sucker. Lepeophteirus jantan berukuran 6.7 mm, sedang yang betina berukuran 14-22 mm. Siklus hidup diawali dari nauplius, kemudian menjadi copepodid, lalu
chalimus pertama, hingga tumbuh dewasa. Jenis ini mampu bertahan selama 8-9 minggu pada suhu 6 oC, sekitar 6 minggu pada 9-12 oC dan sekitar 4 minggu
pada suhu 18oC. Ikan yang terserang biasanya menandakan tanda klinis dan patologi berupa erosi lapisan epitel dan haemorrhage. sedang gejala perilaku yang ditunjukkan oleh ikan yang terserang biasanya berenang berputar-putar (whirling swimming), seluruh permukaan tubuh ditutupi oleh kutu (sea lice).
pemicu penyerangan diduga dipicu oleh adanya suhu yang rendah dan bahan organik yang tinggi.
4. Chalimus sp.
Jenis ini termasuk dalam Phylum Arthropoda, Class Crustacea, Subclass Copepoda, Ordo Siphonostomatoida dan Family Cecropidae. Bentuk besar, bagiann segmen thoracic ditutupi piring. Kepala ada segmen thoracic pertama. Segmen kedua dan ketiga sama besar atau lebih kecil dan terdiri dari sepasang bagian dorsal dan sepasang lateral plate. Segmen ke empat terdiri dari sepasang dan agak besar, dilengkapi dengan plate yang ditutupi bagian genital. Ketiga pasang dorsal plate terbangun dari segmen genital dan ditutupi oleh segmen abdomen.
Jenis ini ditemukan di bagian luar tubuh ikan, yang menyerang bagian insang hingga memicu peradangan. Pendukung perkembangan jenis ini disebab kan keadaan perairan buruk dan suhu tinggi. Tanda
klinis dan patologi dari ikan yang diserang yaitu peradangan pada insang. sedang perilaku ikan yang terserang biasanya menandakan gejala sulit
bernafas dan berenang berputar-putar (whirling swimming).
(93)
A. CACING MONOGENEA
1. Monogenea Air Tawar
Jangkar adalah organ pelekat yang paling sering ditemui pada monogenea. (1-2 pasang) yang diikat pada palang penghubung (>1) dengan berbagai bentuk. Kait tepi ditemukan pada hampir semua spesies di Asia
Tenggara kecuali Diplozoon. Kait tepi ini tersusun pada pinggir opistahaptor, namun dapat juga di dalam. Pada Diplozoon kait tepi diganti oleh clamps. Kadang ada yang memiliki alat pelekat tambahan yang dinamakan squamodisc, yang dilengkapi dengan cicin khitin. Monogenea tidak memiliki rongga tubuh, organ-organ ada pada embedded dalam parenkima. Kebanyakan monogenea memiliki siklus hidup
langsung dan memerlukan hanya satu inang. biasanya ovipar, mengeluarkan telur, lalu menetas menciptakan larva bersilia, kemudian mencari inang baru,
kemudian melekat pada cacing dewasa. golongan vivipar yaitu dari famili Gyrodactylidae, langsung melekat, memungkinkan untuk membentuk populasi
besar dan terdiri atas hampir setengah dari spesies monogenea yang sudah diketahui.
a) Dactylogyrus sp. (Family : Dactylogiridae)
Opisthaptor memiliki 14 kait tepi, dua diantaranya terletak jauh di tepi, dekat jangkar. Ujung jangkar yang runcing mengarah ke punggung. memiliki 1-2 palang penghubung. Titik mata 2 pasang memiliki 4 lekukan
dikepala. adalah salah satu genus monogenea terbesar, memiliki inang yang terbatas. Ditemukan hamper disemua ikan air tawar dan kadang
ikan air laut. C. idellus, lele, ikan mas, tambakan, gurami, patin, sepat air, sepat rawa, mas koki.
b) Actinocleidus sp (Family : Dactylogiridae)
Bagian anterior tidak memiliki lekuk. Opisthaptor berbentuk bulat (seperti piring), ukurannya relative kecil (10% dari panjang tubuh). 14 kait tepi, 2 pasang jangkar, 2 buah palang penghubung antara jangkar bentuknya seperti V. Jenis ini ditemukan pada ikan lele di negeri kita .
c) Diplectanum sp. (Family : Diplectanidae)
Tubuh memanjang, lekuk di kepala bisa ada bisa tidak, opisthaptor terpisah dari tubuh, 14 kait tepi, 2 pasang jangkar, 3 palang melintang memiliki squamodisc. 2 pasang bintik mata, parasit ikan laut.Patogenisitas yang dibahas, Dactylogyrus untuk mewakili dan paling
banyak ditemukan . Efek lokal yang terjadi pada infeksi monogenea pada insang hyperplasia pada epitel insang, ‘bahkan sampai ke area yang tidak ada
cacingnya. Telangiectasis (gill blood blister ) yang sering ditemui. Jaringan tempat melekat terkikis dan pada bagian pinggir mengalami proliferasi
(pembengkakan). Produksi lender meningkat banyak sekali mengganggu pernafasan. Warna insang memudar dan membengkak. Nafsu makan berkurang
yang akhirnya memicu perkembangbiakan terhambat. Ikan megap-megap, lesu, sel-sel darah putih (monosit dan neutrofil) meningkat.
d) Gyrodactylus sp. (Family : Gyrodactilidae)
Tubuh ramping, kecil, anterior bifid (berlekuk-lekuk). Opisthaptor memiliki 16 kait tepi 1 pasang jangkar danseterusnya dihubungkan oleh 2 buah bar. Tidak memiliki bintik mata. Vagnia tidak ada. Uterus mengandung embryo, dapat mencapai 3 generasi, vivipar. Jumalh spesies 100, ditemukan di kulit lele, mas, gabus, patin, sepat dan ikan-ikan akuarium.
