rempah 1

Tampilkan postingan dengan label rempah 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label rempah 1. Tampilkan semua postingan

rempah 1


Rempah-rempah dan herba adalah sumberdaya hayati yang
sejak lama telah memainkan peran penting dalam kehidupan
manusia. Rempah-rempah adalah bagian tumbuhan yang
digunakan sebagai bumbu, penguat cita rasa, pengharum, dan
pengawet makanan yang digunakan secara terbatas ,
Rempah adalah tumbuhan  atau bagian tumbuhan  yang bersifat
aromatik dan digunakan dalam makanan dengan fungsi utama
sebagai pemberi cita rasa. pemakaian rempah-rempah dalam seni
kuliner telah diketahui secara luas , Selain terkait
makanan, rempah-rempah sejak lama juga digunakan sebagai jamu,
kosmetik dan antimikroba. Dengan semakin meningkatnya
kesadaran manusia akan kesehatan dan peran penting kesehatan
berbasis tumbuhan , konsumsi makanan dan minuman berbasis
rempah-rempah saat ini mulai muncul dan menjadi hidangan dalam
wisata kuliner antara lain adalah bandrek hanjuang, bajigur
hanjuang, sekoteng dan lainnya 
Rempah-rempah adalah bagian tumbuhan  yang berasal dari
bagian batang, daun, kulit kayu, umbi, rimpang (rhizome), akar, biji,
bunga atau bagian-bagian tubuh tumbuhan lainnya. Bagian-bagian
tubuh tumbuhan  ini  mengandung senyawa fitokimia yang
dihasilkan tumbuhan  sebagai bagian dari proses metabolism tumbuhan .
Contoh dari rempah-rempah yang merupakan biji dari tumbuhan 
antara lain adalah biji adas, jinten dan ketumbar. Rempah-rempah
berbahan baku rimpang, antara lain diperoleh dari tumbuhan  jahe,
kunyit, lengkuas, temulawak, dan kapulaga. Daun adalah bagian
tumbuhan  yang sering dimanfaatkan sebagai rempah-rempah,
terutama sebagai penguat cita rasa dan aroma makanan. Daun-daun
yang sering dipakai antara lain adalah daun jeruk, daun salam,
seledri, dan daun pandan 
Sampai saat ini diperkirakan ada  400-500 rempah-rempah
di dunia dengan Asia Tenggara sebagai pusat rempah-rempah
dunia. Di Asia Tenggara ada  setidaknya 275 spesies rempah.
Rempah-rempah penting dari Asia Tenggara adalah kapulaga Jawa,
kayu manis, cengkeh, jahe, pala, lada hitam dan lainnya. Beberapa
spesies rempah negara kita adalah tumbuhan  introduksi dari belahan
dunia lain, meliputi antara lain Eropa, Amerika, India dan Cina.
Peran bangsa Eropa dalam introduksi rempah-rempah asing ke
wilayah negara kita sangat penting. Rempah-rempah banyak
ditanam di sekitar rumah dan lahan-lahan budidaya, namun
demikian banyak diantaranya masih diambil dari habitat
alamiahnya di hutan tropis.
Secara umum, herba adalah tetumbuhan yang dikenali dan
lekat dengan pemanfaatannya dalam menjaga vitalitas dan
kesehatan tumbuh serta penyembuhan anekaragam penyakit.
pemakaian herba sebagai tumbuhan  obat banyak berkembang
terutama dalam warga dunia timur. Sumbangan dunia timur
dalam pemanfaatan bahan alam untuk menjaga kesehatan dan
penyembuhan penyakit diketahui sangat kaya. Selain dukungan
sumberdaya alam yang melipah, aspek-aspek pengetahuan dan
kearifan lokal yang kaya mendukung pengetahuan tentang tumbuhan 
obat dunia timur lebih kaya dibandingkan warga Eropa.
Pengalaman empirik tentang pemanfaatan aneka herba dalam seni
pengobatan dunia timur telah menarik perhatian warga barat
untuk mempelajari lebih lanjut tumbuhan  herba sebagai sumber obat￾obatan masa depan. Ekplorasi potensi herba sebagai tumbuhan  obat
saat ini semakin mengukuhkan peran penting herba dalam
pengobatan modern saat ini. Berbagai tumbuhan  herba saat ini telah
dilaporkan mempunyai manfaat kesehatan dan berperan penting
sebagai tumbuhan  obat.
Pemanfaatan herba dalam dunia kesehatan dapat
diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu sebagai jamu, herbal
terstandar dan fitofarmaka. Jamu adalah ramuan yang terbuat dari
bahan-bahan alam yang dibuat untuk dikonsumsi dalam usaha 
meningkatkan vitalitas atau mengatasi permasalahan kesehatan.
Jamu dipandang berkhasiat berdasarkan pengalaman dan penuturan
dari generasi ke generasi, dan dapat dikatakan terkonservasi di
warga berdasarkan pengalaman empirik warga terhadap
khasiat jamu. Dalam pembuatan jamu, bagian-bagian tertentu dari
beberapa jenis tumbuhan  (seperti daun atau rimpang digunakan)
diolah secara bersama-sama tanpa adanya proses ekstraksi. Jamu
adalah salah satu warisan nenek moyang bangsa negara kita yang
saat ini keberadaannya menarik minat dan perhatian berbagai
bangsa untuk mempelajari jamu lebih jauh.
Herbal terstandar adalah bahan-bahan obat alam yang telah
diuji dan ada dalam sediaan berupa ekstrak dengn proses pembuatan
yang telah terstandarisasi. Jamu dapat ditingkatkan statusnya mejadi
herba terstandar. Herbal terstandar harus melewati uji praklinis
seperti seperti uji toksisitas, kisaran dosis, farmakodinamik dan
aspek terkait teratogenik. Uji praklinis dapat dilakukan baik secara
in vivo dengan memakai hewan coba atau in vitro dengan
memakai kultur sel. Produk herbal terstandar mempunyai
potensi bisnis yang jika dikelola dengan baik akan menghasilkan
keuntungan. Contoh-contoh produk herbal terstandar antara lain
adalah Kiranti yang diproduksi oleh PT Ultra Prima Abadi dan
Diapet yang diproduksi oleh PT Soho Indonesia. Produk-produk
herbal terstandar ini  saat ini telah tersedia di pasar dan
dikonsumsi secara luas oleh warga.
Fitofarmaka adalah obat berbahan tumbuhan -terutama herbal
alam- yang telah diuji keamanan dan khasiatnya. Menurut
Keputusan Menteri Kesehatan Republik negara kita no. 0584/
Menkes/SK/VI/1995 tentang sentra pengembangan dan penerapan
pengobatan tradisional, Fitofarmaka adalah “sediaan obat tradisional
yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan bakunya terdiri
dari simplisia atau sediaan galenik yang memenuhi persyaratan yang
berlaku”. Beberapa contoh fitofarmaka yang saat ini beredar di
pasaran antara lain adalah Rheumaneer® Nyonya Meneer
(fitofarmaka untuk rematik), Stimuno® Dexa Medica
(imunomodulator) dan Nodiar® Kimia Farma (fitofarmaka untuk
diare).
Selain sebagai tumbuhan  obat, sejatinya herba juga dapat
berfungsi sebagai rempah-rempah. Multi fungsi dan peran ini
banyak dijumpai, terutama pada kelompok-kelompok empon￾emponan dan umbi lapis. Jahe, kunir dan lengkuas adalah contoh-
contoh dengan pemanfaatan multifungsi, baik sebagai rempah￾rempah berguna dalam seni kuliner yang sekaligus berfungsi sebagai
obat-obatan. tumbuhan  dengan pemanfaatan umbi lapis sebagai
rempah dan obat dijumpai pada bawang merah dan bawang putih.
Biji yang bermanfaat sebagai rempah-rempah dan sekaligus herba
antara lain adalah lada, adas, jinten dan ketumbar. Di Indonesia
pemanfaatan jenis-jenis ini  sebagai rempah sekaligus herba yang
bermanfaat umum dijumpai di warga.
Tanah dan iklim adalah aspek kunci pertumbuhan tumbuhan ,
termasuk rempah dan herba. Tanah yang subur dengan cuaca
sepanjang tahun yang stabil memicu berbagai jenis rempah￾rempah dan herba dapat tumbuh di negara kita dengan subur. Latar
belakang geologi kepulauan negara kita yang beragam menawarkan
peluang berbagai rempah-rempah dan herba untuk tumbuh. Banyak
pulau di negara kita mempunyai gunung berapi aktif yang
memberikan kondisi ideal bagi rempah-rempah dan herba untuk
tumbuh optimal dan menghasilkan senyawa kimia dengan kualitas
terbaik di dunia. Rempah dan herba bahkan tidak hanya ditemui
dan tumbuh pada lokasi-lokasi tanah vulkanis yang subur. Pada
beberapa tanah yang kurang subur dengan kandungan kimia tanah
yang kurang mendukung pertumbuhan banyak tumbuhan , rempah￾rempah masih dapat tumbuh dengan baik. Hal ini membuka
peluang bagi kontribusi gerakan penanaman rempah-rempah dalam
konservasi lahan dengan potensi pendapatan ekonomi yang
menjanjikan .
Rempah-rempah dalam sejarah
Rempah-rempah adalah salah satu kekayaan dari bangsa
negara kita yang berperan penting dalam kehidupan bangsa. Dalam
sejarahnya, rempah-rempah bahkan pernah memainkan peran
penting dalam perekonomian global yang membawa persaingan
ekonomi di antara negara Eropa. Rempah-rempah telah menarik
minat bangsa-bangsa asing untuk melakukan penjelajahan
mengarungi samudera luas demi mendapatkan lokasi penghasil dan
pusat rempah-rempah. Ekplorasi bangsa Eropa untuk mencari
lokasi rempah- rempah menghasilkan banyak hal, antara lain adalah

