mimpi 1

Tampilkan postingan dengan label mimpi 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label mimpi 1. Tampilkan semua postingan

mimpi 1







MIMPI bagian 1


Mimpi yaitu pengalaman psikologis yang terjadi dalam tidur manusia. Mimpi menandakan bagaimana otak manusia yang tidak terhubung dengan lingkungan sekitarnya itu dapat mengalami keadaan dunia sadar dengan sendirinya Mimpi terjadi dengan munculnya imajinasi, ide, emosi, dan rasa yang terjadi di luar kendali mahluk hidup dalam keadaan tidurnya Dari segi fenomenologis, hal yang paling mencolok dari pengalaman kesadaran dalam keadaan tidur yaitu sedemikian miripnya dunia yang muncul dalam mimpi dengan keadaan nyata saat tidak-tidur  . Dari pandangan neurosains sendiri, mimpi menandakan fungsi otak yang terjadi seperti halnya keadaan sadar dalam keadaan mimpi. Dalam kerangka psikiatri, mimpi menjadi pembebasan atas tekanan yang terjadi pada jiwa manusia dari ketegangan material kehidupan nyatanya. hubungan mimpi dengan keadaan kejiwaan pada gagasan mimpi dari psikiatri mengacu pada keadaan psikopatologis mahluk hidup dengan penyimpangan  yang menandakan kegilaan.Dalam pandangan Hobson  mimpi mengikutsertakan anggapan dan  kepercayaan   . anggapan mengalami penyimpangan fungsinya dalam mimpi di mana pengalaman yang diterima pada nyatanya tidak benar-benar terjadi. 
Kepercayaan terlibat dalam hal bagaimana  dipercayai sebagai oleh individu yang bermimpi dan pada nyatanya  bukanlah seperti yang dipercaya dalam mimpi itu.  anggapan dan kepercayaan yang muncul dalam mimpi yaitu hasil spontanitas dari kegiatan otak yang acak. Pandangan ortodoks Freudian tentang mimpi masih memandang ini sebagai wujud  kegiatan mental yang lebih tinggi , Pandangan lain  dari Walton mengungkapkan bagaimana mimpi memiliki pola seperti permainan memicu percaya  yang memiliki sifat  representasional di mana mahluk hidup tidak menyadari bahwa yang dialaminya  hanyalah fiksi belaka. Seperti yang diungkapkan Descartes tentang pemimpi 
yang mempercayai hal-hal fiksi dalam mimpi mereka seperti yang diimajinasikannya, bukan yang diinginkannya. Mimpi menjadi suatu fenomena kesadaran manusia dalam keadaan tidurnya yang di dalamnya terjadi hal yang 
analog dengan keadaan sadar manusia itu sendiri. 
Sebagai wujud  manifestasi dari kesadaran   dalam keadaan tidak sadar (tidak sadar) atau tertidur dari mimpi, pikiran mejadi bahasan pusat untuk dapat mengaitkan bagaimana relasi manifestasi itu dapat terjadi. Dalam kerangka epistemologi, bahasan pikiran yang berurusan dengan pengetahuan 
diawali dengan pertanyaan kunci:  Apa yang bisa kita tahu?  Serta dengan lebih jauh mengikutsertakan logika untuk validitas pengetahuan yang diperoleh melalui media 
bahasa dan rasio. Refleksi filosofis tentang pikiran dimulai dengan fakta yang tidak pernah usai tentang kapasitasnya untuk menghasilkan rasa, pemikiran  , emosi, anggapan,  segala hal yang tidak memiliki kualitas fisik. Sebagai mahluk hidup dari kesadaran, pikiran memiliki wujud  fenomenologis, seperti yang terjadi pada saat membayangkan rasa sakit atau berimajinasi memakan buah . keadaan itu jelas tidak memiliki kualitas fisik, namun kualitas fenomenal jelas terjadi dalam wujud  proyeksi dari kualitas fisik itu
 pengertian itu mengacu pada dualisme 
Cartesian yang membagi kualitas pikiran-fisik. Descartes mengungkapkan bahwa pikiran yaitu jiwa yang immaterial, substansi dari esensi kesadaran. Semua atribut pikiran yaitu esensi ekspresif dari wujud  kesadaran mental. Secara 
kontras, semua substansi material yaitu kualitas fisik untuk fisik, ekstensifikasi dari ekspresi, dan esensi ketubuhan. maka , substansi mental dan fisik serta atribut-atributnya memiliki jarak yang menonjol.Secara metafisis, pikiran menjadi aspek asli   dari kenyataan sebagai dasar observasi dan aksi. Pandangan ini mendapat kritik dengan pertanyaan:  Apakah kesadaran manusia dapat dijelaskan hanya berdasar proses material 
dan asli  itu?  artinya, apakah otak fisik itu sendiri memiliki peran penting bagi kesadaran atau ada kualitas immaterial lain yang juga 
ikut terlibat. gagasan tradisional dari pandangan religius menjawab melalui afirmasi bahwa memang ada sisi supernatural yang immaterial dari pikiran. Namun, penelitian ilmiah terus menyelidiki penjelasan ilmiah dari segi material pikirandan kesadaran. John Searle mengungkapkan bagaimana kegiatan dan proses mental yaitu bagian dari sejarah alami biologis manusia seperti halnya pencernaan, pembelahan-diri sel , atau produksi enzim ,Namun tendensi Searle sendiri bukan kepada naturalisme biologis, 
karena menurutnya penjelasan neurokeilmiahan tentang proses ilmiah proses mental mengurangi masalah pikiran pada fenomena fisik. Dualisme sendiri memiliki kesalahan pada inkonsistensi penjelasan fisik atas fisik yang memicu pikiran
sendiri tidak sedemikian lebih superior pengaruhnya dibandingkan fisik secara fisik. Alternatif dari  Searle yaitu dengan dualisme konseptual  yang mengambil pandangan penting dari segi  fisik  sebagai  non-mental  dan  mental  sebagai  non-fisik.  Pandangan ini mengakomodir 
baik dualisme dan materialisme dengan materialisme itu sendiri sebagai wujud   dualisme lanjutan. artinya, konsistensi dualisme akan mengarah pada materialisme melalui oposisi kualitas mental dan fisik itu. pikiran menjadi 
fenomena dari mental manusia yang menandakan kompleksitas proses non-fisik yang melahirkan manifestasi dalam aspek fisik. hubungan pikiran dan fisik terjadi pada fenomena referensial mental dan fisik yang terjadi dalam proses mental 
dengan kualitas fisik. ini pun mengafirmasi pengertian Searle tentang dualisme konseptual yang mengakomodir ketegangan antara dualisme 
dan materialisme tanpa harus terjebak pada reduksionisme dalam menentukan posisi dalam perdebatan filosofi pikiran pengertian pikiran yang dikomparasikan juga dengan fisik dari segi  konseptualnya berimplikasi pada kualitas kesadaran. Kualitas kesadaran mahlukhidup
yang muncul secara fenomenologis dinamakan sebagai qualia.   terminologi  qualia  familiar dalam artian bagaimana hal-hal terlihat bagi kita ,Melalui contoh, bagaimana susu terlihat dalam gelas pada saat matahari tenggelam; bagaimana ini terlihat  pandangan personal yang mahlukhidup dan partikular terhadap segelas susu itu yaitu quale dari pengalaman visual mahluk hidup pada saat tertentu ,Bagaimana rasa susu menjadi quale pengecap/perasa  serta bagaimana terdengarnya suara susu saat diminum menjadi quale auditoris. Variasi dari  atribut pengalaman sadar   ini yaitu 
contoh   dari qualia . Terkait dengan sudut pandang mahlukhidup dari qualia, kualitas kesadaran ini tidak bisa direduksi menjadi aksi  yang dapat diadaptasi dengan perspektif orang ketiga, Melalui Searle, kritik atas qualia dari materialisme dijelaskan melalui perspektif orang pertama yang mutlak dalam pengalaman fenomena mental ini. itu juga menjadi dasar bagi kritik atas gagasan other-pikiran dari Thomas Nagel dalam karyanya   yang   mengangkat masalah pikiran dari sudut pandang  Bagaimana rasanya menjadi  . Nagel mengangkat argumen yang sepenuhnya mendasar pada penjelasan neurophysiological dari cara kerja otak kelelawar ,
Namun, melalui penjelasan neurophysiological yang mendasar pada pengetahuan objektif  itu, akses atau pengertian atas qualia kelelawar masih belum terpenuhi. itu juga menandakan tidak diperlukannya  logika atas pengalaman mahlukhidup yang memiliki satu sumber stimulus. maka, kualitas kesadaran dari pikiran dalam wujud  qualia menjadi imajinasi  atas bagaimana mahluk hidup menerima stimuli baik indrawi (secara fisik dalam melihat warna, merasakan wujud  atau mengecap rasa) maupun non-indrawi  memori, 
emosi, mood, dan lain lain  yang terjadi secara mahluk hiduptif.Terkait dengan masalah mimpi, pikiran, dan qualia, pemilihan topik yang  diambil oleh penulis mempertimbangkan ketertarikannya pada studi kesadaran  yang memiliki salah satu akar masalah pada kualitas tidak nyatanya dalam wujud  qualia. Dalam konteks mimpi sendiri, penulis memiliki passion atas pemikiranpemikiran psikoanalisa Sigmund Freud yang bersifat konseptual dan aplikatif. Berbeda dengan bahasan inti dari psikoanalisa Freud yang mengangkat sisi 
kejiwaan manusia, bahasan mimpi dari Freud ini diangkat terkait sisi aplikatifnya .untuk diimplementasikan dengan bahasan pikiran. Penulisan ilmiah ini, dalam komparasinya dengan tulisan ilmiah lain yang sudah ada, sejauh yang ditelusuri masih sebatas membahas pandangan Freud sendiri atas interpretasi mimpi dan masalah qualia dalam filosofi pikiran secara deskriptif. Perspektif baru yang  diangkat penulis dari masalah mimpi, pikiran, dan qualia dengan cara yang kolaboratif yaitu dengan menandakan mimpi sebagai kualitas kesadaran atau qualia dalam filosofi pikiran yang memungkinkan untuk dicapai melalui metode interpretasi dan sintesis teori dan konsep  masalah mimpi menjadi fenemona kesadaran manusia dari keadaan tidurnya dalam wujud  imajinasi, ide, emosi, dan rasa bersifat analog dengan keadaan tidaktidurnya  . Mimpi diterima mahluk hidup sebagai pengalaman yang terjadi  saat tertidur. wujud  pengalaman itu dapat berisi rasa, pemikiran  dan lain lain. yang tersusun secara naratif dalam wujud  petualangan seperti halnya pengalaman dalam keadaan sadar,meskipun pada beberapa masalah mahluk hidup tidak menyadari narasinya .Pemikiran  , aksi  , tingkah laku  ,  hal-hal lain yang berasosiasi dengan kesadaran memiliki wujud  yang berbeda dalam keadaan mimpi.pengertian mimpi yang diungkapkan Dennet itu memiliki kaitan dengan interpretasi mimpi yang dijelaskan Sigmund Freud. Freud mengatakan bahwa interpretasi terhadap mimpi secara psikologis dapat mengungkapkan arti srtuktural dari keadaan mental dalam keadaan terjaga . Terkait dengan sisi  analitis dari psikoanalisa itu sendiri, interpretasi mimpi Freud ini memiliki sisi  filosofis yang lebih dari sekedar wujud  penyelidikan fisis dari mimpi sebagai .gejala mental. Dalam merumuskan gagasan mimpi, Freud memakai masalahmasalah histeria dari pasiennya yang memiliki kecenderungan kelainan keadaan mental. berdasar keadaan itu dapat ditemukan pula solusi bagi masalah  yang dihadapi. ‘Interpretasi’ identik dengan memberikan arti terhadap sesuatu. Dalam interpretasi mimpi dari Freud, interpretasi lebih berupa penyesuaian terhadap rantai keadaan mental yang memiliki hubungan satu sama lainnya. Freud    mengungkapkan bagaimana mimpi yang paling tidak dapat diungkapkan cenderung memiliki penonjolan yang besar. berdasar hal itu, setiap mimpi memiliki arti,   yang tersembunyi sekalipun. Mimpi yaitu proses pikiran dalam wujud  lain yang pengartiannya dapat dilakukan dengan
membalik proses substitusinya (pikiran dengan mimpi dalam keadaan mimpi dan mimpi dengan keadaan pikiran atau mental mahluk hidup dalam interpretasinya). Freud membagi 2 metode berbeda dalam melakukan interpretasi mimpi, yaitu: pertama, metode yang menganggap mimpi sebagai keseluruhan dan mencari pengganti yang dalam beberapa aspek bersifat analog dengan yang asli. Metode ini yaitu interpretasi mimpi ‘simbolik’ yang dipakai untuk mengartikan mimpi yang   sulit diungkapkan mahluk hidup,  juga membingungkan; kedua, dikenal sebagai metode ‘dekoding’ yang caranya mirip dengan konsep kriptografi dalam menerjemahkan tanda  dengan artian tertentu yang diketahui. Metode ini cenderung mekanistik dengan lebih memperhatikan tanda-tanda yang dikenal oleh mahluk hidup yang bersifat  bereferensi pada kehidupan nyata mahluk hidup yang bermimpi sendiri. Freud meyakini dua metode itu tidak sepenuhnya ilmiah dan tidak terlepas  dari perhitungan relatif yang sulit diperhitungkan kualifikasinya  Namun bagi Freud, mimpi tetap memiliki peranan yang penting dalam melihat keadaan mental manusia sehingga metode ilmiah untuk mengartikannya sangat dimungkinkan.