Ikan yang terserang menandakan kulit pucat, epithelium mengalami hyperplasia. Lender berlebihan, membentuk lapisan putih abu-abu, luka, bagian
yang rusak menjadi gelap yang parah, kulit terkelupas.
2. Monogenea Air Laut
a) Diplectanum sp. (Family : Diplectanidae)
Jenis ini termasuk dalam Phylum Platyhelminthes, Class Monogenea, SubclassPolyonchoirnea, Genus Diplectanum dan Family Diplectanidae. Bentuk
tubuh subcircular atau ova tanpa lekukan kepala, opishaptornya terpisah dari tubuh, memiliki 14 marginal hook dan dua pasang anchor yang dilengkapi
dengan bar. Bagian ventral dan dorsal memiliki squasmodic dipakai untuk melekatkan diri ke inang. Memiliki 2 pasang mata, ovarium panjang, memiliki
rahim . Ukuran 1-1.5 mm.Jenis ini sering menyerang ikan air laut, terutama pada bagian insang dan
kulit. Siklus hidupnya mirip dengan gyrodactyllus. keadaan kualitas air yang buruk, nutrisi yang kurang pada inang menjadi salah satu faktor pendukung
perkembangan jenis ini. Ikan yang terserang biasanya menandakan tanda klinis dan patologi berupa Haemmorhage di insang dan operkulum terbuka. Ikan akan kesulitan bernafas dan lemah berenang.
b) Benedenia sp. (Family : Capsalidae)
Jenis ini termasuk dalam Phylum Platyhelminthes, Class Monogenea, SubclassPolyonchoinea, Genus Benedenia dan Family Capsalidae. Jenis ini
sering ditemukan di dekat kepala dan mulut ikan air laur seperti Liza carinata, Crenimugil crenilabris, Mugil auratus, Mugil capito dan sebagainya. Bentuknya bulat,
ukuran 2-5 mm, memiliki 2 adhesive disc di bagian anterior. Panjang telur 0.8-1.2 µm, telur bertahan selama 5-8 hari. Faktor pendukung perkembangan jenis ini yaitu pH yang tinggi dan keadaan perairan yang menurun kualitasnya, dan kurangnya cahaya matahari.
Infeksi berat akan menunjukan adanya lesy di mulut, ikan menjadi kurus sebab nafsu makan berkurang. Parasit ini memakan epithelium sel inang sehingga memicu erosi dan hilangnya lapisan dermis, biasanya diikuti dengan infeksi bakteri yang berasosiasi dengan inflammation dan necrosis pada lapisan dan septicemia biasanya memicu kematian. Ikan lemah berenang, menyendiri. Ada korelasi positif antara intensitas dengan panjang inang, intensitas dengan peningkatan patologi
B. DIGENEA
biasanya endoparasit tubuh tidak bersegmen, oval, memiliki 2 organ pelekat pada bagian anterior (sekitarnya) ada penghisap oral (oral sucker) dan padabagian ventral ada penghisap ventral (acetabulum). Siklus hidup melibatkan lebih dari 1 induk, yang antaralain : beberapa tahap morfologi bilogi yang berbeda. Siklus hidup antaralain : telur, miracidia, sporokista,serkaria,metaserkaria, dewasa,kadang tidak semua tingkatan diatas dijalani.
Ikan berperan sebagai inang perantara ke-2 atau terakhir. Jika sebagai inang perantara ke-2, cacing ditemukan dalam bentuk metaserkaria yang
membentuk kista pada berbagai jaringan dan organ, jika ikan dimakan oleh inang terakhir sebetulnya , barulah siklus hidup ini selesai dan cacing dewasa
baru terbentuk. Jika tidak, tahapan perkembangan terhenti sampai iakn mati. Metaserkaria masuk ke tubuh ikan sebab serkaria mampu menembus kulit dan
bergerak menuju organ target. Jika ikan yang menjadi inang definit, akan ditemukan cacing dewasa pada saluran pencernaan, yang melekat melalui
acetabula. Cacing ini masuk bersama infertebrata dan ikan kecil yang menjadi makanan ikan.Beberapa jenis Digenea dewasa yang ditemukan dijelaskan berikut ini :
1. Orientocreadium (Family : Allocreadiidae)
Tubuh memanjang oral sucker terletak subterminal, pharing besar. Acetabulum terletak agak pertengahan. Ovari terletak antara testes dan acetabulum. Ukuran 1.04-2.58 x 0.22-0.77 mm. Ditemukan di intestine lele,
gabus.
