keong

Tampilkan postingan dengan label keong. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label keong. Tampilkan semua postingan

keong



















































KEONG

Keong mas atau  Keong kowoe   dimanfaatkan   sebagai makanan. manfaatnya, yaitu kandungan antioksidan yang tinggi. riset  ini  menentukan pelarut  terbaik untuk mengekstrak senyawa  bioaktif keong mas dan menentukan kandungan antioksidannya. riset  ini meliputi analisa  proksimat, uji kuantitatif aktivitas antioksidan dengan metode DPPH. Hasil pengukuran morfometrik menunjukan   rendemen daging sebesar 11,86%. Kandungan proksimat daging segar tertinggi pada kadar air sebesar 65,79%, protein 18,14%, abu 10,49%, karbohidrat 4,14% dan lemak 3,44%, sedang  pada daging kering kadar air sebesar 40,04%, protein 38,06%, karbohidrat 10,66%, abu 8,53% dan lemak 2,70%. Hasil riset  diperoleh  rendemen hasil ekstraksi senyawa aktif memakai  pelarut kloroform (non polar) sebesar 1,78%, etil asetat (semi polar) 3,41% dan metanol 6,63% (polar). Rendemen yang tinggi pada pelarut metanol  sebab  keong kowoe mengandung lebih banyak senyawa aktif yang bersifat polar. Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak kasar jenis pelarut metanol (polar) memiliki  nilai IC50 yaitu 111,28 ppm, sehingga tergolong sedang. Keong kowoe yaitu  salah satu spesies dari kelas gastropoda dan tergolong dalam keong mas, termasuk kelompok molusca dari famili Ampullariida yang banyak ditemukan  disungai, danau, rawa , persawahan ,keberadaannya 
 melimpah, harga  murah dan  Keong kowoe ini  di perdagangkan dalam bentuk segar utuh, segar kupas, sate dan asap. keong kowoe  dapat 
menyembuhkan penyakit hepatitis. Antioksidan yaitu  zat yang dapat menunda, memperlambat dan mencegah terjadinya proses oksidasi. Antioksidan berfungsi mengatasi atau menetralisir 
radikal bebas sehingga diharapkan dengan 
pemberian antioksidan ini  proses tua dihambat atau paling tidak  tidak dipercepat  dan  dapat mencegah terjadinya kerusakan tubuh dari munculnya  penyakit degeneratif ,Antioksidan secara  alami ada  pada semua bahan pangan, 
baik yang berasal dari daratan maupun perairan. Bahan pangan yang berasal dari perairan  terutama  dari kelas gastropoda, banyak mengandung senyawa bioaktif dan antioksidan Jenis-jenis Gastropoda yang sudah  diteliti dan mengandung antioksidan antara lain, lintah laut (Discodoris sp.) , Lymnaea stagnalis, dan Pleuroploca trapezium  . Gastropoda juga mengandung berbagai macam senyawa   bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan kita . senyawa  bioaktif ini  antara lain alkaloid, steroid, flavonoid, saponin, dan fenol hidrokuinon  .    uji  fitokimia terhadap ekstrak keong mata merah (Cerithidea obtusa) yang beraktifitas  antioksidan menunjukan     keong matah merah mengandung senyawa bioaktif golongan alkaloid dan flavonoid. Keong mas sudah  banyak diteliti meliputi komposisi kimia, asam amino hingga fitokimia  . Bahan yang dipakai  pada penelilitian  ini yaitu  keong kowoe  pelarut bahan kimia kloroform (Merck p.a), etil asetat (Merck p.a), metanol (Merck p.a), alkohol, asam format glacial, 
dan DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Alat-alat yang dipakai  antara lain tabung reaksi (pyrex), labu erlenmeyer (pyrex), spetrofotometri UV-VIS Hitachi U-2800 pada panjang gelombang 517 nm dan rotary evaporator merek RV 10 Basic V 115,
riset  ini dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu, karakterisasi fisik meliputi pengukuran morfometrik  , perhitungan rendemen daging keong kowoe, pengambilan dan preparasi bahan baku   dan  analisa  komposisi kimia. Ekstraksi bahan aktif dilakukan menurut prosedur Quinn  . Ekstraksi memakai  3 pelarut berdasar  tingkat 
kepolarannya yaitu kloroform p.a. (non polar), 
etil asetat p.a. (semi polar) dan metanol p.a. (polar). Ekstraksi dilakukan dengan maserasi 25 g tepung keong kowoe kering dalam 100 ml pelarut kloroform p.a. selama 48 jam dalam orbital shaker dengan kecepatan 8 rpm. Hasil maserasi disaring dengan kertas saring Whatman 42. Residu yang dihasilkan dimaserasi dalam 100 ml etil asetat p.a. selama 48 jam dan memakai  orbital shaker 
dengan kecepatan 8 rpm, sedang  filtrat ekstrak kloroform yang diperoleh dievaporasi hingga pelarut memisah dengan ekstrak memakai  rotary vacuum evapotator pada suhu 50 ° C. Residu etil asetat kemudian   dimaserasi dalam 100 ml metanol dengan  kecepatan 8 rpm. Filtrat yang diperoleh dari  tiap ekstraksi dievaporasi memakai  rotary vacum evapotator pada suhu 50 °C. 
 Ekstrak keong kowoe dari hasil ekstraksi bertingkat dan hasil pemurnian dilarutkan dalam metanol dengan konsentrasi 200, 400, 600 dan 800 ppm. Antioksidan sintetik BHT dipakai  sebagai 
pembanding dan kendali  positif, dibuat dengan cara dilarutkan dalam pelarut metanol p.a. dengan konsentrasi 2, 4, 6 dan 8 ppm. Larutan DPPH yang akan dipakai  dibuat dengan melarutkan kristal DPPH dalam pelarut metanol dengan konsentrasi 1 mM. Masing-masing contoh  uji dan pembanding 
diambil 4,50 mL dan direaksikan dengan 500 μL larutan DPPH 1 mM dalam tabung reaksi yang berbeda dan sudah  diberi label. Campuran ini  kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 30 menit dan diukur absorbansinya memakai  
spektrofotometer UV-VIS Hitachi U-2800 pada 
panjang gelombang 517 nm. Absorbansi dari 
larutan blanko juga diukur untuk melakukan 
perhitungan persen inhibisi. Larutan blanko 
dibuat dengan mereaksikan 4,50 mL pelarut 
metanol dengan 500 μL larutan DPPH 1 mM dalam tabung reaksi. Nilai persentase aktivitas antioksidan dihitung dengan rumus:
Nilai konsentrasi contoh (ekstrak ataupun antioksidan pembanding BHT) dan persen inhibisinya diplot masingmasing pada sumbu x dan y pada persamaan regresi linear. Persamaan regresi linear yang  diperoleh dalam bentuk persamaan y = a + bx, 
dipakai  untuk mencari nilai IC50 (inhibitor 
concentration 50%) dari masing-masing  contoh dengan   nilai y sebesar 50  dan nilai x yang akan diperoleh sebagai IC50.  Nilai IC50   besarnya konsentrasi  larutan contoh (ekstrak ataupun antioksidan  pembanding BHT) yang diperlukan  untuk mereduksi radikal bebas DPPH sebesar 50%.analisa  Data analisa  data dilakukan berdasar  model Steel dan Torrie  . Rancangan percobaan yang dipakai  yaitu  Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan uji lanjut Duncan. sifat  kappa karaginan murni
Hasil pengukuran morfometrik pada keong kowoe berupa nilai rataan yang dapat dilihat pada Tabel  Keong kowoe memiliki berat utuh ratarata 40,66-74,52 g dengan rata-rata berat  daging 5,45-7,98 g, berat cangkang rata-rata  40,66-56,37 g dan berat cairan 6,84-10,15 g.  Panjang rata-rata keong kowoe antara 56,53-66,91 mm dengan rata-rata lebar cangkang 51,80-60,53 mm. Perbedaan panjang, lebar, tebal, dan berat keong kowoe yaitu  
perbedaan pertumbuhan yang dialami oleh 
tiap keong.pertumbuhan biasanya  yaitu  perubahan dimensi (panjang, berat, volume, 
jumlah dan ukuran) persatuan waktu baik individu maupun komunitas. pertumbuhan yaitu  suatu indikator yang baik untuk melihat kondisi kesehatan individu, populasi, dan lingkungan  . 
pertumbuhan suatu biota dapat dipengaruhi 
oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor 
eksternal.Faktor internal yang mempengaruhi 
pertumbuhan biota yaitu keturunan (genetik), 
jenis kelamin, parasit dan penyakit, dan  usia  
dan maturitas. Faktor eksternal mempengaruhi 
pertumbuhan biota yaitu jumlah dan ukuran 
makanan yang tersedia, jumlah biota yang memakai   makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut, kadar amonia di perairan dan salinitas  . Hasil pengukuran morfometrik pada keong kowoe, menunjukan   keragaman ukuran mulai dari besar, sedang dan kecil.     pola pertumbuhan keong kowoe yaitu  tergolong cepat sampai lambat akibat pengaruh lingkungan tempat hidupnya, sehingga secara morfometrik menunjukan ukuran yang beragam.Rendemen yaitu  persentase antara 
berat suatu bagian yang dapat dimanfaatkan 
dibandingkan dengan berat bahan utuh. Bagian yang biasanya  dimanfaatkan oleh warga  sebagai bahan pangan yaitu  bagian daging. berdasar  hasil pengukuran rendemen daging keong kowoe yaitu  
sebesar 11,86%. Rendemen ini lebih rendah 
dibandingkan dengan rendemen cangkang 
dan cairannya yaitu masing 73,16% dan 14,96%.     
  rendemen keong bakau (Telescopium 
telescopium) yang berasal dari perairan Sepulu 
memiliki rendemen cangkang 78,50%, daging 
10,16%, dan jeroan 11,34%. Keong bakau dari 
perairan Socah memiliki rendemen cangkang 
78,97%, daging 9,14%, dan jeroan 11,89%.
Keong kowoe memiliki rendemen cangkang yang tinggi sebab  hampir seluruh tubuhnya tertutupi oleh cangkang.  keong memiliki  3 lapisan yang berbeda yaitu lapisan nacre yang yaitu  lapisan paling dalam, tipis, mengandung CaCO3 yang 
keberadannya menentukan penampakan warna cangkang, lapisan perismatic yang mengandung hampir 90% CaCO3 dan terletak vertikal dan  lapisan periostracum yang terdiri dari zat tanduk  . 
Kadar zat kapur (CaCO3) yang tinggi dan zat 
tanduk pada cangkang membuat rendemen 
cangkang menjadi paling tinggi diantara rendemen daging dan jeroan. Hasil pengukuran rendemen daging keong kowoe sesudah  dipreparasi yaitu 
rendemen daging keong kowoe segar 689 g (12,70%) dari 5400 g keong kowoe utuh, kemudian mengalami penurunan sesudah  proses pengeringan menjadi 258 g (4,76%). Rendemen daging yang dihasilkan pada riset  ini lebih kecil jika dibandingkan dengan rendemen riset  
      11% pada keong mata lembu, ini dipicu  keong kowoe memiliki cangkang lebih besar dan tebal namun  daging yang dihasilkan sedikit. Penurunan rendemen  pada daging keong kowoe dipicu  adanya  penguapan kandungan air selama proses 
pengeringan.Komposisi kimia menandakan  
persentase komposisi 5 unsur dasar kandungan gizi meliputi kadar air, protein, lemak, abu dan karbohidrat. Penghitungan komposisi kimia dilakukan dari daging keong kowoe berdasar  berat basah. Komposisi proksimat daging keong kowoe 
sebagai hasil perikanan yang berprotein tinggi (38,06%)  tinggi karbohidrat (10,66%) lemak rendah (dibawah 5%) sehingga baik untuk dikonsumsi   penderita penyakit hati ,keong kowoe setara dengan beberapa jenis moluska maupun echinodermata yang sudah  dikonsumsi dan secara empiris dipercaya sebagai aprodisiak dan  mampu mengobati berbagai penyakit  . Kandungan gizi dari daging keong kowoe   tidak jauh berbeda dengan kandungan gizi dari jenis moluska lainnya. Jenis gastropoda air tawar mengandung  gizi yang 
tidak jauh berbeda dengan jenis gastropoda laut meskipun dari masing-masing jenis gastropoda ini memiliki perbedaan dalam hal makanan dan lingkungan hidup. Faktor yang mempengaruhi variabilitas dalam kandungan gizi dari daging gastropoda yaitu jenis, ukuran (usia ), tingkat kematangan seksual, suhu, jenis makanan, lokasi  dan musim  , Kadar air yaitu  jumlah air yang 
terkandung di dalam bahan pangan dan ikut 
menentukan kesegaran dan daya awet bahan 
pangan ini . Hasil analisa  proksimat kadar air daging segar keong kowoe yaitu  63,80%, sesudah  mengalami proses pengeringan dengan oven suhu 50-60°C memiliki  kadar air sebesar 40%. Kadar air daging segar keong kowoe tidak jauh berbeda 
dengan kadar air yang ditemukan pada Fasciolaria salmo yaitu 73%, sedang  kadar air pada keong kowoe kering 40%    kadar air Tympanotonus fuscatus yaitu 10 %. Hasil kadar air yang berbeda pada Discodorissp. yaitu 11,17% dan Penaeus notialis yaitu 16,09%.  kadar air bahan makanan berfungsi sebagai indeks  untuk menjaga kualitas, kerentanan terhadap infeksi, jamur, dan kadar air yang rendah dapat memperpanjang masa simpan 
dari spesies ini. Kadar air ini  berada di bawah nilai kadar air maksimum untuk ekstraksi.  kadar air maksimum harus 11%. Kadar protein dari daging segar keong kowoe sebesar 18%. Nilai ini  lebih rendah dibandingkan dengan kadar protein 
pada Bursa spinosa yaitu sebesar 24%  . Hasil pengukuran kadar protein daging kering keong kowoe 70%.  nilai protein dari Tympanotonus fuscatus yaitu 68 %.  menunjukan     nilai protein dari daging kering Babylonia spirata yaitu 53 %.  kandungan protein maksimum Cymbium 
melo yang ditemukan pada bagian mantel (30%) dan minimum pada jaringan tubuh lainnya (20%). 
