Maret 07, 2022
Home »
ngengat dan semut hitam
» ngengat dan semut hitam
ngengat dan semut hitam
Maret 07, 2022
ngengat dan semut hitam
Tanaman kakao atau coklat Theobroma cacao L. l, produksi biji kakao
yang diperoleh masih tetap belum optimal dan bahkan sering mengalami
penurunan. berbagai faktor yang menjadi pemicu
turunnya produksi biji kakao, salah satunya yaitu sebab serangan hama.
Penurunan produksi biji kakao yang dipicu hama yaitu
serangga penggerek buah kakao
Conopomorpha cramella Snellen (Lepidoptera: Gracillaridae), kepik penghisap
buah kakao Helopeltis antonii (Hemiptera: Miridae), ulat kilan Hyposidra talaca
Walker (Lepidoptera: Geometridae), penggerek cabang atau batang Zeuzera sp.
(Lepidoptera: Cossidae), dan ulat api Darna trima (Lepidoptera: Cochiidae)
,Hama penggerek buah Conopomorpha cramerella dan hama penghisap
buah Helopeltis antonii yaitu dua hama utama yang seringkali menurunkan
produksi biji kakao, bahkan masing-masing mencapai angka 80% ,
Serangan kedua hama itu memicu biaya produksi kakao terpaksa harus ditingkatkan , memicu banyak areal
perkebunan kakao terpaksa dimusnahkan sebab tidak mampu memberikan hasil yang sesuai dengan besarnya
biaya produksi yang harus dikeluarkan , pemakaian
insektisida (racun serangga). berpotensi
memicu dampak negatif, antara lain: pencemaran lingkungan,
mengganggu kesehatan petani dan konsumen, membunuh flora dan fauna non
target, memicu resistensi hama, Oleh sebab itu, perlu dicari cara yang lain untuk menanggulangi hama penghisap
buah Helopeltis antonii tanpa memicu atau menekan seminimal mungkin
dampak negatifnya. Salah satu cara ialah pengendalian
hama secara biologis, yaitu dengan memanfaatkan musuh
alami hama, baik yang patogen, predator maupun parasitoid yang mampu
membunuh populasi hama secara alami. Salah satu musuh alami
yang dinilai berpotensi menanggulangi serangan hama penghisap buah Helopeltis
antonii ialah semut hitam Dolichoderus thoracicus Smith
Semut hitam Dolichoderus thoracicus pada tanaman kakao dipandang
sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kehidupan hama Helopeltis sp. Para
ilmuwan yang meneliti ini mengungkapkan bahwa perkebunan kakao yang dihuni oleh semut hitam D. thoracicus akan terhindar dari hama
Helopeltis sp. atau minimal tingkat serangan hama Helopeltis sp. di pohon itu dapat dikurangi ,Semut hitam D. thoracicus pada kakao sebetulnya bukan predator yang memakan H. antonii. Semut hitam berkompetisi dengan H. antonii
memperebutkan ruang atau tempat hidup pada pohon kakao. Semut hitam
biasanya bersarang dan aktif bergerak pada pohon, cabang, daun, dan buah kakao,
sehingga memicu imago H. antonii tidak dapat makan dan meletakkan
telurnya pada buah kakao ,Semakin banyak koloni semut
hitam D. thoracicus pada pohon kakao, khususnya pada bagian buah, akan
memicu hama H. antonii tidak berani menyerang buah itu. Akan tetapi
jika jumlah semut hitam sedikit dan hanya ada pada satu tangkai buah
saja, maka hama H. antonii akan menyerang buah pada bagian lain yang bebas
dari aktivitas semut hitam ,Populasi semut hitam D. thoracicus pada tanaman kakao dipengaruhi
oleh beberapa faktor, salah satunya keberadaan sumber makanan. Semut
memakan banyak jenis makanan. Sebagian besar semut memakan serangga kecil yang mereka tangkap, serangga-serangga mati yang dapat mereka
temukan, nektar dari tumbuhan, atau embun madu yang berasal dari sekresi kutu
putih,Dalam hidupnya semut hitam bersimbiosis dengan kutu putih seperti
Planococcus liliacinus dan Pseudococcus citri serta memakan cairan yang berasal
dari sekresi kutu putih. Cairan yang dinamakan “embun madu” inilah yang berperan
sebagai makanan utama semut hitam ,Akan tetapi, jumlah
embun madu yang dihasilkan kutu putih belum optimal untuk pertumbuhan koloni semut hitam, sebab keberhasilan menyebarkan kutu putih dan semut hitam di
satu pohon tidak selalu diikuti oleh keberhasilan penyebaran keduanya pada
pohon yang lain ,Jumlah populasi kutu putih yang tidak seimbang dengan luas areal
perkebunan kakao memicu semut hitam D. thoracicus kekurangan
makanan. Akibatnya, jumlah semut hitam yang ada dalam suatu areal perkebunan
tidak cukup untuk melindungi buah kakao sebab semut hitam tidak dapat
meningkatkan pertumbuhan koloninya.
Selain itu, kutu putih dapat memicu dampak negatif bagi tanaman.
Kutu putih menghisap cairan tanaman dan dapat memicu tumbuhnya
cendawan atau jamur pada daun sehingga akan merusak daun. Jamur dan kutu
putih sendiri akan menutupi daun sehingga dapat menghalangi cahaya matahari
yang jatuh pada daun. ini dapat mengganggu proses fotosintesis tanaman
Kutu putih menjadi hama yang lebih berbahaya dengan
kehadiran semut sebab semut melindunginya dari predator dan parasit. Populasi
kutu putih dalam jumlah besar bahkan dapat memicu kerontokan daun
Oleh sebab berbagai dampak negatif itu, maka perlu
dicari pakan alternatif yang mampu mengurangi ketergantungan semut hitam pada
kutu putih dan meningkatkan pertumbuhan koloni semut hitam D. thoracicus di
perkebunan kakao.
Makanan diperlukan semut untuk membentuk
sel dan jaringan serta diubah menjadi energi yang dipakai untuk beraktivitas. Perbedaan kualitas dan kuantitas pakan yang masuk ke dalam tubuh akan
berpengaruh pada perkembangan semut. Perbedaan kualitas pakan dipengaruhi
oleh komposisi karbohidrat, protein, lemak, dan air yang terkandung di dalamnya
,Pakan alternatif yang diberikan kepada koloni semut hitam harus
berdasar pada embun madu sebagai makanan utamanya, yaitu mengandung
glukosa, Akan tetapi, untuk kelestarian koloninya semut
juga memerlukan zat-zat yang lain. Semut memerlukan beberapa karbohidrat dan
protein dalam jumlah yang seimbang. Protein khususnya diperlukan oleh ratu
untuk menghasilkan telur dan pertumbuhan larva ,Kebutuhan semut akan makanan seringkali berubah-ubah. Pada waktu
ratu aktif memproduksi telur, semut pekerja akan mencari makanan yang banyak
mengandung protein sebagai makanan pokok ratu. Pada waktu yang lain, semut
pekerja tidak mencari protein dan proses pencarian makanan berubah mencari
makanan yang banyak mengandung gula dan lemak ,Oleh
sebab itu pakan yang diujikan sebaiknya mengandung glukosa, protein, lemak,
dan juga air untuk memenuhi kebutuhan semut akan cairan.
Pakan alternatif yang dipilih dalam penelitian yaitu gula kelapa, susu
kental manis, dan kepala ikan segar. Ketiga pakan itu mengandung
karbohidrat, protein, lemak, dan air dengan kadar yang berbeda-beda. Unsur yang
paling tinggi pada gula kelapa yaitu karbohidrat, pada susu kental manis yaitu
karbohidrat dan lemak, sedang pada ikan yaitu air dan protein. Pemilihan ketiga pakan alternatif yang diujikan itu dapat
membedakan pengaruh karbohidrat, protein, lemak, dan air bagi pembentukan
koloni semut hitam. pengetahuan tentang perilaku pembentukan koloni atau kolonisasi semut
hitam. Pemberian pakan alternatif diharapkan dapat mengetahui tipe atau cara
kolonisasi dan tahapan kolonisasi semut hitam sebab pengaruh atractan yang
berupa makanan. Dengan mengetahui perilaku kolonisasinya diharapkan
penerapan di lapangan dapat lebih efektif dan efisien.