2. Gauhatiana (Family : Macroderoididae)
Tubuh memanjang, membengkak pada ujung-ujungnya. Oral sucker besar, subterminal, pharing berkembang dengan baik, esophagus panjang. Acetabulum hampir sama besar dengan oral sucker terletak pertengahan
agak anterior. Contoh yaitu ikan lele.
3. Opegaster (Family : Opecoelidae)
Tubuh berbentuk, fusiform, bagian posterior bulat anterior, runcing. Oral sucker tidak terlalu berkembang terletak subterminal. Diameter acetabulum + 2x oral sucker, terletak antara anterior dan 1/3 bagian tubuh. Ukuran 1.13 x 0.27 mm. Inangnya yaitu lele, gabus. Siklus hidup Digenea dimulai dari telur yang keluar bersama feses dari inang definit, menetas menjadi
miracidium (larva yang berenang bebas), menembus moluska (inang perantara) mengalami reproduksi aseksual, serkaria bebas, menembus/ termakan ikan (inang perantara 2/ akhir), dewasa. Metaserkaria (kista),
dimakan inang akhir. Larva clinostomum, kulit, rongga tubuh, otot, warna putih/ kuning.
4. Prosorhynchus (Family : Bucephalidae)
Tubuh memanjang, tidak punya oral sucker, mulut terletak dipertengahan tubuh. Tidak punya ventrl sucker. Ukuran panjang 0.82-1 mm, lebar 0.25-0.26 mm. Ditemukan di otot, lambung dan intestine kakap.
5. Pseudimetadena (Family : Cryptogonimidae)
Tubuh agak oval, pendek, membulat,oral sucker terletak agak ke tengah testes dibelakang acetabulum, ditemukan di lambung, usus kecil, caeca kakap
Tingkat larva cerkaria memiliki kelenjar penembus
1. Clinostomoides, Clinostomidae, Metacerkaria dengan ke-2 ujung membulat. Anterior I buah lebar dari posterior. Oral sucker subterminal acetabulum 2
kali ukuran oral sucker terletak 1/3 panjang tubuh dari ujung anterior. Ukuran 2.8 x 1.1 mm. Kista ditemukan dalam insang dan rongga insang ikan gabus dan lele.
2. Clinostonum, Tubuh membulat, oral sucker subterminal. Acetabulum besar dari oral sucker terletak antara pertengahan tubuh dan depan. Kista ditemukan di jaringan ikan gurami, sepat rawa, gabus, kista berwarna kuning.Cacing jenis ini yang dewasa tidak terlalu memicu kerusakan pada jaringan, namun kompetitor unutk memperoleh makanan. Yang meteserkaria merusak jaringan tempat masuk dan jalur yang dilalui untuk sampai ke organ target. Kesatuan atau kekommakanan jaringan terganggu, sebab pada waktu baru masuk metaserkaria bergerak aktif menuju organ target. memicu iritasi dan sesudah sampai membentuk kista. Efeknya tergantung jumlah dan ukuran dan lokasi. Dapat memicu nekrosis. Jika banyak dapat memicu organ tidak berfungsi seperti mestinya dan kematian, terutama pada larva dan
ikan-ikan kecil. Kista Trematoda di insang dapat memicu penyakit zoonogis, contoh : Clinostomum complanatun.Pencegahan dilakukan dengan membersihkan kolam dari inang perantara akhir (contohnya: mamalia kecil, burung pemakan ikan), mengangkat tempat siput memempel, dan memasang pagar. Terapi untuk metaserkaria belum ada
C. CESTODA
Cacing pita, ditemukan di saluran pencernaan ikan ALLAT. Tidang memiliki saluran pencernaan dan rongga tubuh. biasanya memiliki organ pelekat (hold fast organ), yang dinamakan scolet. Leher tidak bersegmen, sisanya dinamakan stoobila. Stoobila bersegmen dinamakan proglofid 1/I proglofid mengandung organ reproduksi jantan dan betina, adalah unit yang terpisah. Organ tidak sama matangnya jadi 1 x lain kali betina. Ikan inang akhir atau perantara, siklus hidup melalui 1-2 inang perantara, terutama invertebrate, kadang vertebrata. Jumlah, letak, sucker pada scolex, identifikasi. Serlex, kadang dilengkapi dengan sucker, groves (lekukan), kait, duri, kombinasi atau tidak sama sekali. Telur, larva berenang bebas caracidium, inang perantara, pleurocerenid. Procercoid, inang perantara II (ikan), kista rongga saluran pencernaan, plearocercoid, ikan karnivor, burung, mamal, dewasa. Cestoda pada ikan host-specific, siklus hidup sangat bermacamragam dewasa pada ikan : saluran pencernaan, jika inang perantara, diluar saluran pencernaan bisa pada organ apa saja. Kerusakan satu buah parah, namun tergantung organ transmisi selalu melibatkan rantai makanan.
1. Proteocephalus, Proteocephalidae, Scolex memiliki 4 sucker, seperti cangkir tidak memiliki duri/ kait, contoh : lele, gabus, ikan carnivore/ omnivore inang sebetulnya . Panjang 15 cm, lebar 1.5 mm.