Relasi antara mimpi dan kesadaran dalam wujud  qualia dapat dikajimelalui interpretasi mimpi Freud.
berdasar permasalahan yang telah diungkapkan, maka pertanyaan penelitian mengacu pada:
1. Apakah mimpi yaitu salah satu wujud  qualia dari kesadaran  ? Apa yang dimaksud qualia sebagai kualitas kesadaran   dari pikiran? 
3. berdasar pertanyaan 1 & 2, apakah pemikiran Freud tentang interpretasi mimpi dapat mengatakan mimpi itu sendiri sebagai 
kualitas kesadaran/qualia? .Kerangka teoritis yang akan dipakai  dalam menyelidiki masalah mimpi, yang   yaitu pemikiran Sigmund Freud yang mendasar pada psikoanalisa. Freud tidak menciptakan sendiri ide kesadaran   versus tidak sadar, namun ia menjadikannya populer.  pikiran yaitu kesadaran kita pada saat-saat partikular, anggapan saat ini, memori, pemikiran, fantasi, perasaan, dan lain sebagainya. Preconscious melekat pada kesadaran / 'memori yang tersedia'  atau segala hal yang dapat disadari, seperti  memori yang tidak dipikirkan pada saat tertentu, namun dapat segera diingat Conscious dan tidak sadar, bagi Freud, yaitu bagian terkecil dari lapisan pikiran. Bagian terbesar yaitu tidak sadar yang terkandung di dalamnya segala hal yang tidak dengan mudah dapat disadari, termasuk banyak hal terkait asalnya yang berada pada lapisan ini yang menjadi sumber motivasi kita, mulai dari keinginan untuk makan atau seks, kompulsif neurotis , serta berbagai motif atas apa yang kita lakukan, namun tidak dapat kita lihat begitu saja, seperti memori atau emosi terkait traumatis.Kajian tentang mimpi harus mengikutsertakan otoritas mahluk hidup dalam prosesnya sebagai referensi interpretasi   mimpi terkait. Mimpi mengungkapkan banyak fakta biologis tentang manusia dan hanya dengan mahluk hidup yang bebas hal itu dapat lebih jauh dikaji. Meskipun perlu dipertimbangkan pula berbagai ambiguitas dalam imajinasi yang dialami mahluk hidup dalam bermimpi. Hal   
yang ingin ditunjukkan oleh Freud yaitu bagaimana mimpi manusia menjadi  proyeksi atas keadaan mentalnya. Mimpi diyakini terjadi karena kurangnya kemampuan mahluk hidup untuk bersikap sesuai keinginan dan tujuannya. Namun itu  tidak menandakan ekuivalensi antara pengalaman yang dialami dalam keadaan 
terjaga dan keadaan bermimpi. Ekuivalensi wujud  pengalaman dari keadaan terjaga dan tertidur diperlukan evaluasi terhadap pengalaman terjaga secara retrospektif sama halnya dengan pengalaman mimpi juga dievaluasi. Berbagai 
pengalaman yang terjadi dalam mimpi lebih bersifat lepas dalam wujud  keputusan dan tetap mengandung wujud  kesadaran mahluk hidup yang umum dan emosional ( mirip dengan keadaannya terjaga).Kajian mendasar dari kesadaran melalui mimpi dalam wujud  
interpretasinya yaitu wujud  analisa atas keadaan mental manusia sendiri sebagai mahluk hidup yang independen. Lain  dengan  Kant bahwa manusia telah memiliki  modal  pengetahuan  apriori tentang  nilai-nilai serta wujud  keputusannya  dalam wujud  kategori,pengertian mendalam dari psikoanalisa Freud terhadap kesadaran manusia melalui interpretasi atas keadaan mimpinya menandakan adanya keterpisahan antara apa yang dimiliki mahluk hidup sebagai identitas dari dirinya yang tidak lepas dari  pengaruh lingkungannya serta memiliki wujud  yang sublim saat kesadaran bertransformasi dalam keadaan mimpi. Berangkat dari teori Freud yang berawal  dari masalah kelainan mental manusia, hal yang perhatikan dalam interpretasi mimpi lebih berkaitan dengan keadaan mental yang mengindikasikan gangguan 
dari wujud  keadaan normalnya. berdasar hal itu, mimpi menjadi media bagi Freud untuk lebih jauh menggali keseluruhan wujud  mental mahluk hidup lebih dari  sekedar wujud  kesadaran yang disengajanya ,pengertian tentang mental yang juga dikenal dengan terminologi pikiran dalam kerangka psikoanalisa Freud menjadi bagian dari interpretasi mimpi untuk dapat dimengerti, Mendasar pada mental sebagai tatanan tidak nyata 
dari manusia yang berupa proses, mimpi menjadi bagian dari imajinasi proses yang ditunjuk itu. Proses itu menjadi imajinasi bahwa mental manusia  menandakan kegiatannya meskipun keadaan yang terjadi berupa tidak sadar. Teori dualisme konseptual dipakai sebagai kerangka dasar pengertian kesadaran , Dualisme konseptual dari Searle ini berangkat dari
perdebatan panjang antara dualisme dan monisme Fenomena pikiran tidak terlepas dari bahasan kesadaran   yang sekalipun dalam kehidupan sehari-hari mahluk hidup  tidak menyadari keadaan kesadarannya  sendiri, namun keadaan tidak-sadar (tidak sadar) itu hanya dapat disadari melalui kesadaran  . berdasar hal itu, kesadaran menjadi prinsip  dalam pemakaian konsep filosofi pikiran Kesadaran itu muncul dalam kenyataan yang dalam satu keadaan bersifat objektif dengan media bahasa (orang ketiga), Searle mengungkapkan bagaimana sebagian 
wujud  kenyataan yaitu mahlukhidupdengan argumen epistemologis dan ontologis. Secara epistemologis, perbedaan objektif-mahlukhidup menandakan perbedaan antara wujud  nilai-nilai khusus personal dari mahluk hidup seperti sudut pandang, emosi, dan prasangka. Secara ontologis, perbedaan objektif-mahlukhidup menandakan perbedaan kualitas empiris kenyataan. berdasar perbandingan itu, pandangan tentang perspektif orang pertama sebagai dasar mahluk hidup dan orang ketiga untuk objektivitas dapat terakomodir. ini juga menjadi dasar untuk bahasan kualitas kesadaran mahlukhidup tentang qualia. Pengakomodiran Searle terhadap dua konsep yang menjadi tesis dan anti-tesis   dalam perdebatan philosophy  pikiran dilakukan melalui dualisme konseptual.Untuk masalah qualia, kualitas kesadaran kembali mengacu pada teori dan 
konsep yang dipakai dalam lingkup philosophy  pikiran dari Searle. Searle mengatakan bahwa qualia yaitu kualitas mental khusus saat mahluk hidup menerima stimuli indrawi, seperti saat melihat warna merah atau merasakan sakit punggung. Kualitas itu tidak tergambarkan secara fisik, namun mahluk hidup yang mengalaminya dapat mengatakan hubungan kausal yang
menghasilkan kualitas kesadaran dalam wujud  qualia itu. pengertian teoritis dari qualia diafirmasi oleh Frank Jackson  yang mengungkapkan bahwa qualia tidak dapat terhindarkan sebagai kualitas kesadaran manusia.
Melalui argumen pengetahuan dan modalitas, Jackson mengatakan qualia sebagai 
kualitas yang bersifat mahlukhidup  kemampuan mahluk hidup menerima stimuli indrawi 
yang dilanjutkan sebagai modal untuk penjelasan yang kualitasnya bersifat fisik. gagasan tentang qualia ini menjadi dasar bagaimana penerapan teori dapat dicampur dengan pengertian mimpi secara konseptual dan teoritis dari Sigmund Freud.
Ketiga konsep itu (mimpi, kesadaran, dan qualia) menjadi teori dan  konsep dasar penulisan ilmiah ini dengan kolaborasi konseptual yang bersifat 
sintesis. Mimpi menjadi entitas yang dikomparasikan sebagai kualitas kesadaran atau qualia. Sebagai sisi yang akan diafirmasi, kualitas 
kesadaran atau qualia dalam philosophy  pikiran dipakai gagasan yang sejalan dengan penjelasan konseptual dan teoritis dari mimpi, yaitu dualisme. 
berdasar hal itu, hubungan antara mimpi dan kesadaran dijelaskan melalui kualitasnya yang dinamakan qualia. maka ,  ini mengacu pada tiga teori dan konsep itu.menjawab bahasan  
Mengetahui bahwa mimpi yaitu salah satu wujud  qualia dari kesadaran. Mengetahui qualia sebagai kualitas kesadaran.Mengetahui bahwa pemikiran Freud tentang interpretasi mimpi dapat mengatakan mimpi itu sendiri sebagai kualitas kesadaran/qualia. berdasar  pada pertanyaan itu kegunaan  konseptual dan teoritis penelitian ini yaitu: Menjadi referensi teoritis atas pengertian qualia sebagai kualitas kesadaran dalam kerangka philosophy  pikiran. Menjadi referensi atas pengertian konseptual tentang mimpi 
sebagai wujud  qualia dari kesadaran. Menjadi referensi bahasan psikoanalisa melalui interpretasi mimpi ,Freud  mengatakan mimpi itu sendiri sebagai kualitas kesadaran/qualia.  ini  memberikan pandangan baru melalui kolaborasinya dengan psikoanalisa. Dari segi substansi, bahasan tentang psikoanalisa masih terbatas referensinya, juga bertujuan menambah rujukan bahasan psikoanalisa yang dicampur dengan gagasan kesadaran dari philosophy 
pikiran. Interpretasi mimpi dari Freud  yaitu studi aplikatif dapat menjadi rujukan baru bagi pengertian psikoanalisa. Substansi yang disampaikan itu  bertujuan  untuk masalah  nyata terkait psikoanalisa, kesadaran, dan mimpi yang dapat membantu pengertian secara konseptual.Penelitian  dilakukan dengan metode penelusuran literatur/studi pustaka yang disintesiskan dengan metode kritis reflektif dan interpretasi. Bahan pustaka yang dikumpulkan meliputi bahasan tentang psikoanalisa dan interpretasi mimpi dari 
Sigmund Freud serta kajian tentang philosophy  pikiran. Penelusuran dilakukan dengan memakai sumber   dari penulis , pelengkapnya sebagai 
sumber kedua yang membahas pandangan lain atas teori dan konsep yang akan dipakai. Teori dan konsep dari bahasan itu diartikankan oleh penulis 
untuk dipakai dalam sintesis teori yang dapat mendukung pernyataan tesis penelitian.
