kehidupan lain

Tampilkan postingan dengan label kehidupan lain. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kehidupan lain. Tampilkan semua postingan

kehidupan lain
















 

berdasar terjemahan oleh E. A. Speiser, dengan tambahan dari A. K. Grayson, Buku-buku 
Timur Kuno yang Berhubungan Dengan Perjanjian Lama, edisi ketiga, diedit oleh James 
Pritchard 

 kisah  tentang penciptaan Mesopotamia terdiri dari tujuh keping,  Diberi judul sesuai dengan kata-kata 

pertama di dalamnya. Diceritakan pada hari keempat festival Tahun Baru Babilonia kuno. Buku 
ini mungkin berasal dari jaman Babilonia Tua, yaitu permulaan milenium kedua SM. Tablet I 
saat langit yang di atas belum dinamai, Tanah yang keras di bawah belum disebut dengan 
nama, Apsu yang nol namun pertama, ayah mereka, Dan Mummu-Tiamat, dia yang melahirkan 

mereka semua, Air-air mereka bercampur sebagai satu tubuh; Tidak ada pondok dari buluh yang 
dilapisi, tidak ada tanah berpaya-paya yang muncul, Pada waktu tidak ada satu dewa pun yang 
menjadi manusia, Tidak disebut dengan nama, nasib mereka tidak ditentukan -- Kemudian ada 
dewa yang terbentuk di antara mereka. Lahmu dan Lahamu dilahirkan, dengan nama apa 

mereka dipanggil.        Sebelum mereka  bertambah besar dan tinggi, Anshar dan Kishar 
terbentuk, melebihi yang lainnya. Mereka memperpanjang hari-hari, menambah tahun. 
Anu yaitu keturunan mereka, yang merupakan saingan ayahnya; Ya, anak pertama 

Anshar, Anu yaitu sama dengannya. Dalam rupa Anu ada Nudimmud. Nudimmud ini yaitu 
penguasa ayah-ayah; Kebijaksanaan, pengertian, kekuatan yang besar, Jauh lebih kuat dibanding 
kakeknya, Anshar. Dia tidak memiliki saingan di antara dewa, saudara
lelakinya.  Kakak beradik dewa ini berkumpul bersama, Mereka mengganggu Tiamat sebab mereka 
mendesak ke depan dan ke belakang, Ya, mereka mengganggu   hati Tiamat dengan 
kegembiraan mereka di rumah di Langit. Apsu tidak bisa  mengurangi suara ribut 
mereka. Dan Tiamat tidak sanggup berkata-kata atas sikap mereka. kelakuan mereka   
menjijikkan   . Sikap mereka memuakkan; mereka bersifat menguasai. Lalu Apsu, ayah dari 
dewa yang hebat itu, Berteriak, memanggil Mummu, menterinya:        “O Mummu, menteriku, yang menggembirakan jiwaku, Datanglah kemari dan marilah kita pergi 
ke Tiamat!” 
Mereka pergi dan duduk di hadapan Tiamat, Berunding mengenai dewa itu, anak-anak 
pertama mereka. Apsu, membuka mulutnya, Berkata kepada Tiamat yang bersinar cemerlang: 

“kelakuan mereka benar-benar menjijikkan bagiku. Di siang hari aku tidak menemukan 
ketenangan, ataupun istirahat di malam hari. Aku akan mematikan, aku akan merusakkan 
kelakuan mereka, Ketenangan akan pulih kembali. Marilah kita beristirahat!”   saat Tiamat mendengar kata-kata ini, Dia   marah dan berteriak kepada suaminya. Dia 
menangis dengan sebab perasaannya terluka, sementara dia gusar sendiri, Menyuntikkan 
kesedihan ke dalam   hatinya: 

“Apa? Kita harus mematikan apa yang sudah kita bangun? kelakuan mereka memang 
  menyusahkan, namun marilah kita menghadapinya dengan baik!” 

Mummu menjawab, memberikan nasihat kepada Apsu; Nasihat Mummu yang berharap jahat dan 
tidak berbelas kasihan: 
“ayah, matikanlah, kelakuan-kelakuan yang memberontak. Maka kamu akan 
memperoleh ketenangan di siang hari dan istirahat di malam hari!”       
Pada waktu Apsu mendengar hal ini, wajahnya berubah menjadi berseri-seri sebab kejahatan 
yang dia rencanakan atas dewa itu, anak-anaknya. 
sedang Mummu, dia memeluk lehernya. Dan Apsu duduk berlutut untuk menciumnya. 
Sekarang apapun yang sudah mereka sudah rencanakan atas mereka, dilakukan pada dewa dewa itu, anak-anak pertama mereka. saat dewa itu mendengar hal ini, mereka 

terbangun, Lalu menjadi hening dan tetap tidak berkata-kata. Ea, yang lebih bijaksana, pandai, 
panjang akal, dan berpengetahuan, mengetahui rencana jahat mereka.       Dia memikirkan dan menyusun satu rencana besar untuk melawannya, memakai 
manteranya dengan cerdik untuk melawannya, tiada bandingannya dan suci. Dia 
membacakannya dan membuatnya berlangsung terus menerus, Sebagaimana dia membuatnya 

tidur. Dia berbaring tertidur nyenyak. Pada waktu dia sudah membuat Apsu berbaring tiarap, 
tertidur, Mummu, sang penasihat, tidak mampu membuat kekacauan. Dia mengendurkan tali 
pengikatnya, melepaskan mahkotanya, Memindahkan lingkaran suci di kepalanya dan 
meletakkannya di atas kepalanya sendiri. Sesudah membelenggu Apsu, dia membasmi. 

Mummu dia ikat dan tinggalkan.   Sesudah menetapkan tempat tinggalnya atas Apsu, Dia menahan Mummu, menahannya dengan 
memakai tali-hidung. Sesudah Ea menaklukkan dan menundukkan musuhnya, sudah 

mengamankan kemenangannya atas musuh-musuhnya, Dalam kamarnya yang suci di mana 
kedamaian sudah beristirahat dengan nyenyak, Dia menamakannya “Apsu”, sebab kesucian 
yang sudah dia tetapkan kepadanya. Dalam tempat yang sama itu dia pondok pemujaannya dia 
dirikan. Ea dan Damkina, istrinya, tinggal di sana dalam kemegahan. 

Di dalam kamar nasib, rumah para dewa, Seorang dewa diciptakan, yang paling pandai 
dan bijaksana di antara dewa.       Di hati Apsu-lah Marduk diciptakan, Dalam hati Apsu 
yang suci Marduk diciptakan. Dia yang memperanakkannya yaitu Ea, ayahnya; Dia yang 

melahirkannya yaitu Damkina, ibunya. Air susu dewi itulah yang dihisapnya. Pengasuh yang 
mengasuhnya memenuhinya dengan kekaguman. Tubuhnya memikat, gerakan matanya 
bersinar-sinar. Cara berjalannya agung, berwibawa. saat Ea melihatnya, ayah yang 

memperanakkannya, Dia   bangga dan berseri-seri, hatinya dipenuhi dengan kegembiraan. 
   Dia membuatnya sempurna dan mengaruniainya dengan sebuah keallahan rangkap dua. 
Dia jauh lebih mulia dibanding mereka, lebih di segala hal. Sempurnaannya di luar pengertian, 
Tidak pantas untuk pengertian, sulit untuk dirasakan. Matanya empat, telinganya empat; Saat 
dia menggerakkan bibirnya, api menyala darinya. Semua alat pendengarannya besar, Dan 
matanya, sama seperti telinganya, meneliti segala hal. Dia yaitu yang paling tinggi di antara 
semua dewa, tubuhnya   tinggi; Anggota-anggota tubuhnya   besar, dia luar 
biasa tinggi.         
“Putraku yang kecil, putraku yang kecil!” 

“Anakku, Matahari! Matahari dari langit!” Mengenakan lingkaran suci sepuluh dewa, dia menjadi 
yang paling kuat, Sebagaimana cahaya kekaguman mereka dilimpahkan kepadanya. Anu 
menghasilkan keturunan dan memperanakkan angin empat rangkap menyerahkan kekuatannya 
kepada pemimpin tentara. Dia membuat   , menghentikan angin topan, Dia membuat sungai sungai kecil untuk mengganggu Tiamat. dewa, tidak bisa  beristirahat, menderita dalam 

badai. Hati mereka merencanakan rencana jahat, 

Kepada Tiamat, ibu mereka, berkata: “Pada waktu mereka membunuh Apsu, suamimu, kamu 
tidak menolongnya namun tetap diam. saat dia menciptakan angin besar yang menakutkan, 
nyawamu mencair sehingga kami tidak bisa  memperoleh ketenangan. 