2. Senga, Fam. Ptychobothriidae, Scorlex memiliki apical dick dengan kait besar mencapai lebih dari 50 buah. Contoh : Senga pahangensi
3. Cyatocephalus sp, Cyatocephalidae, Scolex memiliki sucker berbentuk corong, intestine lele.
Larva yang bermigrasi dapat memicu kerusakan ekstensif di hati, limpa, sinyal, saluran pencernaan saling melekat. Jika ikan inang perantara, cacing masuk pada tahap larva, bermigrasi dalam tubuh, memicu reaksi inflamasi dan proliferensi sel. Larva yang sudah dewasa, sedikit merusak jaringan,
mengambil makanan inang, zat metabolit yang dihasilkan, merubah komposisi darah. Ada kemungkinan penyakit zooursis, dapat mengurangi nilai jual, kesuburan, contoh : krustase. Dalam jumlah banyak, perkembangbiakan terhambat, kurus, anemia rentan terhadap infeksi sekunder. Jika menginfeksi organ-organ penting (Jantung, ginjal, limpa, gonad) walau dalam jumlah kecil dapat memicu gangguan fungsi dan kematian. Gonad jadi tidak produktif. Terapi yang dilakukan untuk cacing Digenea dengan total dosis 250 mg/kg ikan, dewasa, larva (procercoid), Naebendazole 100 mg/ kg ikan/hari selama 14 hari.
Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu membunuh inang perantara, putuskan siklus hidup dan inang definit, jangan beri makan ikan mentah. Terapi
belum ada yang efektif. juga , dapat juga dilakukan desinfeksi pada kolam. Cestoda memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi. Perubahan ekosistem
sehingga menguntungkan bagi cacing akan meningkatkan populasi cacing dengan pesat.
D. NEMATODA
Tubuh bilateris simetris, punya pseudocolom dan gut. Tubuh silindris. memiliki alat pencernaan yang lengkap esophagus, intestine dan anus. Cacing ini ditemukan dalam bentuk larva atau dewasa pada ikan air tawar dan air laut. biasanya Nematoda dewasa inang infeksi lambung dan intestinal ikan. namun ada juga yang hidup di rongga tubuh gonad dan otot seperti philonema dan philometra. Larvanya dapat ditemui pada hampir semua jaringan, contohnya yaitu dari genera. Philonema, centracaecum, Anisolis dan Spiroxys. Cacing : dapat merusak berbagai organ sebab gerakan migrasinya. Nematoda memiliki alat kelamin yang terpisah dan biasanya yang parasit pada ikan yaitu ovipar. Telur dilepaskan ke air, larva, arthropoda (inang perantara I), terus berkembang, dimakan ikan, dewasa dan kista (larva) dalam jaringan/rongga tubuh inang perantara II, ikan karnivor, burung, mamalia, hingga dewasa. Cacing ini dapat memicu tukak dan inflamasi, contoh : Camallamus.
Larva Eusfoongyloides sp, intestine dan p rongga pentoneal warna merah, kista. Camallus, cacing merah keluar dari anus. Munculnya penyakit udang biasanya adalah hasil interaksi yang tidak seimbang anatar tiga komponen yaitu inang yang lemah, patogen
yang ganas dan kualitas lingkungan yang memburuk. Kendala Penyakit dalam Budidaya Udang Windu (Parasit) Dapat memicu penurunan berat badan,
penurunan kualitas, kepekaan terhadap infeksi virus/bakteri dan beberapa parasit dapat memicu kemandulan (Bopyrid).
1. Parasit Protozoa
---Vorticelliasis
Golongan yang sering ditemukan menginfeksi ikan yaitu Vorticella sp. yang termasuk dalam klasifikasi Phylum Protozoa, Class Ciliata, Ordo Peritricha, Famili Vorticellidae, dan Genus Vorticella. Spesies yang berhasil diidentifikasi sebanyak 84 spesies.
Morfologi jenis ini termasuk senang hidup soliter, menempel dan kontraktil; bentuk seperti lonceng; tangkai pipih, silindris; area sekitar mulut (peristome) besar, bersilia; sel ada yang makro dan mikro nucleus; vakuola kontraktil 1- 2 buah dan sel bening kekunungan/kenijauan. Ukuran zooid yaitu panjang 38.00 ± 7.909μm; lebar 25.20 ± 4.970μm. Ukuran panselnya panjang 40.86 ± 9.442μm dan lebar 31.88 ± 8.709μm Ketiga parasit itu adalah parasit jenis fakultatif yang biasa ada dalam perairan terutama jika didukung faktor seperti : oksigen rendah (<3 ppm), bahan organik tinggi, padat tebar tinggi dan perubahan musim yang ekstrim.