Referensi   yang dinterpretasikan kembali substansinya yaitu karya asli dari Sigmund Freud, antara lain Dream Psychology, Psychoanalysis for 
Beginners, dan The Interpretaition of Dreams untuk gagasan mimpi,  penjelasan  tentang philosophy pikiran yang membahas tentang kesadaran dan kualitasnya atau qualia dari John Searle. Penjelasan pelengkap untuk memperdalam pengertian serta materi analisa untuk qualia dipakai konsep yang diungkapkan oleh Frank 
Jackson dalam karyanya Epiphenomenal Qualia, David Chalmers, dalam The Conscious pikiran,  pengertian tentang mimpi akan dikomparasikan secara analitis untuk disintesiskan dengan pengertian kesadaran dari philosophy  pikiran
yang secara khusus membahas kualitasnya atau qualia. Metode itu tidak terlepas dari filsafat sebagai ‘pisau analisa’ yang mengkomparasikan dan mensintesis-kan keduanya. 
 latar belakang masalah yang diangkat dan 
disertai dengan rumusan masalah, kerangka teori, tujuan penelitian,  kegunaan penelitian. Untuk membantu proses analisa, dilengkapi juga alur 
penelitian berdasar rumusan masalah serta kerangka teori yang akan dipakai. Latar belakang yang diambil dari pengertian tentang mimpi dari 
Sigmund Freud dicampur dengan gagasan qualia dari kesadaran.berfokus pada teori yang disampaikan Freud tentang psikoanalisa dan interpretasi mimpi. Dimulai dengan penjelasan  tentang latar belakang Freud yang memulai psikoanalisanya dari psikiatri dan analisa terhadap gangguan mental. berdasar psikoanalisanya itu, Freud membahas mimpi  sebagai bagian dari tidak sadar yang turut memiliki peranan tertentu dari pikiran mahluk hidup. Dalam interpretasi mimpi, dijelaskan variasi yang mempengaruhi terjadinya mimpi yang dimulai dari hubungan mimpi itu sendiri dengan kesadaran, motif dasar mimpi sebagai pemenuhan keinginan dari mahluk hidup, mekanisme mimpi, hingga hubungan mendasar 
yang ditunjuk Freud tentang mimpi dan gangguan mental. Kerangka dasar interpretasi mimpi ini akan dijelaskan lebih jauh dalam penjelasan tentang 
mimpi sebagai proses mental ,bagian dari kerangka teori dari interpretasi mimpi dari Sigmund Freud. Mendasar pada latar belakang tentang interpretasi mimpi yang telah 
disampaikan  penjelasan  ini akan berfokus pada masalah mimpi sebagai bagian dari kegiatan mental yang terjadi dalam keadaan tidak sadar. 
Dimulai dengan kerja mimpi yang mendasar pada mekanisme mimpi sebagai imajinasi bahwa mimpi yaitu proses mental dari pikiran manusia, penjelasan berlanjut pada proses mental dari mimpi itu sendiri yang menandakan sisi manifestasi khususnya sebagai pemenuhan keinginan dari  manusia sebagai mahluk hidup yang bermimpi. Sebagai wujud  aplikatif dari konsep yang telah dijelaskan, bagian ini juga dilengkapi dengan imajinasi metode interpretasi 
mimpi yang banyak juga Freud gunakan untuk mengatakan interpretasi mimpinya.
penjelasan akan berfokus pada pengertian qualia sebagai kualitas dari kesadaran. pengertian tentang kesadaran itu dikaji lebih  khusus dari 
segi kualitas dengan membahas qualia sebagai kualitas dari kesadaran itu sendiri.  Dari pengertian kesadaran itu, dijelaskan bagaimana kualitas tertentu dapat muncul dari fenomena pengalaman manusia dalam wujud  qualia. Sebagai variasi yang pusat dalam penelitian ini, qualia dibahas lebih jauh dari segi sifat, masalahnya dalam fungsionalisme sebagai oposisi terhadap eksistensi qualia sendiri serta menegaskan kembali posisi qualia dalam kesadaran.
analisa terhadap gagasan pemikiran Freud dari psikoanalisa dicampur dengan pengertian kesadaran yang berfokus pada sisi  kualitasnya, yaitu qualia. Diawali dengan kerangka tentang kesadaran ,kesadaran sebagai latar belakang dari qualia yang disintesiskan dengan pemikiran mimpi dari Sigmund Freud untuk menandakan hubungan dari konsep dasar 
dualisme yang mendasari pengertian kesadaran yang dipakai. Kerangka pengertian kesadaran yang telah disintesiskan itu dipakai pada bagian  selanjutnya, yaitu untuk mengatakan posisi qualia. berdasar afirmasi posisi qualia dalam pengertian kesadaran yang juga melingkupi pemikiran Freud  itu, sisi berkualitas dari qualia dijelaskan secara analogis dengan pengertian  mimpi dari Freud yang akan menuju tesis   dari penelitian ini, yaitu  menandakan mimpi sebagai qualia kesadaran melalui interpretasi mimpi dari  Sigmund Freud. Kesimpulan berfokus pada tesis relasi antara mimpi  dan kesadaran dalam wujud  qualia serta afirmasi atas tesis mimpi sebagai wujud  
qualia dari kesadaran,penjelasan akan berfokus pada teori yang disampaikan Freud  tentang psikoanalisa dan interpretasi mimpi. Dimulai dengan penjelasan umum  tentang latar belakang Freud yang memulai psikoanalisanya dari psikiatri dan analisa terhadap gangguan mental. berdasar psikoanalisanya itu, Freud 
membahas mimpi secara general sebagai bagian dari tidak sadar yang turut  memiliki peranan tertentu dari pikiran mahluk hidup. Dalam penjelasan menjauh tentang  mimpi, dijelaskan tentang interpretasi mimpi yang menjadi fokus Freud dalam  menelusuri lebih jauh keadaan pikiran dan kejiwaan mahluk hidup. Dalam interpretasi  mimpi itu, dijelaskan variasi-variasi yang mempengaruhi terjadinya  mimpi yang dimulai dari hubungan mimpi itu sendiri dengan kesadaran, motif 
dasar mimpi sebagai pemenuhan keinginan dari mahluk hidup, mekanisme mimpi, hingga hubungan mendasar yang ditunjuk Freud tentang mimpi dan gangguan mental.Sigmund Freud (1856-1939) lahir di Repubik Ceko dan memulai studinya di  bidang medis dengan spesialisasi pada neurologi. Melalui neurologi itu ia mendalami aspek mental sebagai kesadaran manusia dalam pemikiran  psikoanalisanya. Freud yaitu guru dari beberapa tokoh psikologi lain antara 
lain Carl Gustav Jung (1875-1961) dan Alfred Adler (1870-1937) yang kemudian .mengembangkan psikoanalisa dengan cara yang berbeda. 
Psikoanalisa Freud dimulai atas pengaruh dari mentor Freud, yaitu Dr.  Joseph Breuer yang menangani pasien perempuan yang dinamakannya Anna O.  Gangguan psikis yang dialami Anna O menandakan keadaan yang muncul secara fisik, namun tidak ada pemicu fisik yang ditemukan. keadaan itu  dinamakan hysteria yang kemudian dijelaskan oleh Breuer dan Frued sebagai 
hasil pengalaman trauma yang tidak bisa.diintegrasikan dengan pengertian .mahluk hidup terhadap dunia. Emosi yang diekspresikan dalam trauma bersifat kabur  namun tidak bisa menghilang begitu saja. Gejala-gejala yang ditunjukkan pun 
memiliki makna tersembunyi. Saat mahluk hidup (yang mengalami hysteria) dapat menyadari makna dari gejala-gejala yang dialaminya, maka emosi yang tidak 
ekspresikan dapat terlepas dan tidak lagi menjadi gejala, ini dinamakan katarsis . Pada masalah Breuer, Anna harus menjalankannya dengan  bantuan Breuer, yaitu dengan memegang tangannya. itu membawa pada masalah baru yang menurut Freud Anna telah jatuh cinta pada Breuer. Anna pun menandakan gejala-gejala hysteria atas keadaan perasaannya terhadap Breuer  dengan mengatakan pada semua orang bahwa ia mengandung bayi Breuer. Breuer  memutuskan untuk menghentikan pengobatan pada Anna hingga akhirnya ia dikirim ke sanatorium dan kembali ke dunia sosial dengan nama aslinya Bertha  Pappenheim. Lain halnya dengan Breuer yang memilih mundur dalam 
mempelajari hysteria, Freud menemukan hal baru dari masalah jatuh cinta AnnaBreuer, yaitu bahwa hasrat seksual mendasari berbagai keadaan hysteria, termasuk  dalam masalah Anna O. Latar belakang itu menjadi imajinasi bagaimana Freud  mengembangkan psikoanalisanya untuk menelusuri struktur kejiwaan manusia  yang menjadi gerbang untuk memahami manusia lebih dari sekedar tingkah  lakunya yang terlihat. Freud mengemukakan tesis pikiran yang dibaginya atas aspek kesadaran, prekesadaran, dan unconsciouness. Dari ketiga aspek itu, tidak sadar  menjadi aspek yang paling dominan dalam menentukan tingkah laku manusia. Dalam tidak sadar  itu tersimpan ingatan mahluk hidup tentang masa kecilnya, energi psikis, serta dorongan instingtif atas perilakuperilaku mahluk hidup yang bersangkutan. Muatan dalam tidak sadar  itu  dijembatani oleh prekesadaran untuk dapat termanifestasi dalam kesadaran  atau kesadaran yang memiliki kontak langsung dengan kenyataan ,Dari aspek kesadaran, tidak sadar  memegang peran paling dominan 
dari perilaku manusia. Dalam wujud  manifestasi, tidak sadar  dan kesadaran diperantarakan oleh preconciousness yang berisi ingatan atau ide 
yang dapat diakses kapan saja. kesadaran berhubungan langsung dengan realita, namun hanya sebagian kecil dari keseluruhan pikiran. Sebagai analogi, Freud mengindikasikan gunung es yang terapung, di mana permukaan gunung es  yang terlihat hanya sebagian kecil dari keseluruhan aspek mental atau pikiran manusia itu.Dalam struktur pikiran dengan 3 aspek itu, ada  konstruk yang  paling penting, yaitu id, ego dan super ego berhubungan antar satu sama lain.
Struktur dasar dari pikiran yaitu id yang berperan sebagai prinsip kesenangan  dengan orientasi kepuasan yang terpenuhi sesegera mungkin. Id berkembang  menjadi ego dengan terlibat pada kesadaran dalam mengambil keputusan untuk 
berperilaku. Super ego berkembang dari ego dengan campur tangan pihak-pihak di luar diri mahluk hidup individu manusia dalam menerapkan nilai baik dan buruk suatu  perilaku. Selanjutnya super ego merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan 
individu atas tuntutan moral jika terjadi pelanggaran dengan menghukum ego  dengan menimbulkan rasa bersalah. Ego selalu dalam keadaan yang tergantung 
pada ketegangan antara id dan super ego. Berbagai tuntutan dari id yang  mempengaruhi keadaan ego yang dalam berbagai usaha pencapaiannya dinamakan 
sebagai motivasi dan jika tidak terpenuhi dapat lahir kecemasan ,wujud  penyelamatan ego yaitu berbagai wujud  defense mechanism yang dapat terjadi  dalam berbagai wujud , salah satunya yaitu represi. Secara menonjol, Freud menunjuk masa kecil memiliki peranan penting  atas terwujud nya dasar pengertian mahluk hidup atas kenyataan dunia sekitarnya. 