Biarkanlah Apsu, suamimu, berada dalam pikiranmu. Dan Mummu, yang sudah ditaklukkan! 
kamu tinggal sendirian! 
.   kamu melangkah dengan bingung,   tanpa henti. kamu tidak mencintai kami!   mata 
kami terjepit,         
 tanpa henti. Biarkanlah kami beristirahat!   untuk berperang. Membalas mereka!   dan 
mengoyak-ngoyakkan mereka seperti angin!” 
saat Tiamat mendengar kata-kata ini, dia senang: 
.   kalian sudah diberikan. Marilah kita membuat iblis-iblis,   dan dewa di antaranya.   
marilah kita berperang dan melawan dewa   !” Mereka berkumpul dan berbaris di samping Tiamat. Dengan marah, mereka membuat rencana 
tanpa henti siang dan malam hari, Mereka siap untuk berperang, menggeram, mencaci maki, 
Mereka membentuk sebuah majelis bersiap-siap untuk peperangan itu. Ibu Hubur, 
dia yang membuat segala sesuatu, Menambahkan senjata-senjata yang tiada tandingannya,
melahirkan ular berbisa yang ganas, Gigi tajam, Taring tanpa belas kasihan. Dia sudah 
memenuhi tubuhnya dengan darah beracun. Dia sudah membuat naga-naga yang meraung raung ditakuti dengan amat  , sudah memahkotai mereka dengan lingkaran suci, membuat 

mereka seperti dewa, Sehingga orang yang memandang mereka akan mati dengan kondisi 
yang menyedihkan, Dan, dengan tubuh mereka yang mendompak, tidak ada seorangpun yang 
bisa  berpaling dari mereka. Dia menyiapkan Ular Beludak, Naga, dan Sphinx,        Singa Hebat, Anjing-Gila, dan Manusia-Kalajengking, Siluman-Singa yang   kuat, Naga-Terbang, 
Manusia-Berkepala Kuda - Membawa senjata-senjata yang tidak tidak menaruh belas kasihan, 

tidak mengenal takut di peperangan. Keputusannya tegas, mereka melawan dengan tidak 
masuk akal. Dia membuat sebelas macam mahkluk ini sebagai tambahan. Dari antara dewa dewa, anak-anak pertamanya, yang membentuk Majelisnya, Dia mengangkat Kingu, 
membuatnya sebagai pemimpin mereka. Pemimpin orang-orang yang berkedudukan tinggi, 
memerintah Majelis itu, Mengangkat senjata untuk berperang, maju untuk berperang, Pemimpin 

dalam peperangan  Hal-hal inilah yang dia percayakan kepadanya sebagaimana dia 
mendudukkannya dalam Majelis: 
“Aku sudah memberikan mantera kepadamu, memuliakan kamu di Majelis dewa. Aku 
sudah memberi kamu kekuasaan penuh untuk menasihati dewa. Sesungguhnya, 
kamulah yang tertinggi, kamu yaitu satu-satunya suamiku! Perkataanmu akan menjadi 

yang terkuat di seluruh Anunnaki!” 
Dia memberinya Pil Nasib, mengencangkannya di dadanya: “sedang untukmu, perintahmu 
tidak akan bisa  dirubah, kata-katamu akan bertahan lama!” 
saat Kingu sudah diangkat, memiliki kedudukan tinggi di Anu, mereka memutuskan nasib untuk 
dewa, anak-anak lelakinya: “Kata-katamu akan memadamkan api,        Akan 

merendahkan ‘Senjata-Kekuasaan’, saat berkuasa dalam hembusannya!” 

Tablet II 

Pada waktu Tiamat sudah menambahkan nilai pada pekerjaan tangannya, Dia bersiap-siap untuk 

peperangan melawan dewa, keturunannya. Untuk membalaskan dendam Apsu, Tiamat 
ditempa kejahatan. Yang dia siapkan untuk peperangan itu yaitu untuk membuka 
rahasia Ea. saat Ea mendengar masalah ini, Dia masuk ke dalam kegelapan yang sunyi dan 
duduk diam. Lalu, sesudah berpikir panjang, kemarahannya surut, Dia pergi ke Anshar, 
kakeknya. saat dia di hadapan kakeknya, Anshar, Dia mengulangi semua yang sudah Tiamat 
rencanakan untuknya: 

“Ayahku, Tiamat, dia yang melahirkan kami, membenci kami. Dia sudah menyiapkan Majelis dan 
dipenuhi kemarahan yang amat  . Semua dewa sudah berpihak kepadanya; Bahkan 
mereka yang kamu lahirkan berbaris di sampingnya. Mereka berkumpul dan berbaris di 
samping Tiamat, Dengan   marah, mereka membuat rencana tanpa henti siang dan malam 

hari. Mereka siap untuk berperang, menggeram, dan mencaci maki. Mereka sudah membentuk 
suatu majelis untuk bersiap-siap untuk pertempuran itu. Ibu Hubur, dia yang membuat 
segala sesuatu, sudah menambahkan senjata-senjata yang tiada tandingannya, sudah melahirkan 
ular berbisa yang ganas,        Gigi yang tajam, taring tanpa belas kasihan. Dia sudah memenuhi 
tubuh mereka dengan darah beracun. Dia sudah membuat naga-naga yang meraung-raung 

ditakuti dengan amat  , sudah memahkotai mereka dengan lingkaran suci, membuat 
mereka seperti dewa, Sehingga orang yang memandang mereka akan mati dengan kondisi 
yang menyedihkan, Dan, dengan tubuh mereka yang mendompak, tidak ada seorangpun yangbisa  berpaling dari mereka. Dia menyiapkan Ular Beludak, Naga, dan Sphinx, Singa-Hebat, 
Anjing-Gila, dan Manusia-Kalajengking, Siluman-Singa yang   kuat, Naga-Terbang, 
Manusia-Berkepala Kuda - Membawa senjata-senjata yang tidak tidak menaruh belas kasihan, 
tidak mengenal takut di peperangan.        Keputusannya tegas, mereka melawan dengan tidak 
masuk akal. Dia membuat sebelas macam mahkluk ini sebagai tambahan. Dari antara dewa dewa, anak-anak pertamanya, yang membentuk Majelisnya, Dia mengangkat Kingu, 
membuatnya sebagai pemimpin mereka. Pemimpin orang-orang yang berkedudukan tinggi, 
memerintah Majelis itu, Mengangkat senjata untuk berperang, maju untuk berperang, Pemimpin 

dalam peperangan -- Hal-hal inilah yang dia percayakan kepadanya sebagaimana dia 
mendudukkannya dalam Majelis: Aku sudah memberikan mantera kepadamu, memuliakan kamu di Majelis dewa. Aku 
sudah memberi kamu kekuasaan penuh untuk menasihati dewa.       Sesungguhnya, 
kamulah yang tertinggi, kamu yaitu satu-satunya suamiku! Perkataanmu akan menjadi 

yang terkuat di seluruh Anunnaki!’ 
Dia memberinya Pil Nasib, mengencangkannya di dadanya: ‘sedang untukmu, perintahmu 
tidak akan bisa  dirubah, kata-katamu akan bertahan lama!’ 
saat Kingu sudah diangkat, memiliki kedudukan tinggi di Anu, mereka memutuskan nasib untuk 
dewa, anak-anak lelakinya: 

‘Kata-katamu akan memadamkan api, Akan merendahkan ‘Senjata-Kekuasaan’, saat kuat 

hembusannya!’ 
saat Anshar mendengar bahwa Tiamat   terganggu, Dia memukul badannya dan 
menggigit bibirnya.       Hatinya menjadi murung,   hatinya tidak tenang. Dia menutup 
mulutnya untuk menghentikan teriakannya: 
“.   peperangan. Angkatlah senjata yang sudah kamu buat! Lihat, kamu membunuh Mummu 

dan Apsu. Sekarang, bunuh Kingu, yang berbaris di hadapannya   bijaksana.” 
Nudimmud, penasihat para dewa, menjawab. 
  Percakapan Ea-Nudimmud hilang sebab rusaknya keping ini. Sepertinya, Ea tidak menyesal, 
sebab Anshar berbalik kepada Anu:   

Dia menujukan sebuah kata kepada Anu, putranya: “.   ini, pahlawan-pahlawan yang paling 
kuat, Yang kekuatannya   terkenal, serangannya tidak bisa  dilawan. Pergilah kamu 
dan hadapilah Tiamat, Sehingga   hatinya ditenangkan, sehingga hatinya menjadi 

lapang. Jika dia tidak mau mendengarkan kata-katamu, Maka katakanlah kepadanya kata-kata 
kita, sehingga dia bisa menjadi tenang.” 
saat dia mendengar perintah ayahnya, Anshar, Dia langsung pergi menemuinya, menyusuri 
jalan yang menuju kepadanya.       namun pada saat Anu sudah cukup dekat untuk melihat 

rencana Tiamat, dia tidak bisa  melihat wajahnya dan dia kembali. Dia kembali kepada 
ayahnya, Anshar, dengan kondisi yang menyedihkan. Dia berkata kepadanya seolah-olah dia 
yaitu Tiamat: “Tanganku tidak cukup bagiku untuk mengalahkanmu.” 

Anshar tidak bisa  berkata-kata sambil menatap tanah, Rambut di tepi, menggelengkan 
kepalanya kepada Ea. Semua Anunnaki berkumpul di tempat itu; Bibir mereka tertutup rapat, 
mereka duduk dalam keheningan. 

“Tidak ada dewa,” mereka berpikir “yang bisa  pergi berperang dan,       Menghadapi Tiamat, 
meloloskan diri.” Raja Anshar, ayah para dewa, bangkit berdiri dengan agung, Dan sesudah mempertimbangkan 
dengan seksama dalam hatinya, dia berkata kepada Anunnaki: “Dia yang memiliki kekuatan 
untuk berkuasa akan menjadi pembalas dendam kita, Dia yang hebat dalam peperangan, 
Marduk, sang pahlawan!” 

Ea memanggil Marduk ke tempat pengasingannya. Memberikan penbisa , dia mengatakan 

kepadanya apa yang ada dalam hatinya: “O Marduk, pertimbangkanlah nasihatku. 
Dengarkanlah ayahmu, sebab kamu yaitu putraku yang menyenangkan hatinya. Pada 
waktu menghadap Anshar, tampillah seolah-olah dalam peperangan;         Berdirilah selagi 
kamu berbicara; melihat kamu, dia akan menjadi tenang.” 

Raja itu bahagia sebab kata-kata dari ayahnya; Dia mendekat dan berdiri menghadap 
Anshar. saat Anshar melihatnya, hatinya diliputi kegembiraan. Dia mencium bibirnya, 
kemurungannya sendiri menghilang. 

