Maret 09, 2022
mimpi 1
Maret 09, 2022
mimpi 1
MIMPI bagian 1
Mimpi yaitu pengalaman psikologis yang terjadi dalam tidur manusia. Mimpi menandakan bagaimana otak manusia yang tidak terhubung dengan lingkungan sekitarnya itu dapat mengalami keadaan dunia sadar dengan sendirinya Mimpi terjadi dengan munculnya imajinasi, ide, emosi, dan rasa yang terjadi di luar kendali mahluk hidup dalam keadaan tidurnya Dari segi fenomenologis, hal yang paling mencolok dari pengalaman kesadaran dalam keadaan tidur yaitu sedemikian miripnya dunia yang muncul dalam mimpi dengan keadaan nyata saat tidak-tidur . Dari pandangan neurosains sendiri, mimpi menandakan fungsi otak yang terjadi seperti halnya keadaan sadar dalam keadaan mimpi. Dalam kerangka psikiatri, mimpi menjadi pembebasan atas tekanan yang terjadi pada jiwa manusia dari ketegangan material kehidupan nyatanya. hubungan mimpi dengan keadaan kejiwaan pada gagasan mimpi dari psikiatri mengacu pada keadaan psikopatologis mahluk hidup dengan penyimpangan yang menandakan kegilaan.Dalam pandangan Hobson mimpi mengikutsertakan anggapan dan kepercayaan . anggapan mengalami penyimpangan fungsinya dalam mimpi di mana pengalaman yang diterima pada nyatanya tidak benar-benar terjadi.
Kepercayaan terlibat dalam hal bagaimana dipercayai sebagai oleh individu yang bermimpi dan pada nyatanya bukanlah seperti yang dipercaya dalam mimpi itu. anggapan dan kepercayaan yang muncul dalam mimpi yaitu hasil spontanitas dari kegiatan otak yang acak. Pandangan ortodoks Freudian tentang mimpi masih memandang ini sebagai wujud kegiatan mental yang lebih tinggi , Pandangan lain dari Walton mengungkapkan bagaimana mimpi memiliki pola seperti permainan memicu percaya yang memiliki sifat representasional di mana mahluk hidup tidak menyadari bahwa yang dialaminya hanyalah fiksi belaka. Seperti yang diungkapkan Descartes tentang pemimpi
yang mempercayai hal-hal fiksi dalam mimpi mereka seperti yang diimajinasikannya, bukan yang diinginkannya. Mimpi menjadi suatu fenomena kesadaran manusia dalam keadaan tidurnya yang di dalamnya terjadi hal yang
analog dengan keadaan sadar manusia itu sendiri.
Sebagai wujud manifestasi dari kesadaran dalam keadaan tidak sadar (tidak sadar) atau tertidur dari mimpi, pikiran mejadi bahasan pusat untuk dapat mengaitkan bagaimana relasi manifestasi itu dapat terjadi. Dalam kerangka epistemologi, bahasan pikiran yang berurusan dengan pengetahuan
diawali dengan pertanyaan kunci: Apa yang bisa kita tahu? Serta dengan lebih jauh mengikutsertakan logika untuk validitas pengetahuan yang diperoleh melalui media
bahasa dan rasio. Refleksi filosofis tentang pikiran dimulai dengan fakta yang tidak pernah usai tentang kapasitasnya untuk menghasilkan rasa, pemikiran , emosi, anggapan, segala hal yang tidak memiliki kualitas fisik. Sebagai mahluk hidup dari kesadaran, pikiran memiliki wujud fenomenologis, seperti yang terjadi pada saat membayangkan rasa sakit atau berimajinasi memakan buah . keadaan itu jelas tidak memiliki kualitas fisik, namun kualitas fenomenal jelas terjadi dalam wujud proyeksi dari kualitas fisik itu
pengertian itu mengacu pada dualisme
Cartesian yang membagi kualitas pikiran-fisik. Descartes mengungkapkan bahwa pikiran yaitu jiwa yang immaterial, substansi dari esensi kesadaran. Semua atribut pikiran yaitu esensi ekspresif dari wujud kesadaran mental. Secara