Penjelasan tentang tahap-tahap dari psikoanalisa memiliki intensi atas  penjelasan kejiwaan dari manusia yang menjadi dasar bagi pengembangan 
psikoanalisa secara praktis dalam aplikasinya yang sejalan dengan psikologi.  Tahap yang terdiri atas tahap oral, tahap anal, tahap phallic, tahap laten, dan tahap  genital ini sepenuhnya menandakan pewujud kan diri mahluk hidup di mana tahap  terakhir atau tahap genital menjadi keadaan dari mahluk hidup sebagai identitasnya saat  berinteraksi dengan mahluk hidup lain. Masa perkembangan ini menjadi imajinasi 
tentang bagaimana aspek pikiran dari mahluk hidup terwujud . itu juga berkaitan  dengan asal dorongan dari mahluk hidup baik yang bersifat instingtif maupun manifestasi  dari kesadaran mahluk hidup. .Mimpi, sebagai bahasan   dalam penulisan kali ini menjadi salah satu  manifestasi dari defense mechanism. Freud sendiri membahas fenomena mimpi  dalam buku The Interpretation of Dream. Freud berangkat dari pengertian  mimpi sebagai kegiatan untuk memahami salah satu aspek pikiran, yaitu 
unconciousness.  sebagai wujud  tidak sadar Mimpi menjadi manifetasi kesadaran manusia dalam keadaan tidak sadar.  Unconsiousness sendiri selalu memiliki kecenderungan untuk menuju  prekesadaran yang kemudian muncul dalam kesadaran  . Dalam 
kaitannya dengan gejala fisis, kesadaran tidak bisa lepas dari aplikasinya. Kesadaran yang bersifat mental itu tetap menjadi referensi bagaimana gejala  fisik dapat ditunjukkan oleh mahluk hidup. Seorang physician dapat berangkat dari  dampak yang dihasilkan oleh kesadaran sebagai produk dari proses tidak sadar mahluk hidup untuk memahami bahwa tidak sadar  yaitu dasar yang paling dasar  dari mental manusia tidak sadar menjadi bagian fundamental dan terbesar dari mental manusia yang  terlingkupi di dalamnya kesadaran itu sendiri.Dalam kaitannya dengan mimpi, kejadian yang muncul dalam mimpi 
memiliki referensi penuh dari tidak sadar yang juga aktif dalam keadaan sadar  Kembali pada pengertian dasar psikoanalisa Freud tentang  aspek pikiran, mimpi sebagai kegiatan   mental menjadi wilayah khusus dalam  tidak sadar  untuk bermanifestasi dalam kesadaran. ini  menandakan posisi mimpi yang berupa proses mental tidak sadar yang menjadi  bagian dari kesadaran manusia melalui interpretasi yang dimungkinkan untuk  dicapai melalui pengungkapannya kembali dalam keadaan sadar.
Psikoanalisa Sigmund Freud menjadi landasan bagi analisa terhadap kejiwaan  manusia yang mendasar pada penelusuran struktur kesadaran manusia. 
Psikoanalisa yang dijelaskan Freud memiliki analogi dengan gagasan analitis  filsafat. ini terlihat juga pada pengertian interpretasi mimpinya. Freud 
tidak semata-mata mengatakan manusia dari segi pikiran dan kesadarannya, namun  secara fenomenologis dijelaskan melalui interpretasi mimpinya itu.Terkait dengan psikoanalisanya, Freud mengembangkan gagasan mimpi  berdasar manifestasi pikiran dari segi aspek dan strukturnya itu. Freud  mengungkapkan bahwa inti mendasar dari terjadinya mimpi yaitu sebagai pemenuhan keinginan dari mahluk hidup atas dorongan yang terjadi saat keadaan sadar  sebagai tuntutan dari id dan super ego. Interpretasi menjadi penting bagi mimpi  terkait dengan sisi manifestasi itu yang menandakan kualitas asli dari mahluk hidup terkait juga aspek serta struktur pikiran-nya. Sisi interpretasi dari mimpi sebagai pemenuhan dari keinginan tidak semata-mata dilakukan secara literal referensinya  dengan kehidupan sadar mahluk hidup. Dalam masalah-masalah mimpi yang absurd atau sublim, penyesuaian analisa dalam interpretasi diperlukan untuk mencapai tujuan  dari interpretasi mimpi itu sendiri. Freud tidak mengungkapkan bahwa gagasan mimpinya mengacu pada pengertian fisis-klinis dari kegiatan mental manusia,  namun pendasaran yang dilakukannya berpengaruh hingga perkembangan  neurokeilmiahan yang menyelidiki mimpi secara fisis. Namun, pada dasarnya  interpretasi mimpi Freud lebih memiliki kepentingan untuk mengatakan konsep  kesadaran dan pikiran dari manusia terlepas atribut penjelasan ilmiah seperti apa 
yang dipakai. Interpretasi mimpi masih diasosiasikan dengan pengertian yang tidak mengenakkan dan tidak ilmiah. pengertian awam tentang  mimpi masih mengacu pada sisi takhyul yang menandakan sisi ketidakpedulian  atas nilai mimpi secara ilmiah dan interpretatif. pengertian yang tidak tepat  itu dikarenakan studi mimpi tidak ditempatkan dalam posisi mahluk hidup yang  dapat mengungkapkan kebenaran biologis tentang diri mahluk hidup itu sendiri. Pemikiran Freud tentang interpretasi mimpi bersifat teoritis, namun Freud tidak mengarahkan interpretasi mimpi yang dijelaskannya hanya dalam tataran  konseptual. ini ia buktikan melalui 5 poin besar dari interpretasi mimpinya, yaitu: pertama, ada  hubungan antara mimpi dengan beberapa  detail keadaan sadar mahluk hidup yang bermimpi. ini membuktikan hubungan  antara keadaan tidur dan keadaan sadar (waking states) ditentukan oleh pandangan Pemahamanumum tentang mimpi sebagai fenomena non-indrawi yang tidak  berasal dan menuju ke manapun; kedua, melalui kehidupan mahluk hidup yang bermimpi,  cara berpikirnya, tingkah lakunya, serta beberapa detail yang tidak secara .menonjol terlihat dalam keadaan sadarnya, Freud menyimpulkan bahwa mimpi .yaitu wujud  pemenuhan keinginan secara sadar   maupun tidak .sadar (tidak sadar); ketiga, penglihatan  yang dialami dalam keadaan  mimpi bersifat simbolis, di mana seringkali dianggap absurd dan tidak berarti apaapa; keempat, Freud menunjuk dorongan seksual memiliki peranan besar atas 
tidak sadar kita, dengan selalu adanya hipokritas puritan .yang selalu meminimalisirnya, atau   mengacuhkannya samasekali; dankelima, Freud menunjuk adanya hubungan langsung antara mimpi dan kegilaan dengan penglihatan simbolis dalam mimpi dan aksi simbolis dari mental yang terganggu  . 
Pandangan awam tentang manusia yang terbangun dari mimpinya  mengacu pada kejadian dunia yang lain dari yang dialaminya dalam keadaan  sadar. Melalui Karl Friedrich Burdach (1838), Dalam mimpi, keteraturan memori terkait kesadaran   dan .tingkah laku normal benar-benar hilang. pikiran lepas dari memori dan isinya terkait keadaan sadarnya 
Di sisi lain, pandangan yang menandakan hubungan yang menonjol antara mimpi dari keadaan tertidur dan keadaan sadar diungkapkan oleh Paul Leopold Haffner (1887) bahwa mimpi memiliki keterikatan dengan 
kesadaran   yang dekat sebelumnya. Peter Jessen (1855) memberi ide  yang lebih luas tentang  mimpi yang isinya kurang-lebih dipengaruhi oleh kepribadian mahluk hidup yang bermimpi, usia, jenis kelamin, pendidikan  kebiasaan hidup  berbagai kejadian dan pengalaman hidup dalam keadaan sadarnya. Johann Gebhard Ehrenreich Maass melalui Wittgenstein mengungkapkan  pengalaman kita memberi pengaruh atas mimpi berdasar hal-hal yang .paling kita minati ,Pandangan  klasik dari Cicero dalam karyanya, De divinatione, mengungkapkan bahwa .sebagian dari pemikiran dan perbuatan dalam keadaan sadar manusia akan terbawa dan menyatu dalam jiwanya 
Pandangan yang berlawanan tentang hubungan keadaan mimpi dan keadaan sadar ditengahi oleh F. W. Hildebrandt melalui pembedaan antara mimpi yang dipisahkan dari kehidupan nyata dan mimpi yang 
ketertkaitannya dengan keadaan sadar memiliki ketergantungan yang mirip  Mimpi menjadi sesuatu yang benar-benar terpisah  dari pengalaman riil dalam keadaan sadar dan menjadi suatu eksistensi 
hermenetis yang memiliki wujud  eksistensinya sendiri tanpa ada hubungan  dengan kehidupan nyata sama sekali. Mimpi membebaskan mahluk hidup dari 
kenyataan dengan memicu mahluk hidup mampu menempatkan memori dari keadaan  sadar ke dalam dunia lain yang segi ceritanya mirip namun tidak memiliki hubungan apapun dengan kenyataan mahluk hidup. Berdasakan hal itu, pengalaman-mimpi  muncul sebagai sesuatu yang asing  antara dua bagian hidup (keadaan mimpi dan keadaan sadar)  yang sepenuhnya berjalan dan konsisten satu sama lain. Pembedaan yang diungkapkan Hildebrandt itu sejalan dengan 
hubungan paling dekat antara mimpi dan kesadaran itu sendiri. Hubungan itu terlihat pada bagaimana pun mimpi yang muncul pada mahluk hidup, materi 
asalnya yaitu kehidupan kenyataan dan inteleknya sendiri. maka, mimpi tidak pernah bisa lepas dari dunia nyata, sekalipun  wujud nya tidak masuk akal seperti fantasi atau imajinasi. artinya, mimpi yaitu pengalaman tidak sadar (tidak sadar) yang telah dialami secara sadar   melalui recalling atau 
pengingatan kembali dengan referensi kesadaran mahluk hidup. Aristoteles mendefinisikan mimpi sebagai kelanjutan dari proses berpikir  dalam keadaan tidur. Dengan berbagai hasil dari pemikiran yang berupa  aksi psikis  seperti keputusan  kesimpulan 
kontradiksi  harapan  tujuan dan lain lain., mahluk hidup dipaksa untuk mendalami lebih jauh sisi 
pemenuhan keinginan dalam mimpi melalui penonjolan pemikiran sadar  yang berlanjut dalam keadaan tidur. Mimpi yaitu fenomena fisik yang validitasnya terkait dengan  pemenuhan keinginan melalui rantai penjelasan dari aksi-aksi  mental sadar yang diwujud  oleh kegiatan mental yang  rumit. Pemenuhan keinginan dalam mimpi dapat muncul dalam wujud  yang  paling jelas atau yang sisi pemenuhan mimpinya tidak dapat diketahui. Dalam wujud  yang kedua, terjadi atas pengaruh sensor dari mimpi yang  menyembunyikan makna yang ada. Pemenuhan keinginan itu  muncul atas oposisi yang terjadi antara kehidupan sehari-hari dengan 
kesadaran  dan sebagian aktivitas mental dalam 
ketidaksadaran (tidak sadar) yang hanya dapat diketahui pada malam hari (saat keadaan mimpi – tertidur). berdasar hal itu, ada  tiga  kemungkinan dari mana keinginan itu berasal; pertama, keinginan 
itu telah muncul dalam keadaan sadar mahluk hidup, namun gagal terpenuhi terkait keadaan eksternal yang tidak mendukung; kedua, keinginan itu muncul dalam keadaan sadar mahluk hidup, namun tidak terpenuhi atas dasar penolakan dari pihak yang terkait dalam pemenuhan keinginan itu dan mewujudkan   keinginan yang terpendam; dan ketiga, keinginan itu tidak 
memiliki relevansi dengan kehidupan nyata. Atas pembagian asal keinginan itu, keadaan pertama menempatkan keinginan pada preconscious, keadaan kedua telah  menempatkan keinginan pada tidak sadar, 
namun dipaksa kembali pada preconscious, dan keadaan ketiga menempatkan keinginan sepenuhnya pada tidak sadar karena ketidakmampuan mahluk hidup untuk mengungkapkan terlebih memenuhinya
dalam keadaan kesadarannya.  Untuk menentukan keadaan seperti apa yang memiliki manifestasi 
paling potensial dalam mimpi sebagai pemenuhan keinginan, perlu  ditambah   keadaan keempat yang mengindikasikan mimpi sebagai  pemenuhan keinginan terjadi atas keadaan dorongan fisik yang muncul dalam keadaan tidur. maka , pemenuhan keinginan yang  mengalami distorsi pemenuhannya dalam keadaan sadar  berasal dari tidak sadar serta memiliki potensi yang sama untuk muncul 
pemenuhannya dalam keadaan mimpi.Manifestasi mimpi yang terjadi secara inkoheren menghasilkan tekanan  yang luar biasa  atau kondensasi  Asosiasi kejadian dalam mimpi dipengaruhi oleh penggabungan antara  berbagai impresi dan kejadian-kejadian  yang dialami  mahluk hidup dalam keadaan sadarnya. Kejadian yang dialami dalam mimpi dengan  isinya tidak lepas dari berbagai hal yang paling diingat oleh mahluk hidup. itu  mengatakan adanya ‘perhatian yang tidak terbagi dari mahluk hidup yang mendasari adanya hasrat yang bertentangan dengan suatu 
aksi yang mengacu pada tingkah laku sehari-hari. 