“Anshar, janganlah menjadi bisu; bukalah lebar-lebar bibirmu. Aku akan pergi dan mencapai 
keinginan hatimu! Orang apa yang sudah mempersulit kamu? Tidak lain yaitu Tiamat, 
seorang wanita, yang menyerang kamu dengan senjata-senjata! O pencipta-ayahku, 
bergembira dan bersukacitalah; kamu akan segera berjalan di atas leher Tiamat! O pencipta ayahku, bergembira dan bersukacitalah; kamu akan segera berjalan di atas leher Tiamat!” 
“Anakku, kamu mengetahui semua pengetahuan, Tenangkanlah Tiamat dengan mantera 
sucimu. Pada waktu badai kereta kuda maju dengan kecepatan tinggi. Mereka tidak akan 

mengusirmu dari hadapannya! Kalahkanlah mereka!” 

Raja itu bahagia sebab kata-kata ayahnya. Hatinya   bergembira, dia berkata kepada 
ayahnya: 

“Pencipta dewa, nasib dari semua dewa yang hebat, Jika aku benar-benar, yaitu 
pembalas dendammu, Harus menaklukkan Tiamat dan menyelamatkan nyawa kalian, 
Siapkanlah Majelis, nyatakanlah takdirku sebagai yang tertinggi! saat bersama-sama di 

Ubshukinna kamu duduk bahagia, Biarkanlah kata-kataku, dibanding kamu, menentukan 
nasib. Apa yang mungkin aku katakan tidak akan bisa  diubah; Perintah dari bibirku tidak akan 
bisa ditarik kembali ataupun diubah.” 
Tablet III 

Anshar membuka mulutnya dan menujukan sebuah kata kepada Gaga, menterinya: “O Gaga, 
menteriku, yang menyenangkan jiwaku, aku akan mengutus kamu kepada Lahmu dan 
Lahamu. kamu yang cerdik, kamu yang pandai berbicara; dewa, ayah-ayahmu; 

membuat kamu sebelum aku! Biarkan semua dewa meneruskan di sini, Biarkan mereka 
mengadakan pembicaraan; duduk dalam suatu perjamuan, Biarkan mereka makan roti pesta, 
anggur yang dituangkan; sedang Marduk, pembalas dendam mereka, biarkanlah mereka 
yang memutuskannya. Berangkatlah, Gaga, temuilah mereka, Dan ulangilah apa yang akan aku 

katakan kepadamu: 

‘Anshar, putramu, sudah mengutus aku kemari, Memintaku untuk menyuarakan perintah hatinya, 

yang Berkata: “Tiamat, dia yang melahirkan kita, membenci kita. Dia sudah menyiapkan Majelis 

dan penuh amarah. Semua dewa sudah berpihak kepadanya; Bahkan mereka yang kamu 
lahirkan sudah berbaris di sampingnya. Mereka berkumpul dan berbaris di samping Tiamat. 
Dengan   marah, mereka membuat rencana tanpa henti siang dan malam hari.       
Mereka siap untuk berperang, menggeram, dan mencaci maki, Mereka sudah membentuk suatu 
majelis untuk bersiap-siap untuk pertempuran itu. Ibu Hubur, dia yang membuat segala 
sesuatu, sudah menambahkan senjata-senjata yang tiada tandingannya, sudah melahirkan ular 
berbisa yang ganas, Gigi yang tajam, taring tanpa belas kasihan. Dia sudah memenuhi tubuhmereka dengan darah beracun. Dia sudah membuat naga-naga yang meraung-raung ditakuti 

dengan amat  , sudah memahkotai mereka dengan lingkaran suci, membuat mereka 
seperti dewa, Sehingga orang yang memandang mereka akan mati dengan kondisi yang 
menyedihkan, Dan, dengan tubuh mereka yang mendompak, tidak ada seorangpun yang bisa  
berpaling dari mereka.        Dia menyiapkan Ular Beludak, Naga, dan Sphinx, Singa-Hebat, 
Anjing-Gila, dan Manusia-Kalajengking, Siluman-Singa yang   kuat, Naga-Terbang, 
Manusia-Berkepala Kuda - Membawa senjata-senjata yang tidak tidak menaruh belas kasihan, 
tidak mengenal takut di peperangan. Keputusannya tegas, mereka di luar akal sehat. Dia 
membuat sebelas macam mahkluk ini sebagai tambahan. Dari antara dewa, anak-anak 
pertamanya, yang membentuk Majelisnya, Dia mengangkat Kingu, membuatnya sebagai 
pemimpin mereka. Pemimpin orang-orang yang berkedudukan tinggi, memerintah Majelis itu, 

Mengangkat senjata untuk berperang, maju untuk berperang,       Pemimpin dalam peperangan 

-- Hal-hal inilah yang dia percayakan kepadanya sebagaimana dia mendudukkannya dalam 
Majelis: ‘Aku sudah memberikan mantera kepadamu, memuliakan kamu di Majelis dewa. 
Aku sudah memberi kamu kekuasaan penuh untuk menasihati dewa. Sesungguhnya, 
kamulah yang tertinggi, kamu yaitu satu-satunya suamiku! Perkataanmu akan menjadi 

yang terkuat di seluruh Anunnaki!’ Dia memberinya Pil Nasib, mengencangkannya di dadanya: 
sedang untukmu, perintahmu tidak akan bisa  dirubah, kata-katamu akan bertahan lama!’ 
saat Kingu sudah diangkat, memiliki kedudukan tinggi di Anu, mereka memutuskan nasib untuk 
dewa, anak-anak lelakinya:       ‘Kata-katamu akan memadamkan api, Akan merendahkan 
“Senjata-Kekuasaan”, saat berkuasa dalam hembusannya!’ Aku mengeluarkan Anu; dia tidak 

mampu menemuinya. Nudimmud takut dan berpaling. Kemudian datang Marduk, yang paling 
bijaksana di antara dewa, putra kalian, Hatinya dengan cepat berangkat untuk menemui 
Tiamat. Dia membuka mulutnya, berkata kepadaku: ‘Jika aku benar-benar, yaitu pembalas 
dendammu, Harus menaklukkan Tiamat dan menyelamatkan nyawa kalian, Siapkanlah Majelis, 

nyatakanlah takdirku sebagai yang tertinggi!       saat bersama-sama di Ubshukinna kamu 
duduk bahagia, Biarkanlah kata-kataku, dibanding kata-katamu, yang menentukan nasib. 
Apa yang mungkin aku katakan tidak akan bisa  diubah; Perintah dari bibirku tidak akan bisa 
ditarik kembali ataupun diubah.’ Sekarang segera kemari dan segera tentukan baginya 
perintah kalian, Sehingga dia bisa  pergi untuk menghadapi musuh besar kalian! 
Gaga berangkat, meneruskan perjalanannya. Di hadapan Lahmu dan Lahamu, dewa, 

ayahnya, Dia menghormat, mencium tanah di bawah kaki mereka. Dia membungkuk 
rendah di mana dia menempatkan dirinya untuk mengatakan kepada mereka:       

“yaitu Anshar, putra kalian, yang sudah mengutus aku ke mari, Meminta aku untuk 
menyuarakan perintah hatinya, Yang berkata: ‘Tiamat, dia yang melahirkan kita, membenci kita. 
Dia sudah menyiapkan Majelis dan dipenuhi amarah. Semua dewa sudah berpihak 

kepadanya, Bahkan mereka yang kamu lahirkan sudah berbaris di sampingnya. Mereka 
berkumpul dan berbaris di samping Tiamat. Dengan   marah, mereka membuat rencana 
tanpa henti siang dan malam hari. Mereka siap untuk berperang, menggeram, dan mencaci 
maki, Mereka sudah membentuk suatu majelis untuk bersiap-siap untuk pertempuran itu.      Ibu Hubur, dia yang membuat segala sesuatu, sudah menambahkan senjata-senjata yang 
tiada tandingannya, sudah melahirkan ular berbisa yang ganas, Gigi yang tajam, taring tanpa 
belas kasihan. Dia sudah memenuhi tubuh mereka dengan darah beracun,. Dia sudah membuat 

naga-naga yang meraung-raung ditakuti dengan amat  , sudah memahkotai mereka 
dengan lingkaran suci, membuat mereka seperti dewa, Sehingga orang yang memandang 
mereka akan mati dengan kondisi yang menyedihkan, Dan, dengan tubuh mereka yang 

mendompak, tidak ada seorangpun yang bisa  berpaling dari mereka. Dia menyiapkan Ular 

Beludak, Naga, dan Sphinx, Singa-Hebat, Anjing-Gila, dan Manusia-Kalajengking,       Siluman Singa yang   kuat, Naga-Terbang, Manusia-Berkepala Kuda - Membawa senjata-senjata 
yang tidak tidak menaruh belas kasihan, tidak mengenal takut di peperangan. Keputusannya 

tegas, mereka di luar akal sehat. Dia membuat sebelas macam mahkluk ini sebagai tambahan. 
Dari antara dewa, anak-anak pertamanya, yang membentuk Majelisnya, Dia mengangkat 
Kingu, membuatnya sebagai pemimpin mereka. Pemimpin orang-orang yang berkedudukan 
tinggi, memerintah Majelis itu, Mengangkat senjata untuk berperang, maju untuk berperang, Pemimpin dalam peperangan -- Hal-hal inilah yang dia percayakan kepadanya sebagaimana dia 

mendudukkannya dalam Majelis:         ‘Aku sudah memberikan mantera kepadamu, memuliakan 

kamu di Majelis dewa. Aku sudah memberi kamu kekuasaan penuh untuk menasihati 
dewa. Sesungguhnya, kamulah yang tertinggi, kamu yaitu satu-satunya suamiku! 
Perkataanmu akan menjadi yang terkuat di seluruh Anunnaki!’ Dia memberinya Pil Nasib, 

mengencangkannya di dadanya: ‘sedang untukmu, perintahmu tidak akan bisa  dirubah, 

kata-katamu akan bertahan lama!’ saat Kingu sudah diangkat, memiliki kedudukan tinggi di Anu, 

mereka memutuskan nasib untuk dewa, anak-anak lelakinya: ‘Kata-katamu akan 
memadamkan api, Akan merendahkan “Senjata-Kekuasaan”, saat berkuasa dalam 
hembusannya!’ Aku mengeluarkan Anu; dia tidak mampu menemuinya. Nudimmud takut dan 

berpaling. Kemudian datang Marduk, yang paling bijaksana di antara dewa, putra kalian, 