Jenis pakan alternatif apakah yang dapat berfungsi sebagai atractan dan baik
untuk pertumbuhan koloni semut hitam ? Bagaimana kolonisasi semut hitam dengan pemberian pakan alternatif di sarang buatan pada tanaman kakao ?
Semut yaitu jenis serangga dengan jumlah spesies dan pribadi yang
sangat besar. Jumlah semut di permukaan bumi terdiri lebih dari 12.000 spesies,
akan tetapi baru 7600 spesies dari 250 genus yang telah diberi nama dan
dideskripsikan. Keanekaragaman semut yang terbesar berada di area tropis.
Semut tersebar luas di seluruh tempat kecuali di lautan, mulai dari area Arctic
di utara sampai area kutub di selatan , semut sangat bermanfaat dalam kehidupan, antara lain:
Semut menyuburkan tanah saat memproses makanannya
,Semut l berperan sebagai dekomposer
,Semut membantu menyebarkan biji-bijian
, Sarang semut di tanah memicu udara dapat masuk ke dalam tanah
, Beberapa jenis semut memakan serangga pengganggu (hama)
,
Semut pemakan tanaman membantu lingkungan dengan memakan tanaman
yang mengganggu
Semut hitam Dolichoderus thoracicus Smith yaitu spesies semut
yang area penyebarannya tersebar luas di Asia Tenggara, terutama di area
dengan ketinggian kurang dari 1.300 meter di atas permukaan laut. Semut hitam banyak dijumpai pada tanaman jeruk, kakao, kopi, dan mangga . Sarang semut hitam biasanya berada di atas permukaan tanah (tumpukan
seresah daun kering) dan juga pelepah daun kelapa (jika kakao ditanam bersama
dengan kelapa) atau di tempat-tempat lain yang kering dan gelap dan tidak jauh
dari sumber makanan ,Semut hitam D. thoracicus biasanya keluar dari sarangnya pada waktu
pagi dan sore hari saat suhu tidak terlalu panas. Semut akan menuju pucuk pucuk tanaman untuk memperoleh cahaya matahari sambil menjalankan
aktivitasnya. Akan tetapi pada siang hari saat suhu udara panas, semut akan
bersembunyi pada tempat-tempat yang terlindung dari sengatan sinar matahari
secara langsung, seperti di dalam sarang, di balik dedaunan, di tanah,
Semut hitam D. thoracicus termasuk dalam Ordo Hymenoptera (serangga
bersayap bening) dan masuk dalam Familia Formicidae. Menurut Kalshoven ,klasifikasi semut hitam D. thoracicus yaitu sebagai berikut :
Filum : Arthropoda
Kelas : Hexapoda
Ordo : Hymenoptera
Famili : Formicidae
Sub famili : Dolichoderinae
Genus : Dolichoderus
Spesies : Dolichoderus thoracicus Smith Semut hitam Dolichoderus thoracicus hidup dalam organisasi sosial yang
terdiri dari beberapa pribadi dan membentuk suatu warga yang dinamakan
koloni. Koloni semut terdiri dari kelompok-kelompok yang dinamakan kasta. Semut
hitam terdiri dari beberapa kasta, yaitu: ratu, pejantan, dan pekerja. Semut pekerja
dibagi dua, yaitu pekerja dan prajurit. Kasta-kasta semut memiliki tugas yang
berbeda-beda, akan tetapi tetap saling berinteraksi dan bekerja sama demi
kelangsungan hidupnya
-Semut Ratu
Semut ratu memiliki tubuh yang lebih besar dibandingkan anggota koloni yang
lain, panjangnya kirakira 4,9 milimeter, komponen-komponen mata berkembang
dengan sempurna, dan memiliki mekanisme terbang berupa sayap yang telah
berkembang dengan baik sejak memasuki tahap imago. Dalam satu koloni biasanya
ada lebih dari seekor ratu. Pada setiap 100 - 200 semut pekerja biasanya
ada seekor ratu , Semut ratu lebih banyak ditemukan pada
musim penghujan dibandingkan saat kemarau. ini dipicu pada musim
penghujan tersedia banyak sumber makanan dan tanaman untuk memicu sarang
sehingga mendukung untuk pertumbuhan koloninya ,Ratu menghasilkan hormon yang dinamakan feromon dan memiliki bau yang
khas. Feromon memicu seluruh anggota koloni tetap bekerja sama dan saling
melindungi serta saling mengenali anggota koloninya. Feromon juga dipakai
pekerja untuk menandai jalur pencarian makanan sehingga mudah diikuti pekerja
yang lain . Setiap koloni memiliki bau yang berbeda dengan
koloni lain dan semua anggota dari koloni yang sama memiliki bau yang sama. ini memudahkan semut mengetahui jika ada musuh yang masuk ke sarangnya. ratu memiliki fungsi menghasilkan telur
untuk perbanyakan koloni,Semut ratu yang telah siap kawin akan meninggalkan sarang bersama
semut jantan untuk melaksanakan perkawinan pada waktu kondisi lingkungan
mendukung. Perkawinan biasanya terjadi di udara atau biasa dinamakan kawin
terbang. sesudah melakukan perkawinan, ratu menanggalkan sayapnya dan
mencari tempat yang nyaman dan terlindung sebagai sarang untuk meletakkan
telurnya. Pada awal-awal terbentuknya koloni, ratu merawat, mencari makan dan memberi makan anak-anaknya dari kelenjar saliva (kelenjar liur) atau
dengan cadangan lemak dari otot terbangnya. sesudah koloni berkembang dan
memiliki pekerja, ratu tidak pernah meninggalkan sarang dan hanya
menghasilkan telur dan mengatur koloni, sementara tugas-tugas yang lain
dilaksanakan oleh pekerja ,
-Semut Jantan
Semut jantan ukuran tubuhnya lebih kecil dibandingkan ratu, berwarna
kehitam-hitaman, memiliki antena dan sayap seperti ratu, dan komponen komponen mata telah berkembang sempurna. Semut jantan jumlahnya lebih
banyak dibandingkan ratu, akan tetapi masa hidupnya singkat. Semut jantan hanya
diproduksi pada saat-saat tertentu dalam satu tahun, yaitu pada musim kawin dan
sesudah melakukan perkawinan dengan ratu, semut jantan biasanya akan mati
-Semut Pekerja
Semut pekerja memiliki ciri-ciri yang mudah dikenal, panjangnya 3,6 -
4,1 milimeter, kaki berwarna cokelat, thoraks mereduksi, dan mekanisme
terbangnya tidak pernah berkembang (tidak memiliki sayap), perut bagian
depan mengecil dengan satu atau dua tonjolan ke arah dorsal, antena berwarna
cokelat dan bertipe geniculate, yaitu ruas pertama memanjang dan ruas berikutnya
pendek-pendek membentuk sudut dengan ruas yang pertama,Semut pekerja memiliki sengat, rahang yang kuat, dan kelenjar yang dapat
menghasilkan asam formiat. Alat-alat itu berfungsi sebagai alat pertahanan
yang efektif untuk melawan musuh dan melindungi diri serta koloninya
,Semut pekerja sebetulnya semut betina yang steril atau
mandul. Pekerja terbagi menjadi beberapa kelompok berdasar perbedaan
ukuran tubuhnya. Semut pekerja yang paling besar dinamakan pekerja mayor,
yang berukuran sedang dinamakan pekerja menengah, dan yang paling kecil dinamakan
pekerja minor. Setiap kelompok memiliki tugas yang berbeda dan saling bekerja
sama dalam menjalankan tugasnya
Semut pekerja yaitu pelaksana sebagian besar aktivitas koloni,
sehingga di dalamnya terbagi menjadi beberapa kelompok berdasar tugasnya.
Kelompok-kelompok ini dinamakan budak, pencuri, pengasuh, pembangun, dan
pengumpul. Setiap kelompok memiliki tugas yang berbeda-beda, antara lain:
melawan musuh, mencari makanan, membangun sarang, merawat dan memberi
makan larva dan ratu, dan ada pula yang bertugas memelihara dan membersihkan sarang.
-Semut Prajurit
Semut pekerja berbeda-beda ukuran tubuhnya. Generasi pekerja dari telur
ratu yang pertama kali membangun sarang ukuran tubuhnya lebih kecil
dibandingkan dengan pekerja yang dilahirkan sesudah itu. Dalam ini muncul 2
kasta pekerja yang berbeda, yang memiliki ukuran tubuh besar dinamakan prajurit
dan yang ukurannya kecil menjadi pekerja. Semut prajurit memiliki kepala yang
besar, terdiri dari bahan kitin yang kokoh dan rahang atas mandibula yang kuat.