penemuan dunia baru, persaingan dagang dan peperangan, interaksi
warga antar benua, pengetahuan tentang dunia timur,
penyebaran agama, penjajahan dan pengetahuan baru tentang
anekaragam jenis rempah dan herba serta flora lainnya 
Sejatinya nilai ekonomi dari rempah-rempah telah dikenal
secara luas oleh manusia sehingga memunculkan perdagangan
rempah antar komunitas manusia di dunia. Perdanganan rempah￾rempah antar benua pertama tercatat pada tahun 2600 sampai 2100
sebelum Masehi. Pada saat itu tercatat adanya perdagangan rempah￾rempah, dimana disebutkan bahwa India utara adalah sumber dari
impor rempah-rempah pada masa itu. Bangsa Mesir terutama
mengunakan minyak yang disarikan dari rempah-rempah untuk
mengawetkan jazad leluhur yang telah meninggal dengan
menjadikannya sebagai awetan “mummy”. kemudian , bangsa
Yunani di daratan Eropa dilaporkan banyak berinteraksi dengan
bangsa-bangsa di Asia lewat perdangangan rempah-rempah untuk
pembuatan pengharum untuk memenuhi aneka kebutuhan terkait
kesehatan dan kebutuhan lainnya.
Sejak awal masehi, ketertarikan warga terhadap rempah￾rempah semakin meningkat (Tabel 1.1). Peningkatan permintaan
rempah-rempah yang semakin meningkat menggoda bangsa Eropa
untuk mencari sumber rempah rempah di luar benua Eropa. Salah
satu bangsa barat yang mencoba merintis jalur ke dunia timur untuk
mendapatkan rempah rempah adalah Cosmas Indicopleustes dari
Alexandria yang mengunjungi India dan Ceylon. Sekitar tahun 548,
Cosmas menuturkan bahwa Ceylon adalah daerah penting bagi
perdagangan rempah-rempah. Temuan-temuan jalur laut baru dan
tempat-tempat baru ini kemudian tersiar secara luas diantara bangsa￾bangsa Eropa. Hal ini menjadi titik tolak bagi ekpedisi samudera
bangsa bangsa Eropa untuk mengarungi lautan luas dalam usaha 
pencarian rempah-rempah (Balick & Cox, 1996).
Kekayaan rempah-rempah di kepulauan negara kita adalah awal
mula petaka dan penyebab penjajahan bangsa asing di Indonesia.
Rempah-rempah adalah daya tarik kepulauan negara kita yang
menarik bangsa-bangsa Eropa untuk menguasai dan memainkan
peran politik dominan di wilayah Indonesia. Bangsa Eropa pertama
yang tercatat masuk wilayah negara kita untuk ekplorasi rempah￾rempah adalah bangsa Portugis. Dalam suatu misi pelayaran untuk
mengetahui dunia baru dan mendapatkan sumber rempah-rempah,
bangsa Portugis mengarungi samudera luas. Ekspedisi Portugis
meninggalkan Eropa dan berlayar menyusuri Afrika, menuju India
dan akhirnya melepas jangkar di Malaka. Dari Malaka, armada
Portugal masuk ke Indonesia. Pada abad 15, bangsa Portugis mulai
masuk Pulau Jawa, dan dalam rangka memperkuat posisinya di
dunia baru di Asia Tenggara, Portugis mengadakan aliansi dan
kerjasama dagang dengan kerajaan Sunda. Pada akhirnya Portugis
gagal menguasai Jawa karena perlawanan dari Demak. Gelombang
kedua kedatangan bangsa Eropa untuk mencari rempah-rempah
adalah Spanyol. Spayol masuk perairan negara kita dan sampai di
Maluku pada tahun 1521 dari jalur Filipina 
Belanda adalah bangsa Eropa ketiga yang datang ke Indonesia.
Jalur menuju negara kita ditemukan oleh Cornelis de Houtman.
Pelayaran membuka jalan ke Indonesia, terutama Banten, dalam
usaha  menguasai rempah-rempah di dunia timur di pimpin oleh
de Houtman dengan empat kapal ekspedisi, yaitu Amsterdam,
Hollandia, Mauritus dan Duyfken. Pengaruh Belanda mulai kuat
sejek abad 16. Pada abad 17-18, peran dari Perusahaan Hindia
Timur Belanda (Verenigde Oostindicche Compagnie VOC) sangat
perperan dalam penjajahan di Indonesia, terutama dalam pengaruh
kuatnya mengendalikan perdagangan rempah-reampah. VOC
memainkan peran penting dalam monopoli perdagangan rempah￾rempah di nusantara. Dalam mempertahankan monopolinya
terhadap perdagangan rempah-rempah, VOC tidak segan-segan
terlihat konflik dan perang besar dengan penguasa local dan kerajaan￾kerajaan di nusantara. Kerajaan Belanda mengambil alih peran VOC
pada tahun 1816 setelah perusahaan ini  bangkrut karena banyak
membiayai perang. Untuk memperkuat monopoli dan peran
perdagangan hasil bumi, pada tahun 1830 diperkenalkan sistem
tanam paksa (cultuurstelsel), dimana terjadi perluasan komoditi
pertanian yang dipaksakan untuk ditanam. Selain rempah-rempah,
kopi adalah tumbuhan  yang dipaksakan untuk dibudidayakan oleh
penduduk. Secara keseluruhan, rempah-rempah dan hasil bumi
negara kita memberikan peran penting dalam hampir 350 tahun
negara kita dalam control Kerajaan Belanda ,
Herba Indonesia
Perjalanan sejarah dan pengaruh herba dalam hubungan antar
umat manusia di dunia mungkin tidak sedrastis peran rempah￾rempah. Perjalanan sejarah herba dalam warga dunia banyak
terkait dengan kesehatan, dan pada awal sejarah perdagangan
komoditas hasil bumi kurang memberikan kontribusi ekonomi yang
menarik bagi bangsa-bangsa Eropa untuk melakukan ekplorasi ke
dunia timur secara massif. Namun demikian, peran herba dalam
dunia pengobatan dan perkembangan ilmu pengobatan modern
sangat besar. Tahun 2000 sebelum Masehi – tulisan Shen Nung
menyebutkan Cannabis sebagai tumbuhan  penting bagi pengobatan
berbagai penyakit seperti beri-beri, malaria, dan tidak sadarkan diri.
Pada waktu itu Shen Nung juga menyebutkan bahwa jika digunakan
terus pada waktu yang lama, tumbuhan  ini akan dapat memicu
seseorang dapat berkomukinasi dengan kekuatan supranatural dan
memberi efek ‘pencerahan”. Tahun 500-30 SM, nenek moyang
bangsa Siantians di Timur Dekat memanfaatakan Canabis sebagai
obat sikotropik.
Herba telah digunakan dalam praktek kesehatan dan
pengobatan sejak berabad-abad yang lalu. Herba sering digunakan
dalam bentuk segar, namun banyak diantaranya dikeringkan dan
diawetkan untuk digunakan pada suatu keadaan tertentu. Praktek
pengawetan herba sebagai tumbuhan  obat ini mengilhami penyebutan
“drug”, yang diturunkan dari bahasa dan kata Anglo-Saxon
“drigan,” yang berarti “mengeringkan”. pemakaian herba sebagai
tumbuhan  obat banyak dikarenakan karena sifat-sifat tumbuhan  atau
bagian tumbuhan  yang secara empirik dapat menyembuhkan.
pemakaian herba sebagai tumbuhan  obat sangat luas di dunia,
dengan warga dunia timur sebagai pusat dari pemanfaatan
herba sebagai tumbuhan  obat ,
Herba, dalam kata bahasa Inggris “herb”, dalam bahasa
sansekerta “bharb,” mempunyai makna kurang lebih atau berarti
“untuk dimakan”. Akar kata herba juga diduga berasal dari bahasa
latin “herba,” yang berarti rumput atau pakan (fodder). Menurut
kamus Merriam Webster Dictionary, herba adalah “tumbuhan berbiji
annual, biennial, atau perennial yang tidak mengembangkan
jaringan berkayu”, atau dengan kata lain tumbuhan tanpa kulit
batang. Definisi lain yang diberikan oleh Merriam-Webster
dictionary adalah “tumbuhan  atau tumbuhan yang mempunyai nilai
medik, sebagai rempah atau aromatik”. Dalam buku ini, herba
mengacu kepada tetumbuhan yang digunakan oleh warga
sebagai material pengobatan, atau secara sederhana herba adalah
tumbuhan  obat.
Perhatian terhadap tumbuhan  obat saat ini begitu tinggi sebagai
kunci dari usaha  mewujudkan warga global yang sehat.
tumbuhan  obat telah diidentifikasi dan digunakan sejak lama oleh
manusia. pemakaian tumbuhan  sebagai obat didasarkan suatu
pengalaman dan pengetahuan bahwa tumbuhan mempunyai
kemampuan untuk mensintesis berbagai jenis senyawa kimia dengan
berbagai fungsi biologik dalam tumbuh. Secara alamiah, sebenarnya
aneka jenis tumbuhan  ini  tidak disintenis tumbuhan  untuk
menyediakan material obat bagi manusia. Senyawa-senyawa ini 
berperan dalam membantu tumbuhan  dalam menghindari dan
bertahan dari organisme penggangu lainnya seperti insekta, jamur
dan mamalia herbivore. Sejauh ini, diperkirakan sebanyak 12.000
komponen kimia telah diisolasi dari tumbuhan , dan jumlah ini
diperkirakan 10% saja dari sejumlah potensi kimia yang
diperkirakan ada dalam tumbuhan (Bown, 1995).
Herba telah dimanfaatkan secara luas oleh warga timur.
Herba dikonsumsi secara langsung sebagai sumber pangan dan
secara tidak langsung terutama sebagai tumbuhan  obat. Hal yang
menarik dari dunia pengobatan timur dengan memakai herbal
adalah kuatnya persepsi holistic warga dalam pengobatan.
Herbal tidak saja menjadi kekuatan dalam penyembuhan. Ada aspek
spiritual yang melekat erat dalam praktek dan usaha  penyebuhan.
Sakit dipandang sebagai kondisi ketidak seimbangan tubuh dari
berbagai aspek dalam diri sendiri, termasuk aspek spiritual dan
kaitannya dengan lingkungan. Di Indonesia, pandangan ini masih
banyak dijumpai, terutama pada warga tradisional. Karena
pentingnya herba, maka herba seringkali ditanam di sekitar halaman
rumah untuk memudahkan koleksi dari bahan-bahan herba yang
dimanfaatkan dalam praktek penyembuhan ,
Herba secara luas juga digunakan sebagai minuman yang
menyehatkan. Di Indonesia, wedang jahe, bandrek, ronde, bajigur,
sekoteng, secang adalah contoh-contoh dari minuman herba
tradisional yang telah dikenal luas. Dikatakan tradisional karena
minuman ini  sudah sejak lama ada dan dikembangkan oleh
nenek moyang. Selain itu, ada  olahan herba sebagai jamu yang
diminum secara langsung, antara lain adalah beras kencur, kunir
asem, temulawak, kudu laos dan sebagainya. Dewasa ini, usaha 
kreatif warga untuk mengembangkan minuman herbal tumbuh
pesat. Beberapa diantara minuman adalah kreasi dari minuman
tradisional yang sudah ada (misalnya wedang jahe teh melati,
wedang jahe jeruk nipis, ronde kolang kaling dan bajigur cincau),
dan sebagian lainnya adalah minuman herba kreasi baru (wedang
gedang telo, wedang apel, wedang asem, wedang tomat, wedang
kacang). Minuman herbal ini  bahkan telah dijual dan menjadi
menu di hotel, restouran dan kafe-kafe dengan kepercayaan sebagai
minuman penyegar dan memberikan efek menyehatkan badan.
Dalam perawatan kesehatan tubuh, herba telah lama digunakan
warga negara kita sebagai bahan lulur dalam perawatan kulit.
Cikal bakal dari industri spa yang saat ini tumbuh pesat sejatinya
lahir dan terinspirasi dari perawatan tubuh dengan media herba.
Relief dari candi Borobudur mengisahkan adanya terapi kesehatan
dimana kolam air, pijat, dan pemanfaatan aneka herba menjadi
bagian dari budaya warga. Serat Chentini juga menjelaskan
kegiatan spa pada jaman Majapahit dan Mataram, dimana kolam
air panas digunakan sebagai terapi kesehatan. Kaum wanita banyak
mengkombinasikan spa dengan berbagai bahan herbal yang
dipercaya dapat memberikan efek positif bagi tubuh. Perawatan
kecantikan dan tubuh untuk para wanita diketahui memakai
berbagai campuran rempah-rempah dengan takaran tertentu. Tradisi
spa sebagai tradisi menjaga vitalitas tubuh dan perawatan kulit
banyak didapatkan di negara kita sebagai salah satu kekayaan bangsa
yang patut dilestarikan.
Sebaran dan pemanfaatan rempah dan herba global
Zona tropik adalah pusat dari rempah-rempah dan herba
dunia. Dengan didukung oleh tanah yang subur, iklim yang sesuai
dan budaya bercocok tanam yang telah berkembang, negara-negara
tropik di Asia adalah pusat dari budidaya dan pemanfaatan rempah
dan herba dunia (Gambar 1.1). Beberapa jenis rempah dan herba
adalah tumbuhan  asli pada daerah tertentu, namun usaha  introduksi
ke daerah-daerah sebagai tumbuhan  dengan prospek ekonomi penting
menjadikan tumbuhan  ini  segera menyebar di luar daerah sebaran
asalnya. Sebaran rempah dan herba keluar dari daerah aslinya dapat
terjadi dalam radius beberapa mil dalam lingkup benua yang sama,
namun beberapa jenis menyebar dalam ribuan mil dan melintasi
benua. Manusia adalah salah satu penyebar rempah dan herba. Pala
adalah contoh rempah-rempah yang diduga berasal dari Indonesia
timur, tetapi sekarang penyebarannya meluas sampai di Jawa,
Sumatera dan kawasan lainnya. Adas adalah herba yang diduga
berasal dari Afrika Utara, Asia temperate dan Eropa tetapi sekarang
banyak dijumpai dan tumbuh liar di Tengger, Jawa Timur.
Beberapa rempah seperti kapulaga, kayu manis, cengkeh, jahe,
pala, lombok dan kunir diperkirakan berasal dari daratan oriental
tropik. Amerika tropik diduga adalah habitat awal dari panili
sebelum tumbuhan  dan menyebar ke berbagai kawasan budidaya
panili saat ini. Di beberapa kawasan seperti di Madagaskar dan
Reunion, Tonga dan negara kita bahkan menghasilkan kualitas panili
terbaik di dunia. Panili adalah salah satu tumbuhan  penting dari
perekonomian warga desa di berbagai kawasan. Area
mediteran, seperti Eropa selatan, Afrika utara, dan Timur tengah
adalah pusat-pusat dan asal muasal dari rempah-rempah dan herba
temperate, seperti misalnya ketumbar, jinten, adas, laurel, mustards
dan rosemary.
Lada adalah rempah utama yang dibudidayakan di setidaknya
26 negara, kebanyakan adalah negara-negara di benua Asia. Lada
diduga asli pegunungan India barat. Lada diketahui mempunyai
nilai ekonomi sejak diketahui dan dipromosikan sebagai rempah￾rempah sejak 300 tahun sebelum Masehi. Perdagangan rempah￾rempah mulai dikenal meluas sejak tahun 500an. Pada abad 17, lada
diintroduksi ke Nusantara oleh Belanda, sementara pada abad 19,
Inggris mengintroduksi pala ke Malaysia dan Serawak. Sampai saat
ini India adalah negara utama penghasil rempah dunia. Negara
lainnya adalah negara kita Brazilia, Malaysia dan Srilanka. Setelah
perang dunia ke dua, lada banyak dibudidayakan di Vietnam,
Thailand, Kamboja dan sebagian tempat di Cina.
negara kita diperkirakan menjadi habitat bagi 30.000 sampai
40.000 herba asli dan introduksi yang berpotensi medik. Beberapa
rempah dan herba introduksi yang masuk negara kita antara lain adalah
adas, bawang putih dan bawang merah. Asal dari bawang putih sangat
sulit dipetakan, tetapi diduga berasal dari Asia Tengah dan Asia Barat
Daya dimana tetua liarnya sebelum domestikasi banyak didapatkan.
Sejak masa lampau, bawang Bombay dan bawang putih telah
dikultivasi di Eropa. Namun demikian, karena sifat bau yang kuat,
bawang putih kurang mendapat apreasi dalam warga Eropa
Utara, dan mengkonsumsi bawang putih dianggap tidak sopan dalam
kehidupan berwarga. Saat ini, bawang putih banyak
dibudidayakan di berbagai area di dunia, meliputi antara lain di
Afrika, Asia temperate, Asia tropik, Australasia, Eropa, Amerika
utara dan Amerika selatan. Sebaliknya bawang Bombay digunakan
sebagai sayuran.
Rempah dan herba Eropa Utara dan Tengah
Meskipun Eropa adalah salah satu impoter rempah dan herba
utama dunia, sejatinya benua Eropa adalah tempat tumbuh asal
dari beberapa jenis rempah. Beberapa diantaranya dapat
menyesuaian dengan iklim Eropa tegah dan utara sehingga dapat
tumbuh subur. Beberapa diantaranya bahkan menyebar dan dapat
tumbuh di luar Eropa Utara dan Tengah dan menjadi flora lokal di
tempat yang baru. Beberapa tetumbuhan di bawah ini dipercaya
berasal dari Eropa, misalnya adalah bear’s garlic, blue fenugreek, borage,
Seledri dan Chives. Selain itu juga Cicely, Gale, sejenis lobak Armoracia,
Juniper, Mugwort, Southernwood, dan Water cress.
Rempah-rempah tropik biasanya bukan bahan kunci dari seni
kuliner Eropa, kecuali lada hitam. Beberapa tumbuhan yang
digunakan sebagai rempah dan herba dalam seni kuliner Eropa antara
lain adalah truffle hitam dan truffle putih, angelica, jahe Eropa atau
asarabacca, dringu, elder, garlic mustard, ground ivy, hop, poplar, dan
salad burnet. Selain itu juga rosemary liar, sorrel, tansy, dan woodruff.
Rempah-rempah dan herba Mediterania
Di zona Mediterania-area sekitar Laut Mediterania, meliputi
antara lain sebagian Eropa Selatan, Afrika Utara dan Asia- memiliki
flora yang diduga asli, dengan iklim yang hangat adalah habitat
tumbuh bagi anekaragam flora beraroma (fragrant plants).
Tetumbuhan berikut diperkirakan berasal dari zona Mediterania,
antara lain ajwain, anise, koriander, kumin, adas, hisop dan garden
cress. Selain itu juga meliputi tumbuhan  rempah dan herba seperti
lavender, mahaleb cherry, myrtle, nigella, oregano, olive, rosemary dan
rue. Selain itu digunakan pula sage, saffron, savory, sumac dan Thyme
juga diduga berasal dari zona Mediterania.
Beberapa tumbuhan dari kawasan lain seperti basil (asli Asia
Selatan dan Asia Tenggara) dapat tumbuh dan hidup secara liar di
Eropa Selatan. Tumbuhan ini digunakan secara ekstensif , terutama
dalam seni kuliner Italia. Beberapa tumbuhan  penting lainnya dari
zona Mediterania yang berperan sebagai rempah dan herba dalam
seni kuliner antara kain adalah black lovage, mastic, samphire,
pennyroyal, calamint, dan purslane.