Hasil analisa  kadar lemak dari daging keong kowoe segar yaitu  3,4%.   Hasil ini  lebih tinggi dibandingkan dengan kadar lemak pada spesies moluska lainnya. Perbedaan kadar lemak dapat dipengaruhi oleh jenis spesies, tingkat kematangan gonad dan usia  suatu spesies.   suatu spesies yang sudah matang gonadnya akan mengalami peningkatan kadar lemak. Hasil pengukuran kadar lemak daging kering keong kowoe yaitu  2,60%.  nilai kadar lemak pada Pomecia polludosa dan Ergeria radiata memiliki rata-rata 6-7,50%. Kandungan lemak keong kowoe pada riset  ini termasuk rendah dan  digolongkan  dalam tipe rendah lemak dan ditandakan,   spesies ini tidak akan mudah menjadi tengik  . 
 lektin pada moluska sebagai agen sistem kekebalan tubuh bagi moluska terhadap berbagai patogen.  lektin rekombinan yaitu rCflec-1 dari kerang Chlamys farreri dapat menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan Micrococcus luteus.   lektin dari Achatina fulica menggumpalkan sel darah merah dan eritrosit dari domba dan 
kelinci.Hasil analisa  kadar karbohidrat dari daging keong kowoe segar sebesar 4,11% dan kadar karbohidrat daging keong kowoe kering sebesar 10,60%.   kandungan karbohidrat dari Bursa spinosa segar rata-rata  3,4-7 %. kandungan karbohidrat dari daging Babylonia spirata kering yaitu  16,60% dan   menunjukan     kandungan karbohidrat dari daging Pleuroploca trapezium kering sebesar 4,300%.     beberapa hewan moluska mengandung karbohidrat antara 3-5%. Kadar karbohidrat pada keong yang tinggi  berkaitan  dengan ketersediaan makanan bagi keong. Karbohidrat ini berasal dari fitoplankton 
dan mikroalga sebagai   makanannya. Kondisi tempat hidup keong terutama substrat yang kemungkinan bebas dari pencemaran memicu  ketersediaan makanan bagi keong menjadi tinggi. 
Kadar abu dari daging keong kowoe segar sebesar 10,40% hampir sama dengan nilai kadar abu dari Tympanotonus spp. sebesar 10,30%   kablang (Nerita albicilla) 9,17% dan kerang mas ngur 7,88%  . Hewan   memperoleh asupan mineral dari 
tanaman dan kemudian menumpuknya didalam jaringan tubuhnya. Setiap organisme memiliki kemampuan yang berbeda dalam mengabsorbsi dan mengeluarkan mineral sehingga ini dapat memberi  pengaruh terhadap nilai kadar abu dalam masingmasing bahan. Ekstraksi senyawa aktif keong kowoe  untuk memperoleh  data  rendemen, kandungan fitokimia, aktivitas antioksidan ekstrak kasar keong kowoe. Rendemen ekstrak keong kowoe,Proses ekstraksi  untuk memperoleh  bagian tertentu dari bahan yang mengandung senyawa senyawa  aktif. Proses ekstraksi pada riset   meliputi proses pengeringan contoh  daging kerang pokea, penghancuran contoh  sampai menjadi bubuk, maserasi  dengan pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda, penyaringan dan evaporasi memakai  vacuum rotary evaporator. Proses ekstraksi yang dilakukan yaitu  ekstraksi bertingkat memakai  pelarut  Kloroform p.a (non polar), etil asetat p.a. (semi polar) dan metanol p.a. (polar). Rendemen ekstrak yaitu  perbandingan jumlah ekstrak yang dihasilkan dengan jumlah contoh  awal yang diekstrak. Rendemen ekstrak dinyatakan dalam persen, sama  dengan nilai rendemen bahan. Hasil rendemen terbanyak dihasilkan oleh metanol (6,60%), kemudian etil asetat (3,40%) dan kloroform (1,70%). Perbedaan nilai rendemen ini dipicu  oleh perbedaan jenis kepolaran pelarut yang dipakai . Rendemen yang tinggi pada pelarut metanol  sebab  keong kowoe mengandung lebih banyak senyawa aktif yang bersifat polar. maserasi dengan jenis pelarut yang berbeda  menghasilkan rendemen ekstrak yang berbeda . Pelarut yang berbeda akan melarutkan senyawa yang berbeda-beda bergantung tingkat kepolarannya dan tingkat ketersediaannya dalam bahan yang diekstrak. ekstraksi dari jenis kerang-kerangan akan menghasilkan rendemen ekstrak rata-rata  antara 0,11-0,50% dari berat awal bahan baku. Ada 4 faktor  yang berpengaruh pada proses 
ekstraksi, yaitu  ukuran partikel, pelarut, suhu  pengadukan. Ukuran partikel berpengaruh terhadap luas permukaan yang menentukan kontak bahan dan pelarut, pelarut berpengaruh terhadap kesesuaian senyawa  yang akan diekstrak, suhu dan pengadukan berpengaruh terhadap kelarutan 
senyawa  yang akan diekstrak. Daya perendaman radikal bebas DPPH dilakukan pengukuran absorbansi dengan spektrofotometer pada panjang 
gelombang 517 nm. Panjang gelombang ini diperoleh  berdasar  kurva standar spektrum absorbansi larutan DPPH yang menunjukan serapan maksimum dengan spektrofotometer UV-VIS. Pengukuran absorbansi dilakukan pada setiap contoh  antioksidan yang dibuat dengan berbagai 
konsentrasi. Konsentrasi ekstrak yang semakin 
tinggi, maka persentase penghambatan ekstrak terhadap aktivitas radikal bebas DPPH juga semakin tinggi. ekstrak kasar keong kowoe kering memiliki  nilai aktivitas antioksidan tertinggi pada pelarut metanol, disusul oleh ekstrak etil asetat dan 
kloroform. Nilai IC50 dari ekstrak kasar keong 
kowoe lebih tinggi dari nilai IC50 BHT yang dipakai  sebagai standar yaitu 5,12 ppm. Perbedaan nilai aktivitas antioksidan pada berbagai pelarut dipicu  oleh kandungan senyawa antioksidan yang berbeda pada setiap ekstrak kasar. Nilai antioksidan pada keong kowoe jauh lebih rendah dibandingkan dengan beberapa jenis moluska yang lainnya, seperti keong pepaya (Melo sp.)1156-2799 
ppm  , keong ipongipong (Fasciolaria salmo) 994,47-9210 ppm  , dan kerang pisau (Solen spp.) 1391,08-2008,52 ppm ,Nilai IC50 yaitu  salah satu 
parameter yang biasa dipakai  untuk mengartikan  hasil dari pengujian DPPH. Nilai IC50 ini dapat diartikan  sebagai konsentrasi substrat yang dapat 
memicu  berkurangnya 50% aktivitas DPPH. Nilai IC50 yang semakin kecil berarti aktivitas antioksidannya semakin tinggi. Suatu senyawa dikatakan antioksidan sangat kuat jika  nilai IC50 antara 50-100 µg/mL, sedang jika  nilai IC50 rata-rata  antara 100-150 µg/mL dan lemah jika  
nilai IC50 rata-rata  antara150-200 µg/mL  . Aktivitas antioksidan keong kowoe tergolong sedang sebab  nilai IC50 yaitu 111,28 ppm.
Keong rawa yaitu  siput air yang ada  diperairan air tawar dan berkembang pesat di perairan rawa 
Kalimantan Selatan. Keong rawa dikenal  terutama keong spesies Pomacea glauca. Sistematika keong rawa dari filum sampai spesies penting diketahui sebagai data  penting untuk mempelajari struktur 
anatomi, morfologi dan fisiologi keong rawa sehingga objek riset  keanekaragaman organisme lebih mudah dipelajari. ini dipicu  sebab  organisme biasanya memiliki persamaan yang hampir sempurna menunjukan   semakin dekat kekerabatannya sedang  semakin sedikit persamaan maka kekerabatannya jauh. keong rawa 
yang ada  di perairan rawa (area  Hulu Sungai Utara) terdiri dari dua spesies. Pertama, yang berwarna kehijauan atau kecoklatan dengan 3 garis 
kecoklatan yang mengelilingi cangkang  dinamakan kalambuai (Pomacea glauca). Kedua, berwarna kuning emas dengan cangkang lebih tipis dan transparan dan  tidak memiliki garis melingkar, sehingga bagian dalamnya kelihatan (Pomacea canaliculata). berdasar  ini  memperlihatkan 
  ada kekerabatan pada kedua spesies keong rawa. 
keong rawa yang hidup di alam bebas memiliki jumlah telur 100 sampai dengan 1000 butir per individu dewasa per siklus ,   keong rawa mampu tumbuh dan berproduksi dengan cepat dimana satu ekor keong dapat bertelur 100-1000 butir per 
bulan dengan daya tetas lebih kurang 83% dalam rata-rata  waktu 7 – 14 hari. 
Phylum : Mollusca,Kelas : Gastropoda, Sub kelas : Prosobranchia,Ordo : Mesogastropoda,Superfamily : Cyclophoracea/ Architaenioglossa,Family : Ampullaridae,Genus : Pomacea,Spesies : Pomacea canaliculata,  Pomacea glauca,Morfologi Keong Rawa,Bentuk cangkang keong rawa spesies ,
Pomacea glauca hampir mirip dengan bentuk 
cangkang Pomacea canaliculata, Perbedaan 
bentuk cangkang kedua spesies ini  berdasar  warna, dimana Pomacea glauca cangkangnya berwarna hitam kecoklatan sampai hitam pekat berbentuk bulat dan berukuran lebih besar dengan panjang kurang lebih 13,4cm – 24,7 cm, diameter 
cangkang 13,3-17,4 cm. Selain itu cangkang 
lebih tebal dengan ukuran 0,8- 1,2 mm/individu. sedang  cangkang keong rawa spesies Pomacea canaliculata berwarna kuning keemasan sampai orange, lebih tipis dengan ukuran 0,3 mm-0,5 mm/individu dengan bentuk cangkang agak lonjong dan lebih kecil dengan panjang cangkang 10,3 –
14,5 cm diameter, diameter cangkang 7,4 –
8,4 cm. Ukuran cangkang keong rawa rawa 
di perairan rawa Kalimantan selatan cenderung lebih tinggi ,Ciri utama keong mas yaitu  memiliki 
cangkang bulat asimetris terpilin dan mengerucut dengan letak puncak pada bagian dorsal dan  berwarna kekuning-kuningan. Pada saat masih hidup tinggi cangkang dapat mencapai 100 mm. cangkang dilengkapi dengan operculum (penutup) yang berwarna coklat kehitaman, berbentuk bulat telur dan coklat kekuningan dan  mengkilat pada 
bagian dalamnya. Kaki lebar, berbentuk segi3  dan mengecil pada bagian belakang ,Pada mulut cangkang keong rawa ada  operculum yang bentuknya bulat berwarna coklat kehitaman pada bagian luarnya dan coklat kekuningan pada bagian 
dalamnya. Pada bagian kepala ada  dua buah sepasang tentakel yang letaknya dengan mata lebih panjang dibandingkan  yang dekat mulut. Kaki lebar berbentuk segi3  dan mengecil pada bagian belakang. Keong mas berifat amphibi, sebab  memiliki  2 alat pernafasan yaitu insang dan organ yang mirip  paru-paru. Saat berada di air, keong mas bernafas dengan memakai  insang dan saat berada di darat memakai  paru-paru. Ruang udara dihubungkan dengan udara diatas permukaan air dengan memakai  sifon yang dibentuk oleh mantel. Insang memperoleh oksigen dari arus air yang mengalir melalui rongga mantel dan paru-paru memperoleh  oksigen dari udara,Keong rawa yaitu  hewan  monoseksual dimana jenis kelamin jantan dan betina berbeda. Pada usia  yang sama  keong rawa betina ukuran badannya lebih besar  dibandingkan dengan keong jantan. Operkulum betina berbentuk cekung sedang  operculum jantan berbentuk cembung. perkawinan keong rawa biasanya  terjadi pada malam hari namun  pada lingkungan yang ekstrim dapat terjadi pada siang hari. Keong rawa bertelur ditempat yang kering sekitar 10-20 cm dari permukaan air, biasanya keong rawa bertelur di batang batang tanaman,  pematang sawah. spesies Pomacea canaliculata berwarna merah muda dengan bentuk telur memanjang dari 2 cm – 4,6 cm bahkan ada yang sampai 7 cm dan lebarnya 2 – 4 cm mirip seperti buah murbei, sedang  spesies Pomacea glauca berwarna abu-abu kehitaman dengan bentuk telur memanjang dari 2 cm sampai 5 cm dengan lebar 1-3cm, berat gumpalan telur dalam kelompok 0,55 – 6,7 g dengan ukuran 2,0 mm. Ukuran telur ini tidak jauh berbeda dengan   ukuran telur keong biasanya panjang 6 cm, lebar 2 cm dan tebal 1 cm. Proses bertelur keong rawa berlangsung pada malam hari dengan lama proses bertelur 5 sampai dengan 6 jam. Telur akan menetas sesudah  12 hari kemudian bahkan ada yang sampai 18 hari  tergantung suhu dan kelembaban tempat meletakkan telur. Daya tetas keong rawa spesies Pomacea canaliculata lebih tinggi dibandingkan dengan daya tetas telur spesies Pomacea glauca, yaitu dengan rata-rata  80-90%.  keong rawa spesies Pomacea canaliculata memiliki daur hidup yang lebih singkat dibandingkan Pomacea glauca, yaitu memerlukan 2,5 bulan sampai dengan 3 bulan tergantung habitatnya. Kemampuan produksi telur per induk betina rata-rata  antara 267 – 600 butir. Setiap induk mampu berproduksi selama 5 – 6 periode sehingga selama hidupnya. Seekor induk 
betina mampu menghasilkan telur sampai 1000 butir dengan bentuk telur bergerombol hingga mencapai panjang hingga 7 cm dan lebar 2 cm, tebal 1 - 1,5 cm. Seekor induk betina mampu menghasilkan gumpalan telur sebanyak 10 sampai dengan 17 gumpalan per bulan. Daur hidup keong mas dari stadium telur sampai stadium telur berikutmya memerlukan  waktu 3 bulan sedang  
untuk keong sawah memerlukan waktu 6 – 7 
bulan. Pada usia  15 hari keong mas mencapai ukuran lebar 4,1 mm dan tinggi 5,8 mm. kemudian  3  bulan sejak telur menetas keong mas sudah  dianggap dewasa dan siap berproduksi dimana ukuran panjang tubuhnya sudah  mencapai 3 – 4 cm dengan berat 10 – 20 g. daur hidup keong mas 
antaralain:  ; Telur → masa inkubasi (7 –
14 hari) → menetas → dewasa tubuh (15 – 25 
hari) → masa pertumbuhan (49 – 59 hari) → 
dewasa kelamin → masa reproduksi (60 hari 
– 3 tahun). keong rawa  menyukai tanaman air berupa kayapu, kangkung air muda, genjer, keladi 
dan batang padi muda. Kesukaan keong rawa 