Tugas prajurit yaitu berkelahi dan melindungi sarang. Selain itu semut prajurit
juga membantu pekerja yang tubuhnya kecil-kecil mengangkut makanan ke dalam
sarang ,Pembagian kasta ratu, jantan, dan pekerja tergantung pada jumlah
makanan yang diterima saat semut masih berbentuk larva. Semut pekerja
memberi makan larva berdasar ukuran larva dan arahan tugas larva itu ke
depan. Semut muda yang diarahkan untuk mengemban tugas perbanyakan koloni
atau menjadi ratu, menerima pakan yang kaya putih telur (protein), sedang
calon pekerja menerima makanan yang banyak mengandung karbohidrat
Siklus Hidup Semut Hitam D. thoracicus
Semut melalui proses perkembangan bentuk tubuh yang berbeda-beda
mulai dari telur sampai dewasa. Proses perubahan bentuk ini dinamakan
metamorfosis. Semut hitam D. thoracicus termasuk serangga yang mengalami metamorfosis sempurna atau metamorfosis holometabola. Siklus hidup semut
yaitu: telur, larva, pupa, dan imago atau dewasa
-Telur
Telur semut berwarna putih, berbentuk lonjong, panjangnya 1-1,5
milimeter, dan lama tahap telur yaitu 14 hari . Telur
diproduksi 10-20 hari sesudah kopulasi antara ratu dan semut jantan. Produksi telur
semut hitam rata-rata 1.300 - 1.700 butir per tahun. Telur-telur itu diletakkan
di dalam sarangnya yang berada di lubang-lubang pohon atau di balik dedaunan
,Telur-telur semut di sarang dirawat oleh semut pekerja. Semut pekerja
akan memindahkan telur dari sarang jika kondisi sarang berubah lembab atau
memburuk, dan mengembalikannya ke dalam sarang jika keadaan sudah normal.
ini dilakukan untuk menghindari infeksi cendawan dan gangguan dari luar
seperti predator, semut antagonis, dan lain-lain. Telur-telur dipindahkan ke
ruangan-ruangan yang berbeda di dalam sarang berdasar suhu di masing masing ruangan itu dengan tujuan untuk mempercepat waktu penetasan
-Larva
Telur-telur semut lalu akan menetas menjadi larva. Larva semut
tampak seperti belatung, berwarna putih, kepala terdiri atas 13 segmen, dan lama
tahap larva yaitu 15 hari , Larva semut hitam memperoleh
pakan berupa cairan ludah dari kelenjar saliva ratu, dari cadangan lemak otot
terbang ratu, atau jika koloni sudah memiliki pekerja maka diberi makan oleh pekerjanya Larva biasanya makan sepanjang waktu sebab
mereka harus menyimpan energi yang cukup untuk memasuki tahap pupa. Para
pekerja memberi makan larva dengan embun madu dan serangga-serangga kecil
atau jika makanan sulit diperoleh, larva akan memakan telur yang tidak menetas
,
Semut pekerja memisahkan larva ke dalam kelompok-kelompok menurut
ukuran tubuh dan umurnya. Pekerja akan memberikan perhatian yang lebih
jika ada seekor yang ukurannya besar, sebab biasanya ia
itu akan menjadi ratu atau semut jantan. Pemisahan larva dalam kelompok kelompok yang ukurannya sama menjamin bahwa setiap larva akan mendapat
perhatian dan makanan yang cukup
-Pupa
Larva semut kemudian akan berubah menjadi pupa. Pupa semut hitam
berwarna putih, tidak terbungkus kokon seperti kebanyakan serangga yang lain,
dan lama tahap pupa yaitu 14 hari. Pada saat berbentuk pupa, semut hitam
mengalami periode tidak makan atau non-feeding periode
-Imago
tahap terakhir dalam metamorfosis semut yaitu imago. Imago berwarna
hitam, organ-organ tubuh mulai berfungsi, dan mulai terpisah menurut kastanya
masing-masing. Koloni akan lebih banyak menghasilkan pekerja dibandingkan kasta kasta yang lain pada awal-awal terbentuknya koloni. ini dilakukan untuk
meringankan tugas ratu sebab sebagian besar aktivitas koloni akan dilaksanakan oleh pekerja. Lama siklus hidup semut hitam kirakira 40 hari dan semut dapat
bertahan hidup selama 2-3 tahun ,
Sebagian besar serangga bersifat soliter, yaitu interaksi di antara
kelompok dewasanya terbatas hanya pada aktivitas perkawinan dan kompetisi,
dan hubungan antara dewasa dengan anak atau keturunannya berhenti pada saat
induk meletakkan telurnya tanpa ada perawatan lebih lanjut. Tingkatan tertinggi
dalam perilaku sosial makhluk hidup dinamakan eusosial atau perilaku sosial yang
sejati. Perilaku ini hanya dicapai oleh 2 ordo insecta, yaitu Isoptera dan
Hymenoptera. Kelompok eusosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Minimal ada 2 generasi yang saling melengkapi, sehingga keturunan akan
membantu induknya dalam kerja-kerja koloni Anggota-anggotanya bekerja sama merawat yang lebih muda
,
Ada divisi atau kasta, yaitu reproduktif dan pekerja,
Semut yaitu serangga yang bersifat eusosial dan hidup dalam
kelompok-kelompok yang dinamakan koloni. Istilah koloni berasal dari bahasa Latin
colonia, yaitu beberapa organisme dari spesies yang sama dan hidup bersama sama membentuk simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan, seperti
pertahanan yang lebih kuat, kemampuan menyerang lawan yang lebih besar, koloni yaitu satu
kelompok sosial dari suatu spesies yang hidup bersama-sama di suatu tempat
membentuk warga yang terorganisasi dengan baik. Jadi, kolonisasi yaitu suatu proses pembentukan warga dari kelompok sosial suatu spesies di
area tertentu.
Koloni semut yaitu suatu kelompok yang aktivitasnya berjalan
sangat teratur dan ada pembagian kerja yang efektif di antara anggota koloninya.
Aktivitas semut dalam koloni meliputi aktivitas di dalam sarang dan aktivitas di
luar sarang. Aktivitas-aktivitas semut di dalam sarang biasanya dilakukan oleh
ratu, semut jantan, dan semut pekerja yang usianya masih muda. Di dalam sarang
semut dewasa merawat anggota yang muda (bentuk pra-dewasa, yaitu: telur, larva,
dan pupa), menghasilkan dan menyediakan pakan, membangun dan memelihara
sarang, berjaga-jaga, dan lain-lain ,
Aktivitas atau perilaku semut di luar sarang dibagi menjadi 4 tugas, yaitu:
mencari makanan; kerja patroli, yaitu survei lokasi dan memperkirakan
keberadaan makanan dan berjaga-jaga jika ada pekerja dari luar koloni; kerja
pertengahan, yaitu membuang sampah; dan kerja perawatan sarang, yaitu
membangun dan membersihkan sarang ,
aktivitas semut di dalam sebuah koloni dapat
digambarkan Koloni semut dapat bertahan selama beberapa tahun. Jumlah koloni
berkisar antara puluhan sampai jutaan pribadi, tergantung spesiesnya. Koloni
tinggal di suatu tempat, akan tetapi para pekerja aktif bergerak dari sumber
makanan satu ke sumber makanan yang lain. Koloni terdiri dari satu sampai
beberapa ratu, beberapa semut jantan yang hanya diproduksi pada saat-saat
tertentu untuk kawin dengan betina, dan semut pekerja yang jumlahnya paling
besar dalam sebuah koloni ,Semut memiliki beberapa persamaan dengan rayap, termasuk dalam
pembentukan koloninya. Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam kolonisasi,
yaitu cara terbentuknya koloni atau tipe kolonisasi dan proses atau tahap-tahap kolonisasi. dua macam cara terbentuknya
koloni atau tipe kolonisasi semut, yaitu :
-Pembentukan koloni dengan cara migrasi
Pembentukan koloni secara migrasi diawali dengan kepergian semutbsemut pekerja dalam kelompok yang teratur untuk meninggalkan sarang induknya
dan membentuk koloni di tempat yang baru. Proses migrasi biasanya terjadi
sebab adanya rangsangan dari luar, baik berupa makanan, sarang, predator, atau sebab sarang yang lama mengalami kerusakan, dan lain-lain. Kolonisasi secara
migrasi diawali oleh pencarian makanan oleh semut pekerja yang aktif bergerak
mencari makanan. Migrasi ini kemudian diikuti oleh semut ratu,
bahwa proses pembentukan
koloni atau kolonisasi semut terdiri dari beberapa tahapan yang berbeda-beda,
tergantung spesiesnya. Akan tetapi secara umum ada tiga tahapan dalam
kolonisasi semut, yaitu:
Tahap pembentukan diawali oleh kepergian ratu dan semut jantan dari
sarang atau koloninya untuk melakukan perkawinan. Ratu yang telah kawin
dengan satu atau lebih semut jantan akan kemudian mencari sarang yang nyaman
di permukaan tanah atau pada bagian-bagian tanaman untuk meletakkan telurnya.