---Zoothamniosis
Golongan ini yang sering ditemukan menginfeksi udang dan rumput laut yaitu Zoothamnium penaei. Jenis ini termasuk dalam Phylum Protozoa, Class Ciliata, Ordo Peritricha, Famili Vorticellidae, dan Genus Zoothamnium. Morfologi dari zootanium yaitu hidup berkoloni, jarang ditemukan sendiri, bewarna keputih-putihan, menempel dengan semacam akar dan batang (pedicle), pediclenya bercabang 2, kemudian dari 2 cabang 2 cabang menjadi 3. Zooid bersifat dimorph besar bentuk globuler, 1 koloni bentuk dan bentuknya sama. Inang parasit ini yaitu udang dan ikan baik air laut, payau, tawar semua stadia, namun tidak jarang ditemukan juga pada rumput laut dan kepiting.
Siklus Hidup dilakukan dengan pembelahan sel secara paralel dengan axis panjang tubuh, berasal dari satu batang 2 zooid yg bersilia
---Epistyliasis
Golongan yang ditemukan yaitu Epistylis sp yang termasuk dalam klasifikasi Phylum Protozoa, Class Oligohymenophorea, Ordo Peritricha, Famili
Epistylidae, dan Genus Epistylis. sedang spesiesnya cukup banyak, salah satunya yaitu E. mubellaria.
Morfologi dari parasit ini memiliki makronukleus kecil, bertangkai, tidak berkontraktil, selnya mampu berkontraksi, capsilia kecil-kecil berpasangan
mengandung benang melngkar, ukuran selnya panjang : 51.00 ± 2.00μm, Lebar : 25.00 ± 3.850μm Siklus Hidup : siklus hidup parasit ini sama dengan zoo. Induk semang parasit ini biasa ditemukan pada seluruh jenis ikan, kepiting, udang dan rumput laut. Siklus hidup: Zooid membelah secara transversal 2, 4, 8, dan seterusnya, untuk memprbesar koloni, berenang bebas
menempel, keadaan cocok berkemang biak lebih cepat, ½ - 1/2 jam tergantung jenis spesies.
2. Parasit Cacing
-Cacing Nematoda: Contracaecum sp., menyerang hepatopankreas udang yang hidup secara alamiah
-Cacing Cestoda, yaitu: Polypochepalus sp., bentuk cyste dari cacing ini ada dalam jaringan ikat di sepanjang syaraf bagian ventral. Dan Parachristianella monomegacantha, berparasit dalam jaringan intertubuler hepatopankreas.
-Cacing Trematoda: Opecoeloides sp., yang ditemukan pada dinding proventriculus dan usus.
3. Parasit Isopoda
Parasit ini dapat menghambat perkembangan alat reproduksi udang. Parasit ini menempel di area branchial insang (persambung antara insang dengan
tubuh udang), sehingga menghambat perkembangan gonad (sel telur) pada udang.
4. Penyakit Viral dan Bakteri
--- Vibriosis
Vibriosis yaitu salah satu masalah penyakit utama dalam kerang dan ikan budidaya yang banyak memicu kematian udang budidaya seluruh dunia , Bakteri ini termasuk gram negative, motil fakultatif anaerob dan termasuk dalam family Vibrionaceae. Bakteri ini biasa ditemukan menginfeksi golongan kustacea laut seperti udang. Vibrio dipenyebaran kan secara luas dalam budaya memfasilitasi seluruh dunia.Vibriosis dipicu oleh bakteri gram negatif dalam keluarga Vibrionaceae.
Wabah dapat terjadi saat faktor lingkungan mengalami perubahan yang berfluktuasi sebetulnya exoskeleton udang menjadi penghalang yang efektif terhadap patogen akan menembus permukaan luar krustasea, namun Vibrio spp. dapat masuk ke tubuh melalui luka di bagian exoskeleton atau pori-pori ,Bakteri ini adalah pathogen oppurtunistik saat tubuh inang mampu melakukan pertahanan lama untuk menekan perkembangbiakan nya Pada system intensif, shellfish, keadaan stress seperti padat penebaran yang tinggi dapat memicu naiknya serangan infeksi patogen. Infeksi bakteri vibrio juga dinamakan black shell disease, tail rot, septic hepatopancreatic necrosis, brown gill disease, swollen hindgut syndrome dan luminous bacterial disease atau bakteri berpendar.
Beberapa gejala yang menonjol saat udang terinfeksi bakteri vibio antara lain :
➜ Lemah ➜ kehilangan nafsu makan ➜ kehilangan warna tubuh dan adanya nekrosis pada hepatopancreas yang ditambah dengan clumping (kerusakan pada saluran pencernaan) ➜ adanya warna merah pada tubuh ➜ jaringan insang berwarna kekuningan ➜ adanya bintik putih pada otot abdominal ➜Melanisasi ➜ munculnya granulomatous encapsulation, necrosis dan inflammasi pada organ (lymphoid organ, insang, hati dan sebagainya) ➜ Luminescence atau berpendar.