Asia Barat dan Asia Tengah
Asia Barat dan Asia Tengah adalah habitat asal dari beberapa
tumbuhan  rempah penting, dan saat ini telah banyak diantaranya
ditanam di berbagai penjuru kawasan dunia, mulai dari Maroko
sampai Vietnam. Rempah dan herba Asia Barat dan Asia Tengah
antara lain adalah almond, asafetida, daun bay, biji mustard hitam,
biji dill, fenugreek, garden cress, bawang putih, jeruk, marjoram,
bawang, poppy, mawar dan tarragon. Kemungkinan kunir juga berasal
dari Asia Barat dan Asia Tengah, meskipun saat ini penyebarannya
diketahui sudah sangat luas.
Asia Selatan
Asia Selatan, termasuk area mulai dari semenanjung Deccan
sampai lembah selatan pegunungan Himalaya mempunyai beragam
rempah-rempah asli daerah ini . Rempah-rempah ini telah
diperdagangkan oleh bangsa India sejak lama. Anekaragam rempah￾rempah ini mempengaruhi seni kuliner India yang khas, biasanya
dicirikan dengan aroma yang tajam. Sejumlah besar rempah-herba
dari Asia selatan telah dieksport baik ke Eropa, Amerika atau negara￾negara Asia lainnya. Beberapa rempah dan herba yang diduga
berasal dari Asia selatan dan saat ini banyak mewarnai seni kuliner
Asia selatan antara lain adalah Basil, Kardamom hitam, lada hitam,
kardamom, Kayu manis dan dauan curry. Selaian itu juga meliputi
rempah dan herba seperti Indian bay leaf, lada panjang, mangga,
jeruk, pandan dan kunir.
Asia Tenggara
Asia tenggara dengan iklim tropic yang hangat sepanjang tahun
adalah habitat yang sesuai bagi beragam rempah dan herba beraroma.
Dalam seni kuliner dan pemanfaatan lainnya, rempah-rempah di Asia
Tenggara banyak digunakan dalam bentuk segar. Kemungkinan besar
hal ini disebabkan karena melimpahnya rempah dan kemudahan dalam
mendapatkannya setiap saat. Beberapa pulau dan daerah di Asia
Tengara adalah habitat asli dari beberapa rempah dan herba, seperti
Kepulauan Maluku yang menjadi pusat dari pala dan cengkeh. Rempah

dan herba yang diduga berasal dari Asia Tenggara antara lain adalah
chameleon, cengkeh, kelapa, kemukus, Fingerroot, jahe, lengkuas, salam,
kayu manis, jeruk purut, serai, kencur, jeruk nipis, cabai Jawa, pala,
peril, pandan, kayu manis Vietnam dan koriader Vietnam.
Asia Timur
Seluruh area Asia timur dipengaruhi budaya Cina. Seni kuliner
Cina sangat banyak dan mempengaruhi seni kuliner negara-negara
lainnya di kawasan Asia timur, seperti Jepang, Korea, dan bahkan
Indonesia. Rempah dan herba yang mempengaruhi seni kuliner Asia
timur antara lain adalah chameleon, cassia, jahe, kencur, peril, Cabai
Sinchuan, anis bintang, wasabi dan lada air. Beberapa rempah dan
herba lokal juga digunakan dalam seni kuliner, misalnya adalah
sejenis bawang, Champor dan daun mitsuba. Ginseng adalah herba
yang sangat dikenal berasal dari Asia timur. Ginseng mempunyai
nilai jual yang mahal. Ginseng di Cina terutama digunakan dalam
seni pengobatan dan kebugaran, sementara di Korea ginseng banyak
digunakan dalam seni kuliner.
Afrika
Hanya sedikit rempah dan herba dari benua Afrika yang dikenal
oleh warga barat. Beberapa diataranya yang dikenal oleh
warga barat sebagai rempah dan herba yang diduga berasal dari
Afrika dan digunakan dalam seni pengobatan dan kuliner antara lain
adalah lada melegueta, lada hitam Kani, sesame, silphion dan asam.
tumbuhan  Asam kemungkinan besar berasal dari Afrika timur, tetapi
penyebarannya saat ini ada di mana-mana dan menjadi bagian penting
dalam seni kuliner Asia dan Amerika. Minyak sawit yang dibuat dari
tumbuhan kelapa sawit digunakan secara luas oleh warga di Afrika
barat. pemakaian minyak sawit saat ini sangat luas, dan Indonesia
serta Malaysia adalah pemasok utama minyak sawit dunia. Di Afrika
utara, rempah-rempah yang digunakan adalah kunir dan koriander.
Amerika
Informasi terkait rempah dan herba asli Amerika relatif sedikit

baik dari Amerika utara dan tengah. Miskinnya informasi tentang
pemakaian rempah-rampah pada masa lalu oleh warga di
benua Amerika bukan disebabkan oleh miskinnya tumbuhan
aromatik, atau tumbuhan berguna lainnya, tetapi lebih disebabkan
oleh informasi pemakaian rempah dan herba oleh warga asli
Amerika yang kurang dipahami oleh warga Eropah pada awal￾awal perdagangan dan ekplorasi rempah.
Namun demikian, beberapa spesies seperti biji Annatto, daun
boldo, lombok, Epazote, filè, lemon verbena, daun lada Meksiko,
tarragon Meksiko, nasturtium, minyak biji pumpkin, paprika, paracress,
lada pink, biji Tonka dan Panili umum digunakan.
Panili adalah tumbuhan asli Meksiko yang telah digunakan
bangsa Azteks sebagai campuran minuman sejak lama. Panili
kemudian  menyebar ke berbagai daerah sentra penghasil panili,
termasuk Indonesia. Lombok dan paprika adalah rempah dari
daratan Amazonia yang saat ini memberikan peran penting dari
kuliner di berbagai penjuru dunia. Beberapa tumbuhan rempah dan
herba menarik lainnya di Amerika utara, tengah dan selatan adalah
Californian bay leaf tree dan spice bush yang merupakan tumbuhan
asli dari timur Amerika serikat dan anise hyssop yang diduga berasal
dan asli Amerika Utara. Selain itu juga ada  wintergreen, bergamot,
smooth sumac, white cinnamon, Aztec herb dan krotalaria. Jenis lainnya
meliputi antara lain koriander Peru, marigold dan kacang tanah.
Australia
Hanya sedikit rempah dan herba yang diduga berasal dari
Australia. Satu diantaranya adalah kacang macadamia. Beberapa
rempah dan herba bermanfaat yang digunakan dalam seni kuliner
adalah lemon myrtle dan lada tasmania. Rempah-rempah ini 
jarang digunakan secara luas di dunia. Namun demikian, perlu
dicatat bahwa Australia mempunyai potensi rempah dan herba
penting yang belum diekplorasi lebih jauh, seperti misalnya sejenis
tomat diketahui mempunyai rasa yang komplek. Kandidat lainnya
adalah biji wattle yang merupakan diperoleh dari bahan kering dan
serbuk dari spesies Acacia. Jenis-jenis ini  diketahui telah
dipergunakan oleh warga Aborigin sejak lama.

Potensi ekonomi rempah dan herba
Rempah-rempah Asia telah terkenal di Eropa sejak masa
Hellenisme. kemudian , perdagangan rempah berkembang pesat
sejak jamam Romawi. Buku-buku resep masakan kuno pada saat
itu (misalnya Apicius’ De re coquinaria) menyebutkan adanya peran
dari rempah-rempah daratan Asia, misalnya adalah lada hitam,
cengkeh dan kayu manis. Selain itu disebutkan adanya silphion
(yang diduga berasal dari Afrika utara). pemakaian minyak zaitun
sendiri secara konstan digunakan selama 5 abad di Eropa.
Sampai saat ini, Eropah adalah pasar rempah dan herba
potensial dunia. Dengan konsumen mencapai 500 juta orang,
kebutuhan rempah dan herba di Eropah sangat tinggi. Statistik
perdagangan Eropah mencatat bahwa meskipun pertumbuhan
perdagangan rempah dan herba terlihat stagnan, namun terlihat tren
pertumbuhan yang diakibatkan oleh gaya hidup dan kesadaran
perilaku hidup sehat pada warga Eropa. Pada tahun 2014,
total import rempah dan herba masuk Eropah tercatat mencapai
533.000 ton, dengan nilai sebesar 1.9 Milyar. Volume import
tumbuh sebesar 3.8% per tahun antara tahun 2013-2014 dan nilai
import meningkat sejumlah 10% per tahun. Keadaan ini tentunya
menjadi potensi bagi negara-negara penghasil rempah dan herba
dunia untuk mendapatkan keuntungan ekonomi dari perdagangan
rempah (CBI Market Intelejen, 2015).
Potensi pasar Eropa seharusnya direspon oleh negara-negara
penghasil rempah dan herba, termasuk Indonesia, untuk
memproduksi rempah dan herba dengan kualitas terbaik dan
memenuhi standar produk. Sejatinya interaksi perdagangan rempah
Eropa-negara kita sudah terjadi sejak berabad-abad yang lampau,
namun potensi besar ini belum digarap maksimal. Hal ini patut
menjadi perhatian semua kalangan karena impor rempah Eropa
diperkirakan akan semakin tumbuh signifikan. Pada tahun 2014,
import rempah dan herba secara langsung dari negara berkembang
tercatat sebsar 302 ton, dengan nilai sebesar 1 Milyar. Angka ini adalah
57% dari total import rempah dan herba Eropa (CBI Market Intelejen,
2015).
Harga komoditas rempah-rempah dan herba dari negara
berkembang meningkat 6,8% per tahun antara tahun 2010-2014.

Harga panili diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 20%,
cengkeh mengalami peningkatan 20% dan kayu manis mengalami
peningkatan sebesar 10%. Jerman, Belanda, Inggris dan Spanyol
adalah importir rempah dan herba terbesar dari negara berkembang.
Kebutuhan industri farmasi dan makanan di Eropa yang semakin
meningkat memicu kebutuhan rempah dan herba semakin
meningkat.
Cina adalah pemasok rempah dan herba terbesar Eropa.
Sampai saat ini, Cina menguasai hampir 35% impor total masuk
Eropah, disusul oleh India (17%), Vietnam (11%), negara kita (6,9%),
Brazil (5%) dan Peru (2.6%). Cina terutama mengimpor jahe (51%
dari semua jenis rempah dan herba yang diimpor ke Eropa) dan
lombok (45%). India adalah importir utama kunyit (19%), lada
(17%), lombok (14%) dan biji jinten (14%). Vietnam mengandalkan
import lada (87%) (CBI Market Intelejen, 2015). Kondisi kurang
menguntungkan dialami negara kita karena kualitas dan kuantitas
rempah dan herba yang dieksport masih kurang memenuhi standar
pasar Eropa. Selain itu, tata niaga rempah dan herba yang kurang
mendukung memicu produksi rempah dan herba di Indonesia
kurang bersaing di pasar dunia.
Pasar rempah-rempah di Amerika juga sangat cerah. Amerika
memulai perdagangan rempah-rempah tahun 1672 yang dipelopori
oleh Elihu Yale. Pada tahun 1797, Jonathan Carnes tiba di
Massachusetts dengan muatan kapal penuh rempah-rempah yang
berasal dari Nusantara. Carnes melakukan kontak dagang secara
langsung dan tidak terjebak dalam monopoli Eropa dalam
perdagangan rempah di Nusantara sehingga menghasilkan
keuntungan hampir mencapai 700%. Bisnis rempah semakin
menggeliat di Amerika seiring dengan permintaan rempah untuk
pengolahan makanan, bahan kosmetika dan obat-obatan. Saat ini,
Amerika adalah salah satu importer terbesar rempah-rempah dunia,
diikuiti oleh Jerman, Jepang dan Perancis. Lebih dari 75% import
rempah-rempah adalah panili, lada hitam dan putih, lombok, biji
sesame, kayu manis, mustard, dan oregano. Lada adalah komoditas
utama yang banyak didatangkan dari negara-negara utama
penghasil lada (Tabel 3). Importir utama rempah-reampah Amerika
adalah Indonesia, Mexico, India, Canada, dan Cina.

Kebutuhan rempah-reampah yang besar adalah potensi
pendapatan ekonomi yang dapat dioptimalkan oleh warga
petani dan pemilik kebun. Jika diusaha kan dengan baik, budidaya
rempah dan herba adalah salah satu strategi dalam pembangunan
warga desa. Budidaya rempah dan herba di kebun-pekarangan
rumah sangat cocok bagi keluarga petani di desa karena beberapa
alasan strategis, antara lain adalah:
• Menunjang pendapatan keluarga
• Biaya operasional yang rendah
• Tidak memerlukan modal dan teknologi yang mahal
• Dapat dikerjakan oleh anggota keluarga disela-sela waktu luang
• Mendukung kesehatan dan pemenuhan gizi bagi keluarga
Bagian tumbuhan  bermanfaat
Rempah-rempah dan herba digunakan secara luas dalam
berbagai kehidupan karena kandungan senyawa kimia dan bahan
aktif yang dikandungnya. tumbuhan  rempah dan herba
menghasilkan akar, rimpang, batang, bunga, buah, biji yang dapat
dikomersialkan dalam bentuk kering maupun basah, seluruh bagian
mentah atau ekstraknya. Panen rempah-rempah dapat dilakukan
atas dasar musim atau tanpa mengenal musim. Panen dan
pengambilan bagian dapat dilakukan dengan mengambil seluruh
bagian tumbuhan , atau bagian-bagian tertentu dari tumbuhan  tanpa
mematikan tumbuhan  ini .
Akar tumbuhan 
Akar adalah bagian tumbuhan  yang berperan dalam menyerap unsur
hara dan nutrisi dalam tanah yang berperan dalam pertumbuhan
tumbuhan . Akar yang banyak dimanfaatkan obat antara lain adalah
akar aren, akar pule, akar jarak dan lainnya. Secara empirik, banyak
warga di dunia memakai akar-akaran sebagai material
tumbuhan  obat.
Rimpang
Rimpang adalah modifikasi batang yang tertanam dalam tanah.
Pada bagian pucuk rimpang tumbuhan  ada  kuncup dan tunas￾tunas tumbuhan . Rimpang adalah organ tumbuhan yang berfungsi
dalam perbanyakan vegetatif tumbuhan . Rempah dan herba
bermanfaat dalam bentuk rimpang dikenal sebagai kelompok
empon-empon, meliputi antara lain kunyit, kencur, jahe, lengkuas,
laos dan lainnya. Sebagaimana batang tumbuhan  di atas tanah,
batang tumbuhan  yang tumbuh di dalam tanah juga mengalami
perilaku percabangan yang merayap di bawah permukaan tanah,
seperti terlibat pada rumput teki.
Umbi
Umbi adalah modifikasi dari akar (umbi akar), batang (umbi batang)
atau tumpukan pangkal daun (bulbus, umbu lapis). Fungi utamanya
sering kali terkait dengan penyimpanan makanan. Umbi lapis adalah
salah satu organ vegetatif tumbuhan .tumbuhan  yang membentuk
umbi lapis dan dimanfaatakan secara luas sebagai rempah dan herba
adalah bawang merah, bawang putih, bawang daun dan bakung.
Batang dan Kulit batang
Batang tumbuhan  yang digunakan sebagai obat antara lain adalah
kemukus, brotowali, batang sambiloto dan tebu. Selain itu, batang
jeruk nipis, delima dan dadap ayam juga dimanfaatkan sebagai
bahan obat tradisional. Sejauh ini, kayu manis adalah salah satu
contoh rempah yang diperoleh dari kulit batang. Diantara berbagai
jenis tumbuhan  dengan batang bermanfaat, kayu manis adalah yang
sangat berharga dan mempunyai nilai ekonomi tinggi. Selaian itu,
serutan kayu secang adalah bahan yang digunakan dalam
pembuatan minuman tradisional yang disebut Secang.
Daun
Berbagai jenis daun dimanfaatkan sebagai rempah, meliputi antara
lain daun jeruk, pandan, dan daun salam dan lainnya. Daun-daun
berpotensi sebagai tumbuhan  obat meliputi antara lain daun bakung,
bayam duri, cincau, suruh, sirsak, jinten, katuk, lidah buaya,
meniran, nilam, patikan kebo, pecut kuda, sogo telik, kemangi dan
sebagainya.
Bunga
Bunga cengkih adalah jenis rempah utama dunia yang mempunyai
nilai ekonomi menjanjikan. Bunga lainnya yang dimanfaatkan
sebagai tumbuhan  obat antara lain adalah acalipha, pacar air, brokoli,
bugenvil, krisan, rosela, kecubung, mawar, kenanga, kantil, bunga
sepatu, soka, wijayakusuma, melati dan lainya.
Buah dan biji
Berbagai buah adalah sumber rempah dan herba utama untuk
beragam pemanfaatan, mulai dari seni kuliner sampai kesehatan.
Buah-buah yang tumbuh di kebun dikonsumsi secara langsung
sebagai buah antara lain adalah manggis, mangga, alpukat, delima,
jambu biji, nangka, nanas dan sirsat. Sedangkan beberapa jenis buah
dimanfaatkan sebagai sayuran, seperti misalnya pare terong, jeruk
nipis, dan tomat.
Keragaman sumber-sumber bahan alam dari aneka jenis tumbuhan 
ini  adalah potensi besar yang sampai saat ini belum
dimanfaatkan secara optimal. Berbagai jenis tumbuhan  ini 
seringkali tumbuh liar di kebun tanpa dipertimbangkan mempunyai
manfaat. Permasalahan utama adalah teknologi proses dan
penyiapan sebagai bahan baku tumbuhan  obat yang masih belum
tersedia. Selain itu, aspek pasar dan jaringan pemasaran yang belum
diketahui menjadi salah satu faktor penghambat penting dalam
meningatkan nilai dari tumbuhan  rempah dan herba ini .