terhadap tanaman ini  sebab  struktur batang tanaman lebih lunak dan lembut. Tingkat konsumsi keong rawa rata-rata  antara 3-5 kg/minggu dengan jumlah individu dengan rata-rata  100 – 250 ekor/m2,Tanaman air berupa teratai, eceng gondok, puteri malu kurang  disukai keong rawa,  sebab  struktur batang tanaman ini  lebih keras dan tanaman ini  hanya dipakai  sebagai tempat perlindungan bagi keong. Sehingga dengan sifat makan ini  pada lahan-lahan persawahan yang menanam padi lokal tingkat serangan rawa lebih rendah dibandingkan  yang menanam padi unggul , Keong rawa  makan dengan cara grazing (merumput dengan cara merenggut) yang dimulai bekerjasamanya sensor yang ada  pada masing-masing sisi mulut berbentuk lidah berparut dan adanya rahang. kemudian  tanaman yang dimakan ditempatkan ke dalam mulut lalu dikunyah dengan cara digunting.  adanya keong rawa ditandai dengan adanya vegetasi /tanaman berupa teratai, telepok, hydrill verticilata, eceng gondok dan kangkung air dengan suhu  perairan 24oC sampai dengan 27oC, dengan pH air rata-rata  antara 6,0 – 6,8. sedang  pada perairan yang didominasi rumput-rumputan, putri malu lebih sedikit ditemukan keong rawa.Tingginya keong rawa pada perairan yang didominasi tanaman teratai, eceng gondok, dan telepok sebab  erat kaitanya  dengan sifat keong rawa yang suka tempat teduh dengan adanya naungan,  perairan yang bersubstrat lumpur sangat disukai keong rawa spesies Pomacea glauca dengan tingkat kecerahan 80 cm sampai dengan 98 cm. kemudian  kadar CO2 habitat keong rata-rata  antara 3,3 % sampai dengan 12,22 %, BOD 7,20 sampai dengan 12,22, COD 11,58 smpai dengan 17,51, dan dengan kadar Fe 0,80 % sampai dengan 2,45%. sedang  pada Pomacea canaliculata  mampu hidup pada pH dengan rata-rata  4 – 5  dan dapat hidup walaupun kandungan  oksigen terlarut dalam air mendekati nol Selain itu keong rawa ini mampu bertahan 
hidup pada suhu perairan sampai dengan 34oC. Kesukaan keong rawa terhadap perairan bersubstrat lumpur sebab  keong rawa sangat senang membenamkan diri ke dalam lumpur walaupun pada musim hujan.keong rawa spesies 
Pomacea canaliculta mampu bertahan dengan lingkungan yang ekstrim yaitu diperairan tidak mengalir sangat berlumpur dengan pH 4 - 4,5, dan sebagian lebih tahan terhadap kekeringan dan mampu melakukan estivasi cukup lama dengan cara membenamkan diri ke dalam lumpur.   keong mampu melakukan estivasi lebih dari satu tahun 
tanpa makan dengan tingkat mortalitas yang rendah.  keong rawa tahan dan mampu hidup 
di air dengan oksigen terlarut yang rendah dan polusi organik. Hasil ini sesuai dengan kondisi lingkungan pada lahan-lahan gambut yang terbakar, ternyata keong rawa masih mampu bertahan hidupkeong rawa menyukai perairan bersubstrat lumpur dengan pH 4 – 6,8, pada suhu 24-28oC. peningkatan produksi ikan bandeng  ini dicirikan  dengan padat penebaran yang tinggi, penambahan kincir air dan pemberian pakan buatan secara intensif   ,Namun jika   tidak dikelola dengan baik  terutama  dalam pengendalian  pemberian pakan dan kualitas air, maka bisa memicu  penurunan kualitas air tambak dan mencemari perairan sekitarnya. jumlah dan komposisi limbah dari kolam budidaya ikan dipengaruhi oleh kepadatan ikan yang dipelihara, kualitas dan jumlah pakan yang diberikan dan  waktu retensi air di tambak budidaya ikan ini . Padatan terlarut  dan nutrien terlarut terutama nitrogen dan fosfor yaitu  faktor  yang menentukan kualitas limbah yang dibuang ke perairan sekitar . usaha budidaya ikan bandeng  menghasilkan rata-rata buangan nitrogen rata-rata  6-500 kg/km2/tahun dan menghasilkan buangan pertahunnya sebesar 9-400 ton/tahun, sedang  buangan fosfor rata-rata  antara 0,4-70 kg/km2/tahun dan buangan tahunan sebesar 0,7-35 ton/tahun  . maka perlu  pengolahan limbah  ikan untuk mengurangi  dampak   ,pengolahan dapat dilakukan  dengan memanfaatkan tanaman atau hewan yang mampu membantu peternakmengatasi penurunan kualitas air ini  yaitu  keong bakau (Telescopium sp) dan siput bakau (Cerithidea sp). Kedua jenis biota ini termasuk ke dalam famili Potamididae yang memakan  bahan organik yang mengendap di dasar perairan , keong bakau dan siput bakau  makan  bahan organik ini  keong bakau dan siput bakau dapat menyaring atau memperbaiki kembali kualitas air.riset  ini memakai  metode ujicoba  berskala laboratorium dengan dua perlakuan dan 3  ulangan. kemudian  akan dibandingkan hasil dari dua perlakuan ini  sehingga akan diperoleh  perlakuan terbaik dan diharapkan dapat diterapkan  dalam skala tambak. Tahapan pertama yaitu  ikan bandeng, keong bakau dan siput bakau dipelihara secara terpisah. Pada media pemeliharaan ikan bandeng (A1) dimasukkan air sedang  pada media pemeliharaan Biofilter (Telescopium sp dan Cerithidea sp) (B1) dimasukkan lumpur saja dan kemudian ditutup dengan jaring agar biota Biofilter tidak keluar. Sesudah  itu ikan bandeng dipelihara 
selama 7 hari. Pada masa pemeliharaan limbah 
yang dihasilkan oleh ikan bandeng disiphon 
dan dimasukkan ke dalam akuarium pemeliharaan biofilterWadah yang dipakai  berupa Styrofoam berjumlah 12 buah. Sebelum dipakai  Styrofoam dibersihkan terlebih dahulu dengan memakai  deterjen. ini dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada dinding Styrofoam. Kemudian Styrofoam pemeliharaan biota biofilter diisi lumpur sebagai substrat pada dasar wadah 
dengan ketinggian lebih kurang 3 cm. sedang  untuk media pemeliharaan ikan bandeng diisi air payau dengan salinitas ±23ppt sebanyak 20 liter.
Pemeliharaan ikan bandengBenih ikan bandeng diaklimatisasikan ke dalam setiap wadah Styrofoam sebanyak 15 ekor. Aklimatisasi yaitu  salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menyesuaikan benih agar bisa beradaptasi dengan lingkungan baru. Pada saat pemeliharaan benih, pakan yang diberikan berupa pakan pellet dengan 
kadar protein 25%. Pakan diberikan secara 
adlibitum dengan frekuensi pemberian pakan 
sehari 2 kali yaitu pagi hari pada jam 08.00 WIB 
dan sore hari pada jam 16.00 WIB.Pemeliharaan biota biofilterKeong bakau dan Siput Bakau yang 
akan dipakai  sebagai biofilter dipelihara secara terpisah dengan benih ikan bandeng. Persiapan wadah dalam pemeliharaan Telescopium sp dan Cerithidea sp yaitu dengan memasukkan lumpur ke dalam wadah setinggi 3 cm dan diisi air sedikit agar dapat membasahi lumpur. Kemudian biota biofilter diaklimatisasikan ke dalam 3 wadah styrofoamsebanyak 1 kg untuk tiap ulangan. Sesudah  itu setiap wadah ditutup dengan jaring agar biota biofilter tidak keluar.  parameter fisika yaitu suhu dan kekeruhan media uji dan parameter kimia yang meliputi salinitas, amoniak, nitrat, nitrit, 
orthofosfat, pH dan DO. Data yang diperoleh  
selama riset  akan dianalisa  memakai  metode  Kuantitatif. Kualitas media uji pada pemakaian  biofilterkeong bakau (Telescopium sp)
Perubahan suhu pada media pemeliharaan ikan bandeng dengan biofilter keong Bakau (Telescopium sp) tidak terlalu mencolok. Suhu rata-rata media pada awal riset  yaitu 26,50±0,50 0C dan pada akhir riset  rata-rata nilai suhu media 26,67±0,58 0C . Berbeda dengan suhu, kekeruhan pada media riset  mengalami perubahan yang menonjol . Pada awal riset , tingkat kekeruhan media riset  rata-rata  3,0±0,00 NTU. kemudian  sesudah  7 hari pemeliharaan ikan bandeng, nilai 
kekeruhannya meningkat secara menonjol  
sebesar 26,33±0,58 NTU. Sesudah  media 
pemeliharan dipindahkan ke media biofilter 
keong bakau, nilai kekeruhan mulai turun sedikit demi sedikit hingga hari ke 9 pemeliharaan keong bakau menjadi 10,93±0,5 NTU ,Salinitas air media uji pada riset  yang memakai  keong bakau tidak 
mengalami perubahan yang menonjol . Pada 
awal pemeliharaan ikan bandeng, salinitas air 
berada pada nilai rata-rata 23,00±0,01 ppt.Sesudah  media air uji dipindahkan ke media biofilter juga tidak mengalami perubahan yang nyata, terbukti pada akhir riset  salinitas air media rata-rata  23,67±0,57 ppt ,Pada awal riset  perlakuan dengan biofilter Telescopium sp memiliki pH air dengan nilai rata-rata 8,23±0,06. Sesudah  pemeliharaan ikan bandeng selama 7 hari, pH air menurun 
menjadi 7,77±0,06. Kemudian sesudah dimasukkan ke dalam media biofilter Telescopium sp selama 9 hari, nilai pH yaitu 7,79±0,01,kemudian  nilai kadar oksigen terlarut pada awal riset  sebesar 5,84±0,18 mg/L. namun   kadar ini menurun saat pemeliharaan ikan bandeng hari ke 7 dimana rata-rata nilai oksigen terlarut yaitu  3,12±0,49 mg/L. Sesudah  dipindahkan ke media biofilter Telescopium sp, nilai oksigen terlarut menurun kembali menjadi 3,03±0,14 mg/L pada akhir riset  . Pada awal riset  
dengan biofilter Telescopium sp, nilai amoniak 
sangat rendah dengan nilai 0,40±0,024 mg/L. 
namun  nilai ini meningkat pada saat pemeliharaan ikan bandeng mencapai 7 hari dimana nilai amoniak mencapai 2,153±0,12 mg/L. Nilai amoniak berkurang sedikit demi sedikit saat air dari media ikan bandeng dipindahkan ke media pemeliharaan Telescopium sp hingga 0,847±0,21 mg/L pada akhir riset  ,rata-rata kadar nitrat sebelum pemeliharaan ikan bandeng yaitu  0,037±0,006 mg/L. Kadar nitrat ini meningkat  saat pemeliharaan ikan bandeng selama 7 hari menjadi 0,437±0,098 mg/L. Sesudah  dipindahkan ke media pemeliharaan Telescopium sp mengalami fluktusi hingga pada akhir riset  mengalami penurunan 
drastis menjadi 0,043±0,030 mg/L , Kadar nitrit dalam air media pada awal perlakuan yaitu  0,0014±0,01 mg/L. kemudian  pada hari ke 7 pemeliharaan ikan bandeng, kadar nitrat meningkat menjadi 0,1067±0,0058 mg/L. Kemudian sesudah  air media dipindahkan ke media pemeliharaan 
Telescopium sp, kadar nitrit berangsung-angsur 
menurun hingga pada kadar 0,03±0,011 mg/L 
diakhir riset  ,. Kadar ortofosfat pada awal perlakuan dengan Telescopium sp yaitu  0,0531±0,001 mg/L. Kemudian terjadi peningkatan pada hari ke 7  pemeliharaan ikan bandeng menjadi 1,338±0,001 mg/L. kemudian  terjadi penurunan sedikit demi sedikit sesudah  air media dipindahkan ke dalam media biofiler menjadi 0,077±0,002 mg/L pada akhir riset ,Kualitas media uji pada pemakaian  biofilter siput bakau (Cerithidae sp) Suhu rata-rata pada media sebelum 
pemeliharaan ikan bandeng yaitu 26,67±0,058 
0C dan pada akhir riset  suhu air sedikit 
meningkat dengan nilai 27,0±0,289 0C . Nilai kekeruhan pada perlakuan biofilter Cerithidae sp mengalami penurunan yang menonjol . Pada awal perlakuan nilai kekeruhan rendah yaitu rata-rata 3,0±0,001 NTU, namun sesudah  7 hari pemeliharaan ikan bandeng nilai kekeruhan meningkat tajam menjadi 22,33±4,04 NTU. Sesudah  media pemeliharan dipindahkan ke media biofilter siput bakau, nilai kekeruhan berangsur menurun hingga pada akhir riset  nilai kekeruhan menjadi 5±2,65 NTU  ,Pada perlakuan Cerithidae sp, salinitas awal media yaitu 23±0,001 ppt. Pada akhir riset , nilai salinitas tidak mengalami perubahan yang menonjol  dengan nilai ratarata 23,79±0,5 ppt . pH awal riset  berada pada nilai rata-rata 8,10±0,10. Kemudian pada hari ke 7  pemeliharaan ikan bandeng, pH air mulai menurun dengan nilai rata-rata 7,63±0,06. Sesudah  dimasukkan ke dalam media biofilter Cerithidae sp, pH air uji pada hari terakhir memiliki nilai pH 8,14±0,11 ,Kadar oksigen terlarut pada awal 
riset  dengan nilai rata-rata 4,91±0,14 mg/L, namun  turun sesudah  7 hari pemeliharaan ikan bandeng menjadi 3,73±0,11 mg/L. Sesudah  air pemeliharaan ikan bandeng dipindahkan ke 
media pemeliharaan siput bakau (Cerithidea sp) kadar oksigen terlarut semakin menurun hingga akhir riset  menjadi 3,34±0,25 mg/L Perubahan kadar amoniak yang menonjol   terjadi pada perlakuan dengan biofilter Cerithidae sp. Fluktuasi amoniak pada riset  ini terjadi pada saat media 
pemeliharaan ikan bandeng mencapai 7  hari dengan kadar amoniak 1,1± 0,18 mg/L. Nilai ini meningkat dari kadar awal sebelum pemeliharaan ikan bandeng yaitu 0,03±0,004 mg/L. Sesudah  media pemeliharaan ikan bandeng dipindahkan ke media pemeliharaan Cerithidae sp, kadar amoniak menurun kembali hingga pada akhir riset  menjadi 
0,002±0,001 mg/L ,Kadar nitrat paling tinggi ada  pada riset  ke3  yaitu pada media pemeliharaan Cerithidea sp selama 3  hari  dengan rata-rata kadar nitrat yaitu  0,05±0,032 mg/L. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan nilai  nitrat pada awal perlakuan yaitu 0,004±0,0022 mg/L. namun   kadar nitrat kembali menurun pada akhir riset  dengan nilai 0,03±0,021 mg/L . kemudian  kadar nitrit 
pada awal riset  yaitu 0,0002±0,001 mg/L. Kadar nitrit mengalami kenaikan pada saat pemeliharaan ikan bandeng hingga hari ke 7  dengan nilai 0,02±0,014 mg/L. namun  sesudah  dipindahkan ke dalam media Cerithidae sp, kadar nitrat menurun hingga pada kadar 0,001±0,0006 mg/L pada akhir riset  , Kadar ortofosfat sebelum pemeliharaan ikan bandeng yaitu 0,1±0,012 mg/L. Kemudian meningkat pada hari ke 7 sesudah  pemeliharaan ikan menjadi 0,8±0,02 mg/L. Sesudah  air dipindahkan ke media pemeliharaan Cerithidae sp, kadar ortofosfat berangsur-angsur menurun hingga akhir riset  menjadi 0,01±0,001 mg/L 