Hatinya dengan cepat berangkat untuk menemui Tiamat. Dia membuka mulutnya, berkata 
kepadaku: ‘Jika aku benar-benar, yaitu pembalas dendammu, Harus menaklukkan Tiamat dan 
menyelamatkan nyawa kalian, Siapkanlah Majelis, nyatakanlah takdirku sebagai yang tertinggi! 
saat bersama-sama di Ubshukinna kamu duduk bahagia, Biarkanlah kata-kataku, 
dibanding kata-katamu, yang menentukan nasib.         Apa yang akan aku katakan tidak akan 
bisa  diubah; Perintah dari bibirku tidak akan bisa ditarik kembali ataupun diubah!’ Sekarang 
segera kemari dan segera tentukan baginya perintah kalian, Sehingga dia bisa  pergi untuk 

menghadapi musuh besar kalian!” 
saat Lahmu dan Lahamu mendengar hal ini, mereka berteriak keras, Semua Igigi meratap 
dalam kesedihan: “Betapa anehnya bahwa mereka sudah membuat keputusan ini! Kita tidak 
bisa  mengerti kelakuan-kelakuan Tiamat!” 

Mereka bersiap-siap untuk memulai perjalanan mereka, Semua dewa besar yang 
menentukan nasib.         Mereka masuk ke hadapan Anshar, memenuhi Ubshukinna. Mereka 
saling mencium di dalam Majelis. Mereka mengadakan pembicaraan sambil mereka duduk 
dalam perjamuan. Mereka makan roti pesta, anggur yang dituangkan, Mereka mengisi tabung minuman mereka dengan minuman mengandung alkohol yang manis. saat mereka meminum 

minuman keras itu, tubuh mereka membengkak. Mereka menjadi   lemah saat jiwa-jiwa 
mereka naik. Untuk Marduk, pembalas dendam mereka, mereka menentukan perintah-perintah. 

Tablet IV 

Mereka membangun sebuah singgasana yang   indah untuknya. Menghadap kepada 
ayahnya, dia duduk, memimpin. 
“kamu yaitu yang paling terhormat di antara dewa yang besar, Perintahmu tiada 
bandingannya, perintahmu yaitu Anu. kamu, Marduk, yaitu yang paling terhormat di antara 
dewa yang besar, Perintahmu tiada bandingannya, kata-katamu yaitu Anu. Mulai dari 

hari ini keputusanmu tidak akan bisa  diubah. Untuk menaikkan atau menurunkan - hal-hal ini 
akan ada di tanganmu. Pernyataanmu akan menjadi nyata, perintahmu tidak akan diragukan. 
Tidak ada seorangpun di antara dewa akan melanggar laranganmu! Hiasan yang dicari 
untuk tempat-tempat duduk para dewa, Biarkanlah tempat bagi kesucian mereka selalu berada di 
tempatmu. O Marduk, kamu benar-benar yaitu pembalas dendam kami. Kami sudah 

menganugerahi kamu kepemimpinan atas seluruh jagat raya. Pada waktu kamu duduk di 
dalam Majelis kata-katamu akan menjadi yang tertinggi. Senjata-senjatamu tidak akan gagal; 
mereka akan menghancurkan musuh-musuhmu! O tuan, ampunilah nyawanya yang 

mempercayai kamu, namun enyahkanlah nyawa dewa yang dikuasai kejahatan.” 
Patung-patung Dewa ditempatkan di antara mereka, mereka memusatkan perhatian mereka 
kepada Marduk, anak pertama mereka:       “Tuan, benar-benar perintahmu yaitu yang pertama di antara dewa. Katakanlah untuk 

merusak atau mencipta; akan terjadilah. Bukalah mulutmu: Patung-patung Dewa akan mati! 

Berbicaralah lagi, dan Patung-patung Dewa akan menjadi utuh!” 
Pada kata-kata dari mulutnya Patung-patung Dewa itu mati. Dia berkata-kata lagi, dan 

Patung-patung Dewa itu dipulihkan kembali. saat dewa, ayahnya, melihat hasil 
dari kata-katanya, Dengan bahagia mereka melakukan penghormatan: “Marduk yaitu raja!” 
Mereka menganugerahinya tongkat lambang kekuasaan, singgasana, dan pakaian kebesaran, 
Mereka memberinya senjata-senjata yang tidak ada tandingannya yang menangkis musuh musuh:        “Pergi dan potonglah nyawa Tiamat. Semoga angin membawa darahnya ke tempat tempat yang tidak terlihat.” Dengan demikian nasib Bel sudah ditetapkan, para dewa, ayah ayahnya, Menyebabkannya menuju jalan kesuksesan dan pencapaian. Dia membuat sebuah 
busur, memilihnya sebagai senjatanya, Menempel di sana yaitu anak-anak panah, 
memantapkan tali busurnya. Dia menaikkan tongkat kebesarannya, tangan kanannya 
menggenggamnya; Busur dan tabung panah dia gantung di pinggangnya. Dia menyiapkan 

penerangan di depannya, Dia memenuhi tubuhnya dengan api yang berkobar-kobar.       Lalu 
dia membuat sebuah jaring untuk menyelubungi Tiamat di dalamnya. Keempat macam angin dia 
tempatkan sehingga dia tidak mungkin bisa meloloskan diri, Angin Selatan, Angin Utara, Angin 
Timur, Angin Barat. Di dekat pinggangnya dia memegang jaring itu, hadiah dari ayahnya, Anu. 

Dia membuat Imhullu “Angin yang Jahat”, Angin Topan, Angin Ribut, Angin Rangkap Empat, 
Angin Rangkap Tujuh, Angin Puyuh, Angin yang Tiada Tandingannya; Kemudian dia 
mengirimkan angin-angin yang sudah dia buat itu, ketujuh-tujuhnya. Mereka mendukungnya 

untuk menghancurkan Tiamat. Sesudah itu raja itu membangkitkan badai-banjir, senjata 
kuatnya. Dia mempersiapkan pasukan-badai yang tak bisa  tertahan dan menakutkan.       Dia 
memasang pelana dan menyatukannya menjadi sebuah tim, yang terdiri dari Sang Pembunuh, Si 
Tanpa Belas Kasihan, Si Penginjak, Si Cekatan. Bibir mereka dipisahkan, gigi mereka 

mengandung racun. Mereka tidak pernah lelah dan terlatih dalam pengrusakan. Di sebelah 
kanan dia menempatkan Sang Penghancur, yang ditakuti di medan perang, Di sebelah kirinya 
Sang Pelawan, yang memukul mundur semua yang giat. Sebagai baju luarnya dia memakai 
sebuah baju besi yang menakutkan; Kepalanya bersorbankan lingkaran sucinya yang 
menakutkan. Raja itu menyerang dan mencapai tujuannya, Dia menunjukkan mukanya kepada 

Tiamat yang marah.       Dia menggumamkan sebuah mantera di bibirnya; Sebuah tanaman 

yang mengeluarkan racun tergenggam di dalam tangannya. Kemudian mereka berdesak desakan di sekelilingnya, dewa berdesak-desakan di sekelilingnya, dewa, ayah ayahnya, berdesak-desakan di sekelilingnya, para dewa berdesak-desakan di sekelilingnya. 

Raja itu mendekat untuk mengamati Tiamat, Dan Kingu, suaminya, untuk mengetahui rencana 
jahat mereka. saat dia melihat, tujuannya menjadi kacau, Tekadnya terganggu dan 
tindakannya disulitkan. Dan saat para dewa, pembantu-pembantunya, yang berbaris di 

sampingnya, Melihat pahlawan yang berani, penglihatan mereka menjadi kabur.       Tiamat 
mengeluarkan suatu teriakan, tanpa memalingkan lehernya, Membuat sikap menantang yang 
kejam di bibirnya: 

“kamu terlalu penting bagi raja dewa untuk bangkit melawan kamu! Apakah mereka 
berkumpul di tempat mereka, atau di tempatmu?” 
Kemudian raja itu, membangkitkan badai-banjir, senjatanya yang kuat, Untuk membuat marah 
Tiamat dia mengatakan kata-kata berikut ini: 

“Mengapa kamu bangkit, yang dimuliakan dengan sombong, kamu sudah memenuhi hatimu 
sendiri untuk menghasut perselisihan, … putra-putra menolak ayah-ayah mereka, sedang 
kamu, yang sudah melahirkan mereka, sudah lebih dahulu menyumpahi cinta!       kamu sudah 
menunjuk Kingu sebagai suamimu, Menganugerahkan gelar Anu kepadanya, yang tidak pantas 
baginya. Melawan Anshar, raja dewa, kamu mencari kejahatan; Melawan dewa, 
ayah-ayahku, kamu sudah membuktikan kejahatanmu. meski pasukanmu sudah siap, 
senjata-senjatamu sudah disiapkan, Bangkit berdirilah, supaya aku dan kamu bisa bertemu 

dalam perkelahian satu lawan satu!” saat Tiamat mendengar hal ini, Dia seperti seorang yang kemasukan roh; dia kehilangan akal 
sehatnya. Dengan   marah Tiamat berteriak keras. Kedua kakinya gemetar.       Dia 

membacakan sebuah jampi-jampi, terus menerus menggumamkan manteranya, Sementara para 

dewa perang menajamkan senjata-senjata mereka. Lalu Tiamat dan Marduk berdebat, yang 
paling bijaksana di antara dewa. Mereka berjuang dalam perkelahian satu lawan satu, 
terkunci dalam peperangan. Raja itu menebarkan jaringnya untuk menyelubunginya, Angin 