Kebun dan pekarangan rumah
sebagai habitat rempah dan herba
Kebun dan pekarangan rumah adalah salah satu penciri dari
bentang alam dan sistem manajemen keruangan di perdesaan di
Indonesia. Kebun dan pekarangan rumah sudah ada sejak lama dan
menjadi bagian dari sistem pengelolaan lahan di Indonesia.
Keberadaan kebun dan pekarangan rumah dalam kehidupan social
dan ekonomi warga sangat penting. Dalam bab ini, kebun
merujuk pada sebidang lahan yang dikelola oleh warga
sehingga mampu menghasilkan pendapatan ekonomi. tumbuhan 
dalam kebun adalah tumbuhan  dengan nilai ekonomi tertentu dan
dapat bersifat musiman ataupun tahunan. Kebun dapat terletak
jauh dari pemukiman, atau dekat dengan pemukiman. Kebun dapat
dalam bentuk mokokultur atau polikultur (sistem wana tani,
agroforestry). Pekarangan rumah adalah “halaman rumah”yang
seringkali mengacu pada area terbuka di depan bangunan rumah
tempat tinggal (latar), disamping kanan dan kiri (iringan), serta
mungkin juga ada  pada bagian belakang rumah (mburitan).
Seringkali ada  pagar hidup (biofence) yang memisahkan rumah
dan pekarangan rumah satu dengan lainnya. Pada beberapa
kelompok warga pekebun, rumah tinggal seringkali ada 
ditengah-tengah kebun. Rumah tinggal ini secara otomatis dikeliling
oleh tumbuhan  kebun yang dibudidayakan dalam sistem agroforestry,
dengan menyisakan sedikit bagian depan rumah sebagai ruang
terbuka untuk lokasi penjemuran hasil panen, ruang terbuka
keluarga, tempat kendaraan bermotor dan fungsi-fungsi lainnya.
Beragam kebutuhan rumah tangga akan sumberdaya hayati
direfleksikan dalam berbagai jenis dan manfaat tumbuhan , antara
lain sebagai tumbuhan  bahan pangan, buah-buahan, sayuran,
material bangunan, obat-obatan, stimulan dan manfaat lainnya.
Kebun dan pekarangan rumah dibangun dan dikembangkan atas
beberapa alasan dasar sebagai berikut:
• Untuk mememuhi keputuhan pangan utama dan pangan￾pangan tambahan keluarga serta pakan ternak sepanjang tahun.
Kebun adalah habitat bagi anekaragam tumbuhan penghasil
karbohidrat, vitamin, protein dan gizi lainnya yang terkandung
dalam sayur, buah-buah-buahan dan biji-bijian. Pada kebun
dimana keluarga membuka kolam ikan di dalamnya, kebun
menghasilkan ikan yang diperlukan untuk pemenuhan
kebutuhan protein. Kebun juga menjadi habitat bagi hewan
ternak, terutama ayam. Dalam kebun dan pekarangan rumah
juga ada  anekaragam tetumbuhan yang dapat menjadi
sumber pakan ternak.
• Untuk menambah penghasilan keluarga dari berbagai produk
tumbuhan , antara lain sayur, buah, biji-bijian ataupun rempah￾rempah yang bernilai ekonomi. Pengepul biasanya mendatangi
rumah demi rumah untuk mengumpulkan tumbuhan  yang dapat
diolah sebagai sayur untuk dijual di pasar, seperti nangka muda,
lombok, manisa, sereh dan sebagainya.
• Mendukung budidaya hewan ternak yang dikelola rumah tangga
petani, antara lain karena tumbuhan  kebun dan pekarangan
rumah dapat menjadi pakan hewan ternak yang diperilahara
warga. Selain itu, kebun dan pekarangan adalah habitat
ideal bagi beberapa jenis lebah yang sengaja dibudidayakan
untuk diambil madunya.
• Menjadi lokasi bagi cadangan sumberdaya dan bahan untuk
kontruksi sipil yang diperlukan oleh keluarga, seperti misalnya
untuk renovasi rumah, pembuatan kandang hewan ternak,
pembuatan pagar, ajir tumbuhan  budidaya dan sebagainya.
Umummnya, jenis-jenis bambu dan tumbuhan  berkayu keras
tertentu ditanam untuk memenuhi kebutuhan ini .
• Memberikan kontribusi dalam pengelolaan limbah dan polutan.
Kebun dan pekarangan rumah dapat menjadi tempat dengan
privacy yang tinggi dan menawarkan kedamaian, kesejukan dan
ketenangan yang mempengaruhi kesehatan manusia. Berbagai
jenis tumbuhan  di kebun dan pekarangan rumah dapat meredam
kebisingan dan menyerap polutan atau racun-racun yang ada
di dalam udara.
Para peneliti dan ahli pembangunan perdesaan menyarankan bahwa
konservasi ekosistem kebun dan pekarangan rumah sangat penting.
Manfaat potensial dalam mengintegrasikan kebun-pekarangan
rumah dalam sistem rumah tangga petani antara lain adalah:
• Menyediakan pendapatan dan peningkatan aktifitas kerja
penduduk;
• Meningkatkan ketahanan pangan, terutama pada saat
lingkungan perdesaan ada dalam masa paceklik hasil panen;
• Menyediakan ketersediaan pangan dan gizi yang lebih baik
lewat keragaman pangan;
• Menurunkan resiko krisis pangan lewat penganekaragaman
pangan;
• Penanggulangan krisis pangan pada musim-musim tertentu;
• Meningkatkan kualitas lingkungan karena berperan dalam
penanggulangan pencemaran dan polusi lingkunan,
memberikan dan melunakkan iklim mikro, kontrol erosi tanah
dan meningkatkan keanekaragaman biodiversitas lokal.
Ekosistem kebun dan pekarangan rumah
Ekosistem kebun dan pekarangan rumah adalah bagian penting
dari area pemukiman manusia di berbagai penjuru dunia.
warga tidak pernah terlepas dari usaha  untuk memanfaatkan
lahan sebagai kebun atau pekarangan rumah yang menjadi bagian
dari sistem integral suatu pemukiman. Manusia adalah geographer,
yang merubah dan mendayagunakan lahan sekitarnya. Karena
manusia dipengaruhi oleh pandangan-pandangan yang berkembang
di dalam komunitasnya, maka bentuk pengolahan lahan dapat
sangat beragam. Hasil-hasil dari pengelolaan lahan ini 
beragam, baik struktur vegetasi tumbuhan  yang terbentuk maupun
tingkat keanekaragaman tumbuhan  yang ada.
Ekosistem kebun dan pekarangan rumah memiliki karakteritik
unik yang tidak dijumpai pada ekosistem buatan manusia lainnya.
Ninez (1987) menegaskan adanya karakteristik-karakteristik umum
pada kebun dan pekarangan rumah yang jika dicermati karakteristik
ini  dapat menjadikan kebun dan pekarangan rumah sebagai
salah satu ekosistem yang banyak dijumpai di negara-negara
berkembang dan keberadaannya tetap lestari pada saat ini (Table
2.1).
Kebun dan pekarangan rumah sangat komplek dan secara
ekologik adalah sistem bercocok tanam yang mendorong konservasi
keanekaragaman hayati. Kekayaan jenis flora dan fauna yang
didapatkan pada kebun-pekarangan rumah adalah salah satu
pemandangan menarik dan luar biasa dari ekologi kebun￾pekarangan rumah. Keragaman hayati tumbuhan  kebun dan
pekarangan rumah secara ekologik memberikan fungsi sebagai
habitat ideal bagi anekaragam serangga, burung dan mamalia kecil.
Petak-petak (patches) kebun dan pekarangan rumah yang selalu hijau
sepanjang tahun adalah habitat dan refugia ideal bagi satwa-satwa
burung dan serangga. Deretan dan hamparan kebun pekarangan
rumah dalam sistem agroforestry yang sambung menyambung
membentuk koridor hijau dalam lansekap pertanian sehingga
memungkinkan koneksitas antar populasi dan habitat satwa dapat
terjadi. Eksistensi hamparan kebun dan pekarangan rumah dalam
struktur lansekap yang sambung menyambung memungkinkan
terwujudkan koridor hijau yang penting dalam struktur lansekap
perdesaan untuk menjamin konservasi satwa (Gambar 2.1.).
Para peneliti sepakat bahwa kebun dan pekarangan rumah
adalah spot dengan keanekaragaman hayati yang luar biasa.
Buchmann (2009) melaporkan bahwa dari 25 kebun-pekarangan
rumah yang ada di Kuba Tengah, didapatkan sejumlah 182 spesies.
Di Kuba, Castiñeiras et al. (2001), melaporkan kekayaan hayati
tumbuhan  kebun dan pekarangan rumah, dimana dari berbagai
survey diperkirakan sejumlah 258 -250 spesies tumbuhan  hidup dalam
lingkungan kebun-pekarangan rumah. tumbuhan  ini berasal dari
setidaknya 82-91 famili, bergantung kondisi fisik, sosial dan budaya
warga. Di Assam, India, Das dan Das (2005) melaporkan
bahwa rata-rata kebun-pekarangan rumah dengan ukuran berkisar
0.02–1.20 ha (dengan rata-rata kebun 0.30 ha) adalah habitat bagi
122 tumbuhan , dimana tumbuhan  buah adalah tumbuhan  dominan
yang sering dimanfaatkan penduduk. Di Indonesia, keragaman
tumbuhan yang dijumpai di kebun dan pekarangan rumah juga
menunjukkan jumlah yang sangat besar, bahkan banyak diantara
kebun dan pekarangan rumah ini  membentuk karakter jenis￾jenis tumbuhan  dan vegetasi yang khas. Struktur vegetasi dan jenis￾jenis tumbuhan  yang tumbuh pada kebun dan pekarangan rumah
pada dataran rendah akan berbeda dengan kebun dan pekarangan
rumah pada dataran tinggi. Demikian juga jenis-jenis tumbuhan  dan
profil vegetasi kebun-pekrangan rumah daerah lembab dengan curah
hujan tinggi akan berbeda dengan daerah kering. Di Sembalun, desa
sekitar aman Nasional Gunung Rinjani, didapatkan setidaknya 279
dari 85 tumbuhan  tumbuh di kebun (Swandayani, 2015). Di desa￾desa pegunungan Tengger di Jawa Timur seperti Ranupani, Gubuk
Klakah, Ngadas and Wonokitri, pekarangan rumah setidaknya
adalah habitat dari153 spesies tumbuhan  dari 52 famili (Hakim &
Nakagoshi, 2007). Laporan-laporan lain dari seluruh penjuru dunia
juga melaporkan bahwa kebun dan pekarangan rumah mengandung
berbagai jenis tumbuhan  yang bermanfaat sebagai pangan penduduk
setempat. Kebun dan pekarangan rumah mempunyai spectrum
tumbuhan  yang luas, mulai dari aspek bioekologi dan aspek manfaat
konsumtifnya. Dengan demikian, kebun-pekarangan rumah adalah
salah satu petak ideal bagi usaha  konservasi keanekaragaman hayati.
Kebun dan pekarangan rumah juga memberikan sejumlah
peran penting fungsi-fungsi dan layanan ekologi seperti sebagai
habitat dari beragam satwa, siklus nutrisi, mengurangi resiko erosi
tanah dan meningkatkan penyerbukan. Keanekaragaman tumbuhan 
yang tinggi dalam kebun dan pekarangan rumah adalah refugia
terbaik bagi aneka jenis fauna, seperti burung, serangga dan mamalia
kecil. Burung burung memakai tetumbuhan yang ada di
lingkungan kebun dan pekarangan rumah sebagai sumber nutrisi,
perlindungan dan tempat ideal bagi reproduksi. Ular seringkali
dilaporkan memakai ekosistem kebun dan pekarangan rumah
sebagai habitatnya. Tumpukan seresah yang dihasilkan dari guguran
daun yang ada di kebun kaya akan organisme, meliputi antara lain
mamalia kecil, amphibia, reptilia, cacing, moluska, dan arthropoda.
Seringkali, batang-batang dan kayu yang membusuk di kebun adalah
habitat idel bagi aneka jamur, baik yang dapat dikonsumsi oleh
manusia ataupun tidak. Banyak organisme dekomposer
memainkan peran penting dalam degradasi materi organik yang
menjadikan tanah di kebun sangat kaya bahan organik. Siklus nutrisi
adalah aspek penting lain dari ekologi kebun-pekarangan rumah.
Melimpahnya seresah seringkali menjadi sumber pangan bagi
anekaragam organisme pengurai dan mikroorganisme untuk
meningkatkan kualitas kimia dan fisika tanah. Keanekaragaman
tumbuhan dan bunga yang dihasilkan di kebun menjamin
keragaman serangga penyerbuk dan keberlanjutan populasinya.
Pada daerah-daerah dengan kelembaban yang tinggi, pohon
pohon dan semak dalam ekosistem kebun dan pekarangan rumah
adalah habitat bagi beragam epifit (Hylander & Nemomissa, (2008).
Jenis-jenis anggrek tertentu (seperti anggrek merpati), paku sarang
burung, lumut dan tumbuhan lainnya hidup pada batang-batang,
cabang dan ranting tumbuhan  di kebun dan pekarangan rumah. Jenis￾jenis ini secara tidak langsung mendukung kehidupan biota lainnya,
seperti burung dan serangga.
Sejumlah jasa lingkungan diberikan oleh kebun dan pekarangan
rumah bisa jadi sangat unik dan berbeda dari fungsi-fungsi dan
layanan ekologik yang diberikan oleh hutan dan perkebunan besar
lainnya. Aneka jenis tumbuhan  yang tumbuh di kebun menghasilkan
kombinasi sistem perakaran di permukaan dan di dalam tanah yang
sangat bermanfaat dalam mencegah erosi tanah. Akar banir dari
beberapa tumbuhan kebun seperti sukun dan durian memberikan
peran penting dalam menahan laju erosi tanah. Hal ini sangat
penting dalam mengendalikan kondisi tanah di pemukiman dan
lahan budidaya di perdesaan.
Kebun dan pekarangan rumah juga berperan dalam
pengendalian pemanasan global. Tumbuh-tumbuhan di kebun dan
pekarangan rumah dapat menyerap dan menyimpan karbon dan
dengan demikian memberikan peran penting dalam pengendalian
pemanasan global yang disebabkan oleh peningkatan CO2
 di
atmosfer. Tetumbuhan berkayu terutama berperan penting dalam
penyimpanan karbon yang lama dalam ekosistem teretrial, terutama
dalam biomassa tetumbuhan (Hakim & Nakagoshi, 2014).
Kebun dan pekarangan rumah secara potensial adalah
sumberdaya yang dapat dioptimalkan dalam industry wisata desa.
Kekayaan tumbuhan  yang tumbuh di kebun adalah sumberdaya yang
dapat dikonsumsi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tumbuh-tumbuhan di kebun dapat dikonsumsi secara langsung dan
menjadi bahan dari seni kuliner atau kudapan yang dapat disajikan
kepada wisatawan. Banyak jenis kuliner dan kudapan sangat khas
dan hanya dijumpai pada tempat-tempat tertentu, dengan bahan
dan materi yang diambil dari lingkungan kebun dan pekerangan
rumah setempat. Kuliner-kuliner berbasis bahan lokal saat ini lebih
disukai oleh wisatawan karena dikelola secara organic dan bersih,
serta khas. Tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di kebun dan
pekarangan rumah juga dapat menjadi atraksi wisata yang menarik.
Tumbuh-tumbuhan mengisi ruang terbuka dan taman-taman yang
menjadi tempat bagi wisatawan untuk relaksasi.
Agroforestry kebun warga
Kebun warga di perdesaan sering ada dalam bentuk kebun
campuran (agroforestry). Kebun campuran adalah kebun dengan
aneka jenis tetumbuhan yang ditanam untuk aneka manfaat dan
kebutuhan. Sistem kebun campuran secara ekonomik dipandang
sebagai cara dan adaptasi warga perdesaan dalam pemenuhan
aneka kebutuhan ekonomi sehari-hari secara fleksibel. Kebutuhan
ekonomik yang beragam direspon antara lain dengan keragaman
tetumbuhan yang ditanam di lingkungan kebun dan pekarangan
rumah. Dalam kontek ekologik, kebun campuran yang banyak
dijumpai di desa-desa adalah salah satu bentuk ideal sistem
pengelolaan lahan yang memadukan anekaragam kepentingan dan
dapat berjalan secara berkelanjutan.
Agroforestry kebun dan pekarangan rumah adalah manifestasi
budaya warga dalam memanfaatkan sumberdaya sekitarnya,
terutama lahan dan aneka jenis tetumbuhan. Sebagai salah satu
manifestasi budaya setempat, struktur vegetasi kebun dan
pekarangan rumah dapat berbeda-beda. Persepsi warga dan
budaya yang berkembang dalam warga memberikan kontribusi
terhadap diversitas jenis-jenis tumbuhan  dan struktur vertical vegetasi
kebun dan pekarangan rumah. Keragaman ini tampak pada berbagai
suku di Indonesia.
Keragaman jenis tumbuhan  dan struktur vegetasi juga
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan iklim setempat. Sebagai
contoh, tumbuhan -tumbuhan  yang berasal dari iklim sub tropik dan
temperat dapat tumbuh pada lingkungan tropik yang memiliki suhu
menyerupai lingkungan sub tropic dan tropic. Para peneliti
menjelaskan bahwa ketinggian tempat mempengaruhi pertumbuhan
tumbuhan  rempah dan herba dan menjadi faktor pembatas bagi
pertumbuhan dan sebaran rempah dan herba (Gambar 2.2).
Untuk memahami sebaran tetumbuhan mengikuti ketinggian
tempat, referensi pembagian zona hutan tropik berasarkan Whitten
et al., (1996) dapat dijadiakan acuan umum yang bermanfaat.
Berdasarkan klasifikasi ini , area hutan dataran rendah tersebar
dalam area dengan ketinggian dibawah 1200m. Kebun dan
pemukiman yang ada dalam daerah ini dipengaruhi oleh
karakteristik area dataran rendah. Elevasinya dapat beragam, mulai
datar, bergelombang, berbukit-bukit dengan beberapa tempat
mempunyai kelerengan yang tajam. Secara alamiah, jenis-jenis
tumbuhan  yang tumbuh pada area hutan dataran rendah sangat
beragam, yang menunjukkan dukungan lingkungan dan iklim yang
sesuai bagi kebanyakan tumbuhan  untuk tumbuh. Tumbuh￾tumbuhan seringkali mempunyai batang yang menjulang tinggi dan
membentuk kanopi. Keanekaragaman tumbuhan penghasil buah
melimpah, dan dengan demikian menjadi habitat potensial bagi
satwa. Sejauh ini, ekosistem hutan tropik dataran rendah adalah
yang sangat terancam sebagai dampak dari aneka ragam kegiatan
manusia. Di banyak negara, hutan tropik dataran rendah sudah
punah dan tinggal menyisakan petak-petak hutan dataran rendah
yang terfragmentasi secara hebat.
Konsep pembagian vegetasi Whitten et al (1996) menyebutkan
ketinggian ± 1200 m dpl adalah batas ekosistem hutan pegunungan.
Pada ketinggian 1800 m, zona hutan pegunungan atas dimulai
dengan beberapa karakteristik dasar, misalnya adanya kabut yang
menyelimuti vegetasi. Zona ini juga sering disebut hutan berkabut
(cloud forest). Vegetasi banyak didominasi oleh tetumbuhan dengan
ketinggian tumbuhan  lebih rendah dibandingkan tumbuhan yang hidup
di dataran rendah. Keberadaan kanopi jarang. Namun demikian,
batang-batang tumbuhan  banyak dipenuhi tumbuhan epifit.
warga di desa-desa pada zona hutan pegunungan beradaptasi
dengan lingkungan ini , termasuk dalam manajemen kebun
dan pekarangan rumah. Hanya tumbuhan -tumbuhan  yang sesuai dan
mampu hidup dalam ekosistem dengan suhu relatif dingin dipilih
dan dtumbuhan  di kebun-pekaranagn rumah.
 Secara struktural, agroforestri kebun seringkali menyerupai
hutan, dengan beberapa jenis pohon tinggi menjulang dan
membentuk lapisan-lapisan. Kebun agroforestri yang matang terdiri
atas berbagai tumbuhan  yang dapat membentuk tiga lapisan, yaitu
upper storey, middle storey dan lower storey (Gambar 2.3) Kelompok
upper storey adalah tetumbuhan yang tumbuh menjulang dan
membentuk kanopi tertinggi diantara jenis-jenis tetumbuhan yang
tumbuh di kebun. Kelompok tumbuhan ini biasanya berumur
puluhan bahkan ratusan tahun dan tetap dipelihara karena nilai
ekonomi yang dihasilkan.
Durian adalah salah satu tumbuhan yang dapat tumbuh sampai
mencapai ketinggian 30 meter dan membentuk lapisan tajuk atas
(upper storey). Durian dengan ketinggian mencapai 30 m adalah
durian yang telah ditanam setidaknya oleh dua generasi yang telah
berumur puluhan bahkan ratusan tahun. Dalam kondisi iklim basah
dan lembab, batang-batang bagian atas durian ini adalah habitat
potensial bagi beragam epifit.Varian rasa dan bentuk buah seringkali
beragam, yang merepresentasikan bibit alamiah. Hal ini berbeda
dengan durian-durian yang saat ini tumbuh dengan ketinggian
tumbuhan  berkisar 10-15 m dengan produktifitas tinggi yang
merupakan tumbuhan  berasal dari teknik grafting. Saat ini, durian
jarang ditanam di depan rumah. Aspek keselamatan penghuni dan
dampak perakaran terhdap bangunan menjadi salah satu
pertimbangan penting untuk mengindari menanam durian di depan
rumah. Populasi durian di depan rumah dapat dikatakan
merupakan peninggalan masa lalu yang masih dilestarikan.
tumbuhan  baru seringkali adalah tumbuhan  durian bibit unggul yang
jarang membentuk kanopi tinggi. Selain itu, tumbuhan upper storey
lainnya adalah mahoni.
Secara vertical, lapisan tengah (middle storey) terdiri atas
tetumbuhan pengisi lapisan tengah dari vegetasi kebun. Lapisan ini
terdiri atas rempah-reampah seperti pala, cengkeh, kayu manis.
Tumbuhan ini tumbuh bercampur dengan tumbuhan  kopi yang
dibudidayakan secara semi intensif. Tumbuh-tumbuhan ini
seringkali mempunyai dan menghasilkan komoditas penting.
Lapisan bawah adalah lower storey yang merupakan tumbuh￾tumbuhan semak dan herba. ada  anekaragam semak dan herba.
Sebagian besar adalah tumbuhan  yang dibudidayakan karena
mempunyai nilai ekonomi, sementara sebagian lainnya adalah
gulma yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak atau
kepentingan lainnya. Empon-empon seperti kunir, jahe, laos dan
anekaragam herba berkhasist obat banyak menghuni lapisan bawah
dari ekosistem agroforestry kebun (Gambar 2.3).