Ratu kemudian membangun sarang dan membesarkan para pekerjanya yang
pertama dengan menggunakan jaringan tubuhnya sendiri dengan cara mengurangi
fungsi otot-otot terbangnya dan cadangan lemaknya untuk memproduksi telur dan
memberi makan larva ,Semut pekerja yaitu perintis terbentuknya koloni pada kolonisasi
yang terjadi secara migrasi. Semut pekerja yang bertugas mencari makanan, akan
memulai perpindahan ke tempat baru sesudah memperoleh informasi atau
menemukan sumber makanan di tempat itu. Sebagian semut pekerja akan
kembali ke sarangnya dan memberi informasi kepada koloni induk tentang
keberadaan sumber makanan. Informasi yang direspon positif akan dilanjutkan
dengan pengangkutan anak-anak semut, khususnya larva dan pupa ke sarang baru itu . Semut pekerja yang mampu mengenali larva dari
koloninya sendiri akan membawa larva yang menjadi tanggung jawabnya saat
terjadi sesuatu, termasuk saat terjadi perpindahan. Migrasi pekerja dan anakan
semut akan diikuti oleh migrasi ratu .
Tahap perluasan ditandai dengan keberadaan seekor ratu yang mengendalikan aktivitas koloni. Semut pekerja akan mengambil alih tugas
ratu untuk mencari makan, memperluas sarang, merawat telur, dan memberi
makan larva dan ratu. Semut ratu berkonsentrasi untuk menghasilkan telur dan
mengatur aktivitas koloni. Koloni terus berkembang dari segi ukuran dan
jumlahnya, sehingga pekerja bertambah besar dan kasta-kasta yang baru
ditambahkan .
Tahap Reproduksi.
yaitu dimana Koloni memasuki tahap reproduksi sesudah mencapai suatu ukuran
populasi tertentu. Pada tahap reproduksi, ratu mulai memproduksi ratu dan semut
jantan baru yang akan membentuk generasi berikutnya. Pada tahap reproduksi
ada lebih dari seekor ratu yang nantinya akan membantu tugas-tugas ratu
untuk mengembangkan koloni dan juga akan dilepaskan ke alam agar membentuk
koloni yang baru .
- Pembentukan koloni oleh kasta reproduktif (ratu).
Pembentukan koloni baru diawali dengan kepergian ratu dari sarangnya
untuk melakukan perkawinan dengan semut jantan di udara sehingga dinamakan
kawin terbang atau terbang pengantin. Semut ratu kemudian mencari tempat yang
cocok dan menanggalkan sayap dengan memuntirnya menggunakan rahang atau
menggesek-gesekkannya pada benda yang keras. sesudah itu, ratu meletakkan
telurnya di sarang baru itu dan merawatnya sampai menetas dan menjadi
para pekerjanya yang pertama
Kolonisasi dari perkawinan ratu dan jantan terjadi pada koloni semut yang
telah mencapai jumlah yang besar sehingga memerlukan perluasan koloni dengan
cara melepaskan beberapa ratu dan pejantan dari koloni induk untuk
melangsungkan perkawinan dan membentuk koloni di sarang yang baru.
Kolonisasi melalui cara ini memerlukan waktu lebih lama sebab koloni dibentuk
mulai dari nol sehingga ratu harus mencari makan dan melaksanakan sebagian
besar aktivitas koloni sampai munculnya kasta pekerja yang akan mengambil alih
tugas-tugas itu
Serangan hama Helopeltis antonii yaitu yang memicu turunnya produksi biji kakao. Selain
menyerang kakao, hama Helopeltis sp. juga menyerang tanaman kina, kayu manis, jambu bol, teh-tehan, cabe rawit, dan berbagai jenis tanaman rumputbrumputan. Hama Helopeltis sp.dapat hidup dengan baik di area dataran rendah
± 200 meter maupun di tempat yang ketinggiannya tidak melebihi 1400 meter dari
permukaan laut ,Hama Helopeltis sp. biasanya menyerang atau menghisap buah kakao
muda, daun muda, dan kuncup bunga sehingga meninggalkan bercak-bercak
berwarna coklat kehitam-hitaman yang berbentuk cekung. Pucuk-pucuk daun
biasanya terserang jika buahnya sedikit ,Serangan hama pada
daun dapat memicu kematian daun. Serangan pada pada tunas akan
memicu kematian tunas, sedang serangan pada buah kakao yang masih
muda yaitu yang berukuran < 5 cm akan memicu buah mengering dan
gugur. Pada tingkat serangan ringan, buah dapat tetap berkembang tetapi mutunya
berkurang sebab bijinya menjadi lebih kecil. Pada tingkat serangan berat,
pertumbuhan tanaman terganggu dan akan menurunkan produksi biji kakao
hingga mencapai angka 60 %
pemakaian racun serangga atau insektisida memiliki banyak kelemahan sebab dapat memicu berbagai
dampak negatif, antara lain: mengganggu kesehatan petani dan konsumen,
meningkatkan biaya produksi, memicu resistensi hama, ledakan hama sekunder, pencemaran lingkungan, dan membunuh flora dan fauna non-target
yang hidup di perkebunan kakao,
pemakaian semut hitam sebagai musuh alami hama sebetulnya bukan
teknologi baru dalam pengendalian hama Helopeltis sp. Pada tahun 1908, semut
hitam telah diketahui mampu mengurangi kerusakan yang ditimbulkan oleh hama
penghisap buah Helopeltis sp. di area Jawa Barat sesudah
itu, pada tahun 1980-an semut hitam dipilih sebagai komponen pengendalian
hama kakao di perkebunan area Sumatera Utara , Akan tetapi
sayang, penelitian tentang semut hitam di Indonesia tidak dilaksanakan secara
maksimal. Selain itu publikasi dan penyuluhan kepada petani tentang pemanfaatan
semut hitam sebagai musuh alami Helopeltis sp. sangat sedikit sehingga
memicu petani mulai melupakan semut hitam dan kembali bergantung pada
pemakaian insektisida ,Semut hitam D. thoracicus yaitu musuh alami hama yang hidup
berkompetisi dengan kepik penghisap buah Helopeltis antonii. Kompetisi terjadi
jika kedua organisme atau lebih memerlukan sumber yang sama dan tersedia
dalam keadaan yang terbatas untuk kelangsungan hidupnya. Sumber yang
diperlukan itu dapat meliputi makanan, ruang atau tempat hidup, dan cahaya
matahari. Hubungan negatif antara semut hitam D. thoracicus dengan H. antonii
terjadi sebab semut hitam biasanya aktif bergerak pada buah kakao yang juga
yaitu tempat hidup hama Helopeltis antonii. Jadi ada kompetisi
memperebutkan ruang atau tempat hidup di antara keduanya. Keberadaan semut hitam pada buah kakao dapat mengganggu H. antonii yang menyerang buah
kakao , Buah atau pucuk kakao yang
dihuni oleh koloni semut hitam memicu H. antonii tidak dapat meletakkan
telurnya sebab mendapat gangguan dari aktivitas pergerakan semut hitam
,Semakin banyak koloni semut hitam D. thoracicus pada kakao, khususnya
pada bagian buahnya, maka akan memicu hama penghisap buah H. antonii tidak
berani menyerang buah itu. Hama penghisap buah H. antonii akan selalu
berusaha menyerang buah yang bebas dari aktivitas semut hitam. Oleh sebab itu
untuk mengurangi serangan H. antonii diperlukan semut hitam dalam jumlah
yang besar ,
Ada tiga faktor yang dapat mendukung agar semut hitam cepat hadir
dengan populasi yang tinggi yaitu: menyediakan sarang yang cukup, menyediakan
pakan, dan menghilangkan semut antagonis ,Setiap makhluk
hidup memerlukan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. bahwa nutrisi
berhubungan proses perubahan bentuk berbagai substansi yang didapat dari
makanan utama menjadi bahan-bahan penyusun tubuh dan energi untuk
melakukan segala aktivitas hidupnya. Kebutuhan nutrisi tergantung pada
kemampuan sintesis dan sifat dasar genetik makhluk hidup. Sehubungan dengan nutrisi itu, ada hubungan langsung dan esensial antara faktor lingkungan,
pakan utama, dan proses vital suatu serangga ,Pakan yaitu salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
kehidupan serangga, sedang makanan sendiri ditentukan oleh kualitas dan
kuantitasnya. Makanan harus memenuhi persyaratan untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Semut memperoleh nutrisi dari zat-zat yang terkandung di
dalam pakannya. Perbedaan kualitas dan kuantitas pakan dipengaruhi oleh
perbedaan dalam komposisi karbohidrat, protein, lemak, dan air ,
Ketidakseimbangan atau tidak tersedianya zat-zat tertentu di dalam pakan dapat
menghambat pertumbuhan serangga, sehingga menjadi tidak normal Kekurangan beberapa unsur hara di dalam pakan dapat memicu
terganggunya pertumbuhan, pergantian kulit, mempengaruhi bentuk tubuh, dan
dapat memicu kerusakan alat reproduksi. Kebutuhan semut akan makanan
dapat berubah pada setiap tahap perkembangan ,Pada waktu semut ratu aktif memproduksi telur, semut
pekerja akan mencari makanan yang banyak mengandung protein sebagai
makanan pokok ratu. Pada waktu yang lain, semut pekerja tidak mencari protein
dan proses pencarian makanan berubah mencari makanan yang banyak
mengandung gula dan lemak Karbohidrat yaitu sumber energi terbesar bagi kehidupan serangga.