Introduksi keong bakau (Telescopium sp) dan siput bakau (Cerithidae sp) sebagai biofilter pada limbah budidaya ikan dengan skala laboratorium tidak memberi  pengaruh yang menonjol  terhadap perubahan suhu air. faktor  yang  memicu  kenaikan suhu air secara alamiah di perairan yaitu  
tingginya penyinaran matahari sepanjang hari di area  budidaya.   suhu di perairan  dipengaruhi oleh  faktor  musim, penyinaran cahaya dan waktu. Pada 
riset  ini, perubahan suhu tidak terlalu mencolok sebab  media riset  terletak di dalam ruangan laboratorium.  perubahan suhu yang terjadi akibat proses metabolisme dan perubahan  sisa feses ikan yang ada di dalam media budidaya.keong bakau dan siput bakau mampu menjadi biofilter dalam menurunkan tingkat kekeruhan limbah hasil 
pemeliharaan ikan bandeng.  saat membenamkan diri ke dalam lumpur atau hidup di dalam lumpur, 
Telescopium sp menyerap dan memakan bahan  organik , feses , sisa pakan ikan yang sudah mengalami perubahan .  Cerithidea sp  berusaha
memperbaiki kekeruhan sebab  bahan  organik di dasar perairan sudah  mengalami perubahan  menjadi partikel  kecil di dalam air ,Cerithidae sp terbukti menurunkan kadar kekeruhan  limbah 
pemeliharaan ikan bandeng dibandingkan 
Telescopium sp.Biofilter gastropoda biasanya  tidak menunjukan   pengaruh terhadap perubahan 
nilai salinitas. Meningkatnya nilai salinitas pada 
akhir riset   terjadi sebab  penguapan sebagian kecil air di dalam media. saat  terjadi penguapan maka air akan naik sedang  ion-ion pembentuk garam akan tetap tinggal di dalam  pemeliharaan. faktor yang memicu  tinggi rendahnya salinitas yaitu  sangat tergantung kepada tinggi rendahnya penguapan yang terjadi.   faktor yang  memicu  perubahan salinitas yaitu  adanya penguapan, curah hujan, dekat dengan sungai maupun pola sirkulasi air.pemakaian  Telescopium sp dan 
Cerithidae sp sebagai biofilter limbah 
pemeliharaan ikan bandeng tidak berpengaruh 
  terhadap perubahan pH media pemeliharaan. pH air  masih tergolong layak untuk  budidaya  ikan masih bisa tumbuh optimal pada rata-rata  pH 6,5-9.    siput bakau (Cerithidea sp)langsung menyerap makanan dari sisa pakan yang jatuh ke dasar perairan. Penyerapan ini sedikit demi sedikit   mengurangi nilai kadar asam di dalam perairan sehingga pH kembali normal.Telescopium sp dan Cerithidae sp sebagai biofilter limbah pemeliharaan ikan bandeng  tidak berpengaruh terhadap perubahan kadar oksigen terlarut. Penurunan kadar oksigen terlarut dipicu  oleh perubahan  bahan bahan organik yang terjadi di dalam media budidaya dan  pemanfaatan oksigen terlarut di dalam media budidaya oleh biota itu sendiri. Kadar oksigen terlarut pada akhir riset  kedua perlakuan 
bernilai <4 mg/L, ini akan berpengaruh kurang baik terhadap kehidupan ikan bandeng. pada 
konsentrasi oksigen terlarut <4 mg/L, ikan 
bandeng memang masih dapat mentoleransi 
dan bertahan hidup namun  pertumbuhannya 
lambat dan nafsu makan rendah. oksigen terlarut untuk pemeliharaan ikan bandeng rata-rata  antara 3-8 mg/L. nilai amoniak yang aman bagi kehidupan organisme yaitu  kurang dari 0,1 mg/l. Pada rata-rata  di bawah 1 mg/l ikan mampu bertahan hidup namun  pertumbuhannya akan lambat dan jika  berada pada rata-rata  di atas 1 mg/L akan membuat ikan stress dan  kematian ,Cerithidea sp yaitu  salah satu jenis hewan detritus feeder (pemakan detritus). Hewan yang makan 
dengan cara memakan makanan berupa bahan 
organik yang jatuh ke dasar perairan dapat dipakai  sebagai hewan dalam mengurangi pertambahan dan penumpukkan bahan organik. makanan Cerithidea sp berupa makro alga, bakteri, dan diatom yang ada pada sendimen atau lumpur di dasar perairan. sehingga  kadar amoniak dan 
senyawa  lainnya menjadi berkurang.  siput bakau  menurunkan kadar amoniak dalam limbah pemeliharaan ikan bandeng jauh lebih baik dibandingkan keong bakau.berdasar  hasil riset  dengan perlakuan biofilter Telescopium sp dan 
Cerithidae sp, nilai nitrat yang dihasilkan masih 
dalam rata-rata  optimal untuk kehidupan ikan. 
Nilai ini  baik dan masih dikatakan subur untuk pertumbuhan alga atau jenis fitoplankton 
lainnya. kebutuhan nitrat di perairan sangat beragam namun nitrat yaitu  faktor pembatas dimana jika  kadar nitrat berada pada rata-rata  di atas 4,5 mg/L akan memicu  perairan ini  sangat subur dan akan menjadi toksik bagi ikan. dalam proses mengeksekusi nitrit menjadi nitrat terjadi 
perubahan yang secara gradual dimana memicu  konsentrasi nitrit cenderung bervariasi menuju konsentrasi rendah dan nitrat menuju kepada konsentrasi tinggi.  kadar nitrit  memicu  gangguan pada biota yang dipelihara jika  berada pada ambang di atas 0,1 mg/L.  hasil riset  dengan 
perlakuan Telescopium sp dan Cerithidae sp
sebagai biofilter mampu menurunkan kadar 
nitrit sehingga tidak melewati batas aman di 
perairan.   dari keong bakau dan siput bakau dapat diketahui   siput bakau jauh lebih mampu menurunkan kadar nitrit dibandingkan dengan 
keong bakau.kandungan fosfat tidak boleh melebihi kadar 0,1 mg/L. Jika kadarnya tinggi maka tingkat produktivitas perairan juga akan meningkat. jika  produkstivitas perairan meningkat akan memicu  blooming alga sehingga perlu  oksigen terlarut  tinggi untuk mengoksidasinya. Telescopium sp dan Cerithidae sp sebagai biofilter  mampu menurunkan kadar fosfat pada limbah
pemeliharaan ikan bandeng sehingga kadarnya 
tidak melebihi ambang batas yang dapat ditolerir oleh organisme yang ada dalam suatu perairan.


Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah sebab  tidak memiliki  tulang belakang (invertebrata). Cacing tanah termasuk kelas Oligochaeta. Famili terpenting dari kelas ini 
Megascilicidae dan Lumbricidae Jenis yang paling banyak dikembangkan berasal dari famili Megascolicidae dan Lumbricidae dengan genus Lumbricus, Eiseinia, Pheretima, Perionyx, Diplocardi dan Lidrillus. yang kini banyak diternakan di bandung sumedang antara lain: Pheretima, Periony dan Lumbricus. Ke 3  jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk kandang  sisa-sisa tanaman. Cacing tanah jenis Lumbricus memiliki  bentuk tubuh pipih. Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32. Biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga tubuhnya lebih kecil. namun  bila diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis lain. Cacing tanah jenis Pheretima segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. 
Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang 
termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung. Cacing tanah 
jenis Perionyx berbentuk gilik berwarna ungu tua sampai merah kecokelatan dengan jumlah 
segmen 75-165 dan klitelumnya terletak pada segmen 13 dan 17. Cacing ini biasanya agak manja 
sehingga dalam pemeliharaannya diperlukan perhatian yang lebih serius. Cacing jenis Lumbricus Rubellus memiliki keunggulan lebih dibanding kedua jenis yang lain di atas, sebab  
produktivitasnya tinggi (penambahan berat badan, produksi telur/anakan dan produksi bekas 
cacing ―kascing‖) dan  tidak banyak bergerak
cacing menghancurkan bahan organik sehingga memperbaiki aerasi dan struktur tanah. Akibatnya lahan menjadi subur dan penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik. cacing tanah  meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman.  kandungan protein, lemak , mineralnya yang tinggi, maka cacing tanah  dimanfaatkan sebagai pakan unggas, ikan, udang dan kodok. Secara tradisional cacing tanah dipercaya dapat meredakan demam, menurunkan tekanan darah, menyembuhkan bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi dan tipus. 
Cacing dapat diolah untuk dipakai  sebagai pelembab kulit dan bahan baku pembuatan 
lipstik. Tanah sebagai media hidup cacing harus mengandung bahan organik dalam jumlah yang 
besar.  bahan  organik tanah dapat berasal dari serasah (daun yang gugur), kotoran ternak 
atau tanaman dan hewan yang mati. Cacing tanah menyukai bahan  yang mudah membusuk sebab  lebih mudah dicerna oleh tubuhnya. . Untuk pertumbuhan yang baik, cacing tanah memerlukan tanah yang sedikit asam sampai netral atau ph sekitar 6-7,2. Dengan kondisi ini, bakteri dalam tubuh cacing tanah dapat bekerja optimal untuk mengadakan pembusukan atau fermentasi. Kelembaban yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah yaitu  antara 15-30 %. Suhu  untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokon yaitu  sekitar 15–25 derajat C atau suam-suam kuku. Suhu yang lebih tinggi dari 25 derajat C masih baik asal ada naungan yang cukup dan kelembaban optimal.  Lokasi pemeliharaan cacing tanah diusahakan agar tidak terkena sinar matahari secara langsung, 
Pembuatan kandang sebaiknya memakai  bahan  yang murah dan mudah didapat seperti bambu, rumbia, papan bekas, ijuk dan genteng tanah liat. Salah satu contoh kandang permanen untuk peternakan skala besar yaitu  yang berukuran 1,5 x 18 m dengan tinggi 0,45 m. Didalamnya dibuat rak-rak bertingkat sebagai tempat wadahwadah pemeliharaan. Bangunan kandang dapat pula tanpa dinding (bangunan terbuka). Model-model sistem budidaya, antara lain rak berbaki, kotak bertumpuk, pancing bertingkat atau pancing berjajar..  
Persiapan yang diperlukan dalam pembudidayaan cacing tanah yaitu  meramu media tumbuh, menyediakan bibit unggul, mempersiapkan kandang cacing dan kandang pelindung.   dalam beternak cacing tanah dipakai  bibit yang sudah ada sebab  diperlukan dalam jumlah yang besar. Namun bila akan dimulai dari skala kecil dapat pula dipakai bibit cacing tanah dari alam, yaitu dari 
tumpukan sampah yang membusuk atau dari tempat pembuangan kotoran hewan. Pemeliharaan dapat dibagi menjadi beberapa cara: 
pemeliharaan cacing tanah sebanyak-banyaknya sesuai tempat yang dipakai . Cacing tanah dapat dipilih yang muda atau dewasa. Jika sarang 
berukuran tinggi sekitar 0,3 m, panjang 2,5 m dan lebar kurang lebih 1 m, dapat ditampung sekitar 1000 ekor cacing tanah dewasa. pemeliharaan dimulai dengan jumlah kecil. Jika jumlahnya sudah 
bertambah, sebagian cacing tanah dipindahkan ke bak lain. pemeliharaan khusus kokon sampai anak, sesudah  dewasa di pindah ke bak lain. 
Pemeliharaan khusus cacing dewasa sebagai bibit. 
jika  media pemeliharaan sudah  siap dan bibit cacing tanah sudah ada, maka penanaman dapat segera dilakukan  dalam wadah pemeliharaan. Bibit cacing tanah yang ada tidaklah sekaligus dimasukan ke dalam media, namun  harus dicoba 
sedikit demi sedikit. Beberapa bibit cacing tanah diletakan di atas media, kemudian dilihat  apakah bibit cacing itu masuk ke dalam media atau tidak. Jika terlihat masuk, baru bibit cacing yang lain dimasukkan. Setiap 3 jam sekali dilihat , mungkin ada yang berkeliaran di atas media atau ada yang meninggalkan media (wadah). jika  dalam waktu 12 jam tidak ada yang meninggalkan wadah berarti cacing tanah itu betah dan media sudah cocok. Sebaliknya bila media tidak cocok, cacing akan berkeliaran di permukaan media. Untuk mengatasinya, media harus segera diganti dengan yang baru. Perbaikan dapat dilakukan dengan cara 
disiram dengan air, kemudian diperas hingga air perasannya terlihat berwarna bening (tidak berwarna hitam atau cokelat tua). Cacing tanah termasuk hewan hermaprodit, yaitu memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam satu tubuh. Namun demikian, untuk pembuahan, tidak dapat 
dilakukannya sendiri. Dari perkawinan sepasang cacing tanah, masing-masing akan dihasilkan satu kokon yang berisi telur-telur. Kokon berbentuk lonjong dan berukuran sekitar 1/3 besar kepala korek api. Kokon ini diletakkan di tempat yang 
lembab. Dalam waktu 14-21 hari kokon akan menetas. Setiap kokon akan menghasilkan 2-20 ekor, rata-rata 4 ekor. Diperkirakan 100 ekor cacing dapat menghasilkan 100.000 cacing dalam waktu 1 tahun. Cacing tanah mulai dewasa sesudah  berusia  2-3 bulan yang ditandai dengan adanya gelang (klitelum) pada tubuh bagian depan. Selama 7-10 hari sesudah  perkawinan cacing dewasa akan dihasilkan 1 kokon. Cacing tanah diberi pakan sekali dalam sehari semalam sebanyak berat cacing tanah yang ditanam. jika  yang ditanam 1 Kg, maka pakan yang harus  diberikan juga harus 1 Kg. biasanya  pakan cacing tanah yaitu  berupa semua 
kotoran hewan, kecuali kotoran yang hanya dipakai sebagai media. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan pada cacing tanah, antara lain : 
 pakan yang diberikan harus dijadikan bubuk atau bubur dengan cara diblender.  bubur pakan ditaburkan rata di atas media, namun  tidak menutupi seluruh permukaan media, sekitar 2-3 dari peti wadah tidak ditaburi pakan.  pakan ditutup dengan plastik, karung , atau bahan lain yang tidak tembus cahaya.  pemberian pakan berikutnya, jika  masih tersisa pakan terdahulu, harus diaduk dan jumlah pakan yang diberikan dikurangi.  bubur pakan yang akan diberikan pada cacing tanah memiliki  perbandingan air 1:1. 