Pekarangan rumah
Pekarangan rumah adalah lahan sekitar rumah yang menjadi
area terbuka yang menjadi bagian integral dari pemukiman dan
dibuat untuk memfasilitasi berbagai aktifitas pemilik rumah.
Pekarangan rumah adalah habitat ideal bagi berbagai jenis rempah
dan herba untuk tumbuh. Ukuran pekarangan rumah dari rumah
tangga di desa bisa sangat beragam, terutama dipengaruhi oleh aspek
social dan ekonomi dari pemilik rumah.
Pada lahan-lahan pekarangan sempit, saat ini pemanfaatan
wadah plastik (polibag atau limbah plastik bungkus) sebagai cara
budidaya tumbuhan  umum dilakukan. Banyak warga desa saat
ini menanam bawang putih dan bawang merah di dalam polibag
untuk mensiasati luas lahan budidaya yang sempit atau karena
kondisi tanah yang kurang subur dan mendukung. Budaya menanam
tumbuhan  dalam wadah-wadah tertentu dapat dikatakan budaya baru
dalam warga perdesaan. Introduksi teknik ini terkait dengan
berbagai program pemerintah yang disebarluaskan lewat kelompok
PKK, kampung, atau manajemen perkebunan. Seringkali program￾program penanaman dalam wadah plastik terkait dengan
pengadaan tumbuhan  obat keluarga, atau penyediaan sayur organik
secara terbatas untuk rumah tangga petani di desa dengan lahan
terbatas (Gambar 2.4).