---WSSV (White Spot Syndrome Virus)
Penyakit ini biasa ditemukan menginfeksi udang, kepiting dan rumput laut. Gejala yang menonjol yaitu munculnya bintik-bintik putih pada karapas udang atau kepiting dengan diameter 0,5-2 mm. Udang yang terinfeksi dalam keadaan lemah, berenang ke permukaan, kemudian mendekat ke pematang dan mati. Kematian yang dipicu virus ini bisa terjadi sangat
cepat biasanya hanya dalam waktu antara 3-5 harisejak gejala kematian pertama terlihat kematian dan kematian dapat mencapai 100%.pemicu penyakit WSSV yaitu virus SEMBV (Systemic Ectodermal and
Mesodermal Baculo Virus) yang adalah virus DNA (Dioxyribonucleic Acid),berbentuk batang (bacillifrom). Organ yang terinfeksi virus yaitu kaki renang, kaki jalan, insang, lambung, otot abdomen, gonad, intestinum, karapas, jantung sehingga memicu infeksi yang sistemik (menyeluruh). Stadia utama yang terinfeksi yaitu saat terjadi molting sebab karapas dalam keadaan lunak, sehingga memicu pola bercak saat sesudah molting sebab kerusakan sel ektodermal yang memicu penimbunan kalsium ke karapas terganggu.
Beberapa faktor lingkungan yang mendukung terjadinya peningkatan serangan virus ini yaitu :
Kadar oksigen rendah. Terjadi fluktuasi pH harian yang besar. Rendahnya suhu air. Turun hujan secara mendadak. Blooming fitoplankton yang akhirnya mengalami kematian secara mendadak,ini memicu terjadinya perubahan pada kualitas air,pengaturan makanan yang kurang baik.Penularan virus ini bisa melalui organism liar di dalam tambak seperti
kepiting, cacing, kerang-kerangan, ikan liar bahkan udang yang terinfeksi mati yang kemudian di makan oleh udang yang sehat. Beberapa hama yang
menjadi carier virus ini yaitu kerang bakau/temburung
(Thelescosium thleskium) .
5. Penyakit Pada Rumput Laut
Beberapa penyakit yang biasa ditemukan pada budidaya rumput laut antara lain :
-Penyakit tip discoloration biasanya dipicu sebab adanya paparan udara dari musim dan keadaan perairan yang buruk.
- Penyakit epiphytism dan algal parasitism penyakit ini dipicu sebab adanya serangan hama atau serangga yang merusak thallus. adanya alga alga berpigmen (Rhodophytes), memicu gerakan air menjadi lambat
atau air menjadi keruh yang memicu berkurangnya pasokan oksigen. bila pada budidaya udang, terlihat adanya bercak putih pada bagian kepala, atau kaki ini mungkin dipicu oleh parasit atau jamur. Diagnosa
secara tepat diperlukan sebab berkaitan dengan penanggulangannya. Parasit yang biasa ditemukan pada diagnosa di atas yaitu jenis protozoa, ciliata yaitu
Vorticela. Vorticella biasanya muncul pada keadaan perairan yang buruk dan kadang ditemukan pada udang liar, namun kadang gejala terinfestasi parasit itu hilang sesudah udang molting sebab biasanya
Vorticela ini memicu ekor udang gripis dan permukaan tubuh udang muncul bercak-bercak putih. Jika udang yang sudah terinfestasi parasit pada bagian kepala dan tubuh, kemungkinan udang akan mengalami kekurangan kemampuan untuk makan sehingga memicu kelaparan. Parasit yang menginfeksi udang biasanya ditemukan hampir sama dengan parasit-parasit yang menginfeksi ikan air laut. Jenis-jenisnya pun beragam baik protozoa, golongan krustacea, nematoda.
-Penyakit ice-ice , penyakit ini menyerang bagian thallus yang memicu warna memudar, pucat dan thallus menjadi rapuh mudah patah. penyakit ini dipicu oleh beberapa patogen yang menginfeksi secara bersamaan. beberapa patogen yaitu Vibrio, Aeromonas, Pseudomonas, parasit Vorticella, Zoothamnium, Oodonium, Trichodina. , faktor lingkungan seperti arus, suhu dan kecerahan perairan menjadi faktor pemicu penyakit ini.
-Penyakit pitting terjadi pada lapisan korteks dimana rongga terbentuk sebab adanya luka.
- Penyakit tip darkening biasanya sebab dipicu usia rumput laut yang sudah tua didukung juga dengan cuaca dingin yang memicu warna rumput laut pucat atau kusam.
A.. Kelainan Akibat Polusi Logam Berat
banyak aspek kehidupan yang dapat menjadi sumber polusi logam berat yaitu bidang pertambangan, pertanian, kegiatan kehutanan, pembuangan sampah.