Media yang sudah menjadi tanah/kascing atau yang sudah  banyak telur (kokon) harus diganti. 
Supaya cacing cepat berkembang, maka telur, anak dan induk dipisahkan dan ditumbuhkan pada 
media baru. Rata rata penggantian media dilakukan dalam jangka waktu 2 Minggu. Bahan untuk media pembuatan sarang yaitu : kotoran hewan, dedaunan/Buah-buahan, batang pisang, limbah rumah tangga, limbah pasar, kertas koran/kardus/kayu lapuk/bubur kayu. Bahan yang tersedia terlebih dahulu dipotong sepanjang 2,5 Cm. Berbagai bahan, kecuali kotoran ternak, diaduk dan ditambah air kemudian diaduk kembali. Bahan campuran dan kotaran ternak dijadikan satu dengan persentase perbandingan 70:30 ditambah air secukupnya supaya tetap basah. 
 Beberapa hama dan musuh cacing tanah antara lain: semut, kumbang, burung, kelabang, lipan, lalat, tikus, katak, tupai, ayam, itik, ular, angsa, lintah, kutu  Musuh yang juga ditakuti yaitu  semut merah yang memakan pakan cacing tanah yang mengandung karbohidrat dan lemak. Padahal kedua zat ini diperlukan untuk penggemukan cacing tanah. Pencegahan serangan semut merah dilakukan dengan cara disekitar wadah pemeliharaan (dirambang) diberi air cukup.  
Dalam beternak cacing tanah ada dua hasil terpenting yang dapat diharapkan, yaitu biomas (cacing tanah itu sendiri) dan kascing (bekas cacing). Panen cacing dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya yaitu  dengan memakai  alat penerangan seperti lampu, lampu neon . Cacing tanah sangat peka  terhadap cahaya sehingga mereka akan berkumpul di bagian atas media. Kemudian kita tinggal memisahkan cacing tanah itu dengan medianya. Ada cara panen yang lebih ekonomis dengan membalikan sarang. Dibalik sarang yang gelap ini cacing biasanya berkumpul dan cacing mudah terkumpul, kemudian sarang dibalik kembali dan pisahkan cacing yang tertinggal. Jika pada saat panen sudah terlihat adanya kokon (kumpulan telur), maka sarang dikembalikan pada wadah semula dan diberi pakan hingga sekitar 30 hari. Dalam jangka waktu itu, telur akan menetas. Dan cacing tanah dapat diambil untuk dipindahkan ke wadah pemeliharaan yang baru dan kascingnya siap di panen. Cacing yaitu  hewan bertubuh memanjang, lunak, tidak berangka dan tidak  memiliki  kaki. Ujung depan bagian tubuh cacing dinamakan anterior, ujung belakangnya dinamakan posterior, permukaan punggung dinamakan dorsal, dan permukaan perut dinamakan ventral. Cacing memiliki  persamaan yang khas, dan sering dinamakan vermis. Dalam klasifikasi, cacing dibagi 3 yaitu : 
1. Plathyhelminthes 
Struktur lebih sederhana dengan ciri khas tubuh : 
Tubuh lunak , Syaraf sepasang ganglion ,Bersifat hemaphrodit dan internal,Pipih dan bilateral simetris , Embrio trophoblastik ,Epidermis lunak , Pencernaan belum sempurna ,Tidak ada  rongga tubuh , 
Kelas plathyhelminthes ada 3 yaitu : 
Cestoidea (cacing pita) ,. Turbelaria (berbulu getar) ,
 Trematoda (cacing isap) ,
 Nemathelminthes dinamakan juga cacing giling, sebab  tubuhnya bulat panjang, tidak memiliki ruas-ruas dan tertutup kutikula. Dan cacing giling ini digolongkan Trophoblastika pseudoselomata dan tidak punya rongga tubuh. Nemathelminthes memiliki alat pencernaan sempurna, tubuh bilateral simetris, tidak punya respirasi, tubuh tertutup lapisan kutikula, system syaraf berupa cincin, generatif  dan berkelamin terpisah (dioseus) dan internal, juga tidak punya system peredaran 
darah namun  memiliki cairan tubuh. 
Nemathelminthes dibagi menjadi 2 kelas, yaitu : 
Annelida,Nematoda ,Nematropoda ,Cacing ini tubuhnya mirip  cincin. Perbedaan utama dari yang lainnya, yaitutubuhnya bersegmen (beruas) yang dinamakan somit. Ciri-ciri Annelida : 
Tubuh bilateral ,Bersifat trophoblastik ,Permukaan tubuh tertutupi kutikula yang lembab 
Belum punya alat pernapasan yang khusus , Syaraf sepasang ganglion , Hemaprodit (monoseus) ,
,Alat tambahan berupa rambut kecil , Alat pencernaan sempurna ,Ekskresi berupa nefridium , Alat peredaran darah tetutup , 
Bagian Annelida yang melekat pada endoterm dinamakan lapisan splanknik, sedang  ectoderm dinamakan lapisan stomatik jadi Annelida yaitu  organisme trophoblastik selomata. Annelida dibagi menjadi 3 kelas, yaitu : Hyrudinea (golongan lintah dan pacet) ,Oligocaeta (cacing berbulu sedikit) ,
Polycaeta (cacing berbulu banyak) ,
sifat  yang dimiliki diantaranya yaitu  : 
Sistem sirkulasi tertutup ,Pernapasan dapat berlangsung dengan kulit ,Sistem ekskresi terdiri dari sepasang reproduksi , Sistem syaraf anterior dorsal berkaitan  , Sistem reproduksi berkembang dengan membelah ,rongga tubuh berkembang dan di batasi septa. ,Saluran digestivus lengkap ,
 Tubuh berbentuk simetris bilateral, panjang, dan terdiri dari sigmen-sigmen. ,Tubuh ditutupi oleh kutikula di seluruh kelenjar sensoris oleh epithelium, Dinding tubuh dan saluran pencernaan terdiri dari susunan otot longitudinal dan sirkular,  
 Phylum : Annelida 
Class : Oligochaeta 
 Species : Lumbricus terrestris (cacing tanah) 
Phylum : Platyhelminthes 
 Class : Cestoda 
 Species : Taenia sp. (cacing pita)  
 Sistem pencernaan pada cacing meliputi : 
Rongga mulut ,Parynx ,Oesophagus ,Tembolok ( crop) ,Gizzard (lambung yang menebal untuk menggiling makanan) , Usus (mulai segmen ke 19 sampai anus) , Darah dipompa kebagian depan oleh pembuluh darah dorsal dan dialirkan kebagian bawah melalui sepasang aortie arch atau jantung kedalam pembuluh sub intestinue bercabang ke 
usus, nefridium dan dinding tubuh. Respirasi dilakukan melalui difusi pada permukaan kulit. 
 Sistem ekskresi oleh nefridium, setiap nefridium terdiri dari : Lubang ekskresi (nefridiofor) berupa ammonia, urea, dan keratin. Nefrostom, berupa corong bersilia Sistem syaraf berupa tangga tali dengan bagian utama sepasang ganglion otak, dimana ganglion otak dihubungkan dengan batang syaraf ventral oleh syaraf yang terletak di kedua 
sisi faring, dinamakan dengan circumpharingeal connectives.  Pada kelas Oligochaetes biasanya  bersifat hemafrodit. Alat reproduksi jantan, yaitu: 
Seminal vesicles (sebagai tempat penyimpanan sementara sperma) , Dua pasang testes kecil . Saluran sperma . Ductus efferent . Ductus defferens . Lubang jantan pada segmen ke-15. 
  alat reproduksi betina,antaralain:
Dua pasang seminal receptaclet sebagai penerima sperma selama kopulasi disimpan 
sampai diperlukan  untuk proses fertilisasi. . Dua ovary  ,Corong bersilia , Oviduct ada  pada segmen ke-14, Cacing Lumbricus rubellus berasal dari luar negeri atau dinamakan cacing introduksi atau cacing Eropa/ cacing Jayagiri. Panjang tubuh Lumbricus rubellus antara 8 cm – 15 cm dengan jumlah segmen antara 95 – 100 segmen. Warna tubuh bagian dorsal cokelat cerah sampai ungu kemerah-merahan, warna tubuh bagian ventral krem, dan bagian ekor kekuning-kuningan. Bentuk tubuh dorsal membulat dan ventral memipih. Klitelium terletak pada segmen ke-27-32. Jumlah segmen pada klitelium antara 6-7 segmen. Lubang kelamin jantan terletak pada segmen ke-14 dan lubang kelamin betina pada segmen ke 13. Gerakannya lamban dan kadar air tubuh cacing tanah rata-rata  antara 70%-77%. Cacing tanah Lumbricus rubellus digolongkan   antaralain: : 
Kingdom Animalia 
 Divisio Vermes 
 Phylum Annelida 
 Class Oligichaeta 
 Ordo Opisthopora 
 Genus Lumbricus 
 Species rubellus
cacing kalung (Pheretima aspergillum) memiliki ciri-ciri ukuran tubuhnya lebih besar dibandingkan  jenis cacing tanah (Lumbricus rubellus), namun  lebih kecil dibandingkan dengan cacing sondari 
(Metaphire longa). Panjang tubuh cacing dewasa antara 14 cm – 20 cm dengan diameter di bagian belakang klitelum mencapai 2,7 cm. Bentuk tubuhnya bulat, disentuh segera menggeliatkan tubuhnya untuk melarikan diri. biasanya  cacing 
ini hidup di tempat yang banyak ada  kotoran ternak Cacing ini sebagai obat tradisional 
penurun panas dan sakit tipus. Cacing tanah Pheretima aspergillum digolongkan   antaralain: : 
Kingdom Animalia 
 Divisio Vermes 
 Phylum Annelida 
 Class Oligichaeta 
 Ordo Opisthopora 
 Genus Pheretima 
 Species aspergillum 
Produk yang dihasilkan oleh cacing tanah yaitu  biomas atau cacing itu sendiri dan kascing. Cacing tanah amat potensial menghancurkan bahan organik, termasuk sampah-sampah,  menyuburkan tanah, sebagai pupuk organik. tanah juga mengandung kehidupan biologis di dalamnya, dimana semut, cacing, dan hewan kecil lainnya bernaung. Pupuk kascing dapat dimanfaatkan untuk  usaha tani sayuran, buah-buahan, tanaman hias, Biomas cacing yaitu  sumber protein hewani dengan kandungan protein yang sangat tinggi (72% - 84,5% dari berat tubuh cacing). Kualitas protein 
cacing tanah lebih tinggi dibandingkan dengan protein daging dan ikan. Di Jepang cacing tanah dibuat juice cacing. Di Amerika Serikat dan Hongaria dibuat burger. Di Perancis Thailand dan Filipina dijadikan campuran perkedel dan verte de verre (makanan dari cacing tanah).  juga dipakai  untuk ramuan obat dan kosmetika, 
Protein pada cacing tanah  terdiri atas 9 macam asam amino esensial dan 4 macam asam amino nonesensial. Banyaknya asam amino yang terkandung memberi  tanda   cacing tanah juga 
mengandung berbagai jenis enzim yang sangat berguna bagi kesehatan kita .  cacing tanah mengandung peroksidase, katalase, ligase, dan selulase. Enzim-enzim ini  berkhasiat untuk pengobatan.  cacing tanah juga mengandung asam arachidonat yang  dapat menurunkan panas tubuh yang dipicu  oleh infeksi. cacing tanah dapat 
mengobati penyakit tifus sebab  mengandung beberapa senyawa aktif, enzim lysozyme  agglutinin , faktor litik  dan lumbricin ,sejak tahun 1990 di Amerika Serikat cacing tanah sudah  dimanfaatkan sebagai penghambat pertumbuhan kanker.  obat tradisional penyakit tifus ,obat 
antipiretik (pengobatan demam), antipirin (obat pereda sakit kepala),  ada  zat penawar racun (antidot), namun belum ada identifikasi mengenai 
senyawa antidot ini . pemakaian  cacing tanah sebagai antipiretik sebab  adanya mekanisme penghambatan jalur P-450-dependent epoxygenase dari asam arakidonat yang berperan dalam sistem homeostatik untuk mengendalikan   demam.  tubuh cacing tanah ada asam arakidonat yang berkhasiat untuk menurunkan suhu tubuh yang demam akibat infeksi. Enzim lumbrokinase   mengatasi penyakit tekanan darah, enzim 
selulase dan lignase  membantu proses pencernaan makanan, sedang  enzim peroksidase dan katalase  membantu mengatasi penyakit 
degeneratif seperti diabetes mellitus, kolesterol tinggi, dan reumatik.   sebab  enzim katalase  menghambat produksi 8-epi-PGF(2α) sehingga dapat dipakai  untuk menurunkan rasa nyeri  pada 
penyakit-penyakit degeneratif , Salmonella typhi yaitu  dari golongan bakteri berbentuk batang, tidak berspora, pada pewarnaan gram bersifat negatif, ukuran 1-3,5 µm x 0,5-0,8 µm, besar koloni ratarata 2-4 mm, memiliki  flagel peritrikh , bakteri Salmonella typhi berbentuk batang, bergerak, gram negatif, fakultatif anaerob yang  meragikan glukosa dan maltosa namun  tidak meragikan laktosa atau sukrosa, tidak berspora, punya flagella peritrih. Kuman ini  menghasilkan hidrogen sulfida. 
klasifikasi bakteri Salmonella typhi yaitu : 
Kingdom Protista 
 Kategori Besar I 
 Nama Kategori Eubacteria Gram Negatif  Grup 5 
 Nama Grup Bakteri Batang Gram Negatif Fakultatif Anaerob  Sub Grup I 
 Famili Eubacteriaceae 
 Genus: Salmonella
 Spesies: Salmonella typhi

Faktor virulensi dan struktur bakteri Salmonella typhi yaitu  : Siderophore,Enterotoxin (diarrehea) , Endotoxin in LPS layer (fever) ,Dinding sel yang utuh juga mengandung senyawa  kimia  lain, seperti asam tekoat, protein, polisakarida, lipoprotein, lipopolisakarida, yang terikat pada peptidoglikan ,flagelum yaitu  embel-embel 
seperti rambut yang teramat tipis mencuat menembus dinding sel dan bermula dari tubuh dasar. Flagelum memicu  motilitas (pergerakan) pada sel bakteri. Flagelum terdiri dari 3  bagian: tubuh dasar, struktur seperti kait, dan sehelai filamen panjang di luar dinding sel. Panjang flagelum biasanya beberapa kali lebih panjang dibandingkan  selnya, contoh  10-20 nm. Flagelum tersusun atas subunit-subunit protein; protein ini dinamakan flegelin. Ada beberapa model penataan flagelum, yaitu monotrikus (flagelum tunggal), lofotrikus (sekelompok flagela), amfitrikus (flagela baik tunggal maupun sekelompok pada kedua ujung), peritrikus (dikelilingi oleh flagela). 