Rempah-rempah dan herba dalam kebun
tumbuhan  rempah adalah bagian penting dari sistem pertanian
agroforestri di kebun warga tradisional. Secara struktural,
tumbuhan  rempah-rempah mengisi strata tengah (middle storey) dan
lapisan bawah (understorey). Dominasi rempah-rempah dalam dua
strata lapisan ini  umum dijumpai di desa-desa pegunungan
bawah. Sampai sejauh ini, tidak ada tumbuhan  rempah dan herba
yang beperan penting dalam menyusun lapisan upper storey.
Kemungkinan tumbuhan  yang membetuk lapisan tajuk atas adalah
jengkol dimana warga memanfaatkan bijinya untuk sayuran.
Salam adalah rempah yang diketahui dapat tumbuh mencapai 20
meter, tetapi saat ini populasinya sangat jarang dan telah digantikan
oleh tumbuhan  lainnya yang lebih bernilai ekonomi.
Rempah-rempah yang mengisi bagian middle storey antara lain
adalah cengkih, salam, pala, dan kayu manis. Komposi jenis-jenis
ini  dalam sebuah ekosistem kebun sangat beragam, antara lain
dipengaruhi oleh luas lahan dan kepentingan ekonomi terhadap
tumbuhan . Cengkeh biasanya ditanam dengan jarak antara tumbuhan 
mencapai 3-4 meter. Perawakan cengkeh yang tumbuh di
perkebunan besar akan berbeda dengan cengkeh yang tumbuh di
kebun warga. Penanaman yang acak-rapat dan kompetisi
dalam memperebutkan sinar matahari dengan tumbuhan  lainnya
cederung membuat cengkeh tumbuh tinggi menjulang dengan jumlah
percabangan yang sedikit.
Herba tumbuh di kebun sebagai tumbuhan  yang sengaja
dibudidayakan atau tumbuh liar. Berbagai jenis herba seringkali
tumbuh liar dan tidak dibudidayakan. Herba hanya mengisi lapisan
understorey dan lapisan penutup tanah (groud cover). tumbuhan  rempah
dan herba yang mengisi lapisan bawah antara lain adalah jeruk purut
dan aneka jenis empon-empon. Pada daerah dengan kelembaban
udara dan tanah yang basah, kelompok Zingiberaceae tumbuh
sangat subur dan mampu membentuk pelepah daun sepanjang lebih
dari 1 meter.
Habitus rempah dan herba dapat bermacam-macam, meliputi
antara lain pohon, semak, herba, liana, parasit (Table 2.2)
Rempah dan herba dalam pekarangan rumah
Secara struktural, tumbuhan  rempah dan herba dalam
pekarangan rumah ditanam untuk beberapa fungsi, yaitu sebagai
pagar pembatas pekarangan, sebagai tumbuhan  peneduh, cadangan
pangan dan sayur-sayuran, cadangan kayu untuk kontruksi sipil,
cadangan obat, sebagai tumbuhan  hias dan tumbuhan  liar.
Pagar pembatas (biofence)
Herba-herba yang digunakan sebagai tumbuhan  pagar antara lain
adalah katuk dan sereh. Untuk penguat pagar biasanya digunakan
tumbuhan  berkayu, baik yang berfungsi sebagai rempah atau bukan.
Beberapa contoh tumbuhan  yang digunakan sebagai pagar dan
digunakan sebagai rempah, herba atau keduanya adalah sereh,
katuk, andong, antanan, beluntas, ekor kucing/lancuran, dan
kecubung (Gambar 2.5).
tumbuhan  peneduh
tumbuhan  rempah yang digunakan sebagai tumbuhan  peneduh antara
lain adalah pala, cengkeh dan kayu manis. tumbuhan -tumbuhan 
ini  membentuk tajuk yang dapat mengurangi panas matahari
yang menuju halaman rumah. Efek naungan yang ditimbulkan oleh
tutupan tajuk tumbuhan  dapat berbeda-beda. Tajuk pala memberikan
efek gelap dan teduh karena susunan daun yang rapat dan selalu
hijau sepanjang tahun. Cengkeh dan kayu manis memberikan tajuk
yang moderat dimana penetrasi cahaya matahari masih dapat
memberikan sinar dan panas yang cukup bagi beberapa tumbuhan
toleran naungan di bawahnya untuk tumbuh. tumbuhan  peneduh
lainnya adalah kempok buah-buahan. Selain sebagai tumbuhan 
peneduh, kelompok ini memberikan sumbangan pendapatan dan
pemenuhan gizi keluarga, meliputi antara lain rambutan, manggis,
lansat, jeruk, jambu, belimbing, sirsak dan sebagainya.
tumbuhan  obat
Berdasarkan pola manajemen yang diterapkan, tumbuhan  obat yang
tumbuh di pekarangan rumah dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu:
3 Kelompok pertama adalah tumbuhan  obat yang sengaja ditanam
karena dipercaya dapat bermanfaat sebagai tumbuhan  obat. Jenis￾jenis ini seringkali sangat terkait dengan aspek budaya
pengobatan warga setempat, atau merupakan jenis baru
yang diketahui mempunyai khasiat obat. Banyak diantara jenis
baru ini secara tradisional bukan bagian dari tumbuhan  obat
keluarga local (indigenous), tetapi merupakan spesies introduksi.
3 Kelompok kedua meliputi tumbuhan  obat yang tumbuh liar. Jenis￾jenis ini seringkali dibiarkan tumbuh karena jarang dipakai
sebagai tumbuhan  obat, meskipun potensinya dalam usaha 
penyembuhan penyakit sangat besar. Jenis-jenis ini bahkan
seringkali dianggap gulma yang harus dimusnahkan dari
pekarangan rumah karena mengganggu keindahan dan
dipandang “tidak memberikan manfaat”.
3 Kelompok ketiga adalah tumbuhan  yang sejak dahulu sudah ada,
tidak ditanam, tumbuh sendiri tetapi tetap dipelihara. Beberapa
diantaranya adalah empon-empon.
Pangan dan sayuran
Kelompok pangan dan tumbuhan  sangat beragam, meliputi antara
lain bahan pangan dan bumbu-bumbuan. Contoh tumbuhannya
adalah sereh, empon-empon, sirih, sirih merah, lombok, tomat dan
sebagainya. Lombok menunjukkan keragaman jenis tinggi. Beberapa
spesies bahkan hanya tumbuh dan dijumpai pada desa-desa tertentu,
seperi lombok udel dari pegunungan Tengger.
tumbuhan  ornamental
tumbuhan  rempah dan herba ditanam dihalaman rumah sebagai
tumbuhan  ornamental. Alasan bagi introduksi tumbuhan  dalam
pekarangan rumah, antara lain adalah karena keindahan bunga,
daun dan perawakan tumbuhan . Contoh-contoh dari tumbuhan
berguna yang bermanfaat sebagai obat antara lain adalah kemuning,
melati, lidah buaya, mahkota dewa dan alamanda.
Gulma
Beberapa herba tumbuh liar karena dipertimbangkan kurang
memberikan dampak ekonomi, tetapi tumbuhan  mempunyai
adaptasi yang baik untuk tumbuh pada lingkungan yang kurang
subur. Jenis-jenis ini meliputi antara lain alang-alang, bandotan,
bidara laut, ciplukan, pegagan, som jawa, dan tapak dara. Jenis￾jenis ini biasa tumbuh dan dibiarkan liar.
Tantangan dari ekosistem kebun dan pekaragan rumah adalah
perubahan tata guna lahan yang cepat. Dengan demikian, perlu
dilakukan usaha  konservasi kebun dan pekarangan rumah.
Penyebarluasan peran kebun dan pekarangan rumah sebagai salah
satu tempat penting bagi persediaan pangan dan material obat￾obatan menjadi sangat strategis dan perlu disosialisasikan secara
terus menerus. Dalam merubah pola pikir warga, gerakan
gemar berkebun dan mempelajari aneka manfaat tumbuhan  yang ada
di kebun dan pekarangan rumah dapat menjadi salah satu gerakan
strategis dalam memperkuat peran dan fungsi kebun.


Pala:
Myristica fragrans Houtt
Biologi Pala
Pala (Myristica fragrans Houtt) adalah rempah-rempah penting
yang banyak dibudidayakan di kebun dan tumbuh di pekarangan
rumah warga perdesaan di Indonesia. Pala diduga tumbuhan 
asli Indonesia, khususnya dari wilayah kepulauan di Indonesia
timur. Pulau Banda dan Maluku sering disebut sebagai asal dari
tumbuhan  pala. Penyebaran pala ke negara kita bagian barat, terutama
Jawa dan Sumatera, diduga dilakukan oleh saudagar-saudagar
rempah yang berlayar dari negara kita timur dan singgah di Jawa
dan Sumatera akhir abad 12. Di luar kawasan kepulauan Nusantara,
introduksi pala di India dilakukan oleh Inggris pada abad 18. Saat
ini tumbuhan  pala banyak dibudidayakan di India selatan, meliputi
antara lain Karnataka, Kerala, dan Tamil Nadu.
Di alam, ada  enam spesies pala, yaitu Myristica fragrans
Houtt, Myristica argentea Ware, Myristica fattua Houtt, Myristica
speciosa Ware, Myristica Sucedona BL dan Myristica malabarica Lam.
Dari keenam jenis ini , Myristica fragrans banyak dibudidayakan
dan diperjual belikan karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi
(Cere, 1961). Pala, dalam buku ini adalah Myristica fragrans, telah
menarik perhatian dunia Eropa pada masa lampau dan menjadi
salah satu sebab bagi kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara.
Pohon pala dapat tumbuh dengan baik dan dalam kondisi
produktifitas optimal pada iklim tropik lembab hangat. Iklim kering
dengan lahan basah/tergenang tidak cocok untuk budidaya pala.
Pertumbuhan dan produk optimal dilaporkan terjadi pada populasi
tumbuhan  pada kebun-kebun pada ketinggian 500-700 m dpl. Diatas
ketinggian ini , produktifitasnya akan rendah (Atjung, 1985).
Lokasi yang baik untuk budidaya pala adalah area dengan curah
hujan 150 cm. Populasi pala dengan produktifitas tinggi tumbuh
pada suhu lingkungan 20-30 C°. Lahan ideal untuk budidaya pala
adalah lempung liat dan lempung berpasir. Pala tumbuh bagus
terutama pada tanah subur daerah vulkanik dataran rendah hutan
tropic. tumbuhan  pala dilaporkan tahan terhadap kekeringan
beberapa saat, namun demikian tumbuhan  akan tumbuh bagus pada
lokasi dengan curah hujan yang tinggi dan agak merata sepanjang
tahun (Lubis,1992).
Pala mempunyai buah berbentuk lonjong, berwarna hijau saat
muda dan kuning menjelang matang. Buah berdaging. Pada saat
matang, kulit buah terbelah dan akan terlihat biji yang diselimuti
fuli berwarna merah. Daging buah pala menghasilkan aroma yang
khas karena mengandung minyak atsiri.
Kendala-kendala dan ancaman dari budidaya pala adalah
serangan hama dan penyakit tumbuhan  pala. Hama tumbuhan  pala
pada perkebunan antara lain adalah Penggerek batang (Batocera sp.),
Anai-anai/rayap dan Kumbang Aeroceum fariculatus. Penyakit yang
sering menyerang pala di perkebunan rakyat antara lain adalah
cendawan putih yang dapat memicu buah terbelah dan rontok
sebelum tua. Selain itu, kanker dapat memicu pembengkakkan
pada batang, cabang dan/ranting pada tumbuhan  budidaya di kebun.
Penyakit tumbuhan  pala lainnya adalah serangan Stignina myristicae
yang diduga dapat memicu busuk buah kering dan serangan
Collectotrichum gloeosporiodes yang diduga memicu busuk buah
basah. Kedua cendawan ini  merupakan organism penting
penyebab kegagalan panen buah pala yang banyak dihadapai oleh
pekebun.
Aspek ekonomi Pala
Semua bagian dari buah pala dapat dimanfaatkan dan
mempunyai nilai ekonomi. Nilai ekonomi pala terutama berasal
dari buah. Namun demikian, jika dikelola dengan baik kulit batang
dan daun tumbuhan  pala adalah sumber minyak atsiri. Kayu dari
batang utama tumbuhan  pala jarang dijual sebagai kayu bangunan.
Bagian utama yang bermanfaat dan digunakan secara luas sebagai
rempah adalah biji (Gambar 3.1), salut biji (arillus) dan daging buah
pala. Salut biji diperdagangkan secara luas dan dikenal sebagai mace
(Gambar 3.2)
Sejak tahun 1975 sampai 2014, luas lahan budidaya pala oleh
warga fuktuatif. Namun demikian, jika diperhatikan terjadi
kenaikan ukuran luas lahan budidaya petani dari 47.008 hektar
menjadi 146.469 hektar pada tahun 2014. Pada tahun 1975, panen
pala tercatat sejumlah 14.292 ton, naik menjadi 26.388 ton pada
tahun 2014. Peran perkebunan pemerintah dalam budidaya pala
dapat dikatakan kecil. Pada tahun 1975, luas lahan pemerintah
untuk budidaya pala hanya 2.325 hektar, dan menyusut menjadi
908 hektar pada tahun 2014. Produktifitas pala dalam lahan
pemerintah tercatat 342 ton pada tahun 1975, dan menyusut menjadi
80 ton pada tahun 2014. Pemerintah kurang tertarik untuk investasi
dalam penanaman pala, sementara gairah warga untuk
budidaya pala meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa pala adalah
salah satu tumbuhan  kebun penting dalam warga pekebun di
Indonesia. Pala adalah tumbuhan  kebun penting di propinsi Aceh,
Sumatera Barat, Jawa Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara dan Papua Barat. Maluku
dan Maluku Utara adalah propinsi dengan luas kebun pala terbesar
dan produktifitas pala tertinggi di Indonesia.
Ekspor pala meningkat dari tahun ke tahun. Statistik ekspor
pala pada tahun 1969 tercatat sebesar 5.229 ton dengan nilai eksport
sebesar 1.859.000 USD. Pada tahun 2012, angka ekspor pala
meningkat menjadi 12.849 ton dengan nilai ekport 140.018.000 USD
(Kementrian Pertanian, 2014).
Kandungan Kimia dan Nutritif
Minyak esensial (essential oils) yang diektrak dari biji dan salut
biji (arillus) biji pala kaya akan Myristicin, Elemicin, Safrole, dan
Sabinine (Maya et al., 2004). Penelitian Adams dan Muchtaridi
menegaskan bahwa biji pala mengandung minyak esensial penting
dan bermanfaat bagi tubuh. Dari sejumlah 32 minyak esensial yang
ditemukan dari biji Pala, proporsi terbanyak minyak esensial antara
lain adalah Sabinene, Myristicin, 4-terpineol, dan alfa pinene.
Biji Pala mengandung 30-55% minyak dan 45-50% bahan
padat, meliputi antara lain selulosa. ada  dua jenis minyak,
pertama adalah minyak esensial, atau sering disebut minyak volatil
(volatile oil) yang berkisar antara 5-15% dari biji. Kedua adalah
minyak tidak berwarna atau kuning pucat dengan rasa dan bau khas
pala (nutmeg butter) yang mempunyai proporsi antara 24-40% dari
biji.

Pemanfaatan Pala
Pala sudah sejak lama digunakan oleh berbagai warga
local di dunia untuk berbagai kepentingan. Biji pala dimanfaatkan
obat pencernaan, terutama pada sistem pencernaan yang terganggu.
Pada beberapa kelompok warga, daging buah pala diproses
menjadi asinan pala, manisan pala, dan selai pala (Hadad dan
Syakir, 1992).
Pala terutama diketahui bermanfaat sebagai obat karena
kemampuan dan kandungan fitokimia yang dimilikinya. Pala
terutama dilaporkan berfungsi dalam penyembuhan berbagai
penyakit, antara lain:
3 Antikanker
3 Efek hepatoprotektif
3 Antioksidan
3 Antiinflamasi
3 Antitrombotik
Beberapa kelompok warga memakai dan
memanfaatkan buah pala untuk menghilangkan masuk angin,
menghilangkan insomnia dan menambah nafsu makan. Pala juga
digunakan untuk menjaga kesehatan mulut, memperlancar sistem
pencernakan, meredakan asam lambung dan menghilangkan
muntah. Konsumsi buah pala juga dapat berakibat kepada
melancarkan peredaran darah dan menormalkan tekanan darah.
Penelitian medis menjelaskan bahwa pala berpotensi dalam
pengobatan anemia dan diabetes. Buah pala juga digunakan dalam
perawatan kulit.
Studi farmakologi terhadap potensi pala menjelaskan bahwa
buah pala berpotensi sebagai antimicrobial, antara lain berperan
dalam penghambatan pertumbuhan Bacillus anthracis, B. mycoides,
B. pumilus, B. subtilis, Escherichia coli, Saccharomyces cerevisiae, Shigella
spp. I dan II dan patogenik terhadap bakteri Stapilokokus (Latha et
al., 2005). Anekaragam pemanfaatan pala ini  tentunya menjadi
kunci bagi peningkatan nilai komersial pala di masa mendatang.