Jahat, yang mengikuti di belakang, dia lepaskan ke wajahnya. saat Tiamat membuka mulutnya 

untuk merusakkannya, Marduk mendorong Angin Jahat sehingga dia tidak bisa  menutup 
bibirnya. saat angin yang dahsyat itu sudah memenuhi perutnya, Tubuhnya menjadi 
kembung dan mulutnya terbuka lebar.         Marduk melepaskan anak panah, yang merobek 

perut Tiamat, Anak panah itu menembus tubuhnya, membelah jantungnya. Sesudah berhasil mengalahkannya, dia mematikan nyawanya. Dia menurunkan tubuh Tiamat untuk berdiri di 

atasnya. Sesudah dia membunuh Tiamat, sang pemimpin, gerombolannya tercerai berai, 

rombongannya pecah; Dan dewa, pembantu-pembantunya yang berbaris di sampingnya, 

Gemetar sebab ketakutan, berpaling darinya, Untuk menyelamatkan dan melindungi nyawa 
mereka. Terkepung ketat, mereka tidak bisa  meloloskan diri. Dia menjadikan mereka tawanan 
dan dia menghancurkan senjata-senjata mereka. Dilemparkan ke dalam jaring, mereka 
menemukan bahwa diri mereka terjerat; Ditempatkan di bilik-bilik kecil, mereka dipenuhi dengan 

ratap tangis; Menahan kemarahannya, mereka tetap dipenjara. Dan kesebelas makhluk yang 
sudah Tiamat penuhi dengan kekaguman, Seluruh kelompok siluman yang berbaris di sebelah 
kanannya, Dia belenggu, dia mengikat tangan mereka. Untuk semua perlawanan mereka, dia 
melukai mereka di bawah telapak kaki. Dan Kingu, yang sudah diangkat sebagai pemimpin di 

antara mereka, Dia ikat dan mempertanggungjawabkannya kepada Uggae.         Dia mengambil 
Keping Nasib darinya, yang bukan miliknya secara resmi, Menutupi mereka rapat-rapat 
dengan sebuah tutup dan mengencangkan mereka di dadanya. saat dia sudah menaklukkan 
dan mengalahkan musuh-musuhnya, sudah   musuh yang sombong, sudah menetapkan 
kemenangan Anshar yang sesungguhnya atas musuhnya, sudah mencapai keinginan 

Nudimmud, Marduk yang berani Menguatkan kekuasaannya atas dewa yang sudah 
ditaklukkan, Dan berpaling kepada Tiamat yang sudah ia ikat. Raja itu berjalan di atas kaki-kaki 
Tiamat, Dengan tongkat kebesarannya yang tiada bandingannya dia menghancurkan 
tengkoraknya.         saat urat-urat nadi darahnya sudah hancur, Angin Utara membawanya ke 

tempat-tempat yang tidak diketahui. 
Melihat hal ini, ayahnya merasa bahagia dan gembira, Mereka membawa hadiah-hadiah 
penghormatan, dari mereka untuknya. Kemudian raja itu berhenti untuk mengamati tubuh 
Tiamat yang sudah mati, Sehingga dia bisa membelah makhluk jahat itu dan membuat karya karya yang cerdik. Dia membelahnya menjadi dua seperti seekor kerang: Setengah darinya naik 
dan terbang ke langit, Menarik penghalang dan penjaga-penjaga yang menjaga. Marduk 
menyuruh mereka untuk tidak membiarkan cairannya meloloskan diri.        Dia menyeberangi 
langit dan meneliti area-area itu. Dia menandai area Apsu, rumah Nudimmud, 
Sebagai raja mengukur luas Apsu. rumah yang Hebat itu, persamaannya, dia tetapkan 
sebagai Esharra, rumah yang Hebat itu, Esharra, yang dia jadikan sebagai pintu surga. 
Anu, Enlil, dan Ea dia buat sebagai rumah mereka. 

Tablet V 

Dia membangun lingkungan untuk dewa yang hebat, Menetapkan persamaan bintang bintang mereka sebagai Bayangan. Dia menetapkan tahun dengan menunjukkan area area: Dia menetapkan tiga sistem perbintangan untuk setiap bulan dari dua belas bulan. 

Sesudah menjelaskan hari-hari dalam setahun dengan alat benda-benda langit, Dia membangun 

lingkungan Nebiru untuk menentukan kelompok langit mereka, Sehingga tidak ada seorangpun 

yang akan melanggar atau jatuh. Di sampingnya dia membuat lingkungan Enlil dan Ea. Sesudah 

membuka gerbang-gerbang di kedua sisi, Dia menguatkan kunci-kunci ke kiri dan kanan.        Di dalam perut Tiamat dia membentuk titk puncak. Dia buat Bulan bersinar, menyerahkan malam 

hari kepadanya. Dia menunjuknya menjadi sebuah makhluk malam untuk menandakan hari-hari: 

“Secara bulanan, tanpa henti, membentuk rancangan-rancangan dengan sebuah mahkota. Di 

awal bulan, terbit, kamu akan memiliki tanduk-tanduk yang berkilauan untuk menandakan 

enam hari, Pada hari yang ketujuh mencapai setengah-mahkota. Pada bulan purnama berdiri 

berhadapan pada pertengahan bulan. saat matahari menyusul kamu pada dasar langit, 

Kurangilah mahkotamu dan mundurlah dalam cahaya.        Pada saat pelenyapan mendekati 

arah matahari, Dan pada hari ketiga puluh kamu sekali lagi akan berdiri berhadapan dengan 

matahari. Aku sudah menunjuk sebuah tanda, mengikuti jalurnya,   mendekat dan memberikan 

penilaian.” 

  Baris  ~ terlalu rusak untuk diterjemahkan. Meskipun demikian, jelas dari bekas-bekas 

peninggalan, bahwa sesudah selesai dengan penciptaan bulan Marduk mengalihkan perhatiannya 

untuk membentuk matahari.   

Sesudah dia menunjukkan hari-hari kepada Shamash,      dan sudah menetapkan batasan antara 

malam dan siang hari, membawa air liur Tiamat. Marduk menciptakan   Dia membentuk 

awan-awan dan mengisi mereka dengan air. Naiknya angin, membawa hujan dan dingin,       

Membuat kabut asap, membuat tiang pancang racun Tiamat: Marduk menunjuk dirinya untuk 

hal-hal ini, menugasi dirinya sendiri. Menaruk kepala Tiamat ke dalam jabatan yang dia bentuk di 

atas gunung-gunung, Membuka lautan yang membanjir, Dia buat mengalir dari matanya ke 

Efrata dan Tigris, Dia pergi menghentikan lubang hidung Tiamat   , Dia membentuk gunung gunung tinggi di payudara Tiamat, Di dalamnya dia mengebor mata-mata air untuk sumur-sumur 

untuk mengeluarkan air. Melilitkan ekor Tiamat dia menalikannya ke Durmah,   Apsu pada 

kakinya,         selangkangannya, dia diikatkan ke langit, Dengan demikian dia sudah menutupi 

langit dan membentuk bumi.   di tengah-tengah Tiamat dia membuat aliran,   jaringnya dia 

keluarkan semua, Maka dia sudah menciptakan langit dan bumi   ,   ikatan-ikatan mereka   

sudah terbentuk. saat dia sudah merancang peraturan-peraturannya dan membuat undang undangnya, Dia membangun tempat-tempat suci dan menyerahkan mereka kepada Ea. Dia 

membawa Keping Nasib yang sudah dia ambil dari Kingu, Dia membawanya sebagai hadiah 

pertemuan, dia memberikannya kepada Anu.       dewa yang sudah berperang dan 

terpencar, Dia tuntun ke hadapan ayahnya. Sekarang kesebelas makhluk yang sudah 

dibuat Tiamat   , Yang senjata-senjatanya sudah dia hancurkan, yang sudah dia ikat ke kakinya: 

Dia membuat patung-patung makhluk-makhluk ini dan mendirikan mereka di Gerbang Apu dan 

berkata: “Biarkanlah ini menjadi suatu kenang-kenangan sehingga tidak akan pernah dilupakan!” 

saat para dewa melihat hal ini mereka   bergembira, Lahmu, Lahamu, dan semua ayah ayahnya Mendekatinya, dan Anshar, sang raja, menunjukkan salamnya, Anu, Enlil, dan Ea 

mempersembahkan hadiah-hadiah kepadanya.       Dengan sebuah hadiah Damkina, ibunya, 

membuatnya bahagia, Dia mengirimkan persembahan, wajahnya menjadi cerah. Kepada 

Usmi yang membawakan hadiahnya ke suatu tempat rahasia Dia percayakan kedudukan 

sebagai seorang menteri di Apsu dan pengurusan tempat-tempat suci. Sesudah dikumpulkan, 

semua Igigi membungkuk, Sementara semua orang di Anunnaki mencium kakinya,   

perkumpulan mereka untuk melakukan penghormatan, Mereka berdiri di hadapannya, 

membungkuk dan berkata: “Dialah raja!” Sesudah para dewa, ayahnya, dipuaskan oleh 

pesonanya.      

  Baris  -   terlalu rusak untuk diterjemahkan. Di dalam bagian ini diceritakan pendudukan 

Marduk atas tahta dengan senjata-senjatanya.   

Ea dan Damkina   ,        Mereka membuka mulut mereka untuk berbicara kepada para dewa 

yang besar, Igigi: “Sebelumnya Marduk hanyalah putra kita yang tercitna, Sekarang dia yaitu 

raja kalian, nyatakanlah gelarnya!” 