Salmonella typhi memiliki flagela peritrikus.
g. Vi capsule antigen (inhibits host cell protein sythesis, calcium influx into host, adherence) 
Kapsul bakteri penting artinya baik bagi bakterinya maupun organisme lain. Bagi bakteri, kapsul yaitu  penutup lindung dan juga berfungsi sebagai 
gudang makanan cadangan. Kapsul bakteri-bakteri pemicu  penyakit tertentu menambah kemampuan bakteri ini  untuk menginfeksi ,
h. Inv encoded surface appendage; adherence 
i. Type 1 fimbriae (adherence) 
Salmonella typhi memiliki embel-embel yang yaitu  filamen namun bukan flagela. Apendiks ini dinamakan pilus (jamak, pili) atau fimbria (jamak, 
fimbriae), berukuran lebih kecil, lebih pendek, dan jumlahnya lebih banyak dibandingkan  flegela. Pili hanya dapat dilihat memakai  mikroskop elektron; 
tidak berfungsi untuk pergerakan. Salah satu jenis, yang dinamakan pilus F (pilus seks), berfungsi sebagai pintu gerbang bagi masuknya bahan genetik selama berlangsungnya perkawinan antara bakteri. Beberapa pili berfungsi sebagai alat untuk melekat pada berbagai permukaan. ini membantu Salmonella typhi melekatkan diri pada jaringan inang ,epidemologi Salmonalla typhi yaitu  sebagai 
berikut:
Sesudah  sub unit klinis, beberapa bakteri melanjutkan mempertahankan Salmonella dalam jaringan tubuh selama waktu yang bervariasi. 
3  persen typhoid yang bertahan menjadi carrier permanent, berada dalam galbbladder, saluran biliary atau intestinum dan saluran urine. 
Sumber infeksi antara lain makanan dan minuman yang terkontaminasi Salmonella typhi. Adapun sumber-sumbernya yaitu  antaralain: pewarna 
binatang (dipakai  dalam obat, makanan,  kosmetik), binatang peliharaan di rumah (kura-kura, anjing, kucing). Air 
(kontaminasi tinja sering memicu  epidemik yang eksplosif), susu dan produk susu (kontaminasi oleh tinja dan pasteurisasi yang tidak sempurna atau pembawa yang tidak benar), produk daging (dari binatang yang terinfeksi tinja hewan pengerat), penyalahgunaan obat (narkotik), kerang (dari air yang terkontaminasi), telur (dari unggas yang terinfeksi), daging , Infeksi Salmonella typhi terjadi pada saluran pencernaan. Basil melakukan adhesi dengan usus halus, kemudian masuk dalam sel epitelnya. Melalui pembuluh limfe masuk ke peredaran darah sampai organ-organ terutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ-organ ini  akan membesar didan i nyeri pada perabaan. Kamudian basil masuk kembali ke dalam darah dan menyebar ke seluruh tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus, memicu  tukak pada mukosa di atas plaque peyeri. Tukak ini  dapat memicu  perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam dipicu  oleh endotoksin yang disekresikan oleh basil Salmonella typhi, sedang  gejala pada saluran pencernaan dipicu  oleh 
kelainan pada usus.
Demam tifoid (typhoid fever) yaitu  penyakit infeksi akut yang biasanya ada  pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, 
gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Typhoid fever dipicu  oleh Salmonella typhi, basil gram negatif, 
berflagel dan tidak berspora. Salmonella typhi memiliki 3 macam antigen, yaitu 
antigen O (somatik berupa kompleks polisakarida), antigen H (flagel), dan antigen Vi. Dalam serum penderita demam tifoid akan terbentuk antibodi terhadap ke3  macam antigen ini  ,
Demam (pyrogenik respons) dipicu  oleh endotoksin. Typhoid fever dipicu  oleh endoktoksin Salmonella typhi. saat  bakteri gram negatif 
tercerna oleh sel fagosit dan terdegradasi di vakuola, bagian lipopolisakarida dinding sel bakteri terlepas. Endotoksin memicu  makrofag menghasilkan  molekul protein kecil yang dinamakan interleukin-1 (IL-1) yang yaitu  
endogenous pyrogen. Interleukin-1 (IL-1) diangkut oleh darah menuju hyphothalamus yang yaitu  pusat pengendali suhu tubuh yang berada di otak. 
Interleukin-1 (IL-1) menginduksi hyphothalamus untuk  melepaskan sejenis lipid yang dinamakan prostaglandin yang mengatur kembali pengimbang panas di hyphothalamus kepada suhu  yang lebih tinggi. Hasilnya yaitu  demam , antibiotik yaitu pada produk metabolit yang dihasilkan suatu organisme tertentu, yang dalam jumlah amat kecil bersifat merusak atau menghambat mikroorganisme lain. pada awalnya antibiotik yaitu  zat kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang 
menghambat mikroorganisme lain, perbedaan tipe mikroorganisme patogen yang dapat dirusak 
oleh antibiotik dinamakan spectrum of antimicrobial activity. ini menunjuk pada 
dua ketegori, yaitu broad-spectrum antibiotic dan narrow-spectrum antibiotic. Broad-spectrum antibiotic yaitu  antibiotik yang dapat merusak beberapa tipe bakteri, seperti halnya bakteri gram-positif and gram-negatif. Narrowspectrum antibiotic yaitu  antibiotik yang dapat merusak segolongan kecil tipe bakteri, contoh  hanya bakteri gram negatif ,Obat antimikroba  memiliki salah satu dari aksi antibiotik, yaitu bacteriocidal (membunuh mikroba secara langsung) atau bacteriostatic (menghambat pertumbuhan mikroba). Pada bacteriostasis, sistem pertahanan tubuh inang seperti  fagositosis dan produksi antibodi, biasanya membunuh mikroorganisme  ,Mekanisme aksi zat antimikroba  yaitu  antaralain: 
-Hambatan Sintesis Asam Nukleat 
Beberapa antibiotik dapat mengganggu proses replikasi DNA dan transkripsi pada mikroorganisme. Beberapa obat dengan tipe aksi seperti ini memiliki kegunaan yang sangat terbatas, sebab  obat-obatan ini mengganggu DNA dan 
RNA mamalia secara sempurna. 
-Hambatan Sintesis Metabolit Essensial 
Aktivitas enzim pada suatu mikroorganisme bisa terhambat secara kompetitif oleh suatu substansi (anti metabolit) yang sangat mirip dengan substrat normal suatu enzim. contoh  yaitu  penghambatan kompetitif yaitu  hubungan antara antimetabolit sulfanilamide (suatu obat sulfa) dan para-aminobenzoicacid (PABA). Pada beberapa mikroorganisme, PABA yaitu  substrat bagi suatu reaksi enzimatis untuk memulai sistesis asam folat, suatu vitamin yang berfungsi sebagai koenzim bagi sintesis purin dan pirimidin  yaitu  pembentuk asam nukleat dan beberapa asam amino. Dengan 
kehadiran Sulfanilamide enzim yang biasanya mengubah PABA menjadi asam folat, malah bergabung dengan obat yang berlawanan fungsi dengan PABA. Kombinasi ini menghalangi sintesis asam folat dan menghentikan pertumbuhan mikroorganisme. sebab  kita  tidak menghasilkan  asam folat dari PABA (kita  memperoleh PABA sebagai vitamin pada makanan yang dimakannya), sulfanilamide menghalangi toksisitas selektif, sulfanilamide mengganggu mikroorganisme yang mensintensis sendiri asam folatnya tapi sulfanilamide tidak berbahaya bagi sel inang (kita ). 
- Hambatan Sintesis Dinding Sel ,Dinding sel bakteri terdiri dari jaringan makromolekuler  dinamakan peptidoglikan. Peptidoglikan hanya ditemukan pada dinding sel bakteri. Penicillin dan beberapa antibiotik yang lain menghambat sintesis 
peptidoglikan, sebagai konsekuensi, kekokohan dinding sel melemah, yang terjadi kemudian yaitu  sel mengalami lisis. Sel tubuh kita  tidak memiliki 
peptidoglikan, maka antibiotik yang bekerja dengan cara menghambat sintesis peptidoglikan memiliki kadar toksisitas yang rendah bagi sel inang. 
- Hambatan Sintesis Protein 
Disebab kan sintesis protein yaitu  keadaan yang penting bagi setiap sel, baik prokariotik maupun eukariotik, ini akan menampakkan ketidaksamaan target bagi toksisitas yang selektif. Salah satu perbedaan diantara sel prokariotik dengan eukariotik yaitu  pada struktur ribosomnya. 
Dimana sel eukariotik memiliki ribosom 80 S dan sel prokariotik memiliki ribosom 70 S. Perbedaan pada struktur ribosom memicu  suatu 
mekanisme toksisitas selektif dari antibiotik yang mempengaruhi sintesis protein. Namun, mitokondria (organel penting pada sel eukariotik) juga mengandung ribosom 70 S sebagaimana dengan bakteri.
-Hambatan Sintesis Metabolit Essensial 
Aktivitas enzim pada suatu mikroorganisme bisa terhambat secara kompetitif oleh suatu substansi (anti metabolit) yang sangat mirip dengan substrat normal suatu enzim. contoh  yaitu  penghambatan kompetitif yaitu  hubungan antara antimetabolit sulfanilamide (suatu obat sulfa) dan para-protein. Namun, mitokondria (organel penting pada sel eukariotik) juga mengandung ribosom 70 S sebagaimana dengan bakteri.
-Merusak Membran Plasma 
Beberapa antibiotik,  terutama  antibiotik polipeptida memicu  perubahan permeabilitas membran plasma, perubahan ini memicu  
hilangnya metabolit penting dari dalam sel mikroba.  contoh, polymyxin B memicu  kekacauan membran plasma dengan menyerang fosfolipid membran. Disebabkan membran plasma bakteri  tidak 
memiliki sterol, antibiotik macam ini tidak menyerang bakteri. namun  membran plasma sel hewan mengandung sterol, maka antibiotik dengan aksi ini dapat bersifat toksik bagi sel inang. Kebetulan membran sel hewan mengandung banyak kolesterol, dan sel fungi mengandung banyak ergosterol, maka antibiotik ini sangat efektif menyerang fungi. 
- Hambatan Sintesis Asam Nukleat 
Beberapa antibiotik dapat mengganggu proses replikasi DNA dan transkripsi pada mikroorganisme. Beberapa obat dengan tipe aksi seperti ini memiliki kegunaan yang  terbatas, sebab  obat-obatan ini mengganggu DNA dan RNA mamalia secara sempurna. 
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas zat antimikroba antara lain :yaitu : 
-Air dan kelembaban 
Sel jasad renik memerlukan air untuk hidup dan berkembang biak. pertumbuhan jasad renik di dalam suatu bahan sangat dipengaruhi oleh jumlah 
air yang tersedia. Selain yaitu  bagian terbesar senyawa  sel (70% - 80%), air sangat diperlukan  sebagai reaktan dalam berbagai reaksi biokimia.
Tidak semua air yang tersedia dapat dipakai  oleh jasad renik.    untuk pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi di atas 85% ,
-Nutrien dan media 
Jasad renik heterotrof memerlukan  nutrien untuk pertumbuhan dan perkembangannya, yaitu  sebagai sumber karbon, sumber nitrogen, sumber 
energi, dan faktor pertumbuhan, yaitu mineral dan vitamin. Nutrien ini  diperlukan  untuk membentuk energi dan menyusun senyawa sel. 
-pH lingkungan 
Nilai pH medium berpengaruh terhadap jenis mikroba yang tumbuh. Jasad renik    dapat tumbuh pada rata-rata  pH 3-6. Kebanyakan bakteri memiliki  pH optimum, yaitu  pH dimana bakteri tumbuh optimum, yaitu pH 6,5-7,5. Di bawah pH 5,0 dan di atas 8,5 bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik ,
- senyawa perbenihan
Media yang dipakai  harus sesuai dengan pertumbuhan bakteri.
-Besarnya inokulum bakteri 
makin besar inokulum bakteri, makin rendah kepekaan mikroorganisme. Populasi bakteri yang besar akan lebih lambat dan kurang lengkap hambatannya dibandingkan  populasi kecil. Selain itu, kemungkinan munculnya  mutan yang resisten lebih sering pada populasi besar.
- Masa pengeraman 
Makin lama waktu inkubasi, makin besar kemungkinan munculnya  mutan yang resisten, semakin besar pula kemungkinan mikroorganisme yang paling kurang peka untuk mulai berkembang biak sementara kekuatan obat berkurang 
-Suhu 
Masing-masing jasad renik memiliki suhu optimum dan maksimum untuk pertumbuhannya. ini dipicu  di bawah suhu minimum dan di atas suhu maksimum, aktifitas enzim akan berhenti, bahkan pada suhu yang terlalu tinggi akan terjadi denaturasi protein ,




Salah satu pemicu  rendahnya produksi tanaman stroberi yaitu  adanya serangan hama  uret (larva coleoptera)  Hama ini memakan keseluruhan akar tanaman stroberi , sesudah  akar dimakan,tanaman  segera layu sebab  akar tidak dapat lagi menyuplai kebutuhan air dan unsur hara tanaman. Tanaman berusaha mempertahankan diri atau kompensasi dengan pembentukan akar-akar adventif yang berukuran kecil dan berjumlah banyak. Gejalanya yaitu  menguningnya daun , Pada serangan yang parah, tanaman  menjadi mati.Pengendalian  memakai  pestisida  cukup sulit sebab  habitat hama ini berada di dalam tanah.  cara untuk mengatasi hama ini yaitu  dengan memakai  musuh alaminya, berupa predator, parasitoid, dan patogen. namun minimnya data  tentang musuh alami yang menyerang uret sebagai  pengendali hayati yang ramah lingkungan. adanya residu pestisida pada strawberi  yang akan dikonsumsi harus dihindari. Tanaman stroberi dalam tata nama (taksonomi) tanaman digolongkan  antaralain: :
Kingdom : Plantae 
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledone
Ordo : Rosales
Family : Rosaceae
Genus : Fragaria
Species : Fragaria spp.