Pala sebagai tumbuhan  kebun
Pala dikenal luas sebagai salah satu tumbuhan  penting dalam
sistem agroforestri warga, terutama pada area vulkanik dengan
iklim yang sesuai dengan persyaratan pertumbuhan dan
produktifitas optimal pala. Tidak seperti di negara kita timur dimana
kebun-kebun pala dijumpai secara luas, di Jawa hampir dikatakan
tidak ada kebun dengan dominasi tumbuhan  pala. Pala adalah
tumbuhan  sela dengan jumlah individu dalam satu kebun tidak
banyak. Pala yang tumbuh dan membentuk kanopi memberikan
dampak naungan signifikan sehingga mempengaruhi produktifitas
kopi, coklat atau tumbuhan  lainnya yang menjadi tumbuhan  utama
pada kebun warga.
Sebagaimana tumbuhan  kebun lainnya, pala di kebun akan
tumbuh dengan optimal dalam lahan kebun dengan topsoil cukup
dalam. Namun demikian, pada tanah-tanah yang berbatu pada
desa-desa di lereng pegunungan tropis dengan suhu 18º C -30º C,
pala masih dapat tumbuh dengan baik. Kandungan bahan organic
yang tinggi di kebun mempengaruhi pertumbuhan dan produktifitas
tumbuhan  pala. Selain itu, sinar matahari yang cukup sepanjang
tahun memberikan kontribusi penting dalam memacu produktifitas
pala.
Pemeliharaan tumbuhan  pala di kebun cukup mudah dan dapat
dikatakan tidak membutuhkan manajemen yang intensif. Pala
tumbuh sebagaimana pohon-pohon lainnya tanpa pemupukan
intensif. Pemberian pupuk kandang biasanya diberikan satu kali
dalam satu tahun bersama-sama dengan pemberian pupuk kandang
untuk kopi, coklat, atau tumbuhan  budidaya lainnya. Penyiangan
gulma relatif jarang dilakukan karena area di bawah kanopi pohon
pala sangat rindang dan membatasi gulma untuk tumbuh.
Ancaman dari populasi tumbuhan  pala di kebun antara lain
adalah alih fungsi tataguna lahan. Banyak habitat pala saat ini
berubah menjadi lahan-lahan yang dikelola secara intensif dengan
komoditas tumbuhan  hortikultur yang mempunyai nilai ekonomi
lebih prospektif.
Teknologi pengelolaan buah pala di perdesaan tidak tersedia
sehingga harga panen pala menjadi murah dan harga dikendalikan
oleh pengepul di lapangan. Buah pala biasanya dijual dalam bentuk
utuh, atau dirajang dalam bentuk kering. Pengeringan biasanya
dilakukan secara tradisional dengan pemanasan di ruang terbuka
di bawah terik sinar matahari. Hal ini sering membuat biji-biji pala
dan salut biji (mace) terkontaminasi kotoran sehingga mempengaruhi
nilai jual. Tantangan lain dalam konservasi plasma nutfah pala
adalah rendahnya perhatian terhadap aspek genetic pala di
Indonesia. Sangat jarang bahkan tidak ada kegiatan penelitian
genetic untuk memetakan diversitas genetic pala yang berperan
penting dalam menyediakan informasi penting dalam usaha 
konservasi spesies.


Syzygium aromaticum (L).
Biologi Cengkeh
Cengkeh Syzygium aromaticum (L).diduga berasal dari Indonesia
dan saat ini dibudidayakan secara luas di Amerika (Brazilia, Haiti,
Mexico), Asia (India, Malaysia dan Srilanka) dan Afrika
(Madagaskar, Kenya, Mauritus, Tanzania). Cengkeh dapat tumbuh
optimal pada area dengan ketinggian 0 - 1000 meter, namun
dilaporkan akan memberikan hasil panen optimal pada daerah
dengan kisaran pertumbuhan 300 – 600 dpal dengan suhu berkisar
antara 22°-30°C. Diatas ketinggian 900 dpl tidak dianjurkan
melakukan budidaya cengkeh karena suhu terlalu dingin, dan
seringkali terjadi kekurangan air. Curah hujan tahunan yang sesuai
bagi pertumbuhan cengkeh adalah 1500-2500 mm (De Guzman CC
and Siemonsma. 1999).
Cengkeh adalah tumbuhan  hijau sepanjang tahun (evergreen)
berukuran kecil-medium dengan ketinggian tumbuhan  dewasa dapat
mencapai 8-25 m. tumbuhan  cengkeh membentuk kanopi berukuran
medium, sehingga masih sesuai sebagai tumbuhan  sela pada sistem
agroforestry kopi. Percabangan banyak dan semi tegak (semi erect).
Daun licin dan tak berbulu (glabrous), dengan kandungan kelenjar￾kelenjar minyak pada bagian bawah permukaan daun. Cengkeh yang
tumbuh di kebun tumbuh dengan dua perawakan utama, cengkeh
berbentuk piramida dan cengkeh berbentuk silinder. Cengheh yang
tumbuh membentuk tajuk piramida umumnya dijumpai di
perkebunan, dengan jarak tanam yang lebar dan tidak ada kompetisi
dengan tumbuhan  lain dalam memperebutkan energy matahari.
Cengkeh berbentuk silinder biasanya dijumpai di perkebunan rakyat,
dimana cengkeh tumbuh bercampur dengan tumbuhan  lainnya.
Dilihat dari kerindangannya, pohon cengkeh dapat dibedakan atas
cengkeh sangat rindang, cengkeh tidak rindang dan peralihan
diantara keduanya.
Cengkeh adalah tumbuhan berumah satu (monoecious), bunga
bersifat hermafrodit dan dapat mengadakan pembuahan sendiri.
Tumbuhan mulai dewasa dan menunjukkan produktifitas pada
umur antara 8-10 tahun setelah tanam. Buah matang pada masa 9
bulan setelah polinasi. Masa pembungaan bervariasi antar wilayah.
Di India pembungaan terjadi antara februari-maret dalam satu
tahun, di Zanzibar (Tanzania) terjadi antara Juli-September. Di
Jawa, panen raya cengkeh dimulai pada musim kemarau, terutama
Agustus-Oktober. Pembentukan buah normalnya terjadi pada 5-6
bulan setelah pembungaan.
Di Indonesia, ada  empat jenis cengkeh, yaitu Si Kotok,
Si Putih, Zanzibar dan Ambon. Diantara jenis cengkeh ini ,
cengkeh Zanzibar umum dibudidayakan karena adaptabilitas dan
produktifitasnya yang tinggi dengan jumlah pertandan dapat
mencapai > 15 bunga. Cengkeh Zanzibar mempunyai bunga
berwarna agak merah, sementara cengkeh Si Kotok dan Si Putih
mempunyai bunga berwarna kuning-putih. Ciri lain dari Cengkeh
Zanzibar adalah tumbuhan  membentuk tajuk yang rimbun dengan
daun pucuk berwarna merah muda dan tangkai daun hijau tua. Jenis
cengkeh ini banyak dijumpai di kebun-pekarangan rumah, dan
relatif mudah dikenali karena warna bunganya.
Budidaya cengkeh di kebun tidak lepas dari ancaman hama
dan penyakit tumbuhan . Sampai saat ini, hama penting utama
cengkeh antara lain adalah Kutu daun (Coccus viridis), Penggerek
Ranting/Batang (Xyleborus sp.), Kepik Helopeltis (Helopeltis sp.),
Penyakit mati bujang (Xylemlimited bacterium), dan Penyakit busuk
akar (Pytium rhizoctonia dan Phytopthora). Pada tempat-temat yang
lembab dan curah hujan relatif tinggi di daerah pegunungan, batang
dan ranting cengkeh yang tumbuh dan kurang mendapat perawatan
sering menjadi habitat bagi lumut kerak (Lichens), sisik naga, benalu
dan tumbuhan paku sarang burung.
Aspek ekonomi cengkeh
Cengkeh adalah salah satu tumbuhan  bernilai ekonomi tinggi
dalam ekosistem kebun dan pekarangan rumah. Bagian utama yang
dimanfaatkan adalah bunga (Gambar 4.1). Cengkeh sengaja

ditanam sebagai salah satu tumbuhan  pokok diantara berbagai jenis
tumbuhan  kebun lainnya. Cengkeh di perkebunan rakyat terutama
ditanam untuk memenuhi industri rokok (kretek) tradisional
(Gambar 4.2), kosmetik, kesehatan, makanan dan minyak atsiri.
Produksi cengkeh dari tahun ke tahun fluktuatif, namun
menunjukkan pendapatan ekonomi yang semakin meningkat (Tabel
4.1).

Di Indonesia, pusat-pusat budidaya dan penghasil cengkeh
tersebar antara lain di perkebunan rakyat di Sumatra, Jawa, Sulawesi
dan pulau-pulau di negara kita timur. Di Sumatra, cengkeh terutama
banyak dibudidayakan di kebun warga di Aceh, Sumatera
Barat, dan Kepulauan Riau. Di Jawa, pusat cengkeh adalah Jawa
Barat, Banten, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Pulau Jawa, Jawa
timur adalah produsen cengkeh tertinggi. Cengkeh juga tumbuh di
kebun kebun warga di Bali dan Nusa Tenggara Timur. Dari
data statistik cengkeh nasional, warga di Pulau Kalimantan
hampir dikatakan tidak pernah membudidayakan cengkeh sebagai
salah satu produk perkebunan rakyat. Di Sulawesi, propinsi Sulawesi
Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat adalah penghasil utama
cengkeh. Maluku dan Maluku Utara sejak lama dikenal sebagai salah
satu pusat cengkeh di Nusantara. Cengkeh sedikit di budidayakan
baik di Papua maupun Papua Barat. Secara nasional, statistik
produksi cengkeh tahun 2010-2014 mencatat bahwa Jawa Timur,
Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat adalah
kontributor utama cengkeh nasional.

Kandungan kimia dan nutritif
Semua bagian tumbuhan cengkeh, terutama daun dan bunga
bersifat aromatik. Kandungan kimia cengkeh telah diteliti oleh
berbagai ahli karena potensinya. Cengkeh dikenal sebagai salah satu
sumber senyawa fenolik sebagai flavonoid, hidroxibenzoic acids,
hidroxicinamic acids dan hidroxiphenyl propens. Eugenol adalah senyawa
bioaktif utama cengkeh, dimana konsentrasinya dapat mencapai
9.381,70 sampai 14,650 mg per 100 gram material segar tumbuhan .
Kandungan eugenol diperkirakan mencapai 72-90%. Selain eugenol,
minyak-minyak esensial lainnya adalah acetyl eugenol, beta￾caryophyllene dan vanillin, Crategolic acid, tannins, gallotannic acid, dan
methyl salicylate. Selain itu ada  pula flavonoids eugenin, kaempferol,
rhamnetin dan eugenitin. Kandungan lainnya adalah Triterpenoids
seperti oleanolic acid (Bhowmik et al., 2012; Cortés-Rojas et al., 2014)
Dari jenis-jenis cengkeh yang ada, ada  perbedaan potensi
produksi, kadar minyak atsiri dan kadar eugenol yang dihasilkan
(Table 4.2). Sementara, kandungan nutrisi cengkeh per 100 telah
dianalisis oleh USDA sebagaimana dicantumkan dalam table 4.3.

Pemanfaatan cengkeh
Pemanfaatan dan fungsi dari cengkeh telah dilaporkan secara
luas, baik secara empirik maupun ilmiah. Cengkeh dimanfaatkan
dalam bentuk segar, kering, serbuk, dan larutan ekstraksi dari
materil cengkeh. Secara luas, warga mengenal bunga kering
cengkeh sebagai bahan baku rokok kretek. Bunga kering cengkeh
juga dimanfaatkan dalam minuman dan pembuatan kue. Cengkeh
dipanen secara langsung dari kebun dan dikeringkan dengan cara
tradisional di bawah terik sinar matahari.
Manfaat cengkeh bagi kesehatan antara lain adalah membantu
mengatasi dan mengobati sakit gigi, peradangan, mengatasi mual
dan muntah, meningkatkan sistem pencernakan, dan meredakan
batuk. Secara empirik, cengkeh juga digunakan sebagai obat kolera.
Campuran cengkeh dengan herba lainnya seperti adas, asam
trengguli, pulasari, kencur dan daun blustru secara empirik
digunakan untuk mengatasi haid tidak lancar.
Untuk pemakaian luar, cengkeh dimanfaatkan untuk mengatasi
jerawat, menghilangkan noda di kulit, mengobati campak dan
sumber anti oksidan yang bermanfaat dalam menjaga kesehatan
wajah dan kulit. Cengkeh dilaporkan dapat berperan sebagai anti
jamur dan anti bakteri. Minyak cengkeh berserta komponen￾komponen minyak herbal lainnya dimanfaatkan dalam aromaterapi.
Cengkeh juga dilaporkan sebagai kondisioner dan mencegah rambut
rontok. Untuk pemakaian lainnya, cengkeh berpotensi sebagai
pengusir nyamuk.
Cengkeh sebagai tumbuhan  kebun dan pekarangan rumah
Laporan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Tahun
2014 menyebukan bahwa peran penting perkebunan rakyat dalam
menghasilkan cengkeh nasional sangat besar, yaitu sekitar 97,43%.
Cengkeh ditanam dikebun dan pekarangan rumah sebagai tumbuhan 
multifungsi. Secara ekonomik, di kebun agroforestry warga
cengkeh seringkali bercampur dengan tumbuhan  lainnya seperti kopi,
pala, manggis, dan durian dengan komposisi yang beragam
mengikuti selera petani. Suatu kebun agroforestry dapat terdiri dari
tumbuhan  kopi sebagai tumbuhan  utama dan cengkeh sebagai tumbuhan 
sela yang berjajar rapi. Pada kebun yang lain, cengkeh tumbuh
bersama dengan durian untuk memberi naungan kopi.
Populasi dan kesehatan cengkeh di beberapa daerah dilaporkan
pernah dipengaruhi oleh krisis harga cengkeh di negara kita pada
beberapa dekade lalu. Meskipun produktifitas cengkeh di masa lalu
pernah mencapai puncak kejayaan, sejak tahun 1996 produksinya
mengalami penurunan. Gejala penurunan cengkeh sebenarnya
sudah mulai terlihat pada tahun 1990an, dimana luas lahan
budidaya cengkeh mulai turun. Ketidakpastian harga, fluktuasi hasil
panen, rendahnya penguasaan teknologi budidaya cengkeh, dan
serangan penyakit menjadi factor-faktor penentu bagi kemunduran
produktifitas cengkeh di Indonesia. Rendahnya harga cengkeh
memicu banyak cengkeh di kebun dibongkar dan diganti
dengan tumbuhan  lain. Beberapa petani tidak membongkar tumbuhan 
cengkeh dari kebun, tetapi tidak melanjutkan perawatan sehingga
pohon cengkeh menjadi rusak dan tidak produktif. Namun
demikian, mulai tahun 2000an, area budidaya dan produksi cengkeh
mulai meningkat. Permintaan cengkeh oleh industri rokok kretek
adalah salah satu factor yang merangsang petani untuk mulai
menanam cengkeh.
Sebagai tumbuhan  kebun campuran, pengelolaan dan pemanen
cengkeh dilakukan dalam skala rumah tangga tanpa memakai
teknologi. Petani biasanya melibatkan anggota keluarga atau
mempekerjakan buruh petik untuk memanen, memisahkan tangkai
bunga dan bunga serta mengeringkan di bawah terik matahari.
Cengkeh-cengkeh yang telah kering biasanya langsung disetorkan
ke pengepul.
Sampai saat ini ada  empat jenis cengkeh yang tumbuh
dan dibudidayakan oleh petani di Indonesia, yaitu Si Kotok, Si
Putih, Zanzibar dan Ambon. Cengkeh jenis Zanzibar secara luas
dibudidayakat oleh warga dan perkebunan besar. Sampai saat
ini, penelitian terkait aspek genetik cengkeh di Indonesa masih sangat
kurang.
Keberadaan cengkeh di kebun rawan hilang karena aspek harga
yang tidak menentu. Harga cengkeh yang rendah tidak sesuai dengan
penjualan hasil panen sehingga memicu banyak tumbuhan
cengkeh diganti dengan tumbuhan  lain. Banyak populasi cengkeh di
kebun warga telah tua dan tidak mengalami peremajaan.
tumbuhan -tumbuhan  baru biasanya tumbuh dari bibit liar, dan jarang
dari warga yang menanam tumbuhan  baru yang telah diketahui
dan dijamin kualitasnya. Beberapa tumbuhan  cengkeh dewasa yang
tumbuh saat ini banyak yang berasal dari bibit liar (Gambar 4.2).
tumbuhan  cengkeh yang tumbuh liar dari bunga biji yang jatuh di
kebun tidak memberikan kepastian hasil di masa mendatang.
Beberapa tumbuhan  dapat menghasilkan bunga yang baik, namun
tidak jarang tumbuhan  mempunyai produktifitas yang rendah.