Bahan yang termasuk logam berat bahaya antara lain Cd, Cu, Hg dan Zn. Bahaya sebab dapat bersifat alergi, mutagen dan kankerogens. keadaan dan adanya bahan-bahan itu tergantung pada keadaan perairan seperti pH, suhu, komposisis ion, alkalinitas, konsentrasi bahan-bahan organic yang tertumpukan dalam tubuh ikan. adanya logam berat dalam air tergantung pada kualitas air, seperti pH, salinitas, suhu dan keberdaan bahan organik. contoh nya zat Hg, bentuk ion dapat masuk ke dalam epithelial membran, dimana prosesnya dipengaruhi oleh:
-Salinitas berpengaruh terhadap ginjal dan hepatopankreas. Jalur dan mekanisme penyerap[an logam berat dalam tubuh ikan masuk dalam tubuh
melalui insang (pernafasan), usus (pencernaan) dan kulit (pengangkutan atau penyerapan). Penyerapan dan masuknya logam berat ke dalam tubuh organisme
tergantung kualitas air, aktifitas metabolisme, tahap perkembangbiakan , bentuk adanya logam berat, hubungan logam berat dan transportasi protein dan penyerapan ion lain. Bahan Cd dan Zn memicu terganggunya penyerapan/metabolisme calcium pada ikan. sedang Gabungan Ca, Cd dan Zn di ikan air tawar mengganggu kerja sel chloride insang Tingkat racun Cd, Cu, Zn dan Hg pada jalur yang berbeda. contoh nya Ca
dapat mempengaruhi tingkat toksisitas dari Cd namun bila bertemu dengan Zn maka toxisitasnya akan menurun. Penyebaran masing logam berat berbeda
pada organ ikan. Tergantung pada kebutuhan nutrisi (Cu dan Zn) dan daya tarik menarik dalam sistem. Logam Cd sangat berhubungan dengan keadaan
jaringan (Nethyil Hg).efek logam berat pada ikan dapat dilihat pada histologi jaringan dan sel ikan, haemotologi (imajinasi darah), komposisi plasma, enzimatik, reproduktif dan perilaku dan kebiasaan hidup.
- Kadmium (Cd)di perairan dapat mempengaruhi metabolisme Ca dalam tubuh, terjadinya peningkatan produksi sel mukus di usus dan insang, peningkatan produsi sel chloride di bagian epithel operkular, menghambat kerja alkaline phosphate dan Ca ATP ase, meningkatkan aktifitas ALA-D, memicu kerusakan pada proximal tubuli Pembelahan mitokondria dan
reticulum endoplasmite, memicu kecacatan pada vertebrata, negrosis cel lobule boundary, haemorrhage, oedema pada yolk absorbsion, perkembangbiakan
tidak sempurna pada sirip ekor.
-Merkury (Hg) di perairan dapat memicu peningkatan produksi .mukus, negrosis pada sel epithel, hiperplasia epithel, terhambatnya kerja aktifitas Na-K-ATPase, embrio, kelangsungan hidup menurun dan percepatan
penetasan telur.
-adanya zat Zn pada lingkungan dapat berefek pada morfologi insang ikan yang akhirnya mempengaruhi sel cholid, rusaknya lamella sekunder insang, sel darah, memicu menurunnya peredaran O2 dalam darah,
terhambatnya kerja enzim Ca-ATPase, menurunnya pH darah, rendahnya pengambilan O2 pada hati, feeding rate menurun, menurunnya sintasan dan HR (Hatching Rate).
-Tembaga (Cu) di perairan dapat memicu kelainan pada morfologi insang, kerusakannya dapt berupa rusaknya lamella sekunder insang, hilangnya atau berkurangnya sel khusus di insang, penurunan sel mukus dan peningkatan sel choride di insang, memicu chemoreceptor dan mechanyoreceptor dan mempengaruhi nperilaku , memicu lesi pada epitelium dan kerusakan pada organ penciuman. efek lain dari daya racun Cu terhadap proses fisiologis dalam tubuh
biota akuatik yaitu mempengaruhi konsumsi O2, penurunan produksi antibodi, penurunan osmolaritas plasma Na, mengganggu pertukaran ion transepithelium, penghambatan kerja Na-K-ATPase dan penurunan Lematocrit dan seru protein (Corticol), mempengaruhi rendahnya perkembangbiakan reprodusi, produksi telur, spawning, penetasan telur, penetasan prematur, sintasan, sirip punggung tidak tumbuh.
- Bahan logam dapat digolongkan menjadi 3 ion, yaitu: logam dalam air yang sederhana; ion logam komplek dengan anorganik; dan ion logam komplek dengan bahan organik seperti asam amino,asam.
-Logam berat dan suhu tinggi memicu ketahanan hidup rendah dibandingkan hanya pada suhu rendah. Peningkatan toxicity dari logam berat memicu penuingkatan cairan membran dan peningkatan aktifitas enzim.
- Kesadahan berpengaruh terhadap tingkat racun logam berat (terutama Cu) dengan bentuk karbonat atau dengan penyerapan pada CaO2. Cu dan Mg
berlomba dengan ion atau logam berat dalam aktif di jaringan ikan dan ini berefek terhadap tingkat racun logam berta. Kesadahan tinggi tingkat racun logam berat tinggi.