Kelebihan karbohidrat disimpan dalam bentuk lemak. Karbohidrat diperlukan
serangga untuk memacu pertumbuhan , perkembangan, aktivitas reproduksi, dan kelangsungan hidupnya. Bentuk-bentuk karbohidrat yang
dipakai oleh serangga yaitu fruktosa, glukosa, laktosa, maltosa, rafinosa,
sorbitol, sukrosa, selulosa, hemiselulosa, glikogen
Semut memerlukan karbohidrat dalam bentuk glukosa,dan beberapa asam amino untuk pertumbuhan,
perkembangan, dan produksi telur. asam amino juga untuk
memproduksi sel-sel baru dan enzim. asam amino dapat dipenuhi
dengan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein sebab asam
amino diperoleh dari pemecahan protein , lemak yaitu sumber energi yang penting bagi kehidupan
serangga. Lemak diperlukan semut untuk pertumbuhan larva, perkembangan
sayap, dan pergantian kulit , Semut memerlukan
air untuk mengatur keseimbangan kadar air di dalam tubuhnya. Air juga
untuk proses metabolisme dan produksi telur. Jumlah air
yang diperlukan tergantung pada air yang hilang dari tubuh . Kadar air pada tubuh serangga berkisar antara 50 % sampai 90 % dari berat
badannya. Kadar air tinggi pada stadium larva, kemudian menurun pada stadium
pupa dan terendah pada stadium imago ,
Kualitas dan kuantitas pakan mempengaruhi persentase tetas telur yang
menjadi larva jantan dan betina,Persentase telur semut hitam untuk menjadi semut betina lebih besar jika makanannya banyak mengandung protein. bahwa pertumbuhan larva semut hitam akan terhenti jika
diberikan pakan yang kandungan proteinnya rendah, sebaliknya pertumbuhan
akan normal kembali jika diberikan pakan yang kandungan proteinnya tinggi.
Kualitas dan kuantitas makanan di dalam sarang juga akan menentukan
jumlah semut pekerja yang aktif dalam sebuah koloni. jika makanan cukup
tersedia, maka anggota koloni, khususnya pekerja yang aktif kurang dari 5 % dari
keseluruhan anggota koloni, sedang yang lain tidak aktif dan tetap berada di
sarangnya. Akan tetapi jika persediaan pakan di sarang terbatas, kira-kira 30 %
dari anggota koloni akan aktif mencari pakan,
Semut memakan banyak jenis makanan. Semut memakan serangga kecil yang mereka tangkap, serangga-serangga mati yang dapat mereka
temukan, nektar dari tumbuhan, atau embun madu yang berasal dari sekresi kutu
putih , jika jumlah embun madu terbatas, semut memakan
kulit buah dari rumput-rumputan Peperomia pellucida ,semut hitam bersimbiosis dengan kutu putih seperti
Planococcus liliacinus dan Pseudococcus citri serta memakan cairan yang berasal
dari sekresi kutu putih. Cairan yang dinamakan “embun madu” inilah yang berperan
sebagai makanan utama semut hitam , tetapi, jumlah
embun madu yang dihasilkan kutu putih belum optimal untuk pertumbuhan koloni
semut hitam, sebab keberhasilan menyebarkan kutu putih dan semut hitam di
satu pohon tidak selalu diikuti oleh keberhasilan penyebaran keduanya pada
pohon yang lain , kutu putih dapat memicu dampak negatif bagi tanaman.
Kutu putih menghisap cairan tanaman dan dapat memicu tumbuhnya
cendawan atau jamur pada daun sehingga akan merusak daun. Jamur dan kutu
putih sendiri akan menutupi daun sehingga dapat menghalangi cahaya matahari
yang jatuh pada daun. ini dapat mengganggu proses fotosintesis tanaman
,Kutu putih menjadi hama yang lebih berbahaya dengan
kehadiran semut sebab semut melindunginya dari predator dan parasit. Populasi
kutu putih dalam jumlah besar bahkan dapat memicu kerontokan daun ,
Semut hitam Dolichoderus thoracicus Smith berpotensi sebagai musuh
alami hama penghisap buah Helopeltis antonii pada tanaman kakao. Semakin
banyak jumlah semut hitam, memicu H. antonii tidak berani menyerang
buah kakao sebab pergerakan semut hitam memicu H. antonii tidak dapat
meletakkan telurnya pada buah kakao. Oleh sebab itu perlu ada usaha
perbanyakan semut hitam di pohon kakao untuk menekan hama H. antonii. Ada 3
faktor yang mendukung agar semut hitam cepat membentuk koloni, yaitu:
menyediakan pakan, menyediakan sarang, dan menghilangkan semut antagonis.
Semut memakan serangga-serangga kecil yang mereka tangkap, serangga mati yang mereka temukan, nektar dari tumbuhan, atau embun madu
yang berasal dari sekresi kutu putih tetapi semut hitam
sering bergantung pada embun madu yang jumlahnya terbatas. perlu pakan alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada
kutu putih. Pakan alternatif yang diberikan harus sesuai dengan embun madu,
yaitu mengandung glukosa. pakan yang disediakan juga ada yang
mengandung protein, lemak, dan air. ini dipicu pada saat-saat tertentu
semut juga memerlukan protein dan lemak. Perbedaan komposisi zat gizi ketiga
jenis pakan yang diberikan mempengaruhi kolonisasi semut hitam pada
masing-masing sarang.
hal penting yang perlu diketahui dalam kolonisasi, yaitu tipe
kolonisasi dan tahap-tahap kolonisasi. Pengetahuan tentang kolonisasi dapat
menjadi acuan di masa mendatang untuk budidaya dan
pemberantasan, untuk menentukan tipe dan tahapan kolonisasi
yaitu waktu kedatangan dan jumlah semut ratu, semut jantan, pekerja, larva, dan
pupa semut hitam pada sarang. dengan melihat jumlah telur, larva,
pupa, dan imago semut hitam akan dapat dilihat pengaruh pakan alternatif
terhadap perkembangan koloni pada masing-masing tahap hidup semut hitam.
Data yang berupa semut pekerja, ratu, semut jantan dideskripsikan untuk
menjelaskan tentang tipe kolonisasi. Data yang berupa ratu, pekerja, larva, dan
pupa dipakai untuk mengetahui tahapan kolonisasi semut hitam. Data yang
berupa jumlah telur, larva, pupa dan imago semut hitam dianalisa dengan Uji
Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan Uji Distribution-Free Multiple
Comparison (DFMC) pada taraf 5 % untuk mengetahui pengaruh pakan alternatif
pada koloni semut hitam pada masing-masing stadium Kolonisasi Semut Hitam Dolichoderus thoracicus Smith
Semut hitam sebagai serangga sosial dalam hidupnya akan mengalami
proses interaksi dengan sesamanya dan membentuk suatu warga yang
dinamakan koloni. Dua hal yang perlu diperhatikan dalam kolonisasi, yaitu tipe atau
cara terbentuknya koloni dan tahapan-tahapan dalam proses kolonisasi.