Suasana  dalam mimpi terwujud  melalui akumulasi dengan  komposisi berbagai elemen yang terdiri atas bagiannya masing-masing. Proses ini mengatakan beberapa bagian yang tidak terlalu jelas di hadapan 
mahluk hidup. Bagi Freud, itu menjadi bahan interpretasi melalui analisa untuk  mengungkap kemunculan alternatif yang mengatakan suatu impresi mahluk hidup terhadap suasana mimpi yang diterima.Saat tidak ada kesamaan yang ditujukkan antara berbagai isi dari  mimpi, mimpi memwujud  sesuatu untuk memicu imajinasi kemunculan  dapat lebih ditangkap oleh mahluk hidup. pewujud an kemunculan yang dapat lebih  diterima mahluk hidup itu dilakukan dengan memicu perubahan atas 
pengekspresian isi dari mimpi yang akan dituangkan kembali dalam isi mimpi yang lain. Proses itu beranalogi dengan penyesuaian terhadap  faktor yang dihasrati mahluk hidup. Bekerjanya proses mimpi yang baik ada  pada pewujud kan isi yang paling mencolok, namun berlebihan dan menyimpang. Isi mimpi itu menjadi alasan   bagaimana mimpi  dapat muncul.
Melalui kondensasi mimpi, bagian-bagian dari pewujud  mimpi  dan isinya dapat terjelaskan melalui keadaan mimpi, dan tidak akan  ditemukan dalam keadaan sadar. pewujud an dari bagian-bagian mimpi 
yang bersifat fantasi atau wujud  pemenuhan keinginan di mana kenyataan tidak memiliki relevansi untuk memenuhinya terjadi secara berlebihan.  imajinasi yang muncul secara berlebihan itu yaitu kelipatan dari 
referensi aslinya di dunia nyata yang dialami mahluk hidup dalam keadaan sadar. Sebagai imajinasi, mimpi dapat mengmunculkan satu orang dari dunia nyata 
dengan atribut yang ada dari orang lain atau menempatkan manusia pada keadaan orang lain di dunia nyata. Kombinasi percampuran atribut mahluk hidup dalam imajinasi mimpi dapat ditelusuri melalui analisa.Keberagaman cara atas pewujud an mimpi juga berlaku pada isi  mimpi. analisa terhadap isi mimpi diperoleh bukan melalui konfirmasi 
referensi imajinasi yang muncul dalam mimpi dengan dunia nyata dalam  keadaan sadar, melainkan dengan memahami bahwa isi mimpi yaitu  kondensasi dari detail yang tidak terlalu menonjol dari imajinasi mimpi 
yang muncul. Kombinasi yang terjadi dari isi mimpi akan menjadi hal yang  menonjol dalam analisa. Mimpi bekerja dengan menandakan hal yang  kontradiktoris melalui imajinasi yang sama. artinya, imajinasi 
mimpi yang muncul selalu memiliki nilai ‘x’ yang sama.Kondensasi mimpi sendiri terwujud  oleh isi mimpi yang sepenuhnya  ditentukan oleh keseluruhan pemikiran mimpi, Pemikiranpemikiran itu mungkin tidak terhubung satu sama lain, karena mungkin berasal dari ranah pemikiran yang paling beragam. Keberagaman itu ditunjukkan melalui elemen mimpi dalam isi mimpi yang hubungannya dengan pemikiran mimpi dapat dicapai melalui analisa. maka , satu pemikiran mimpi dapat merepresentasikan lebih dari 
satu elemen mimpi. Namun, wujud  asosiasi antara pemikiran mimpi dan isi mimpi tidak semudah itu untuk bertemu, sifatnya seringkali saling  melengkapi atau saling terjalin.Kondensasi juga berperan untuk menentukan sifat dari kerja  mimpi dalam proses transformasi isi mimpi menjadi suatu imajinasi 
suasana  dramatisasi. Melalui contoh mimpinya sendiri, Freud  mengindikasikan rasa kehausan yang dirasakannya dalam mimpi mengalami  dramatisasi dalam wujud  pemenuhan dengan meminum air dalam jumlah  berlebihan dari yang diperlukan dalam keadaan sadar  ,Dalam mimpi yang rumit dan berbelit-belit, bukan semata-mata  kondensasi dan dramatisasi yang menentukan perbedaan antara isi mimpi  dan pemikiran mimpi. ini menandakan adanya faktor ketiga. Isi  yang muncul paling menonjol dalam imajinasi mimpi memiliki peran yang  subordinat dalam analisa. artinya, saat mimpi bekerja, internsitas  fisik yang menandakan penonjolan imajinasi mimpi dari pemikiranpemikiran dan gagasan-gagasan mimpi yang terhubung tidak berpengaruh  apa-apa. Namun, imajinasi mimpi yang paling jelas penangkapannya oleh  mahluk hidup secara sensori tidak bisa diabaikan kepentingannya, dan elemenelemen yang tidak terlalu jelas menjadi petunjuk penting untuk mencapai 
pemikiran mimpi yang paling prinsipil. Namun tidak setiap mimpi memiliki kompleksitas yang sedemikian 
untuk elemen, isi, dan pemikirannya. Beberapa mimpi menandakan secara  jelas isi hasrat yang berusaha dipenuhinya tanpa wujud  transisi apapun. wujud  mimpi demikian menandakan tidak adanya ketegangan fisik darimahluk hidup untuk mengekspresikan hasratnya dalam keadaan sadar atau  keinginannya muncul tanpa kendali mahluk hidup dalam keadaan spasio-temporal  keadaan tidak-sadar dari mahluk hidup sendiri. itu menandakan semakin  terlihat tidak jelas dan penuh intrik suatu mimpi, semakin rumit transisi  yang ditunjukkan dari imajinasi yang muncul untuk menandakan isinya  melalui analisa.
Hubungan mimpi dan gangguan mental digambarkan Freud dalam 3  kerangka, yaitu; pertama, peyebab abnormalitas dan hubungan klinis dari .mimpi sebagai imajinasi, petunjuk, atau sisa keadaan kegilaan mahluk hidup; kedua,  rekayasa keadaan mimpi menjadi bahasan   dalam penyakit mental;  dan ketiga, hubungan intrinsik antara mimpi dan kegilaan dalam wujud   analogi menandakan hubungannya yang dekat secara esensial. Hubungan  antara mimpi dan kegilaan juga ditunjukkan melalui observasi beberapa 
masalah yang mendasar pada kegilaan delusional. Kegilaan delusional sering  berasal dari mimpi yang meresahkan atau menakutkan. Kegilaan pun dapat 
muncul dari mimpi yang muncul sedemikian jelas di hadapan mahluk hidup sehingga  mahluk hidup sendiri merasa ragu atas kehidupan sadarnya sendiri. Kelainan 
kejiwaan seperti obsesif-impulsif  berasal dari keadaan 
mimpi di mana mimpi itu sendiri yaitu kegilaan yang muncul secara gradual , Hubungan antara kegilaan dan mimpi juga diungkapkan oleh  Immanuel Kant yang menyatakan bahwa orang gila yaitu pemimpi  yang sadar , Perbandingan antara keadaan  mimpi dan penyakit mental dalam wujud  kegilaan memwujud  dasar  perbandingan keduanya, pertama, kesadaran diri 
mengalami penundaan yang mengurangi pengertian mahluk hidup terhadap  keadaan nyata di sekitarnya serta memwujud  mahluk hidup yang kehilangan rasa 
kejutan dan kesadaran moralnya; kedua, anggapan organ indrawi terrekayasa, dan   hilang yang setara dengan keadaan kegilaan;  ketiga, interkoneksi antara ide-ide yang ada terjadi secara ekslusif  berdasar hukum asosiasi dan reproduksi yang kemudian memwujud  ideide itu kurang saling mempengaruhi; kemudian keempat, sebagai manifestasinya, terjadi alternasi kepribadian yang terbalik ,Analogi antara mimpi dan kegilaan menjadi menonjol saat  terjadi kesamaan ekspresi dalam wujud  gerakan fisik pada kedua keadaan  itu. keadaan mimpi yang direferensikan dengan pemenuhan keinginan  juga berpotensi mengandung delirium atau kegilaan yang ditunjukkan 
dengan ocehan dan halusinasi dari mahluk hidup di mana dalam keadaan mimpi dan  kegilaan memiliki kesamaan dalam ketegangan antara pemikiran mahluk hidup dan  kelemahan keputusan dari mahluk hidup itu sendiri. Elemen fundamental dari  keadaan mimpi dan kegilaan ada  pada determinasi rasa yang muncul 
dari stimuli somatik (dalam hubungan pikiran dan fisik). Berbagai analogi  serta perbandingan keadaan mimpi dengan kegilaan menandakan kesamaan  yang menonjol pada proses mental yang terganggu dan aktivitas pikiran yang  memiliki intensitas kurang dari keadaan sadar manusia. ini bagian dari kerangka teori dari interpretasi mimpi dari Sigmund  Freud. Mendasar pada latar belakang tentang interpretasi mimpi yang telah  disampaikan  ini akan berfokus pada masalah mimpi  sebagai bagian dari kegiatan mental yang terjadi dalam keadaan tidak sadar.  Dimulai dengan kerja mimpi yang mendasar pada mekanisme 
mimpi sebagai imajinasi bahwa mimpi yaitu proses mental dari pikiran manusia, penjelasan berlanjut pada proses mental dari mimpi itu sendiri yang  menandakan sisi manifestasi khususnya sebagai pemenuhan keinginan dari  manusia sebagai mahluk hidup yang bermimpi. Sebagai wujud  aplikatif dari konsep yang 
telah dijelaskan, bagian ini juga dilengkapi dengan imajinasi metode interpretasi .mimpi yang banyak juga Freud gunakan untuk mengatakan interpretasi mimpinya. Mendasar pada mekanisme mimpi sebagai manifestasi dari kesadaran dengan  kondensasinya, mimpi yaitu suatu wujud  kerja dari mental/pikiran manusia. Kerja mimpi berkaitan dengan mimpi sebagai kegiatan dari mental manusia yang  terjadi dalam keadaan tidak sadar (tidak sadar). Manifestasi dari konten mimpi  tidak lepas dari kondensasi, atau penekanan luar biasa  atas berbagai impresi dan kejadian yang dialami mahluk hidup  pada keadaan sadarnya. Proses kondensasi dari mimpi terlihat pada perbandingan konten mimpi yang disampaikan mahluk hidup melalui recollection dengan interpretasi yang dilakukan. Mimpi yang dituliskan mungkin hanya akan memenuhi setengah halaman, sedang analisa yang dilakukan terhadap isi mimpi itu bisa mencapai 6 
hingga duabelas kali lipatnya  Hubungan itu 
menandakan kondensasi sebagai bagian krusial bagi kerja mimpi. Kondensasi itu sendiri menandakan konten dari mimpi yang selalu bisa digali melalui 
interpretasi.penonjolan dari imajinasi mimpi yang muncul tidak selalu berbanding lurus dengan kemunculannya dalam mimpi. Sebagai contoh, melalui film When Nietszche  Wept yang berlatarbelakang kehidupan dari mentor Freud sendiri, yaitu Joseph 
Breuer tentang kegelisahan tentang hidupnya yang bagi ukuran sosial pada zamannya telah terhitung mapan. Tokoh Breuer digambarkan mengalami  kegelisahan dalam hidupnya terkait dengan profesinya sebagai ahli medis dan  psikiatris. Pada praktik psikiatrisnya, Breuer menangani pasien bernama Bertha  Pappenheim (atau pada umumnya dikenal sebagai Anna O yang juga menjadi latar  belakang bagi studi hysteria Freud) hingga mengalami penyimpangan pada proses 
pengobatan di mana Breuer jatuh cinta kepada Bertha. Pada suatu mimpi Breuer  digambarkan bermain kejar-kejaran di taman dengan Bertha hingga Breuer jatuh 
pada lubang yang membawanya pada tempat di mana ada  satu peti mati.  Secara teknis, kejadian tentang mimpi Breuer itu menjadi bagian dari pembuka dari film yang menceritakan kegelisahan Breuer. Pada penutup atau  bagian akhir film di mana ada  tokoh Nietszche yang membantunya  menangani kegelisahannya itu, terjadi recollection atau penyampaian  kembali atas mimpi yang Breuer alami sebagai imajinasi kegelisahan yang  baginya berpusat pada Bertha itu. Proses itu mengindikasikan 
interpretasi yang terjadi terhadap mimpi yang dialami Breuer di mana penonjolan  dari isi mimpi ditunjukkan terletak pada peti mati yang muncul pada akhir mimpi 
Breuer itu. Dengan latar belakang kunjungan ke makam mendiang ibu dari  Breuer yang bernama Bertha, Breuer menceritakan mimpinya itu kepada  Nietzsche yang mengaitkan kesamaan nama Bertha sang pasien psikiatri Breuer  dengan ibu Breuer yang mati sebelum Breuer berusia 3 tahun. imajinasi itu  menandakan simbol dari peti mati sebagai referensi Breuer terhadap ibunya yang tidak penah ia kenal serta sosok Bertha yang secara analog dari nama dengan  ibunya itu.