 Mereka berbicara untuk yang kedua kalinya, mereka semua berkata: “Namanya akan menjadi 

Lugaldimmerankia, percayalah kepadanya!” saat mereka sudah memberikan kekuasaan tertinggi kepada Marduk, Mereka menyatakan 

sebuah patokan tentang nasib baik dan keberhasilan kepadanya: “Mulai dari sekarang kamu 

akan menjadi pengunjung tempat-tempat suci kami, Apapun perintahmu akan kami lakukan.” 

Marduk membuka mulutnya untuk berbicara, Untuk mengatakan satu kata kepada para dewa, 

ayahnya: “Di atas Apsu di mana kalian tinggal, Di dekat Esharra yang sudah aku bangun 

untuk kalian,         Di bawah aku sudah mengeraskan tanah untuk tempat bangunan, aku akan 

membangun sebuah rumah, yang akan menjadi tempat tinggalku yang menyenangkan. Aku 

akan membangun kuilnya di dalamnya, aku akan melengkapi ruangan-ruangan di dalamnya, aku 

akan menetapkan kekuasaan tertinggiku. Pada waktu kamu naik dari Apsu untuk berkumpul, 

kamu akan menginap di dalamnya, rumah itu ada di sana untuk menerima semua dari kalian. 

Pada waktu kamu turun dari langit untuk berkumpul, kamu akan menginap di dalamnya, 

rumah itu ada di sana untuk menerima semua dari kalian. Aku akan menyebutnya ‘Babilon’ yang 

berarti ‘rumah-rumah para dewa yang hebat’, aku akan membangunnya dengan keahlian orang orang yang terampil.”         

saat para dewa, ayahnya, mendengar perkataanya ini, Mereka menanyakan pertanyaan 

berikut ini kepada Marduk, putra pertama mereka: 

“Dari semua yang sudah tanganmu ciptakan, Siapa yang akan memiliki wewenangmu? Dari 

semua tanah yang sudah tanganmu ciptakan, Siapa yang akan memiliki kekuasaanmu? Babilon, 

yang sudah kamu berikan nama yang bagus, Di sanalah rumah kami untuk selamanya! 

.  , biarkanlah mereka membawa makanan harian kami,   kami   ,        Jangan biarkan ada 

yang merampas pekerjaan yang sebelumnya kami lakukan, Di sana   pekerjaannya   .” 

Marduk bergembira saat dia mendengar hal ini dan Dia menjawab dewa itu yang 

sudah bertanya kepadanya, Dia yang membunuh Tiamat menunjukkan terang kepada mereka, 

Dia membuka mulutnya, perkataannya mulia: 

“.   mereka   ,   akan dipercayakan kepada kalian.” 

dewa itu membungkuk di hadapannya, mereka berkata kepadanya, Mereka berkata 

kepada Lugaldimmerankia:        

“Sebelumnya raja itu hanyalah putra kita yang tercinta, Sekarang dia yaitu raja kita, 

nyatakanlah gelarnya! Dia yang mantera sucinya memberikan kita kehidupan, Dialah raja dari 

keindahan yang luar biasa,tongkat kebesaran, dan tongkat kekuasaan. Ea yang mengetahui 

keahlian semua keterampilan, Biarkanlah dia yang menyiapkan rencana-rencana, kita akan 

menjadi pekerjanya.” 

Tablet VI 

saat Marduk mendengar kata-kata dari para dewa itu, Hatinya mendorongnya untuk 

membuat karya-karya yang cerdik. Membuka mulutnya, dia memanggil Ea untuk mengatakan 

rencana yang sudah ia pikirkan di dalam hatinya: 

“Aku akan menggumpalkan darah dan membuat tulang. Aku akan membuat seorang primitif, 

‘manusia’ akan menjadi namanya. Benar, aku akan menciptakan manusia primitif. Dia akan 

diserahi tugas untuk melayani para dewa sehingga mereka bisa bersantai! Aku akan 

memperbaiki perilaku para dewa. meski serupa dihormati, mereka akan dipisahkan menjadi 

dua kelompok.” Ea menjawabnya, mengatakan suatu kata kepadanya, Memberinya rencana lain untuk bebasnya 

para dewa: 

“Biarkan hanya saudara-saudara lelaki mereka yang diserahkan; Dia sendiri akan mati 

sehingga bangsa manusia akan terbentuk. Biarkanlah dewa yang hebat di sini di Majelis, 

Biarkanlah yang bersalah yang diserahkan sehingga mereka akan bertahan.” 

Marduk memerintahkan para dewa yang hebat untuk Berkumpul; Memimpin dengan belas kasih, 

dia memberikan petunjuk-petunjuk. Para dewa memperhatikan kata-katanya. Raja itu 

menujukan suatu kata kepada Anunnaki:        

“Jika pernyataan kalian yang terdahulu yaitu benar, Sekarang nyatakanlah kebenaran itu 

dengan bersumpah di hadapanku! Siapakah yang merencanakan kebangkitan ini, Dan membuat 

Tiamat memberontak, dan mulai bertempur? Biarkanlah dia yang merencanakan kebangkitan ini 

diserahkan. Aku akan membuatnya menanggung kesalahannya. Kalian akan tinggal dalam 

kedamaian!” 

Igigi, dewa yang hebat, menjawabnya: Kepada Lugaldimmerankia, penasihat para dewa, 

raja mereka: “yaitu Kingu yang merencanakan kebangkitan ini, Dan membuat Tiamat 

memberontak, dan mulai bertempur.”        

Mereka mengikatnya, menahannya di hadapan Ea. Mereka menetapkan kesalahannya dan 

merusakkan pembuluh darahnya. Dari darahnya mereka membuat umat manusia. Dia 

menetapkan pelayanan dan membebaskan dewa itu. 

Sesudah Ea, yang bijaksana, menciptakan umat manusia, sudah menetapkan pelayanannya untuk 

dewa itu - Karya itu tidak bisa  dimengerti; Direncanakan dengan cerdik oleh Marduk, 

demikian pula diciptakan oleh Nudimmud -- 

Marduk, raja dari para dewa memisahkan semua Anunnaki atas dan bawah.       Dia 

menugaskan mereka kepada Anu untuk menjaga petunjuk-petunjuknya. Tiga ratus 

ditempatkannya sebagai suatu penjagaan. Dengan cara seperti itulah dia membatasi bumi. 

Dengan demikian dia sudah menempatkan enam ratus di langit dan di bumi. Sesudah dia 

memerintahkan semua petunjuk-petunjuk, Langit dan bumi sudah memberikan bagian mereka 

kepada Anunnaki, Anunnaki membuka mulut mereka dan berkata kepada Marduk, raja mereka: 

“Sekarang, O raja, kamulah yang sudah menyelamatkan kami, Apa yang akan menjadi 

penghormatan kami kepadamu?       Biarkanlah kami membangun sebuah tempat suci yang 

namanya akan disebut ‘Lo, sebuah kamar bagi kami untuk beristirahat di malam hari’; biarkanlah 

kami beristirahat di dalamnya! Biarkanlah kami membangun sebuah tahta, sebuah tempat 

peristirahatan untuk tempat tinggalnya! Pada hari kami tiba kami akan beristirahat di dalamnya.” 

saat Marduk mendengar hal ini, Wajahnya bersinar terang, seperti siang hari: “Bangunlah 

Babilon, bangunan yang sudah kalian minta, biarkan pekerjaan membangunnya dibuat. Kalian 

akan menamakannya ‘Tempat beribadah’.” 

Anunnaki mempergunakan perkakas; Mereka mencetak batu bata untuk setahun penuh.       

saat tahun kedua tiba, Mereka sudah membangun puncak Esagila setinggi Apsu. Sesudah 

membangun sebuah menara-panggung setinggi Apsu, Mereka menyiapkan rumah untuk 

Marduk, Enlil, dan Ea di dalamnya. Di hadapan mereka dia duduk dengan agung. Dia melihat 

ke bawah ke dasar Esharra. 

Sesudah mereka berhasil membangun Esagila, Semua Anunnaki mendirikan tempat-tempat suci 

mereka. Ketiga ratus Igigi     semua dari mereka berkumpul, Raja berada di mimbar yang 

amat tinggi yang sudah mereka bangun sebagai tempat tinggalnya,       Para dewa, ayah- ayahnya, dia duduk di perjamuannya: “Inilah Babilon, tempat yang merupakan rumah kalian! 

Ramaikanlah halamannya, tempatilah tempat-tempatnya yang luas.” 

dewa yang hebat mengambil tempat duduk mereka, Mereka melakukan minuman 

perjamuan, duduk di dalam sebuah pesta. Sesudah mereka sudah membuat kemeriahan di 

dalamnya, Di Esagila, yang mewah, sudah melakukan ritual mereka, Aturan-aturan sudah 

ditentukan dan semua ramalan-ramalan mereka, Semua dewa membagi tempat-tempat di langit 

dan bumi secara adil. Lima puluh dewa yang hebat mengambil tempat mereka.       Tujuh dewa 

nasib menentukan yang tiga ratus orang di langit. Enlil mengangkat busur, senjatanya, dan 

meletakkannya di hadapan mereka. Para dewa, ayahnya melihat jaring yang sudah dia 

buat. saat mereka memperhatikan busur itu, bagaimana ahlinya busur itu dibentuk, Ayah ayahnya memuji pekerjaan yang sudah dia lakukan. Mengangkatnya, Anu berbicara di dalam 

Majelis para dewa, Sambil dia mencium busurnya: “Inilah putriku!” Dia memberi busur itu nama nama sebagai berikut: “Yang pertama yaitu Busur besar, yang kedua yaitu Akurat; Namanya 

yang ketiga yaitu Bintang-Busur, aku sudah membuatnya bersinar di langit.”       