1. Tipe Kolonisasi
Sekelompok semut bisa dinamakan sebagai sebuah koloni jika telah ada
kasta reproduktif, yaitu semut ratu di dalam kelompok itu. Tipe kolonisasi
ada 2, yaitu kolonisasi oleh kasta reproduktif yang diawali oleh ratu dan pejantan
serta kolonisasi secara migrasi yang diawali oleh kedatangan semut pekerja.
berdasar kedua tipe itu, maka parameter yang diamati untuk menentukan
tipe kolonisasi yaitu kehadiran ratu, semut jantan, dan pekerja semut hitam. Hasil penelitian terhadap kedatangan semut hitam D. thoracicus kasta
ratu, jantan, dan pekerja pada sarang buatan diketahui bahwa proses kolonisasi
selalu diawali oleh kedatangan semut pekerja. sesudah beberapa waktu,
perpindahan semut pekerja ke sarang yang baru akan diikuti oleh semut ratu dan
semut jantan (Tabel 1). ini menandakan bahwa proses kolonisasi terjadi
secara migrasi.
Kolonisasi diawali oleh migrasi semut pekerja dari koloni yang lain ke
sarang perlakuan. Semut pekerja, terutama yang bertugas mencari makanan aktif
berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mencari sumber makanan.
Proses pencarian makanan atau survei semut pekerja menjadi titik awal
terbentuknya koloni baru. Mekanisme pengaturan koloni dan pembagian kerja
antar anggota koloni sangat teratur termasuk dalam pencarian makanan dan
aktivitas-aktivitas lainnya.
Semut pekerja pencari pakan akan menunggu kedatangan semut pekerja
lain yang bertugas melakukan patroli atau biasanya dinamakan semut pekerja patroli
sebelum melaksanakan tugasnya untuk mencari makanan ,Semut
pekerja patroli bertugas melakukan survei atau mencari jalan dan memberi tanda
jalur yang mereka tempuh dan juga pada makanan yang nantinya harus dibawa
pulang oleh pekerja yang datang berikutnya. jika semut patroli tidak kembali
ke dalam sarang, maka aktivitas pencarian makanan pada hari itu juga tidak akan
berlangsung.
Proses pencarian makanan oleh kelompok-kelompok pekerja
memicu terjadinya interaksi di antara pekerja itu. Interaksi di antara pekerja akan membawa informasi-informasi kepada ratu di sarang seperti tentang
keberadaan sumber makanan, sarang, predator atau tentang koloni tetangga baik
yang spesiesnya sama maupun yang berbeda spesies dan berpotensi sebagai
kompetitor di area itu. Proses penyampaian informasi tentang sumber
makanan itu akan direspon ratu dengan keputusan apakah akan melakukan
migrasi (baik seluruh anggota koloni maupun sebagian anggota koloni) atau tetap
berada di sarangnya yang lama.
penelitian terhadap ratu semut hitam D. thoracicus Smith di dalam
sarang menandakan bahwa pada minggu pertama, sarang dengan pakan kepala
ikan telah ada semut ratu (Tabel 1). Jadi hanya sarang dengan pakan dari
kepala ikan segar yang telah terbentuk koloni baru pada minggu pertama. Pada
sarang dengan pakan kepala ikan juga telah ditemukan semut jantan dan pekerja.
Keberadaan semut pekerja di sarang menandakan bahwa koloni terbentuk secara
migrasi, di mana semut pekerja telah datang ke sarang itu sebelum semut
ratu datang. ini dipicu semut pekerja yang ada pada minggu pertama
bukan yaitu keturunan hasil perkawinan ratu dan semut jantan yang baru
itu. Semut hitam memerlukan waktu minimal 40 hari untuk mencapai tahap
imago, sehingga dalam waktu satu minggu tidak mungkin telah dihasilkan pekerja
baru. Jadi, semut pekerja yang berada di dalam sarang berasal dari koloni lain
yang telah datang sebelumnya atau melakukan migrasi sebelum ratu.
Koloni pada sarang perlakuan dengan pakan dari susu kental manis
terbentuk pada minggu kedua. Semut pekerja telah ditemukan di dalam sarang
pada minggu pertama, sedang ratu baru ditemukan pada minggu kedua. Jadi semut pekerja telah datang lebih dahulu ke sarang perlakuan dibandingkan ratu. ini
menandakan bahwa kolonisasi semut hitam D. thoracicus terjadi secara migrasi.
Koloni pada sarang dengan pakan dari gula kelapa terbentuk pada minggu ketiga
dan terbentuknya koloni secara migrasi yang diawali oleh migrasi semut pekerja
pada minggu pertama dan kedua yang kemudian diikuti oleh semut ratu pada
minggu ketiga. Koloni pada sarang tanpa pakan (kontrol) mulai terbentuk pada
minggu ketiga. Dua minggu pertama penelitian belum ditemukan adanya ratu
dan jantan, akan tetapi telah ditemukan semut pekerja. ini menandakan
bahwa semut pekerja telah datang lebih dahulu dibandingkan ratu dan menjadi perintis
kolonisasi pada sarang buatan.
Ada tiga faktor yang mendukung agar semut hitam cepat membentuk
koloni, yaitu: makanan, sarang, dan semut antagonis
tetapi, faktor terbesar yang memicu terjadinya kolonisasi secara migrasi
yaitu sebab adanya faktor makanan. Makanan menjadi atractan terbentuknya
koloni semut hitam sebab pakan yaitu sumber kebutuhan yang utama bagi
semut hitam. Pakan dengan kualitas yang baik dan jumlahnya cukup akan
menjamin kelangsungan hidup dan kelestarian koloni semut di alam.
Komposisi gizi yang berbeda-beda pada pakan yang diujikan
memicu terjadinya perbedaan waktu terjadinya kolonisasi. Protein diduga
yaitu zat yang paling berpengaruh pada awal-awal kolonisasi sebab protein
diperlukan ratu untuk memproduksi telur dan pertumbuhan larvanya susaha cepat
menjadi pekerja. Kandungan protein ikan segar lebih besar dibandingkan susu, protein
pada susu lebih besar dari gula kelapa, dan gula kelapa lebih besar dibandingkan kontrol ini memicu waktu terbentuknya koloni pada
sarang dengan pakan ikan lebih cepat dibandingkan pakan yang lain.
Kolonisasi
Sebuah koloni akan terus berkembang sehingga mencapai jumlah yang
besar dan stabil demi kelangsungan koloninya. perkembangan koloni semut melalui 3 tahapan, yaitu: tahap
pembentukan, tahap perluasan, dan tahap reproduksi.
Tahap pembentukan koloni yang terjadi secara migrasi diawali oleh
kedatangan pekerja ke dalam sarang. Semut pekerja kemudian kembali ke
sarangnya dan memberikan informasi kepada ratu sesudah menemukan sarang
baru. Semut pekerja kemudian memindahkan sebagian anakannya, terutama yang
telah mencapai tahap larva dan pupa ke sarang baru yang mereka temukan
, ini memicu pada minggu-minggu awal perlakuan telah
ditemukan semut hitam pada tahap larva dan pupa di sarang. Tahap pembentukan koloni pada sarang dengan pakan kepala ikan terjadi
sebelum penelitian mencapai satu minggu. penelitian pada minggu pertama
telah ditemukan larva dan pupa, tetapi juga telah ditemukan ratu (Tabel 2). Larva
dan pupa yang berada di sarang yaitu anakan yang berasal dari koloni lama
yang dibawa saat migrasi oleh pekerja, bukan anakan dari ratu di sarang
perlakuan. ini dipicu dalam sikus hidupnya semut hitam memerlukan
waktu minimal 10 hari untuk menghasilkan larva.
Tahap pembentukan pada sarang dengan pakan susu kental manis terjadi
sebelum minggu kedua. Larva dan pupa belum ditemukan di dalam sarang pada
minggu pertama (Tabel 2) dan baru ditemukan pada minggu kedua bersama
dengan ratu. Larva dan pupa pada sarang telah datang terlebih dahulu dibandingkan
ratu sebab ratu baru akan bermigrasi sesudah ada migrasi para pekerja dan
anakannya, khususnya larva dan pupa.