Kondensasi yang terjadi dalam uraian contoh mimpi di atas yaitu  bagaimana interpretasi dapat dilakukan terhadap satu simbol yang muncul dalam  mimpi, dalam itu Bertha sebagai rujukan mahluk hidup bagi Breuer (yang mengalami mimpi) atas ibunya dan bagian dari kegelisahannya dalam kompleksitas perasaan  yang sedang ia alami terhadap Bertha serta simbol peti mati yang mengindikasikan kematian ibunya dan keinginannya untuk mengetahui sosok ibunya (sebagai  tambahan, pada proses recollection dalam film ditunjukkan pada akhirnya peti  mati berhasil dibuka oleh Breuer dan menandakan sosok jasad ibu Breuer).  Tidak dapat dipungkiri bahwa penonjolan dari konten mimpi yang muncul  terlihat pada urutan penyampaian mahluk hidup atas ingatan dari mimpinya. Namun  peran interpretasi muncul dalam mengaitkan referensi kesadaran yang dimiliki 
mahluk hidup dengan konten mimpi yang disampaikan itu melalui proses somatik. Bagi Freud, ada  bagian besar dari kesadaran mahluk hidup yang muncul saat 
penyampaian hingga proses interpretasi dan sudah aktif   sejak mimpi  itu terjadi  Kondensasi yang terjadi pada mimpi pun berpengaruh terhadap  penempatan konten mimpi dalam kemunculannya. Elemen dari konten mimpi muncul  secara acak (random) dan tidak memiliki perhitungan penonjolan dalam urutan 
kemunculannya. itu berkaitan dengan seberapa jauh dan dalam represi yang  dilakukan mahluk hidup pada keadaan sadarnya atas imajinasi yang muncul terkait 
manifestasi elemen itu dalam mimpi. Konten mimpi yang muncul tidak lepas  dari proses penempatan intensi fisik atas pewujudannya. ini  menunjukan bahwa penempatan imajinasi dalam mimpi dan kondensasinya  yaitu aktivitas yang murni dari mental manusia tentang terjadinya  mimpi.Di sisi lain, manifesntasi kesadaran manusia yang tidak lepas dari represi masih membekas dalam keadaan mimpi. Meskipun pada dasarnya mimpi menjadi salah satu media sublim bagi mahluk hidup untuk memenuhi keinginannya yang sedemikian rupa terepresi dalam keadaan sadar, namun pemenuhan keinginan yang 
terjadi tidak lepas dari ingatan mahluk hidup atas berbagai faktor pemicu terjadinya  represi atas keinginan itu. Hal yang mendasar pada aspek pikiran super ego  itu memiliki kecenderungan kuat untuk dapat muncul dan bermanifestasi  sebagai sistem sensor dalam keadaan mimpi. keadaan demikian 
sepenuhnya di luar kendali mahluk hidup untuk terjadi, referensi analogis dengan  kesadaranlah yang memicunya dapat muncul dalam keadaan mimpi melalui resistensi mahluk hidup. ini menjadi pemicu bagi suatu imajinasi pemenuhankeinginan dalam keadaan mimpi tidak selalu sepenuhnya sama. Dalam contoh  imajinasi mimpi, seringkali mimpi terbang mengungkapkan keinginan mahluk hidup untuk bebas dari kekangan yang dialami dalam kenyataanya.
Selain dari kerja dan mekanisme mimpi melalui penempatan serta  kondensasinya, sisi interpretasi yang ditekankan terhadap mimpi yang diselidiki 
terletak pada representasi imajinasi yang muncul dalam keadaan mimpi itu. Representasi itu menjadi bagian penting tentang bagaimana interpretasi 
dapat dilakukan. Secara proses, pengertian interpretasi yang ditunjukan  berbanding terbalik dengan tujuan dari interpretasi. Dalam kerja mimpi,  diperkirakan bagaimana suatu ingatan yang dimiliki mahluk hidup dapat muncul sebagai isi  dari mimpi dengan refensi kesadaran mahluk hidup dalam kenyataanya. Proses itu dibalik   dalam konteks interpretasi di mana imajinasi yang muncul diasosiasikan dengan kesadaran mahluk hidup untuk mengetahui representasi yang mungkin dimiliki oleh satuan imajinasi  dalam mimpi (hal yang  direpresentasikan kemungkinan lebih dari satu  seperti, selain mengindikasikan  objek bunga itu sendiri, imajinasi bunga dalam mimpi dapat merepresentasikan 
keindahan atau kecantikan). Representasi dalam mimpi pun mengikutsertakan sublimitas dari imajinasi yang  ditunjukan melalui hiperbola atau pengimajinasi berlebihan atas imajinasi asli  yang referensinya berasal dari realita kesadaran mahluk hidup. Dengan kembali  memakai contoh mimpi terbang, terlihat bagaimana imajinasi yang  dimunculkan melebihi konten atas mimpi itu sendiri. seperti, mahluk hidup yang  mengalami mimpi terbang pada kenyataanya hidup dalam kekangan di mana  dirinya tidak bisa keluar dari satu ruangan isolasi. Sisi pemenuhan keinginan dari  mimpi terbang yang dialaminya merepresentasikan kebebasan melalui  terbang  
yang jika dihubungankan bersifat hiperbol. Pemenuhan keinginan atas keinginannya untuk bebas bisa saja terjadi melalui mimpi di mana dirinya benar-benar keluar  dari ruang isolasi itu, namun representasi yang muncul mengikutsertakan sisi hiperbol  di mana kebebasan diasosiasikan dengan imajinasi terbang. pengertian  tentang representasi hiperbol itu seringkali pula terjadi dengan asosiasi  fisik dan  keadaan sekitar dari mahluk hidup yang bermimpi. Proses asosiasi fisik dengan imajinasi mimpi itu menjadi bagian dari keadaan mimpi sebagai proses .mental yang secara mendalam akan dibahas pada bagian selanjutnya.
Representasi yang terjadi dalam mimpi tidak mengikutsertakan sistem intelek  dari mahluk hidup. ini menjadi dasar bagaimana penempatan urutan dalam 
mimpi bersifat acak. Di sisi lain, tidak bisa dipungkiri bahwa dasar referensi dari  kesadaran atas terjadinya mimpi menandakan kejadian yang hampir mirip 
dengan berbagai kegiatan mahluk hidup dalam keadaan sadarnya. Sebagai imajinasi,  kehidupan sehari-hari sebagai wahana bagi kesadaran untuk mendasari kegiatan  mental manusia seringkali muncul dengan imajinasi yang mirip (sekalipun tidak 
sepenuhnya sama) dengan keadaan mimpi yang dialami mahluk hidup. Seorang mahasiswa setidaknya pernah mengalami mimpi yang berlatarbelakang kehidupan  belajar di kampusnya, demikian pula dengan seorang ahli masak yang mungkin  beberapa kali mengalami mimpi kegiatan masaknya terlepas dari masing-masing mahluk hidup yang digambarkan memliki sisi kehidupan lain di luar identitas yang 
dinamakankan (seperti sang mahasiswa juga yaitu pemain musik atau sang koki yang juga seorang ayah di keluarganya). Dalam latar belakang mimpi yang 
bereferensi atas keadaan kenyataan mahluk hidup mungkin juga terjadi imajinasi dalam  mimpi atas ingatan berbagai kegiatan yang dialaminya, dalam itu mahasiswa  belajar di kampusnya dan sang koki memasak satu resep andalan restoran  miliknya. imajinasi kompleks tentang referensial kesadaran mahluk hidup atas  kehidupan kenyataanya identik dengan pengertian intelek mahluk hidup yang bekerja. 