B.Kelainan Akibat Keadaan Lingkungan
biasanya penyakit non-parasiter dipicu sebab keadaan lingkungan tempat ikan/biota hidup. Masalah bisa muncul sebab :
1. makanan ,Frekwensi dan kualitas dan kuantitas makanan yang diberikan. Penyakit yang dipicu oleh makanan ini berbagai macam terkait dengan bahan beracun pada makanan contohnya Swimbladder inflation, perkembangan gel renang sensitif terhadap bahan toxic ,dan kualitas dari indikator lingkungan secara biasa,
2. Genetik,Kelainan yang tejadi dalam sistem budidaya dapat terjadi sebab turunan bila keragaman genotip menjadi pemicu nya ,Penyakit infeksius dan kontaminan pada sumber air ini memicu kelainan pada
patologi
3. Faktor .Kelainan yang terlihat kadang menyulitkan aquaculturis menentukan pemicu utama sebab banyaknya faktor yang berpengaruh, contohnya
kelainan operkulum ikan dipicu penyakit infeksi yang memicu operkulum terbuka dan tidak bisa menutup. Faktor kimia air juga bisa memicu ini .Kelainan atau ketidaknormalan pada ikan yang dipicu oleh bahan-bahan non parasiter dapat berupa:
4. pengaturan kolam strategis tergantung pada ukuran kolam, treatmen yang dilakukan pada kolam/adanya bahan organic dan anorganik dan komponen kimia,
5.Kedalaman kolam ini berkaitan dengan masukan dan adanya oksigen yang berefek /sensitive pada perkembangbiakan ikan-ikan muda (juvenile). Contohnya yaitu larva diurnal bentik yang berada di area termoklin bermigrasi ke area dingin, ini terkait dengan keberadan oksigen, banyak mengalami kematian.
-perkembangbiakan tidak normal/ kelainan bentuk pada tulang belakang perkembangbiakan tidak normal atau kelainan pada bentuk tulang belakang ikan sering ditemui, pemicu nya bisa dipicu oleh faktor infeksi atau non infeksi. Bentuk-bentuk kelainan itu dapat dalam bentuk scoliosisi, lordosisi. Scoliosis/lordosis adalah kelainan bentuk pada cabang lengkung tulang
belakang keadaan Scoliosis/Lordosis dapat memicu
kematian pada beberapa peristiwa . Faktor pemicu penyakit ini dapat dipicu oleh makanan (kekurangan nutrisi/malnutrisi) atau masalah lingkungan.
- Scoliosis/lordosis juga dapat dipicu oleh adanya infeksi patogen seperti virus, jamur, protozoa dan bakteri. Infeksi dari Myxobolus buri dapat memicu kelainan pada bagian spinal ikan.
-Treatmen Pencegahan Penyakit,saat pemakaian bahan antibakterial untuk mencegah terinfeksinya
telur oleh bakteri, juga dapat memicu Scoliosis/lordosis pada benih.
-Malnutrisi ,Penyakit yang dipicu sebab kekurangan nutrisi dalam makanan seperti, vitamin, mineral, protein, karbohidrat dan lemak. Contoh penyakit mal
nutrisi contoh nya ikan kekurangan asam amino,seperti tryptophan, kekuranganvitamin C. Pemberian vitamin C bisa membantu penyembuhan. Kekurangan nutrisi dalam makanan dapat memicu ikan mengalami kelainan pada tulang belakang seperti scoliosisi/lordosis. Sebanyak 45 % ikan mengalami Scoliosis
dan Lordosis pada budidaya Chanlel clatfish yang diberi makanan kurang Vitamin C dan hanya 39 % pada ikan kendali yang diberi makanan kandungan Vitamin C
- Kelainan pada Kulit,Terjadi pigmentasi pada kulit yang terjadi saat metamorphosis pada juvenil, biasanya terjadi pada kukltur intensif, malnutisi (kekurangna Vitamin . Logam berat meyebabkan albino pada chanlel catfish
-Kelianan pada mata dapat berupa, mata menonjol, mata mengalami pendarahan, mata mengkerut atau perkembangbiakan mata tidak normal. Faktorfaktor pemicu nya yaitu sebab faktor genetik dan makanan .
-Kelainan bentuk ini sebab faktor pencahayaan yang kurang, suhu dan salinitas pH , Suhu berpengaruh melalui cara yaitu: Larva hidup dalam lingkungan perairan dimana suhunya optimal Suhu shock meningkatkan kelainan pada spinal, saat adanya peningkatan atau penurunan yang mendadak pada suhu air dalam konisi tahap Kritis. Awal perkembangbiakan dapat menyebkan 100% embrio mengalami scoliosis. Suhu yang tinggi dapat memicu permukaan organ sistem menjadi asynchronous dan ini adalah ketidaknormalan . Selain suhu, adanya bahan polutan dalam perairan juga bisa menjadi
faktor pemicu terjadinya Scoliosis. Bahan polutan yang dapat memicu kelainan itu antara lain Zin C, organochlorine, organophospate, logam berat dan pestisida, dan fungisida (Malacvhite greeen)
-Kelainan Pada Kepala dan Rahang
Ikan budidaya maupun ikan di perairan biasa sering ditemukan mengalami kelainan pada bagian kepala dan rahang. keadaan itu dipicu suhu dan keadaan penerangan atau cahaya,Contohnya yaitu ikan Atlantic halibut (Hippoglossus hiplooglosus L).
-Kelainan pada bagian sirip ikan ditemukan yang dipicu oleh faktor kimia dan fisika air, genetik faktor, infeksi/luka, termal shock, kekurangan vitamin C memicu kelainan pada ekor.
- Kelainan bagian insang ikan memicu melemahnya/ melembeknya cartilage insang yang menandakan adanya penyimpanan pada filament insang. Kelainan pada insang dapat dipicu oleh faktor di bawah ini : genetik, lingkungan, mal nutrisi dan kekurangan Vitamin C.