Tahap pembentukan koloni pada sarang dengan pakan gula kelapa terjadi
sebelum minggu ketiga penelitian. Ratu, larva, dan pupa belum ditemukan pada
sarang pada minggu pertama. Akan tetapi, pada minggu kedua telah ditemukan
larva dan pupa di dalam sarang, sedang ratu baru pada minggu ketiga (Tabel
2). ini menandakan bahwa tahap pembentukan terdiri dari tiga tahap, yaitu
migrasi pekerja, migrasi pekerja dengan membawa larva dan pupa, dan baru
diikuti oleh migrasi ratu. Tahap pembentukan koloni pada sarang tanpa pakan
(kontrol) sama dengan yang terjadi pada sarang dengan pakan gula kelapa, yaitu
sebelum minggu ketiga. Pekerja ditemukan pada pada minggu pertama, larva dan
pupa pada minggu kedua, dan ratu baru ada pada minggu ketiga. Tahapan yang kedua dalam kolonisasi yaitu tahap perluasan. Tahap perluasan ditandai dengan keberadaan
semut ratu di dalam sarang. Migrasi semut pekerja yang membawa sebagian larva
dan pupa akan diikuti oleh migrasi semut ratu ke sarang yang baru. Pada tahap
perluasan, hanya ada seekor semut ratu. Semut ratu yang baru datang ke sarang
akan segera berkonsentrasi untuk menghasilkan telur serta mengatur aktivitas
koloni yang lain. ini dipicu koloni telah memiliki para pekerja yang
membantu tugas-tugas ratu merawat dan memberi makan larva serta menjaga
sarangnya. Tahap perluasan pada sarang dengan pakan kepala ikan terjadi sejak
minggu pertama penelitian, dimana telah ditemukan seekor ratu (Tabel 3).
Kolonisasi pada sarang dengan pakan kepala ikan berlangsung cepat sehingga
sesudah migrasi pekerja yang membawa larva dan pupa, ratu segera menyusul ke
sarang baru itu. Migrasi ratu terjadi lebih cepat sebab pada sarang ada
atractan yang telah terdeteksi atau ditemukan lebih cepat sebab bau ikan yang
menyebar sampai jauh. menyatakan bahwa migrasi beberapa
spesies semut berlangsung sangat cepat jika ada tempat baru yang lebih menguntungkan, bahkan dapat terjadi hanya dalam waktu beberapa jam sesudah
kepergian semut pekerjanya.
Tahap perluasan pada sarang dengan pakan susu kental manis terjadi mulai
minggu kedua, pada sarang dengan pakan gula kelapa terjadi pada minggu ketiga
penelitian, dan tahap perluasan pada sarang kontrol terjadi mulai minggu ketiga.
ini ditandai dengan keberadaan seekor semut ratu di dalam sarang (Tabel 3).
Tahapan yang ketiga dalam kolonisasi yaitu tahap reproduksi. Tahap
reproduksi yaitu waktu dimana semut ratu melakukan perkawinan dengan jantan
untuk memproduksi pekerja dan juga kasta reproduktif yang baru, yaitu ratu dan
semut jantan. Koloni semut hitam biasanya memiliki lebih dari satu ekor ratu.
Tahap reproduksi menghasilkan ratu dan semut jantan baru dalam jumlah tertentu
untuk membantu kerja-kerja semut ratu ataupun yang nantinya akan
meninggalkan sarang dan membentuk koloni baru ,Hasil penelitian menandakan bahwa sarang dengan pakan kepala ikan
segar memasuki tahap reproduksi lebih cepat dibandingkan sarang yang lain, yaitu
pada minggu kedua, yang ditandai dengan ditemukannya 2 ekor ratu pada sarang
(Tabel 3). Tahap reproduksi pada sarang perlakuan susu kental manis dan gula
kelapa terjadi sejak minggu keempat, sedang pada sarang kontrol, koloni
memasuki tahap reproduksi pada minggu kelima (Tabel 3).
Kandungan protein pada kepala ikan yang tinggi mendukung koloni untuk
memasuki tahap reproduksi lebih cepat. Protein diperlukan semut terutama pada
awal-awal pembentukan koloni sebagai makanan pokok bagi ratu. Protein
mendukung ratu untuk mengahasilkan keturunan dalam jumlah besar sebab protein akan mempengaruhi produksi telur dan kemampuan untuk bertahan
sampai dewasa. Produksi telur yang tinggi akan mempengaruhi pertumbuhan
jumlah pekerja dalam sebuah koloni. jika jumlah pekerja dalam koloni sudah
banyak, maka ratu akan segera memproduksi ratu yang baru, sehingga semakin
cepat pertumbuhan jumlah pekerjanya, memicu ratu akan segera memproduksi
ratu yang baru untuk membantu tugas-tugas di dalam koloni.
koloni akan memasuki
tahap reproduksi jika telah mencapai jumlah populasi tertentu. Semut ratu akan
menghasilkan ratu baru, semut jantan dan kasta-kasta yang lain jika populasi
imago di dalam sarang telah mencapai ukuran tertentu. Koloni memasuki tahap reproduksi (menghasilkan ratu baru) jika jumlah
imago minimal berjumlah kirakira 300 ekor. minimal pada 100 – 200 ekor semut
pekerja ada seekor ratu. Semut hitam akan selalu menghasilkan ratu yang
baru sebab semut hitam D. thoracicus termasuk spesies yang dalam satu
koloninya ada lebih dari satu semut ratu Ratu baru akan segera membantu menghasilkan telur yang lebih banyak dan membantu
pengaturan aktivitas-aktivitas di dalam koloni.
B. Pengaruh Pakan pada Koloni Semut Hitam
Pakan yaitu salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan serangga. Pakan yang kualitas gizinya bagus dan
jumlahnya cukup, akan mendorong perkembangan serangga lebih cepat.
Kebutuhan semut akan gizi pada setiap tahap perkembangannya, mulai pada
stadia larva, pupa, dan imago berbeda-beda baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya
Telur
Hasil penelitian menandakan bahwa semut hitam mampu memproduksi
telur atau mau memindahkan telurnya dari koloninya yang lama ke semua sarang
perlakuan. Jadi pakan yang diujikan bisa menjadi atractan kedatangan atau
migrasi semut hitam dan cukup mendukung bagi ratu untuk memproduksi telur. Pertumbuhan jumlah telur semut hitam D. thoracicus selama lima minggu
penelitian pada semua perlakuan dapat digambarkan dalam bentuk kurva pada
Gambar 3.
Hasil analisis statistik terhadap jumlah telur pada masing-masing
perlakuan menandakan bahwa ada perbedaan yang nyata antara keempat
perlakuan yang diujikan (Tabel 5). Sarang dengan pakan kepala ikan setiap
minggunya memiliki rata-rata jumlah telur paling tinggi dibandingkan dengan
pakan yang lain (Tabel 5). Perbedaan jumlah telur dipengaruhi oleh kualitas
makanan yang dicerna oleh imagonya.
Makanan dengan kualitas gizi rendah akan mempengaruhi produksi telur
semut hitam. Produksi telur semut dipengaruhi oleh kandungan protein dari
makanan. menyatakan bahwa protein diperlukan serangga untuk
memproduksi kuning telur. jika kandungan protein pada pakan tinggi, maka semut akan memproduksi telur lebih banyak. Kepala ikan mengandung protein
paling tinggi jika dibandingkan dengan pakan yang lainnya (Lampiran 1). ini
memicu produksi telur semut hitam di sarang dengan pakan kepala ikan
lebih tinggi dibanding dengan sarang yang lain.
Air yang terkandung di dalam pakan juga akan mempengaruhi produksi
telur semut ,Kandungan air yang cukup, baik untuk
produksi telur secara maksimal. Kandungan air pada ikan paling tinggi jika
dibandingkan dengan pakan yang lain (Lampiran 1). Kandungan protein dan air
yang tinggi pada sarang dengan pakan ikan segar memicu ratu mampu
memproduksi telur lebih banyak dibandingkan sarang dengan pakan yang lain.