ini menjadi bagian yang dinamakan Freud sebagai mimpi yang absurd  di mana ada  kegiatan yang mirip dengan intelek dari mahluk hidup,  namun tidak menandakan kualitas intelek atau rasio mahluk hidup samasekali.  Representasi yang terjadi dalam mimpi menjadi bagian krusial atas  interpretasi terhadap mimpi dilakukan. ini menjadi bagian dari kerja 
mimpi yang mendasar pada mimpi sebagai pemenuhan keinginan. Interpretasi  menjadi jembatan bagaimana kerja dan mekanisme mimpi dapat mengungkapkan  sisi lain dari kesadaran mahluk hidup yang termanifestasi dalam mimpi dengan keadaan 
tidak sadar. maka , mimpi melalui proses terjadinya yang dijelaskanoleh Freud dalam kerja mimpi yaitu suatu kegiatan mental.  Kegiatan mental itu tidak lepas dari konteks somatik atau hubungan pikiran
dan fisik yang menandakan terjadinya proses yang analogis dari keadaan sadar  dengan keadaan mimpi. Terlepas dari keadaan  tidak sadar dari terjadinya 
mimpi, kesadaran tetap menjadi bagian krusial terkait referensi pengalaman yang  muncul dalam keadaan mimpi itu. berdasar pengertian tentang konten mimpi yang melalui interpretasi dapat  memiliki makna tertentu yang referensinya berasal dari kesadaran mahluk hidup, mimpi  sebagai proses mental berkaitan dengan berbagai aksi serta ingatan mahluk hidup 
pada keadaan sadarnya. Freud mengatakan hubungan somatik dari proses mimpi  yang berkaitan pula dengan pemenuhan keinginan dan pengalaman mahluk hidup pada  keadaan sadarnya.  Hubungan somatik antara pikiran dan fisik mahluk hidup yang berpengaruh dalam 
terjadinya mimpi terlihat dari keadaan fisik mahluk hidup. mahluk hidup yang bermimpi identik  dengan keadaan tidak sadar yang mendalam atau dalam pengertian neurokeilmiahan  dikenal sebagai Rapid Eye Movement (REM), keadaan itu pun dicapai secara 
bertahap di mana mahluk hidup memulainya dari keadaan sadar ,Kesadaran yang hilang secara bertahap bertransformasi menjadi keadaan  tidak sadar dengan tetap menandakan proses kerja fisis dari otak yang sama  seperti halnya keadaan sadar. Proses transformasi ini yang dimaksud Freud sebagai 
regresi ,Proses regresi ini menandakan penonjolannya dalam proses  pencapaian keadaan tidak sadar dari mahluk hidup yang diawali dengan menurunnya 
kemampuan anggapan dari mahluk hidup hingga kemunculannya kembali dalam keadaan  mimpi yang hanya dapat terjadi saat mahluk hidup menandakan keadaan bermimpi. Saat  berakhirnya mimpi, proses regresi ini pun terjadi kembali secara terbalik   
di mana anggapan yang muncul dalam keadaan mimpi tanpa diingat atau disadari  mahluk hidup menghilang hingga mahluk hidup itu sendiri kembali pada kesadarannya.Proses regresi itu menjadi semacam gerbang bagi mahluk hidup untuk  mencapai keadaan mimpi. sesudah proses regresi di mana anggapan mahluk hidup telah  mirip dengan keadaan sadarnya, kemungkinan besar mimpi telah terjadi. Di sisi 
lain, faktor yang berpengaruh atas kejadian mimpi yang dialami mahluk hidup juga  berasal dari lingkungan sekitarnya. Seringkali terjadi mimpi di mana mahluk hidup dapat  merasakan gejala fenomenal di lingkungan sekitarnya sekalipun keadaannya 
tidak sadar. Faktor keberpengaruhan lingkungan sekitar mahluk hidup ini terkait dengan  konsep hiperbol atas imajinasi yang terjadi dalam mimpi. sesudah tercapainya keadaan tidak sadar dari mahluk hidup melalui regresi yang  juga dilengkapi dengan pengaruh keadaan lingkungan sekitar dari mahluk hidup yang 
bermimpi, manifestasi kesadaran dalam mimpi semakin kuat. ini  ditunjukkan dengan munculnya imajinasi dari mimpi yang paling diingat oleh 
mahluk hidup. Manifestasi itu terlihat sesudah interpretasi dilakukan di mana  hubungan dengan kesadaran mahluk hidup yang mencakup berbagai pengertian mahluk hidup  atas kenyataanya dapat tergambarkan. imajinasi yang muncul secara menonjol melalui proses recollection dari  interpretasi mimpi itu tidak bersifat utuh. imajinasi yang menonjol  seringkali ditunjukkan secara partikular dan beragam. Meskipun Freud sendiri  mengungkapkan bahwa setiap mimpi menandakan satu pola dasar atau ide besar  atas keseluruhan mimpi yang dialami mahluk hidup, namun ini hanya dapat tercapai melalui penonjolan partikular dari beberapa imajinasi mimpi yang muncul. 
Sebagai analogi, mimpi yaitu konstelasi dari rangkaian bintang-bintang  sebagai imajinasi mimpi partikularnya. Melalui analisa terhadap mimpi, kegiatan tidak sadar dari pikiran dapat  terungkap. Namun ini tidak sepenuhnya bersifat kontradiktif di mana  kesadaran tetap memiliki peranan bagi mimpi untuk dapat termanifestasi. maka pengaruh yang dimiliki dari kesadaran mahluk hidup muncul secara kuat melalui  imajinasi yang diterima mahluk hidup dalam keadaan mimpi.Melalui interpretasi mimpinya, Freud mengungkapkan bahwa penjelasan  fisik tentang mimpi hanya akan membawa kita pada informasi kausalitas atas gejala mental yang dialami manusia  Seperti halnya  intensionalitas dari kesadaran yang diselidiki melalui fenomenologi, interpretasi 
mimpi menjadi jalan untuk penelusuran kegiatan mental yang terjadi pada keadaan tidak sadar ini dengan tetap bereferensi pada kesadaran mahluk hidup. Melalui  pengertian mimpi sebagai proses mental inilah Freud mengatakan keterkaitan  sisi kausalitas fisik dengan proses terjadinya mimpi. maka , proses mental yang secara khusus ditunjukkan melalui  pemenuhan keinginan dari mimpi menjadi bagian krusial dari interpretasi mimpi untuk mengetahui hubungan referensial dari kesadaran untuk mimpi dapat terjadi.
Proses mental itu menandakan analogi atas keadaan mimpi dengan keadaan  kesadaran mahluk hidup yang dalam mekanisme pewujud an mirip (meskipun tidak 
identik persis) dengan proses somatik keadaan sadar. Dalam itu, interpretasi .mimpi menjadi gerbang menuju pengertian atas proses itu serta  memahaminya sebagai manifestasi dari kesadaran.
Sebagai imajinasi atas konsep serta pengertian atas mimpi sebagai proses mental, diperlukan contoh masalah tentang mimpi itu sendiri yang juga dipakai 
oleh Freud sebagai metode interpretasi mimpinya. Dari beberapa contoh mimpi yang ia gunakan, berikut contoh yang diangkat oleh Freud untuk mengatakan 
mimpi sebagai proses mental yang mengikutsertakan keadaan fisik, faktor lingkungan  sekitar saat bermimpi, kesadaran mahluk hidup dalam wujud  ingatan, serta partikularitas  imajinasi mimpi. Deskripsi mimpi dari seorang ayah yang sedemikian mencintai anaknya itu 
mengindikasikan hubungan yang kuat antara keadaan mimpi sang ayah dengan  keadaan nyata eksternal dirinya. Keadaan eksternal yang terjadi, yaitu terbakarnya  jasad sang anak, bermanifestasi secara hiperbol dalam imajinasi mimpi sang ayah  melalui imajinasi hidup sang anak yang sudah mati itu. Proses somatik dari  keadaan mimpi ini mengindikasikan hubungan yang erat antara mental manusia 
dan fisiknya. Mimpi sebagai proses mental berkaitan erat dengan interpretasinya dalam  tahap penyampaian isi mimpi dari mahluk hidup. Dalam penyampaian ini, selain melalui  media bahasa, ada  satu faktor yang bagi Freud menonjol dalam menentukan  mimpi sebagai proses mental, yaitu melupakan ,Melupakan mimpi berkaitan dengan proses somatik di mana keadaan sekitar  mahluk hidup berpengaruh dengan mimpi yang dialami mahluk hidup. Melalui imajinasi mimpi yang diungkapkan Freud tentang terbakarnya jasad anak yang disaksikan  sendiri oleh sang ayah, proses penyampaian dinilai memadai. Namun, tidak 
dijamin bahwa imajinasi mimpi yang diungkapkan oleh sang ayah sebagai mahluk hidup  yang bermimpi itu utuh. Meskipun pada dasarnya fragmen dari mimpi di mana  sang ayah menyadari  anaknya mengungkapkan bahwa dirinya terbakar yaitu bagian paling menonjol dari mimpi yang diartikan, namun  imajinasi yang menjadi bagian dari proses mental dari mimpi itu telah 
menjadi bagian yang terlupakan dari mahluk hidup. 
Proses regresi dari sang ayah sebagai mahluk hidup yang bermimpi terlihat dari  keadaan tertidurnya  yang tidak ia sadari terlah terjadi berjam-jam. Secara 
fisik, sebagai faktor dari mahluk hidup sendiri, sang ayah dapat dikatakan dalam keadaan  terpukul dan depresi atas kehilangan anaknya. Sebagai salah satu imajinasi yang paling menonjol, faktor lingkungan sekitar mahluk hidup yang bermimpi berpengaruh 
dari berkembangnya lilin menjadi kebakaran domestik yang terjadi. dan  dari  penyampaian yang diakukan mahluk hidup, penonjolan dari imajinasi mimpi yang 
bersifat partikular dapat terlihat keadaan umum dari mahluk hidup yang bermimpi itu.  Contoh lain, yang dialami oleh teman dari peneliti terjadi dengan 
recollection yang mahluk hidup tulis pada pagi hari di mana mahluk hidup pada malamnnya  bermimpi. Mimpi yang disampaikan yaitu . Pada malam yang belum terlalu larut, aku berjalan di jalan gelap. Dalam  perjalanan itu aku bertemu seorang teman dengan tujuan perjalanan yang sama. Saat berjalan bersama, terdengan suara pasukan yang tengah  berlari ke arah kami. Pasukan itu memicu kami ketakutan dan kami 
pun memanjat tembok miring untuk menghindari pasukan itu. Saat memanjat, beberapa dari pasukan datang ke arah kami dan mendahului  kami memanjat tembok.  Mimpi yang dialami oleh mahluk hidup dituliskannya langsung segera sesudah dirinya 
terbangun. Dengan latar belakang mahluk hidup sebagai mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir, tingkat tekanan mental tidak dapat lepas dari 
imajinasi mimpi yang disampaikan itu..Mimpi yang mengindikasikan tekanan terhadap mental mahluk hidup itu  pada dasarnya tidak memiliki penonjolan fisik, namun mahluk hidup sendiri mengungkapkan bahwa saat imajinasi mimpi memanjat tembok, dirinya 
merasakan beban yang begitu berat untuk bergerak. keadaan sekitar yang  mempengaruhi mahluk hidup tidak lebih dari sekedar suasana kamar tidur pada 
umumnya dengan satu penonjolan di mana mahluk hidup menyadari bahwa pendingin  ruangan dinyalakan lebih dingin dari biasanya. Partikularitas dari setiap 
imajinasi mimpi yang ditunjukkan memiliki maknanya masing-masing, seperti  berjalan di jalan gelap pada malam hari mengindikasikan suatu proses yang 
sedang dijalankan oleh mahluk hidup dalam keadaan sadarnya dengan keraguan,  bertemu dengan teman dalam perjalanan di jalan gelap itu  mengindikasikan mahluk hidup yang tidak merasa sendiri dalam proses yang sedang ia jalani itu, imajinasi pasukan yang ditemuinya saat berjalan bersama dapat 
mengindikasikan wujud  ancaman yang mungkin ditemui saat menjalani proses .itu, dan  imajinasi memanjat tembok miring yang mengindikasikan 
puncak klimaks dari proses yang sedang dijalankan oleh mahluk hidup sendiri. interpretasi mimpi yang dilakukan itu mengindikasikan proses   mental yang terjadi atas pengaruh kuat dari kesadaran mahluk hidup atas dunia kenyataanya. ini menjadi dasar bagi pengertian mimpi sebagai proses mental dari manusia. pengertian konseptual itu dapat lebih dipahami dan 
dimengerti melalui imajinasi langsung contoh mimpi untuk diartikan  dan dikaitkan dengan kesadaran mahluk hidup.  maka  pengertian mimpi sebagai proses mental dari  manusia dapat tercapai dengan memahami terlebih dahulu kerja mimpi yang 
dimulai dari bagaimana mimpi itu sendiri dapat terjadi, memahami berbagai variasi yang mempengaruhinya, serta aplikasi langsung terhadap mimpi  sebagai imajinasi kegiatan yang terjadi dari ranah mental mahluk hidup dalam keadaan  tidak sadar. pengertian tentang kesadaran itu dikaji lebih  khusus dari 
segi kualitas dengan membahas qualia sebagai kualitas dari kesadaran itu sendiri.  Dimulai dengan pengertian tentang kesadaran sebagai latar belakang dari  qualia itu,  bagaimana kualitas tertentu dapat muncul dari  fenomena pengalaman manusia dalam wujud  qualia. Sebagai variasi yang  pusat dalam penelitian ini, qualia dibahas lebih jauh dari segi sifat, 
masalahnya dalam fungsionalisme sebagai oposisi terhadap eksistensi qualia  sendiri serta menegaskan kembali posisi qualia dalam kesadaran.