Di area  tropis , tanaman stroberi akan tumbuh 
dengan baik di area  dengan ketinggian lebih dari 600 mdpl. Pada ketinggian ini suhu udara pada siang hari 22-25 ˚C dan malam hari 14-18 ˚C. Pada suhu yang sejuk dan kelembaban udara relatif (RH) yang tinggi atau 80-90 %, pertumbuhan stroberi akan baik sebab  tidak mengalami stres akibat tingginya suhu dan tingginya laju transpirasi . 
Begitu musim hujan tiba, produksi menurun tajam. Hal itu dipicu  sebab  stroberi butuh cahaya yang cukup agar berbuah. Kalaupun berproduksi buah 
kecil-kecil dan tidak manis. Kendala ada pada iklim lembab yang memudahkan serangan hama dan pemicu  penyakit, sementara fumigasi tanah memerlukan biaya tinggi. Bibit yang dipakai  pun harus berkualitas baik agar diperoleh bentuk dan ukuran buah yang seragam,Stroberi memiliki banyak  varietas ,Ada 3  varietas yang dibudidayakan di area  Tawangmangu Karanganyar, yaitu Silva, Tristar, dan Anastasia. Setiap 
varietas memiliki sifat yang berbeda-beda , varietas Silva mampu menghasilkan buah lebih banyak dibandingkan  varietas Tristar dan Anastasia. namun   varietas Anastasia sebagai varietas lokal area  Tawangmangu,lebih mampu menghasilkan buah secara berkelanjutan  dibandingkan  varietas Tristar dan Silva. Varietas Tristar mampu menghasilkan buah lebih banyak dari Anastasia namun  masih dibawah Anastasia. Dari segi ketahanan terhadap cuaca, varietas Anastasia paling baik dibandingkan  Silva dan Tristar. Kebutuhan nutrisi dari ke 3  varietas termasuk dalam kategori sedang 
Coleoptera berasal dari bahasa Yunani kuno koleos yang artinya pelindung dan ptera yang artinya sayap. sebab  sayap muka serangga yang termasuk ordo ini menebal sebagai pelindung sayap belakangnya. Kadang–kadang sayap muka yang menebal ini dinamakan  elytra. Kalau sedang istirahat, sayap serangga ini tidak saling menutupi namun  terletak berdampingan sehingga membentuk garis tengah,Taksonomi ordo coleoptera yaitu  antaralain: : 
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Branch : Protostomia
Superphylum : Panarthropoda
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Mandibulata
Superclass : Panhexapoda
Class : Insecta
Subclass : Dicondylia
Order : Coleoptera
Larva uret yang baru menetas berukuran lebih besar dari telur, berwarna putih dan lambat laun berubah menjadi kekuningan . Sesudah  usia  cukup, uret masuk kedalam tanah pada kedalaman 10-30 cm. Lamanya uret dalam tanah, dapat rata-rata  kurang lebih 4 - 6 bulan. Bila situasi tidak menguntungkan  suhu tidak sesuai atau sangat kering, uret dapat mengalami proses inaktif yang dinamakan berdiapause. Kepompong uret dapat bertahan dalam tanah sampai usia  dua bulan. Selain menyerang stroberi, inang lain yang diserang uret antara lain tanaman jagung, kedelai, 
sorgum, kacang tanah,  kedelai ,Larva white grub berwarna keputihan dan berbentuk huruf C, dengan
3  pasang kaki. Sesudah  menetas, larva white grub melewati 3  stadia larva, atau  dinamakan instar. Instar-instar ini mirip dalam kenampakannya kecuali ukurannya. Instar pertama dan kedua memerlukan masing-masing 3  minggu  untuk berkembang ke stadia berikutnya. Uret pada instar ke3  memicu  kerusakan yang paling besar sebab  ukuran dan nafsu makannya yang  besar 
kumbang  mengalami metamorfosis yang sempurna. Larva  bervariasi dalam bentuk 
 famili  yang berbeda. Kebanyakan larva kumbang yaitu  campodeiform (memiliki badan memanjang dan kadang  dorsoventral pipih, kaki thorakal panjang dan berkembang baik dengan gerakan aktif) atau scarabaeiform (badan berbentuk melengkung dengan kepala berkembang baik, kaki thorakal pendek dan tidak aktif bergerak), namun  beberapa yaitu  platyform (pipih), beberapa elateriform(seperti ulat kawat), dan vermiform (seperti cacing)  beberapa spesies kumbang yang menyerang tanaman stroberi, yaitu Black vine weevil: Otiorhynchus sulcatus, Cribrate weevil:
Otiorhynchus cribricollis, Fuller rose weevil: Pantomorus cervinus, Woods weevil: Nemocestes incomptus, Hoplia beetle: Hoplia dispar, H. callipyge
Musuh alami terdiri dari predator, parasitoid, dan patogen.Pemangsa yaitu  binatang (serangga, laba-laba ) yang memakan binatang lain yang memicu  kematian.   dinamakan predator. Predator memakan hama tanaman, laba-laba dan capung yaitu  contoh pemangsa. Parasitoid yaitu  serangga yang  hidup di dalam atau pada tubuh serangga lain dan membunuhnya secara pelan-pelan. Parasitoid berguna sebab  membunuh serangga hama, sedang  bersama  dengan parasit yaitu  kalau parasit tidak membunuh inangnya, hanya 
melemahkan. Patogen yaitu  pemicu  penyakit yang menyerang binatang atau makluk lain. Patogen berguna sebab  mematikan banyak jenis serangga 
hama atau pemicu  penyakit tanaman. Ada beberapa jenis patogen, antara lain jamur, bakteri, dan virus ,Patogen yaitu  mikroorganisme infeksious yang membuat luka atau membunuh inangnya. Beberapa pathogen memicu  penyakit pada tanaman dan hewan, namun    juga ada mikroorganisme yang berguna  antara lain mampu mendegradasi racun, menghasilkan  nutrien bagi tanaman, beberapa pathogen berguna untuk mengendalikan gulma, antagonis terhadap 
pathogen penyakit tanaman, dan ada juga mikroorganisme yang memicu  penyakit pada serangga atau arthropoda lainnya. Patogen 
serangga (enthomopathogen) memasuki tubuh serangga melalui dua jalan : 
 saat  inang menelan individual pathogen selama proses makan  dan  saat  pathogen masuk melalui bukaan-bukaan alami atau penetrasi langsung ke kutikula serangga ,Perpindahan  penyakit serangga dapat terjadi dari serangga yang sakit ke serangga yang sehat  dan bisa juga perpindahan penyakit terjadi dari serangga kepada keturunannya ,
Serangga yang terinfeksi enthomopatogen sering menunjukan   gejala dan tanda  dari penyakit, contoh  perubahan warna, penampakan secara fisik dari enthomopathogen, perubahan perilaku termasuk sedikit makan atau posisi yang tidak biasa pada tanaman inang, perubahan bentuk dan tekstur, dan  perubahan bau ,
Beberapa mikroorganisme entomopatogen baik bakteri, jamur maupun virus, dapat dipakai  untuk mengendalikan populasi hama dan  terbukti 
aman bagi parasitoid dan predator. Beberapa spesies jamur yang  menjadi insektisida biologis sebagai produk komersial yaitu  Beauveria bassiana, Metarrhizium annisopliae, Verticillium lecanii, dan Hirsutella thompsonii. B. Bassiana yaitu  cendawan yang  ditemukan  di tanah dan dapat ditemukan di seluruh dunia. B. bassiana
menghasilkan spora yang tahan terhadap pengaruh lingkungan ekstrim, dan spora yaitu  tahap  yang infektif pada siklus hidupnya hanya diperoleh  satu spesies patogen yang menyerang uret yaitu M. annisopliae.  uret berpeluang   terserang patogen antara lain jamur M. anisopliae dan B. bassiana; bakteri Bacillus popilae; Baculovirus oryctes, nematoda Steinernema carpocapse; protozoa, dan ricketsia. Larva yang terinfeksi jamur Hirsutella stylofihora berwarna coklat kusam, biasanya muncul stroma panjang yang muncul dari bangkai larva. Stroma  muncul dari kepala larva namun  kadang dari tubuh larva, termasuk permukaan perut. biasanya  hanya satu stroma yang muncul tiap bangkai larva. Stroma dapat memanjang sampai beberapa cm. Warnanya bervariasi dari coklat terang pada dasarnya sampai merah jambu di ujungnya ,Beberapa parasitoid yang berbeda dapat menyerang inang pada stadia  yang berbeda. Trichogramma spp. Parasitoid yang menyerang stadia telur inangnya dinamakan parasitoid telur, sedang  Braconidae seperti Cotesia  glomerata meletakkan telurnya pada stadia larva inangnya dinamakan parasitoid larva, juga  parasitoid pupa, dewasa, dan nimfa. Parasitoid  dapat meletakkan telurnya pada suatu stadia dan muncul pada stadia berikutnya ,Banyak jenis tawon memasukkan telurnya ke dalam tubuh ulat atau serangga lain. Telur itu menetas dalam ulat, dan larva tawon yang sangat kecil memakan tubuh ulat (inang) dari dalam, sehingga ulat mati. Ini  dinamakan 
endoparasitoid. Ada juga parasitoid yang meletakkan telurnya di permukaan inangnya, kemudian menetas dan larvanya memakan dengan cara menghisap cairan tubuh dari luar sampai inangnya mati,  ini dinamakan  ektoparasitoid.  ukuran tubuh parasitoid lebih kecil dibandingkan  tubuh  inangnya. Larva tawon keluar dari bangkai ulat tadi untuk membuat kepompong. Ada pula jenis yang membuat kepompongnya di dalam bangkai ulat inangnya. Sesudah  keluar dari kepompong, tawon dewasa dapat terbang dan kawin. Kemudian betina mencari ulat lain untuk meletakkan telurnya. Satu ekor parasitoid  hanya dapat memakan/memparasit satu ekor 
inang ,
 Identifikasi Serangga dan Mikroorganisme pemicu  Penyakit pada Serangga (Enthomopathogen)
Ada 5 cara yang dapat dipakai  untuk mengidentifikasi serangga: 
membandingkan dengan gambar, membandingkan serangga dengan uraian-uraian (pertelaan), memakai  sebuah kunci analitik. serangga diidentifikasi oleh l yang ahli,membandingkan serangga dengan spesimen yang berlabel dalam suatu koleksi, sifat uret yang penting yang dipakai dalam identifikasi yaitu  pola dan jumlah setae, 
ukuran tubuh, ukuran kepala, keaktifan pergerakan, keberadaan ,  pola rambut.posisi celah anal, jumlah kaki yang berkembang,  mengenali sifat  ini tergantung dari ukuran uret. Beberapa sifat perlu riset  yang cermat,  dengan perbesaran yang tinggi untuk penafsiran yang tepat ,Pemeriksaan  spesimen yang sakit dan sehat dengan mikroskop Sebelum membuat luka pada serangga, perlu dilihat  dan dicatat setiap perilaku ,tanda-tanda muntahan, disentri, luka atau pertumbuhan eksternal, ketidaknormalan morfologi, warna, dan  penampakan struktur yang tidak ada  pada spesimen yang sehat. Selama  pembedahan, perlu diperhatikan setiap perubahan warna, ukuran (atrophy dan hyperthrophy), atau struktur organ 
Enthomotahogen yang berbeda memicu  tanda yang berbeda pula pada tubuh serangga. Infeksi jamur dan nematoda akan memicu  
pertumbuhan eksternal yang tampak jelas pada tubuh serangga. Serangan parasitoid akan melumpuhkan serangga dan terjadi malformasi pada tubuhnya. Pada serangga yang terserang ricketsia, akan berubah warna menjadi kebiruan 
dan ada  kristal dalam tubuhnya. Serangan virus akan menunjukan   warna oranye kehijauan atau kebiruan Pengambilan contoh  uret (larva Coleoptera) Tanaman yang menunjukan   gejala serangan hama uret dibongkar, kemudian tanah dibawahnya diambil sedalam 30 cm untuk mencari apakah ada  hama uret yang menyerang tanaman 
ini . Gejala serangan hama uret pada tanaman yaitu daun tanaman menjadi rebah, layu, uret  yang diperoleh dihitung dan dimasukkan ke dalam 
ember plastik yang sudah  diisi tanah dan  tanaman stroberi. Uret ini  kemudian dibawa ke laboratorium untuk dipelihara. Jika pada saat pengambilan contoh  ditemukan predator bagi uret, maka predator ini  dibawa ke lab untuk kemudian diidentifikasi. Pada lahan ini  dihitung juga jumlah keseluruhan tanaman dan  jumlah tanaman yang menunjukan   gejala serangan hama uret.uret  dipelihara di laboratorium dengan memakai  
wadah-wadah yang sudah  diisi tanah dan seresah tanaman stroberi yang dibawa dari Kalisoro. Untuk minggu kemudian  dipakai  rumput bersama   akarnya yang dipakai  sebagai pakan uret. Pada pemeliharaan ini dipisahkan antara uret yang berukuran besar dengan yang  kecil untuk menghindari saling serang antara sesama 
uret.Uret yang dipelihara dilihat  munculnya gejala sakit sebagai dampak serangan pathogen hama. Gejala serangan patogen pada uret ini  berupa perubahan warna, penampakan patogen secara kasat mata, perubahan tingkah laku, perubahan bentuk dan tekstur, dan  bau busuk pada hama. riset  ini dilakukan tiap 3 hari sekali. Dari uret yang sakit, pathogen yang ditemukan diisolasi dan kemudian diidentifikasi ,Dari uret yang dipelihara ini  juga dilihat  parasitpid  yang muncul kemudian diidentifikasi Jika sampai satu minggu tidak muncul gejala serangan patogen, maka hama uret ini  diawetkan memakai  larutan kahle kemudian diidentifikasi memakai  kunci determinasi uret ,
Variabel riset ,Musuh alami berupa Predator dan parasitoid diidentifikasi ,contoh  uret yang ditemukan diidentifikasi sampai tingkat spesies dengan memakai  kunci determinasi uret 
riset  terhadap uret yang dipelihara di laboratorium 
dilakukan setiap dua hari sekali, untuk mencari apakah ada  gejala serangan patogen pada uret. Spesies patogen yang ditemukan diidentifikasi 
3. Jumlah tanaman yang terserang hama uret
Data ini dipakai  untuk menghitung besarnya intensitas kerusakan tanaman stroberi akibat serangan hama uret. Intensitas 
kerusakan dihitung dengan rumus:I = ´100%
n
x
Keterangan : 
I : Persentase tanaman sakit.
x : Jumlah tanaman yang terserang.
n : Jumlah tanaman keseluruhan.