Hasil analisis terhadap jumlah telur semut hitam D. thoracicus
berdasar waktu penelitian menandakan bahwa waktu berpengaruh pada
jumlah telur semut hitam. Pada sarang kontrol, jumlah telur berbeda nyata setiap
minggunya, sedang pada ketiga perlakuan yang lain menandakan adanya
perbedaan yang nyata antara minggu pertama dan minggu kedua. sesudah itu
jumlah telur berbeda nyata mulai minggu keempat (Tabel 5). Jadi secara umum
jumlah telur mengalami peningkatan yang menonjol pada minggu keempat
penelitian (Gambar 3).
Larva
Larva yaitu tahap perkembangan serangga yang memerlukan suplai
makanan sebelum berubah menjadi pupa, sehingga jumlah larva
sangat dipengaruhi oleh makanan yang diberikan semut pekerjanya. penelitian jumlah larva menandakan bahwa pemberian pakan alternatif
berpengaruh terhadap jumlah larva di sarang buatan. Hasil analisis
statistik menandakan adanya perbedaan yang nyata antara kontrol dengan ketiga
pakan yang diujikan (Tabel 6). Sarang dengan pakan kepala ikan memiliki ratabrata jumlah larva yang lebih tinggi dibandingkan ketiga sarang yang lain. Perbedaan jumlah larva di dalam sarang diduga dipengaruhi oleh jenis
makanannya. ini dipicu jenis pakan yang berbeda kandungan gizinya
juga akan mempengaruhi persentase tetas telur menjadi larva.
Ikan mengandung protein yang lebih tinggi dibandingkan pakan yang lain
menyatakan bahwa kemampuan serangga untuk
meletakkan telur dan kemampuan tetas telur serangga dipengaruhi oleh
kandungan protein di dalam pakannya. Semakin tinggi kandungan protein dalam
pakan, telur yang dihasilkan semakin banyak dan persentase tetas telur menjadi
larva juga semakin tinggi. Unsur protein kemungkinan juga memicu telur
semakin cepat menetas menjadi larva atau memperpendek masa stadia telur.
penelitian semut hitam D. thoracicus pada stadia telur menandakan
bahwa jumlah telur pada sarang dengan pakan kepala ikan paling tinggi
dibandingkan dengan perlakuan yang lain (Tabel 5). ini memicu jumlah
larva yang ada di dalam sarang dengan pakan kepala ikan segar juga tinggi.
Semakin banyak telur yang dihasilkan oleh ratu, jumlah larva akan semakin
banyak, sebab persentase telur yang menetas menjadi larva juga lebih besar.
Hasil penelitian selama lima minggu menandakan bahwa waktu
berpengaruh pada jumlah larva. Pada sarang kontrol, jumlah larva berbeda nyata
setiap minggunya, sedang pada ketiga perlakuan yang lain, larva mulai
berbeda nyata pada minggu keempat (Tabel 6) atau jumlah larva mengalami
peningkatan yang menonjol mulai minggu keempat penelitian (Gambar 4).
Pupa
Perkembangan semut hitam pada tahap pupa dipengaruhi oleh makanan
yang dicerna selama tahap larva. Pada tahap pupa, walaupun tidak makan, tetapi
semut tetap melakukan aktivitas metabolisme, sehingga tetap memerlukan energi
Energi itu diperoleh dari penguraian unsur-unsur
makanan yang disimpan di dalam tubuhnya saat masih berbentuk larva,
sehingga makanan akan mempengaruhi jumlah larva yang akan berubah menjadi
pupa. Jika selama tahap larva semut hitam memperoleh suplai makanan yang baik,
maka jumlah larva yang akan berubah menjadi pupa akan semakin banyak, dan
sebaliknya, jika suplai makanan pada saat larva kurang baik, maka jumlah pupa
yang dihasilkan juga akan sedikit. Pertumbuhan populasi pupa semut hitam selama lima minggu penelitian
pada semua sarang perlakuan dapat digambarkan dalam bentuk kurva pada
Gambar 5.
Hasil analisis statistik terhadap jumlah pupa semut hitam D. thoracicus di
dalam sarang menandakan bahwa perlakuan pemberian pakan kepala ikan pada
penelitian minggu pertama sesudah pemasangan sarang berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya. Pada minggu-minggu berikutnya terjadi perbedaan yang nyata
antara keempat sarang, kecuali pada minggu ketiga (Tabel 7). Sarang dengan
pakan kepala ikan memiliki jumlah pupa paling tinggi dibandingkan dengan
ketiga perlakuan yang lain. ini diduga sebab kandungan protein pada ikan
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pakan yang lain Protein
mendukung pertumbuhan larva untuk menjadi pupa.
Hasil analisis terhadap jumlah pupa berdasar waktu penelitian
menandakan bahwa pada semua perlakuan menandakan adanya perbedaan yang
nyata mulai minggu kedua penelitian, pada minggu kedua-ketiga peningkatan
kurang menonjol dan terjadi peningkatan jumlah pupa secara menonjol lagi pada
minggu keempat (Gambar 5). Peningkatan jumlah pupa berkaitan erat dengan jumlah telur dan jumlah larva pada minggu sebelumnya, sehingga grafiknya sama
(Gambar 3, Gambar 4, dan Gambar 5). ini menandakan bahwa antara jumlah
telur, larva, dan pupa saling berhubungan, yaitu jumlah telur akan mempengaruhi
jumlah larva, dan jumlah larva akan mempengaruhi jumlah pupa. Semakin banyak
telur yang dihasilkan, maka semakin banyak pula larva dan pupa di dalam sarang,
dan sebaliknya.
Imago
Imago semut hitam D. thoracicus mayoritas yaitu pekerja dan sudah
ada pada semua sarang perlakuan sejak minggu pertama penelitian. Semut
hitam dari kasta pekerja koloni lain yang bertugas mencari makanan yaitu
perintis berdirinya koloni baru di sarang buatan. Migrasi semut hitam dari koloni
yang lain mendorong ditemukannya imago semut hitam lebih cepat pada sarang
perlakuan. Pertumbuhan populasi imago semut hitam selama lima minggu
penelitian pada semua perlakuan dapat digambarkan dalam bentuk kurva pada
Gambar 6.
Hasil analisis statistik terhadap jumlah imago semut hitam D. thoracicus
di sarang menandakan bahwa penelitian sejak minggu kedua ada
perbedaan yang nyata antara sarang kontrol dengan ketiga sarang yang lain. Pada
minggu pertama, perbedaan antara kontrol dengan gula kelapa tidak nyata.
Perbedaan yang nyata antar perlakuan terjadi pada minggu keempat dan kelima
(Tabel 8).
Sarang perlakuan dengan pakan kepala ikan segar ternyata lebih disukai
oleh semut hitam D. thoracicus, dimana jumlah rata-rata imago semut pada sarang
lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. ini mungkin dipicu
kandungan gizi pada pakan dan juga bau dari ikan segar yang menyebar jauh
sehingga memungkinkan untuk lebih mudah ditemukan semut hitam. Bau menjadi
salah satu sumber rangsangan bagi semut hitam dalam memilih makanan itu.
Selain itu, kandungan gizi yang ada di dalam kepala ikan
kemungkunan lebih diperlukan oleh semut hitam. Gizi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan semut hitam D. thoracicus. Kepala ikan
mengandung protein dan air lebih tinggi dibandingkan pakan yang lain Protein diperlukan oleh semut hitam D. thoracicus pada waktu-waktu tertentu,
khususnya pada waktu ratu aktif memproduksi telur. Selain itu protein diperlukan
semut untuk pertumbuhan larva.
Hasil analisis terhadap jumlah imago semut hitam D. thoracicus
berdasar waktu penelitian menandakan bahwa sarang kontrol dan sarang
dengan pakan kepala ikan menandakan peningkatan yang menonjol setiap
minggu (Tabel 8). Pada kedua perlakuan yang lain (gula kelapa dan susu kental
manis), peningkatan jumlah imago setiap minggunya kurang menonjol (Tabel 8)
dan (Gambar 6).
Proses kolonisasi dipengaruhi oleh faktor makanan
Koloni pada sarang kontrol dan sarang dengan pakan gula kelapa
terbentuk pada minggu ketiga penelitian, pada sarang dengan pakan susu
kental manis terbentuk pada minggu kedua, dan pada sarang dengan pakan
kepala ikan terbentuk pada minggu pertama
Jenis pakan yang paling baik untuk kolonisasi semut hitam yaitu kepala
ikan.
Kolonisasi semut hitam Dolichoderus thoracicus Smith :
Tipe pembentukan koloni pada semua perlakuan yaitu secara migrasi
Kolonisasi pada sarang buatan sudah mencapai tahap reproduksi