Secara historis, filosofi pikiran lahir dari perdebatan gagasan tentang pikiran dan fisik. pengertian dasar tentang dualisme yang membagi pikiran-fisik
disampaikan dalam awal masa renaisans atau abad ketujuhbelas oleh René  Descartes. Dualisme yang dijelaskan oleh Descartes menjadi fundamen dasar 
bagi perkembangan filsafat secara menonjol, termasuk hingga ranah filosofi pikiran Descates, melalui diktum cogito ergo sum, mengungkapkan bagaimana 
pikiran yaitu eksistensi mutlak dari mahluk hidup yang di luar dirinya tidak bisa ia  yakini keberadaannya. pengertian itu memisahkan pikiran sebagai yang 
immateril dengan fisik sebagai yang materil atau berkaitan dengan ketubuhan. masalah pikiran dan fisik muncul dalam persoalan otak manusia (human brain) 
yang berkaitan dengan mahluk hiduptivitas manusia. Terminologi perasaan mahluk hidup mengacu pada kesadaran yang muncul dari dalam. Perasaan 
mahlukhidupitu memiliki kualitas yang transparan. Kualitas itu dinamakan qualia yang hanya dapat dirasakan sendiri oleh mahluk hidup, serta imajinasi yang mungkin disampaikan hanyalah bersifat metafor. Sebagai contoh, rasa sakit dari lidah yang tergigit hanya bisa dirasakan oleh mahluk hidup dengan asosiasi waktu, lokasi, dan tekanan sebagai rasa sakit yang partikular dan melampaui deskrispsi fisik. Sisi lain dari imajinasi contoh itu yaitu aktivitas otak yang 
mendasar pada kerja sel saraf. Penjelasan ilmiah tentang keterkaitan aktivitas otak dan kerja sel saraf tidak lebih menuju pada fenomena fisik tubuh manusia 
semata. berdasar hal itu, perasaan mahlukhidup dipengaruhi oleh proses otak  yaitu reduksionisme atas gagasan mental yang dihasilkan oleh otak  sebagai fenomena fisik semata. maka , perasaan subektif harus 
diasosiasikan dengan kegiatan mental yang bersifat aksi yang  menandakan sisi deliberasi dari mahluk hidup atas kesadaran itu sendiri. aksi  mental itu menjadi manifestasi paling menonjol untuk menandakan  mahluk hiduptivitas kesadaran.
Kesadaran memiliki posisi pusat dalam perdebatan filosofi pikiran Dalam perdebatan tentang pikiran, fungsi otak masih menjadi variasi penting 
dalam kerangka dualisme untuk menandakan sisi materi dari fenomena mental  pikiran. Kesadaran   yaitu suatu keadaan atau state yang  memiliki keterarahan tertentu atau intesionalitas. Pembagian dualisme Cartesian  tentang pikiran-fisik yang terbagi atas res cogitans sebagai pikiran dan res extensa sebagai materi atau matter menjadi alat untuk pembagian ilmiah mengeai  penjelasan kesadaran. Melalui dualismenya, Descartes menolak pengertian dependensi pikiran sebagai non-fisik terhadap otak fisik sebagai fisik. Dalam pengertian dualisme, 
semesta terdiri dari dua komponen yang berbeda, komponen mental dan  komponen fisik yang keberadaannya semi-independen satu sama lain. Prinsipnya  yaitu pikiran bisa ada tanpa otak dan demikian pula sebaliknya. Kedua entitas ini 
berinteraksi melalui persilangan metafisis. Kritik terhadap dualisme muncul lewat  monisme yang menyatakan bahwa kenyataan yaitu satu kesatuan, termasuk pikiran dan otak. wujud  ekstrim dari monisme ini yaitu physicalism yang  mengidentikkan perasaan mahlukhidup dengan proses fisik otak. Pandangan  physicalism itu dinilai chauvinist dengan implikasinya yang hanya berlaku  pada organisme hidup berbasis karbon seperti manusia  yang dapat memiliki kesadaran, kesadaran sebagai fenomenal biologis seperti halnya kegiatan  fisik lain dari manusia seperti pembelahan sel, sistem pencernaan atau sistem 
reproduksi. Intensi Searle tidak mengacu pada reduksionisme terhadap kesadaran  yang berusaha mengatakannya dalam kerangka fisik. Searle sendiri tidak  mengafirmasi objektivitas kesadaran sehingga metode keilmiahan dinilai tidak tepat untuk mengkaji kesadaran. Namun objektivitas dari kesadaran pun tidak sepenuhnya salah dalam membahas kesadaran. masalah mahluk hiduptivitas dan  objektivitas ini yaitu permasalahan yang menyangkut manifestasi kesadaran  dalam kenyataan dan perspektifnya.
aksi mental  yaitu kesadaran   yang disadari 
kejadiannya. Kedasaran dari dalam  yaitu wujud  observasi dari dalam (inner observation) dari aksi mental. Inner awareness dari keadaan mental sadar mahluk hidup ada  dalam karakter dasar pengalaman dalam menyadari suatu objek. aksi mental 
dalam keadaan sadar yang menyadari-dirinya-sendiri 
yaitu justifikasi mahluk hidup atas kerja kesadarannya. pengertian itu  memiliki tendensi kuat terhadap fenomenologi dengan keterarahan atau 
intensionalitas yang belum menyentuh penjelasan inner awareness karena  fenomenologi berfokus pada proses kesadaran dalam hal anggapan mahluk hidup dengan  objek dalam suatu hubungan keterarahan tertentu. dapat dibahas  sebagai karakter reflektif yang menegaskan konten reflektif khusus atas  pengalaman. Teori tingkat tinggi dari kesadaran  menentukan awareness mahluk hidup atas keadaan mental sebagai 
anggapan tingkat tinggi atau pemikirannya sendiri.
Meskipun perasaan mahlukhidup identik dengan keadaan fisik, namun penjelasan tentang begaimana aktivitas elektrik sistem saraf manusia dapat 
menghasilkan perasaan mahlukhidup  suatu selera tidak dapat mengatakannya.  masalah pikiran-fisik bisa jadi tidak terselesaikan dalam artian apakah memang  tidak ada solusinya atau jika ada, kecerdasan manusia memiliki keterbatasan  untuk meraihnya. Konsep yang mengatakan otak manusia dapat tergambarkan sebagai pabrik pengolahan yang memiliki mekanisme produksi dengan bahan 
baku produksi dari indra yang disampaikan melalui kerja saraf dan komoditas  perasaan mahluk hidup sebagai produknya. Konsep itu terjebak pada reduksi otak sebagai semata-mata perangkat material yang tidak menjawab masalah bagaimana  aktivitas mental dapat muncul pada manusia ,
Pengalaman sehari-hari dapat mengatakan bagaimana paradigma  pengalaman kesadaran dapat muncul. Dalam contoh masalah melihat seekor kodok di 
taman sebagai awareness dari pengalaman visual yang terjadi. Melalui pertanyaan, ‘Apa yang baru saja aku lihat?’ yang dilontarkan kepada mahluk hidup, mahluk hidup dapat  mengingat kembali dan mengulang imajinasi pengalaman untuk mendeskripsikan,  mengartikan, dan menganalisa pengalaman yang baru saja dialaminya.  Dalam keadaan sebaliknya dengan perspektif ilmu kognisi, di mana apa yang mahluk hidup lihat tidak disadari pengalaman ‘melihat’-nya. Inner awareness yaitu 
bagian yang terintegrasi dari pengalaman kesadaran anggapan yang juga  yaitu bagian  khusus dari kegiatan kompleks kesadaran. berdasar hal  itu, kegiatan kesadaran manusia mengikutsertakan innner awareness atas aktivitas  yang terjadi. Awareness itu berbeda dengan rekoleksi refleksi,  kesadaran-waktu  serta kesadaran atas keadaan sekitar. maka , kesadaran sebagai fenomena biologis yang bersifat 
mental dari manusia yaitu keadaan yang bermanifestasi dalam kenyataan dan  memiliki sisi baik mahlukhidupuntuk mahluk hidup yang berkesadaran sendiri serta sisi objektif yang melihat bagaimana fenomena mirip dapat terjadi pada manusia  dengan kualitas yang tidak dapat terjelaskan melalui media bahasa, atau  setidaknya hanya dapat tersampaikan secara metafor semata. ini juga 
mengacu pada gagasan conceptual dualism dari John Searle tentang pandangan  terhadap pikiran. 
Perkembangan dari perdebatan pikiran-fisik mengarah pada masalah qualia. .Dengan perbandingan pada fenomena intensional, duplikasi dari dunia dapat 
diterima di mana qualia didistribusikan secara berbeda. Fenomena kualitas dari  pengalaman atau qualia yaitu wujud  intrinsik yang membutuhkan entitas utuh untuk kemunculannya. Jika wujud  berkualitas dari kesadaran yaitu intrinsik, maka yang akan bertahan hanyalah fungsionalisme. Namun bagi fungsionalisme,  qualia dinilai memiliki kecenderungan pada penjelasan epistemologi. itu memicu masalah qualia sebagai titik penentuan dalam memahami masalah 
pikiran-fisik. maka , dua masalah   dalam philosophy of pikiran,  masalah kesadaran dan masalah mental berada dalam satu wilayah. Thought 
experiment yang dijelaskan Thomas Nagel tentang ‘bagaimana rasanya  menjadi’ pada dasarnya tidak mengungkapkan secara langsung gagasan tentang qualia, namun sisi berkualitas dari pengalaman yang tidak terjelaskan melalui hipotesis ‘bagaimana rasanya menjadi’ memiliki ide dasar dari qualia. 
Kesadaran fenomenal atau "fenomenal kesadaran" yaitu pemakaian teknis dari kesadaran atau kesadaran. keadaan sadar dari manusia  menandakan kriteria ada nya variasi mental. Kesadaran ini pun bisa 
berwujud  intransitif yang dapat berarti menyadai sesuatu Kesadaran fenomenal menjadi term teknis untuk mengatakan kesadaran yang lebih aplikatif.
pengertian itu secara singkat dikenal sebagai qualia yang menunjuk  kesadaran secara fenomenal. keadaan yang identik dengan ‘bagaimana rasanya menjadi’ ini yaitu properti intrinsik yang secara langsung dialami oleh  mahluk hidup.  Perdebatan tentang qualia mendapat sanggahan kuat dari reduksionis.  Melalui berbagai argumen sanggahan seperti eliminative materialism, absent qualia, dan inverted qualia, reduksionis melalui teori neurokeilmiahan, , mengungkapkan bahwa qualia tidak mungkin ada. ini menjadi sepenuhnya ranah physicalism yang dari masalah kesadaran sendiri telah dianggap 
sebagai fenomena fisik dari proses kegiatan otak.
filosofi pikiran dalam perkembangan historis itu menjadi imajinasi bagaimana masalah kesadaran mendasar pada dualisme yang diungkapkan oleh Descartes. Dualisme yang mendapat counter dari materialisme  berkembang menjadi physicalism yang melahirkan pula disiplin ilmu seperti behaviourisme, fungsionalisme, dan neurokeilmiahan. Dualisme sendiri tetap menjadi acuan kuat bagi perkembangan filosofi pikiran yang menganggap sisi metafisis dari fenomena kesadaran. Fenomena kesadaran itu memiliki sisi 
masalah dari segi kualitasnya, yaitu qualia. 
Ilmu alam telah memberikan banyak informasi tentang kehidupan manusia.  Termasuk dalam bahasan sistem saraf menusia yang mengindikasikan proses fisis 
tentang hubungan dunia luar dengan daya tangkap manusia. pengertian  itu dikenal sebagai fungsionalisme. ada  kualitas rasa fisis tentang 
anggapan manusia dan juga rasa non-fisis yang tidak memiliki asosiasi samasekali dengan kualitas fisik. Kerja otak dapat terjelaskan melalui gelombang 
yang menandakan aktivitas fisiknya saat menerima stimuli, namun kualitas  mental dari mahluk hidup yang meilhat warna merah, merasakan gatal, merasa marah, natau mendengar suara halilintar tidak akan menandakan kualitas fisik yang  terukur. Qualia menjadi masalah   untuk mengatakan kualitas mental yang  berkaitan pula dengan kesadaran mahluk hidup. Seperti halnya posisi pusat kesadaran  dalam philosophy  pikiran, qualia pun memiliki posisi pusat dalam masalah kesadaran. Bahasan tentang qualia menjadi menonjol dalam membahas  kesadaran dengan variasi kualitasnya di mana melalui berbagai   experiment dapat tergambarkan.