Data keragaman spesies uret dan musuh alaminya (predator, pathogen,dan parasitoid) dari lahan pertumbuhan stroberi dianalisa  dengan teknik deskriptif dengan bantuan buku identifikasi serangga dan mikroorganisme. riset  ini dilakukan di dua lahan di Kalisoro. Lahan pertama yaitu  lahan miring dengan luas 600 m2 dengan ketinggian 1050 mdpl. Pada lahan ini, saat olah tanah dipakai  kapur untuk mengurangi keasaman tanah. Sistem pengairan yang dipakai  yaitu dengan menggenangi lahan tiap 4 hari sekali. Jumlah keseluruhan tanaman stroberi yaitu 6500 tanaman. Jumlah tanaman  yang rusak sebab  serangan uret ada 40 tanaman. Lahan kedua yaitu  lahan datar dengan luas lahan 800 m2, dengan 
ketinggian 1800 mdpl. Pada lahan ini pengairan tidak tetap (tidak ada interval),tidak memakai kapur saat olah tanah, penyiangan seminggu sekali, pemupukan 2 kali sebulan NPK, KNO3. Selama 3  tahun berturut-turut lahan ini ditanami stroberi. Mulsa yang dipakai  sudah dipakai dua kali. Jumlah tanaman stroberi pada lahan ini sebanyak 5000 tanaman, sedang  jumlah tanaman rusak sebab  
serangan uret ada  1000 tanaman. Pada lahan ini tanaman stroberi di tumpangsari dengan tanaman loncang dan  cabai.3  spesies ini  termasuk dalam family Scarabaeidae, yang memiliki urutan determinasi antaralain: :
 ada  kaki pada dada (2). Labrum seluruhnya bebas (clypeolabral suture lengkap) (3)ada  mandibular mola (165).Segmen perut ke 9 tanpa urogomphi (166).Jumlah segmen antena 4 atau lebih (206).
Kaki mesothoracic memiliki 5 segmen atau kurang, termasuktarsungulus ; maxillary palps 4 segmen (kadang  vestigial terakhir); kepala tidak atau hanya sedikit meruncing pada dasarnya; tidak ada  median endocarina atau ada namun  sangat pendek; ligula  tidak mengeras (207).Antena memiliki 4 atau 5 segmen; tubuh melengkung secara vertikal (berbentuk huruf C); jumlah segment perut yang tampak 10; tidak ada  prostheca (208). Labrum membulat, pendek, atau memiliki 3 lekuk yang lemah; labial palps 2 segmen (209). Tidak ada  organ stridulatory pada kaki mesothoracic danmetathoracic ; Pada segmen punggung ke 3 ada  3 lipatan melintang yang jelas; Dalam tanah, akar, kotoran, kayu yang membusuk, sarang binatang (Scarabaeidae).uret  ini  yaitu  Anomala viridis, Microserica spp., dan  Dynastes spp. .Anomala viridisUret ini digolongkan  sebagai A. viridis sebab  memiliki  urutan 
determinasi antaralain: :
 Celah anal terletak melintang (dorso-ventral).
Memiliki 3  pasang kaki yang berkembang.,Celah anal yaitu  suatu belahan garis melintang sederhana, sedikit melengkung saat  dilihat secara ventral ,badan dapat mengembang; makanan utamanya (tidak selalu) material tanaman yang membusuk.Uret berukuran kecil atau sedang.
Bergerak dengan cepat dengan sisi perutnya (Rutilinae). Setae pada bagian perut membentuk dua atau lebih baris parallel ,Setae pada baris tidak sama panjang; bagian belakang panjang (rambut 
silang), setae pada bagian depan pendek (Anomala spp.). Pada batas anterior dari rambut perut ada  kira-kira 10 setae, Larva A. viridis ini ditemukan pada lahan pertama. Ukuran panjangnya ±1 cm. Jenis uret spesies ini jumlahnya sangat sedikit sehingga bukan  yaitu  hama pokok pada pertumbuhan stroberi di lahan pertama. 
Larva A. viridis berkelompok pada bahan organik. Larva merusak perakaran, banyak memicu  kerugian pada tanaman sayuran dan tanaman 
hias. Kumbang atau imago memakan daun. Kumbang Anomala seringkali ditemukan  bersama dengan subfamili Rutelinae, Melolonthinae, dan Dynastinae.Serangga dewasa berukuran antara 17 – 27 mm, ada  beragam corak warna.  ketinggian 200 m dpl perkembangan telur sampai dewasa berlangsung selama 7 - 8 bulan, dengan 5 bulan stadium larva ,Uret ini digolongkan  sebagai Microserica spp. sebab  memiliki  urutan determinasi antaralain: :
Celah anal membujur (paralel ke badan).
Ruas perut terakhir tidak membulat; Pada perut ruas kesepuluh ada  suatu baris setae yang berbentuk setengah lingkaran ; spesies kecil 
mampu bergerak dengan cepat pada sisinya, tinggal di humus  (Microserica).Uret Microserica spp. ditemukan pada lahan satu dan dua. Pada lahan pertama, uret spesies ini ditemukan hanya satu ekor sehingga tidak menjadi  hama penting pada tanaman sebab  kepadatan populasinya sangat rendah. Pada  lahan kedua, uret spesies ini cukup banyak ditemukan yaitu berjumlah 23 ekor. 
Larva Microserica spp. berbentuk huruf C (scarabaeidaeform), berukuran kecil dengan panjang ±1,5 cm. Microserica spp. menyebar dari 
ketinggian 400 sampai 4300 mdpl dan  memerlukan waktu 1 sampai 2 tahun untuk menyelesaikan sikus hidupnya. Larva uret ini memakan akar berbagai macam tanaman pada semak belukar. Kumbang Microserica dewasa 
dapat merontokkan buah, memakan bunga, tunas, daun, selalu tertarik pada cahaya, dan sangat banyak ditemukan selama musim kering , Dynastes spp.Uret ini digolongkan  sebagai Dynastes spp. sebab  memiliki  urutan determinasi antaralain: :
Celah anal terletak melintang (dorso-ventral).
 3  pasang kaki yang berkembang. Celah anal yaitu  suatu belahan garis melintang sederhana, sedikit 
melengkung saat  dilihat secara ventral,badan dapat mengembang; makanan utamanya (tidak selalu) material tanaman yang membusuk.
Uret berukuran besar, saat  sudah dewasa ukuran lebih dari 4 cm (Dynastinae). Tubuh tertutup dengan rambut merah kasar; bergerak dengan badan yang mengembang pada sisi perut; di dalam sampah, pupuk, batang busuk, dan lain-lain (Dynastes spp.).Uret spesies Dynastes spp. yaitu  spesies yang paling banyak  pada lahan kedua. Uret ini berukuran besar dengan panjang lebih 
dari 4 cm. Uret ini masuk dalam subfamili Dynastinae. Identifikasi hanya dapat dilakukan sampai tingkat genus sebab  belum ada referensi mengenai jenis spesies uret ini . Seekor uret spesies ini mampu menghabiskan seluruh akar satu tanaman stroberi sehingga memicu  kerusakan yang parah pada pertumbuhan stroberi. Pada satu tanaman stroberi selalu ditemukan 
hanya seekor uret spesies Dynastes spp.. Uret spesies ini memiliki ketahanan hidup yang paling tinggi dibandingkan uret spesies lain yang ditemukan.Larva Dynastes  memakan kayu atau seresah yang membusuk dan tidak menjadi hama pada akar tanaman. Keberadaan Dynastes pada lahan ini dimungkinkan sebab  terbawa dalam pupuk saat  dilakukan pemupukan memakai  pupuk kandang pada lahan stroberi.  larva Dynastes
tinggal di humus, tumpukan pupuk kandang dan kompos, batang pisang yang sudah  mati, kayu yang membusuk, Pada lahan yang memakai  pupuk kotoran kuda, larva  makan  akar pisang dan 
rumput.Larva Dynastes berbentuk huruf C (scarabaidaeform). Larva berganti kulit 3  kali. Pada instar ke3  larva berkembang menjadi sepanjang 1,2 cm. Dalam tahap ini larva memakan kayu yang membusuk dalam jumlah besar. Larva kemudian membentuk sel pupa memakai  partikel kayu dari substrat di sekitarnya. Larva berubah menjadi pupa di dalam struktur ini  yang memberi perlindungan selama masa pupa ini ,ke3  spesies uret yang ditemukan ini  menyebar di dua lahan yang berbeda. Uret A. viridis hanya ditemukan di lahan 1, uret Microserica spp. ditemukan di lahan satu dan dua, sedang  uret Dynastesspp. hanya ditemukan di lahan kedua,Patogen yaitu  mikroorganisme infeksious yang membuat luka atau membunuh inangnya. Seperti mikroorganisme infeksious lainnya, pathogen serangga memiliki  perilaku khusus  di udara, air, dan yang lain. Spora bakteri, protozoa, dan mikrosporidia selalu secara cepat berada di bawah pada  suspensi air. namun   spora cendawan yang sangat kecil dan ringan akan 
terbawa angin. Nematoda aktif mencari inang. Karakeristik khusus  dari stadia infektif patogen sangat dipengaruhi bagaimana patogen itu kontak dan menginfeksi inangnya. tidak ditemukan uret yang terserang patogen. Sampai akhir riset , tidak 
ditemukan gejala-gejala serangan patogen pada uret. Kondisi lahan  kering sebab  pengairan yang tidak teratur memicu  musuh alami berupa patogen 
sulit bertahan hidup. Selain itu pemupukan yang berlebihan juga dapat menghambat perkembangan patogen. Mikroorganisme patogen  rentan 
 faktor lingkungan. Sedikit sekali dari patogen yang bisa bertahan hidup dalam beberapa jam pada sinar matahari langsung dan UV. Beberapa 
pathogen  sangat rentan pada kondisi kering, suhu  tinggi, freezing, Kemampuan patogen untuk 
bertahan hidup di luar inangnya yaitu  faktor utama dalam pengembangan mikrobial insektisida ,uret yang terinfeksi enthomopatogen sering 
menunjukan   gejala dan tanda yang khusus  dari penyakit, contoh  perubahan warna, penampakan secara fisik dari enthomopathogen, perubahan perilaku termasuk sedikit makan atau posisi yang tidak biasa pada tanaman inang, perubahan bentuk dan tekstur, dan  perubahan bau.
tidak ditemukan musuh alami berupa parasitoid yang menyerang uret  saat dipelihara. pemakaian  mulsa plastik pada lahan memicu  parasitoid sulit untuk menggali tanah dan menemukan uret yang 
akan dipakai  sebagai inangnya. Parasitoid yaitu  serangga yang sebelum tahap dewasa berkembang pada atau di dalam tubuh inang (biasanya serangga juga). Parasitoid memiliki  sifat  pemangsa sebab  membunuh inangnya dan seperti parasit sebab  hanya memerlukan  satu inang untuk tumbuh, berkembang, dan bermetamorfosis. Sebagian besar parasitoid ditemukan di dalam dua kelompok utama bangsa serangga, yaitu Hymenoptera (lebah, tawon, semut, dan lalat gergaji) dan bangsa Diptera (lalat bersama   
kerabatnya). Meskipun tidak banyak, parasitoid juga ditemukan pada bangsa  Coleoptera, Lepidoptera, dan Neuroptera. Sebagian besar serangga parasitoid yang bermanfaat yaitu  dari jenis-jenis tawon atau lalat,Untuk mempertahankan diri, inang  menangkal parasitoid secara eksternal sebelum terjadi oviposisi, atau secara internal sesudah  oviposisi terjadi. Reaksi pertahanan eksternal  dilakukan dengan menggerakgerakkan tubuh, atau inang pindah ke bagian lain yang lebih aman. Reaksi pertahanan internal terdiri atas reaksi seluler (enkapsulasi dan melanisasi)  reaksi humoral. biasanya , inang yang berbeda memakai  mekanisme pertahanan yang berbeda untuk menghadapi parasitoid yang sama, namun  
parasitoid yang berbeda akan memicu  reaksi pertahanan yang sama dari inang yang sama ,tidak ditemukan predator yang menyerang uret. 
Predator yaitu  hewan yang memburu dan memakan atau menghisap cairan tubuh mangsanya untuk keperluan hidupnya. peristiwa predator memangsa serangga hama dinamakan predatisme.serangga yang hidup sebagai predator antara lain : Golongan Belalang (Orthopera), Capung (Odonata), Thysanoptera, Kepik (Hemiptera), Neuroptera, Kumbang (Coleptera), Lalat (Diptera), Semut (Hymenoptera), dan 
sedikit golongan kupu-kupu (Lepidotera).
musuh alami paling penting dari larva Scarabaeoidae yaitu  Scoliid wasp (Scolia dubia), yaitu sejenis tawon. Beberapa sejenis lalat parasit yang juga menyerang kumbang dewasa bukanlah 
  musuh alami yang penting. Scoliid wasp betina membuat jalan di dalam tanah untuk mencari uret dengan menggali terowongannya sendiri atau 
mengikuti lubang yang dibuat oleh uret. saat  menemukan uret, dia akan menyengat dan melumpuhkannya. Dia akan menggali tanah di sekitar uret ini  sedalam 1,2 cm atau lebih dalam lagi. Kemudian dia bertelur didekat  uret ini . Uret yang sudah  dilumpuhkan ini  akan menjadi cadangan makanan bagi larva tawon. Uret yang sudah  tersengat tidak akan pernah pulih. 
Banyak uret yang tersengat, namun  hanya sedikit telur tawon yang menetas. sebab  hal itulah tawon ini  yaitu  agen hayati yang sangat penting 
dalam mengendalikan  uret dalam tanah.Kerusakan 
tanaman pada lahan ini lebih banyak dipicu  oleh penyakit keriting. Pada lahan ini serangan hama relatif sedikit sebab  sistem tanam memakai  
sistem tanam tumpang gilir dengan jagung. Dengan adanya sistem ini  maka diperlukan pengolahan tanah kembali pada saat dilakukan pergantian tanaman. Pengolahan tanah ini dapat mengurangi populasi uret sebab  pada saat olah tanah ini  tanah dibongkar sehingga uret yang ada  dalam  tanah dapat diambil secara manual.
Pada lahan kedua, intensitas tanaman yang rusak sebab  serangan uret  lebih tinggi. Pada lahan ini serangan lebih banyak sebab  selama 3  tahun berturut-turut lahan ini ditanami stroberi, tidak ada pergiliran tanaman. Pada sistem pertumbuhan ini hama dapat berkembang secara berkelanjutan  sebab  pembongkaran lahan yang dapat mengurangi populasi uret lebih jarang  dilakukan. serangan hama uret lebih banyak diketemukan di lahan yang lebih kering, yaitu pengairan seminggu sekali. Pemberian gamping juga  dapat mengurangi serangan hama uret. Pada lahan pertama yang dilakukan pengapuran sebelum tanam, serangan uret sedikit sekali. sedang  pada lahan  kedua yang tidak dilakukan pengapuran sebelum tanam, serangan uret banyak ditemukan. Serangan uret  sedikit  ditemukan pada lahan  yang  dilakukan pengapuran sebelum tanam.