Biologi kayu manis
Kayu manis (Cinnamon) mempunyai nilai ekonomi sehingga
banyak dibudidayakan di kebun-pekarangan rumah warga di
perdesaan. Di perkotaan, kayu manis saat ini juga digunakan sebagai
instrumen taman karena keindahan perawakan tumbuhan  dan
komposisi daun tumbuhan  yang indah. Kayu manis adalah anggota
dari genus Cinnamon, salah satu genus dengan anggota spesies
mencapai 250 spesies. Kebanyakan dari spesies-spesies Cinnamon
bersifat aromatic. Cinnamon yang dikenal sebagai kayu manis
diduga berasal dari Sri Lanka dan daerah sebelah tenggara
semenanjung India. Cinnamon berkerabat erat dengan Cassia yang
diduga asli berasal dari daratan Cina. Keduanya adalah tumbuhan 
tropik hijau sepanjang tahun yang dapat tumbuh mencapai
ketinggian 15 meter (De Guzman & Siemonsma, 1999; Blumenthal
et al., 2000). Saat ini, ada  tiga spesies dari Cinnamon yang
banyak dibudidayakan karena mempunyai nilai ekonomi, yaitu C.
burmanii, C. zeylanicum dan C. cassia (Tabel 5.1)
Daun dan batang kayu manis bersifat aromatik. Batang
tumbuhan  kayu manis hidup mudah dikenali karena mempunyai
tekstur licin tidak bergaris. Warna batang coklat hingga coklat
kemerahan. Batang bergetah kuning muda atau keputihan. Batang
mengeluarkan bau yang sangat khas. Daun tunggal dan kaku.
Panjang tangkai daun berkisar antara 0,5 sampai 1,5 cm. Daun
mempunyai ciri khas berupa tiga buah tulang daun yang tumbuh
melengkung. Daun kaya akan kelenjar yang mengeluarkan bau
harum. Daun mudah dikenali karena berhadapan dan berseling,
berbentuk lonjong hingga lanset. Saat muda daun berwarna merah
dan berubah menjadi hijau saat tua. Secara visual, pemandangan
ini sangat menarik sehingga kayu manis sering dipakai sebagai
tumbuhan  hias. Bunga tumbuhan  kayu manis mempunyai ukuran yang
kecil dan termasuk bunga sempurna. Bunga berwarna kuning dengan
6 helai kelopak dan 12 helai benang sari (De Guzman & Siemonsma,
1999).
Di Indonesia, kayu manis dapat tumbuh ideal pada ketinggaian
500-1500 m dpl dengan curah hujan ideal 2000-2500 mm per tahun.

Pada beberapa lokasi tumbuhan  kayu manis masih dapat dijumpai
pada ketinggian 2000 m dpl. Kayu manis tumbuh pada tanah
lempung berpasir dengan hara yang kaya akan bahan organic.
Budidaya tumbuhan  kayu manis pada kebun kebun warga
seringkali menghadapi serangan dari hama penyakit, antara lain
adalah bercak daun yang disebabkan oleh Colletotrichum gloeosporioides
dan serangan benih tumbuhan  kayu manis oleh jamur Diplodia sp.
Serangga hama yang sering menyerang tumbuhan  kayu manis adalah
sejenis kupu-kupu Chilasa clytia dan Monopomorpha civica. Serangan
hama dan penyakit ini sering memicu kerugian ekonomi yang
signifikan pada perkebunan kayu manis (Anadaraj et al, 2005).
Gambar 5.1. Potongan kulit kayu manis yang siap dipasarkan dan
dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan
Aspek ekonomi
Kayu manis mempunyai nilai ekonomi yang dapat menjadi
sumber pendapatan bagi warga perdesaan (Gambar 5.1). Kayu
manis telah digunakan sebagai rempah-rempah sejak ribuan tahun
yang lampau. Di Mesir kayu manis adalah salah satu material yang
digunakan dalam pembuatan cairan balsam untuk preservasi tubuh
atau bagian tubuh manusia. Dalam kitab kedokteran Ayurweda,
kayu manis digunakan sebagai antiemetic, antidiare, antiflatulent dan

stimulan dasar. Bangsa Portugis pertama kali mengenali kayu manis
tumbuh di Srilanka pada awal abad 16 M. Pada abad 16-17 M,
Portusis memperkenalkan kayu manis kepada warga Eropa.
Dengan introduksi Portugis, kayu manis segera dikenal dan
mendapatkan tempat dalam perdagangan rempah di Eropa. Nilai
perdagangan dan ekonomi kayu manis yang baik pada masa itu
memicu Belanda menguasai Sri Lanka pada pertengahan abad
17 M. Pada pada akhir abad 17 M, Inggris menguasai Sri Lanka.
kemudian  The East India Company menjadi pemain tunggal dan
ekporter utama kayu manis ke Eropa. Pada perkembangan
kemudian , Belanda melakukan kultivasi kayu manis kayu manis
di Pulau Jawa dan meramaikan pasar perdagangan kayu manis di
Eropa.
Sampai saat ini, Sri Langka adalah pemasok utama kulit dan
minyak kayu manis yang diekstrak dari daun dan batang. Industri
makanan lebih menyukai kayu manis Srilanka, sementara dunia
industri mempergunakan baik minyak yang diekstrak dari kayu
manis Srilangka atau Ceylon cinnamon (dikenal sebagai Cinnamon
oil) dan dari cinnamon cina (Cassia oil). Cina adalah ekpoter utama
dari Cassia cinnamon (Barceloux, 2009).
Kandungan kimia dan nutritif
tumbuhan  kayu manis kaya akan senyawa kimia bermanfaat
dan memiliki kandungan nutritif yang baik bagi kesehatan manusia
(Tabel 5.2). Kayu manis mempunyai kekuatan antioksidan tertinggi
diantara semua bahan pangan sebagaimana ditunjukkan oleh nilai
ORAC (Oxygen radical absorbance capacity) yang mencapai 2.67.536
trolex equivalents (TE). Komponen penting minyak esensial lainnya
adalah ethyl cinnamate, linalool, cinnamaldehyde, beta-caryophyllene, dan
methyl chavicol. Kayu manis adalah salah satu sumber terbaik dari
anti oksidan flavonoid fenolik seperti carotenes, zea-xanthin, lutein
dan cryptoxanthin.

Pemanfaatan kayu manis
Kayu manis sejak lama telah digunakan oleh bangsa-bangsa di
dunia. Berbagai praktek pengobatan tradisional memakai kayu
manis sebagai tumbuhan  obat. Di Tamil Nadu India, Maridass dan
Victor (2008) melaporkan semua spesies Cinnamomum mempunyai
sifat multifungsi, utamanya dalam pencegahan dan penyembuhan
penyakit. warga Tamin Nadu memakai C. walaiwarense,
C. trivancoricum dan C. malabatrum untuk penyembuhan sakit perut.
Spesies C. riparium, C. sulphuratum, C. filipedicellatum and C. wightii
digunakan dalam mengatasi deman, cacing usus, pusing dan
problem menstruasi. Kayu manis adalah tumbuhan penting dalam
pengobatan dan seni kuliner di Asia selatan.
 Minyak esensial dari spesies Cinnamomum digunakan sebagai
antimicrobial dan anti-inflamatori. Berbagai penggunaan
tradisional percaya bahwa kayu manis bermanfaat sebagai obat
batuk, sariawan, eksim, peluruh angin, peluruh keringat. Kayu manis
juga dipercaya dapat mengatasi asam urat dan hernia. Kayu manis
juga dimanfaatkan dalam penyembuhan diabetes. Fungsi lain dari
kayu manis bagi tubuh adalah mencegah penggumpalan darah, anti
kanker, meningkatkan fungsi otak, menurunkan kolesterol,
mengontrol gula darah, dan menghangatkan tumbuh.
Kayu manis mengandung minyak esensial seperti eugenol yang
berperan dalam memberikan rasa/efek psikologi menenangkan.
Eugenol dapat berperan sebagai pembius lokal dan antiseptik
sehingga banyak digunakan dalam prosedur penanganan penyakit
gigi. Kayu manis mempunyai khasiat sebagai antioksidan,
antidiabet, antiseptik, pembiusan lokal, antiinflamatori, dan
menghangatkan. Komponen aktif dari rempah-rempah ini dapat
meningkatkan motilitas dari saluran intestinal organ dari sistem
pencernakan, sebagimana juga berperan dalam membantu sistem
digestif dengan meningkatkan sekresi enzim gastro-intestinal. Kayu
manis bermanfaat dalam diet, antara lain berperan dalam kontrol
gula darah dan mengurangi kolesterol. Kayu manis digunakan
dalam pengobatan penyakir neurodegeneratif.
Pemanfaatan kayu manis sebagai minuman sangat sederhana.
Kayu manis direbus dengan memakai air mendidih untuk
menghasilkan wedang kayu manis, atau sebagai bagian penting
dalam aneka minuman penghangat dan menyehatkan seperti teh
rosella, secang, sinom dan aneka kreasi minuman herbal lainnya.
Kayu manis sebagai tumbuhan  kebun
Kayu manis di budidayakan di kebun warga sebagai salah
satu tumbuhan  penting dalam sistem ekonomi dan pendapatan
keluarga petani. Statistik perkebunan menunjukkan bahwa peran
dari perkebunan rakyat dalam produksi kayu manis nasional sangat
penting. Di Indonesia, luas perkebunan yang menghasilkan kayu
manis pada tahun 1967 tercatat seluas 14.637 hektar dengan produksi
kulit kayu sebesar 8.265 ton. Budidaya pada lahan perkebunan negara
dimulai pada tahun 1971 dengan laus area seluas 111 hektar.
Budidaya kayu manis di perkebunan negara dengan kisaran luas
1000 hektar pernah terjadi pada tahun 1976-1987, namun kemudian 
budidaya ini  menurun karena bisnis kayu manis dipandang
kurang menarik. Sejak tahun 1993, tidak ada catatan tentang luas
lahan buddaya kayu manis, yang setidaknya menunjukkan kayu
manis tidak dipertimbangkan sebagai komoditas rempah unggulan.
Sebaliknya, luas perkebunan kayu manis warga semakin
luas. Pada tahun 2014, luas area kebun kayu manis mencapai 101.735
hektar dengan produktifitas kulit kayu manis sebesar 89.490 ton.
Volume ekport kayu manis pada tahun 1970-1979 berkisar antara
2.836 ton (tahun 1970) sampai 9.891 ton (tahun 1979). Nilai ekport
mencapai 3.071.000 USD pada tahun 1970, naik menjadi 7.079 pada
tahun 1979. Pada tahun 1990an, gairah untuk menanam kayu manis
mulai meningkat. Pada tahun 2000, produktifitas kayu manis di
warga mencapai 31.256 ton dengan nilai ekport mencapai
21.318.000 USD. Pada tahun 2012, produktifitas kayu manis di
warga mencapai 40.403 ton dengan nilai ekport mencapai
49.593.000 USD. Sumatera Barat dan Jambi adalah pemasuk kayu
manis penting. Di luar kawasan ini , kayu manis dibudidayakan
oleh warga di kebun-kebun warga di propinsi Aceh,
Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa
Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kalimantan selatan adalah
salah satu pemasok kayu manis utama dari Pulau Kalimantan. Di
Sulawesi, kayu manis banyak dikultivasi pada kebun warga di
propinsi Sulawesi Utara, Gorontalo dan Sulawesi Selatan. Kayu
manis juga banyak di budidayakan di kebun kebun di Maluku Utara.
Kayu manis dipelajari secara luas di Asia selatan sebagai herba
beranfaat dan bernilai ekonomi. Di Indonesia, kajian tentang
pemanfaatan kayu manis masih kurang. Penelitian-penelitian dasar
dan terapan dari kayu manis sangat kurang. Penanaman kayu manis
ada kebun-kebun tradisional masyaraat di Jawa juga dilakukan tanpa
pengelolaan tumbuhan  yang serius. Banyak tumbuhan  kayu manis
bahkan tumbuh liar di kebun. Petani dengan lahan terbatas kurang
memiliki minat dalam menanam kayu manis. Di Pemalang, Jariyah
& Wahyuningrum, (2008) melaporkan bahwa kayu manis umum
ditanam sebagai pagar dan pembatas kebun. warga menanam
kayu manis sebagai tumbuhan  sela karena mempunyai prospek
ekonomi yang baik.




Kunyit:
Curcuma longa L.
Biologi Kunyit
Kunyit, Kunir, Curcuma longa L. tercatat sebagai tumbuhan 
rempah dan herba yang dimanfaatkan manusia sejak masa lampau.
Kunyit dimanfaatkan dalam seni kuliner di India dan dimanfaatkan
sebagai tumbuhan  obat. Kunir secara luas juga dimanfaatkan sebagai
pewarna alami. Kandungan kurkumin dalam kunyit memberikan
efek kuning. Kebangkitan kunyit sebagai rempah dan herba saat ini
sedang dalam momen yang baik dengan ditemukannya banyak
manfaat kunyit yang sejak lama telah digunakan dalam seni kuliner
dan kesehatan kuno. Kunyit sejatinya