Dia menetapkan jabatannya dengan dewa saudara laki-lakinya. Sesudah Anu memutuskan 

nasib busur itu, Dan sudah menempatkan singgasana kerajaan yang amat tinggi di hadapan para 

dewa, Anu menempatkannya di dalam Majelis dewa. saat dewa yang hebat sudah 

dikumpulkan, Mereka meninggikan takdir Marduk, mereka membungkuk, Mereka menyatakan 

sebuah kutuk di antara mereka sendiri, Bersumpah atas air dan minyak untuk menempatkan 

kehidupan di dalam mara bahaya. saat mereka sudah menganugerahinya dengan kedudukan 

sebagai raja para dewa, saat mereka sudah memberinya penguasaan atas dewa di langit 

dan di neraka,         Anshar menyatakan namanya sebagai yang tertinggi, Asarluhi, berkata: 

“Marilah kita patuh pada namanya, biarkan dewa memperhatikan kata-katanya, biarkan 

perintahnya ditinggikan di atas dan di bawah! Putra yang paling dimuliakan, pembalas dendam 

kita; biarkan kekuasaannya menjadi tiada bandingannya, tidak memiliki lawan. Semoga dia 

melindungi yang berkepala hitam, makhluk-makhluknya. Sampai ke hari-hari terakhir, tanpa 

melupakan, biarkan mereka meneriakkan kelakuannya. Semoga dia membuat persembahan persembahan makanan bagi ayahnya;         Dukungan mereka akan melengkapi, akan 

menjaga kuil-kuil mereka. Semoga dia membuat kemenyan tercium,   mantera-mantera 

mereka, membuat suatu kemiripan di bumi seperti apa yang sudah dia buat di langit. Semoga dia 

memerintah yang berkepala hitam untuk menghormatinya, Semoga perkara ini selalu diingat 

untuk membicarakan dewa mereka, Dan semoga mereka memperhatikan para dewi sebab kata katanya. Semoga persembahan makanan diberikan untuk para dewa dan dewi 

mereka. biarkan mereka mendukung dewa mereka tanpa kegagalan! Negeri-negeri 

mereka membuat mereka berkembang, membangun tahta mereka, biarkan yang berkepala hitam 

melayani dewa mereka.         sedang kita, dengan nama apapun yang kita nyatakan, 

dialah raja kita! Marilah kita nyatakan kelima puluh namanya: 

‘Dia yang sikapnya mulia, yang kelakuan-kelakuannya juga mulia,       MARDUK, seperti Anu, 

ayahnya, memanggilnya dari waktu kelahirannya; Yang menyediakan tempat-tempat makan dan 

minum, menyuburkan petak-petak mereka, Yang dengan badai-banjir, senjatanya, menaklukkan 

pemfitnah-pemfitnah, Dan yang para dewa, ayahnya, selamatkan dari kesedihan. 

Sungguh, Putra Matahari, dialah yang paling bercahaya di antara para dewa. Dalam cahayanya 

yang terang biarkan mereka berjalan untuk selamanya! Atas orang-orang yang diciptakannya, 

dianugerahinya kehidupan,         Dia membebankan pelayanan atas dewa sehingga 

mereka bisa beristirahat. Penciptaan, perusakan, penyelamatan, anugerah - Akan terjadi oleh 

perintahnya. Mereka akan menghormatinya!       MARUKKA sungguh yaitu dewa, 

pencipta segala sesuatu, Yang menggembirakan hati Anunnaki, menenangkan Igigi.       

MARUTUKKU benar-benar yaitu tempat perlindungan negeri, kota, dan orang-orangnya. 

Kepadanyalah orang-orang akan memanjatkan pujian untuk selama-lamanya.      

BARASHAKUSHU berdiri dan menahan perasaannya; Hatinya lapang, perhatiannya hangat.      

LUGALDIMMERANKIA yaitu namanya yang kita nyatakan di dalam Majelis kita.        Perintah perintahnya akan kita muliakan di atas para dewa, ayahnya. Benar, dialah raja dari semua dewa di surga dan neraka, Raja yang atas hukumannya dewa di atas dan di bawah 

berduka cita.”      NARI-LUGALDIMMERANKIA yaitu namanya yang kita sebut untuk 

peringatan bagi para dewa; Yang sudah menemukan tempat bagi kita untuk mencari perlindungan 

dari masalah di bumi dan di surga, Dan yang membagikan tempat bagi Igigi dan Anunnaki. Pada 

namanyalah dewa akan gemetar dan menggigil dalam perlindungan.      ASARULUDU 

yaitu nama yang Anu, ayahnya, nyatakan baginya. Dia benar-benar yaitu terang di antara 

para dewa, pemimpin yang besar, Yang, merupakan dewa pelindung dewa dan tanah,        Di 

dalam perkelahian satu lawan satu yang sengit dalam kondisi bahaya sudah menyelamatkan 

tempat tenang kita. Yang kedua, Asaruludu mereka namakan      NAMTILLAKU, Dewa yang 

mempertahankan kehidupan, Yang memulihkan dewa yang hilang, seperti ciptaannya 

sendiri; Dewa yang membangkitkan kembali dewa yang sudah mati dengan manteranya 

yang suci, Yang mematikan musuh-musuh yang suka melawan. Marilah kita memuji 

keberaniannya! Asaruludu, yang nama ketiganya disebut      NAMRU, Dewa yang bersinar yang 

menerangi jalan kita. Ketiga namanya sudah dinyatakan oleh Anshar, Lahmu, dan Lahamu; 

Kepada dewa, putra-putra mereka, mereka berkata: “Kami sudah menyatakan ketiga 

namanya.        Seperti juga kami, ucapkanlah nama-namanya!” 

Dengan bahagia dewa menuruti perintah mereka, Seperti di Ubshukinna mereka 

bertukar pikiran: “Kepada putra yang pemberani, pembalas dendam kita, Kepada pendukung 

kitalah kita akan memuliakan namanya!” 

Mereka duduk di dalam Majelis mereka untuk menentukan nasib, Semua dari mereka 

mengucapkan namanya di dalam kuil. 

Tablet VII 

       ASARU, pemberi kesuburan tanah, yang menentukan tingkat air; Pencipta biji-bijian dan 

rumput-rumputan, yang membuat tanaman bertunas.        ASARUALIM, yang diberikan 

tempat kehormatan dalam perundingan; Kepada siapa dewa berharap, yang tidak 

memiliki rasa takut.        ASARUALIMNUNNA, yang berbelas kasihan, terang bagi ayahnya, 

yang memperanakannya, Yang mengurus perintah-perintah Anu, Enlil, Ea, dan Ninigiku. Dia 

yaitu pemberi mereka yang menugasi bagian-bagian mereka, Yang kelebihannya banyak 

sekali, bertambah banyak   .        TUTU yaitu dia, yang mempengaruhi pemulihan mereka. 

biarkan dia memurnikan tahta mereka sehingga mereka menbisa kan ketentraman. biarkan dia 

memikirkan mantera sehigga dewa bisa beristirahat. Apabila mereka bangkit dalam 

kemarahan, biarkan mereka berpaling kembali. Sungguh, dia yaitu yang tertinggi di dalam 

Majelis dewa; Tidak ada seorangpun di antara dewa yang bisa  menyamainya. 

Tutu yaitu       ZIUKKINNA, kehidupan dari pasukan dewa, Yang membangun surga suci 

bagi dewa; Yang menjaga sikap mereka, menentukan arah mereka; Dia tidak akan 

dilupakan oleh yang dikaburkan. biarkan mereka Mengingat kelakuan-kelakuannya! Yang 

ketiga Tutu mereka sebut sebagai       ZIKU, yang membuktikan kesucian, Dewa dari nafas 

kebaikan, raja yang mendengarkan dan mengabulkan;        Yang menghasilkan kekayaan dan 

harta benda, yang menetapkan banyak sekali; Yang sudah mengubah semua keinginan kita 

menjadi banyak sekali; Yang nafas kebaikannya kita hirup dalam kesedihan yang menyakitkan. 

biarkan mereka berbicara, biarkan mereka memuliakan, biarkan mereka memanjatkan puji-pujian 

baginya! Tutu, yang keempat, biarkan orang-orang memuliakannya sebagai       AGAKU, Sang 

raja jampi-jampi suci, yang membangkitkan kembali yang mati; Yang memiliki belas kasihan 

atas dewa yang sudah ditaklukkan, Yang sudah melepaskan ikatan yang membebani dewa dewa, musuh-musuhnya, Dan yang, untuk menebus mereka, menciptakan umat manusia; Yang 

berbelas kasihan, di dalam siapa terletak kekuasaan untuk memberi kehidupan.        Semoga 

kata-katanya bertahan, tidak dilupakan, Di mulut yang berkepala hitam, yang sudah tangan tangannya ciptakan. Tutu, yang kelima, yaitu       TUKU, yang mantera sucinya akan 

diucapkan mulut-mulut mereka, Yang dengan jampi kudusnya sudah memberantas semua yang 

jahat.       SHAZU, yang mengetahui hati dewa, Yang memeriksa bagian dalam; Dari siapa 
orang berdosa tidak akan lolos, Yang mendirikan Majelis dewa, menyenangkan hati 
mereka; Yang mengalahkan yang sombong; perlindungan mereka yang tersebar luas; Yang 
mengarahkan keadilan, memberantas semua kata-kata yang tidak jujur, Siapa yang salah dan 
benar dipisahkan di dalam hatinya. Kedua, Shazu mungkin mereka muliakan sebagai   Zisi, Yang mengatasi pemberontak; Yang menghilangkan kegemparan dari tubuh para dewa, 
ayahnya. Yang ketiga, Shazu yaitu,        SUHRIM, yang dengan senjata membasmi 
semua musuh-musuh, Yang menghalangi rencana-rencana mereka, menghamburkan mereka ke 
angin; Yang menghapuskan semua yang jahat yang gemetar di hadapannya. biarkan dewa dewa bergembira di Majelis! Yang keempat, Shazu yaitu,        SUHGURIM, yang memastikan 
suatu kesaksian bagi para dewa, ayahnya, Pencipta para dewa, ayahnya, Yang 
membasmi musuh-musuh, mematikan keturunan mereka; Yang menghalangi kelakuan kelakuan mereka, tidak menyisakan apapun untuk mereka. biarkan namanya dibangkitkan dan 
dibicarakan di negeri!       Yang kelima, Shazu akan mereka puja sebagai        ZAHRIM, raja dari 

yang hidup, Yang mematikan semua musuh, semua yang tidak menurut; mengejar yang 
jahat; Yang dibawa pulang semua dewa pelarian ke dalam tempat suci mereka. biarkan 
namanya ini menjadi kekal! Di samping itu, kepada Shazu, diserahkan segala kehormatan 

sebagai        zahgurim, yang semua musuhnya dimatikan seperti dalam peperangan.  enbilulu, raja yang membuat mereka bertumbuh, dialah; yang   berkuasa yang 
menamai mereka, yang memulai persembahan-daging; yang selalu mengatur tanah, makanan, 

dan tempat-tempat air; yang membuka sumur-sumur, membagi air yang   banyak secara 
adil.       yang kedua, enbilulu, akan mereka muliakan sebagai       epadun, raja yang 
menyirami padang, mengairi langit dan bumi, yang menentukan deretan-deretan biji, Yang 
membentuk tanah yang sudah dibajak dengan baik di padang rumput, Mengatur bendungan dan 
parit, yang membatasi alur, yang ketiga, Enbilulu, akan mereka puji sebagai      ENBILULUGUGAL, Yang mengairi area perkebunan para dewa; Raja dari hasil panen yang 

  banyak, berlimpah ruah, dan cukup, Yang menyediakan kekayaan, memperkaya semua 
tempat tinggal, Yang menyediakan gandum, membuat jawawut bertumbuh. Enbilulu yaitu       
HEGAL, yang menimbun   banyak untuk makanan orang-orang; Yang membuat hujan 

deras di seluruh bumi yang luas, memelihara kehidupan tanaman.       SIRSIR, yang 
menimpakan sebuah gunung di atasnya, Tiamat,       Yang menyeret mayat Tiamat dengan 
senjatanya; Yang mengurusi tanah - pelindung mereka yang setia; Yang rambutnya yaitu 
padang biji-bijian, topinya yaitu alur-alur; Yang melompati lautan yang terbentang luas dalam 
amarahnya,Menyeberanginya seperti sebuah jembatan pada waktu perkelahian satu lawan satu. 
Yang kedua, Sirsir, mereka namakan       MALAH - dan lalu - Tiamat yaitu pesawatnya 
dan dialah pengendaranya.        GIL, yang mengumpulkan timbunanbiji-bijian - 
timbunan yang padat - Yang menghasilkan jawawut dan gandum, menyediakan biji biji di tanah.        GILMA, yang membuat rumah yang amat tinggi para dewa bertahan, 

Pencipta keamanan,       Kegembiraan yang menyatukan badan, yang mempersembahkan hal hal yang baik.        AGILMA, yang dimuliakan, yang melepaskan mahkota dari tempat yang 
salah, Yang menciptakan awan-awan di atas air, membuatnya tetap di tempat yang tinggi.        

ZULUM, yang menunjukkan padang-padang untuk para dewa, membagi-bagikan ciptaan, Yang 
menganugerahi bagian-bagian dan persembahan makanan, menjaga tempat tempat suci.       MUMMU, Pencipta langit dan bumi, yang mengurus   . Yang kedua, dewa 
yang menyucikan langit dan bumi yaitu,       ZULUMMAR, Yang tidak bisa  ditandingi dewa dewa lain dalam hal kekuatan.       GISHNUMUNAB, Pencipta semua manusia, yang membuat 
pembagian-pembagian dunia, Pemati dewa Tiamat; yang membuat manusia dari 

bagian-bagian tubuh mereka.             LUGALABDUBUR, raja yang menggagalkan pekerjaan 
Tiamat, merusakkan senjata-senjatanya; Yang dasarnya kuat di depan dan di belakang.       
PAGALGUENNA, yang pertama dari semua dewa, yang kekuatannya terkenal; Yang 
terbaik di dalam tempat kediaman kerajaan, paling dimuliakan di antara dewa.       
LUGALDURMAH, raja, penyatu para dewa, raja dari Durmah, Yang terbaik di dalam tempat 
kediaman kerajaan, paling dimuliakan di antara dewa.       ARANUNNA, penasihat Ea, 

pencipta para dewa, ayahnya, Sikapnya yang   baik tidak tertandingi oleh dewa 

manapun.       dumuduku, tempat tinggalnya yang suci diperbaharui di duku; dumuduku, 
tanpanya lugalkuduga tidak membuat keputusan.               lugallanna, raja yang 

kekuatannya terkenal di antara dewa, raja, kekuatan anu, yang menjadi yang tertinggi pada sebutan anshar.       lugalugga, yang memenangkan mereka semua dari perjuangan, 
Yang memiliki semua kebijaksanaan, pandangannya luas.       IRKINGU, yang menyeret Kingu 

dalam sengitnya peperangan, Yang memberikan bimbingan bagi semua, menentukan peraturan. 

     kinma, yang mengatur semua dewa, pemberi nasihat, kepada namanya para dewa 
bergetar dalam ketakutan, seperti pada waktu badai.      esizkur akan duduk tinggi di dalam 
rumah orang yang berdoa; semoga dewa membawakan persembahan 
mereka ke hadapannya, sehingga dari dialah mereka akan menerima tugas-tugas mereka; tidak 
ada seorangpun yang tanpa dia bisa  menciptakan karya-karya yang indah. empat orang 

berkepala hitam yaitu salah satu di antara makhluk-makhluknya; selain darinya tidak ada 
dewa yang mengetahui jawaban dari hari-hari mereka.      gibil, yang tetap mempertahankan 
ketajaman senjatanya, yang menciptakan karya-karya yang cerdik dalam pertempuran dengan 
Tiamat; Yang memiliki kebijaksanaan yang luar biasa, pandai dalam kemampuan untuk mengerti 
sesuatu, Pikirannya saat luas sehingga dewa, semua dari mereka, tidak mampu 

mengertinya.      jadilah addu namanya, seluruh langit diliputinya. semoga kemurahan 
hatinya selalu diserukan di seluruh dunia;         semoga dia, sebagai mummu, mengurangi 
awan-awan; di bawah, semoga dia menyediakan makanan bagi orang-orang.      asharu, 

yang, seperti namanya, membimbing dewa nasib; semua orang benar-benar ada di dalam 
kendalinya.      nebiru akan menjaga penyeberangan antara langit dan bumi, sehingga dewa dewa tidak bisa  menyeberang ke atas dan ke bawah, mereka harus melayaninya. nebiru 

yaitu bintang yang terang yang berada di langit. dia sungguh memegang jabatan 
pusat, mereka akan membungkuk kepadanya, berkata: “dia menyeberangi lautan dengan tanpa 
lelah, biarkan ‘menyeberang’ menjadi namanya, yang mengatur di antaranya. semoga mereka 
mendukung arah bintang-bintang di langit; Semoga dia melindungi semua dewa seperti 

domba. Semoga dia menaklukkan Tiamat; semoga kehidupan Tiamat menjadi sukar dan 
pendek! Di masa depan manusia, saat hari-hari sudah menjadi tua, Semoga Tiamat menarik diri 
tanpa henti dan menjauh untuk selamanya. sebab dia menciptakan ruang angkasa dan 
membuat tanah yang padat, Ayah Enlil menyebutnya sebagai       raja negeri-negeri.’ 

saat semua nama yang dinyatakan igigi, sudah didengar oleh ea, jiwanya bahagia, oleh 
sebab itu: 

“dia yang nama-namanya sudah dimuliakan oleh ayahnya, dia benar-benar sejajar 
denganku; namanya akan menjadi ea.        dia akan mengurus semua gabungan ritual 
ritual-ku, dia akan melakukan semua perintah-perintahku!” 
dengan “lima puluh” nama yang sudah dinyatakan dewa yang besar kepadanya yang 

bernama lima puluh buah dan membuat sikapnya menjadi yang tertinggi.biarkan mereka tetap diingat dan biarkan sang pemimpin menjelaskan mereka. biarkan yang 
bijaksana dan yang cerdik merundingkan mereka bersama-sama. biarkan sang ayah 
menceritakan mereka dan menyampaikan kepada putranya. biarkan telinga-telinga para 
pelindung dan pemelihara menjadi terbuka. biarkan dia bahagia di dalam Marduk, Enlil dari 

dewa, Sehingga negerinya menjadi subur dan dia menjadi makmur.        Perintahnya 
tegas, perintahnya  tidak bisa  dirubah, Tidak ada seorang dewapun yang akan merubah kata kata dari mulutnya. Pada waktu dia melihat dia tidak memutar lehernya; saat dia marah, tidak 
ada seorang dewapun yang bisa  menahan kemarahannya. Pikirannya luas, belas kasihannya 

besar, Pendosa dan pelanggar akan dihukum di hadapannya. Dia menuliskan dan dengan cara 

demikian mempertahankannya di masa mendatang. rumah Marduk yang dewa, 
Igigi, sudah buat,   biarkanlah mereka berbicara.          lagu Marduk, Yang sudah 
menaklukkan Tiamat dan mencapai kedudukan raja.