kontras, semua substansi material yaitu kualitas fisik untuk fisik, ekstensifikasi dari ekspresi, dan esensi ketubuhan. maka , substansi mental dan fisik serta atribut-atributnya memiliki jarak yang menonjol.Secara metafisis, pikiran menjadi aspek asli dari kenyataan sebagai dasar observasi dan aksi. Pandangan ini mendapat kritik dengan pertanyaan: Apakah kesadaran manusia dapat dijelaskan hanya berdasar proses material
dan asli itu? artinya, apakah otak fisik itu sendiri memiliki peran penting bagi kesadaran atau ada kualitas immaterial lain yang juga
ikut terlibat. gagasan tradisional dari pandangan religius menjawab melalui afirmasi bahwa memang ada sisi supernatural yang immaterial dari pikiran. Namun, penelitian ilmiah terus menyelidiki penjelasan ilmiah dari segi material pikirandan kesadaran. John Searle mengungkapkan bagaimana kegiatan dan proses mental yaitu bagian dari sejarah alami biologis manusia seperti halnya pencernaan, pembelahan-diri sel , atau produksi enzim ,Namun tendensi Searle sendiri bukan kepada naturalisme biologis,
karena menurutnya penjelasan neurokeilmiahan tentang proses ilmiah proses mental mengurangi masalah pikiran pada fenomena fisik. Dualisme sendiri memiliki kesalahan pada inkonsistensi penjelasan fisik atas fisik yang memicu pikiran
sendiri tidak sedemikian lebih superior pengaruhnya dibandingkan fisik secara fisik. Alternatif dari Searle yaitu dengan dualisme konseptual yang mengambil pandangan penting dari segi fisik sebagai non-mental dan mental sebagai non-fisik. Pandangan ini mengakomodir
baik dualisme dan materialisme dengan materialisme itu sendiri sebagai wujud dualisme lanjutan. artinya, konsistensi dualisme akan mengarah pada materialisme melalui oposisi kualitas mental dan fisik itu. pikiran menjadi
fenomena dari mental manusia yang menandakan kompleksitas proses non-fisik yang melahirkan manifestasi dalam aspek fisik. hubungan pikiran dan fisik terjadi pada fenomena referensial mental dan fisik yang terjadi dalam proses mental
dengan kualitas fisik. ini pun mengafirmasi pengertian Searle tentang dualisme konseptual yang mengakomodir ketegangan antara dualisme
dan materialisme tanpa harus terjebak pada reduksionisme dalam menentukan posisi dalam perdebatan filosofi pikiran pengertian pikiran yang dikomparasikan juga dengan fisik dari segi konseptualnya berimplikasi pada kualitas kesadaran. Kualitas kesadaran mahlukhidup
yang muncul secara fenomenologis dinamakan sebagai qualia. terminologi qualia familiar dalam artian bagaimana hal-hal terlihat bagi kita ,Melalui contoh, bagaimana susu terlihat dalam gelas pada saat matahari tenggelam; bagaimana ini terlihat pandangan personal yang mahlukhidup dan partikular terhadap segelas susu itu yaitu quale dari pengalaman visual mahluk hidup pada saat tertentu ,Bagaimana rasa susu menjadi quale pengecap/perasa serta bagaimana terdengarnya suara susu saat diminum menjadi quale auditoris. Variasi dari atribut pengalaman sadar ini yaitu
contoh dari qualia . Terkait dengan sudut pandang mahlukhidup dari qualia, kualitas kesadaran ini tidak bisa direduksi menjadi aksi yang dapat diadaptasi dengan perspektif orang ketiga, Melalui Searle, kritik atas qualia dari materialisme dijelaskan melalui perspektif orang pertama yang mutlak dalam pengalaman fenomena mental ini. itu juga menjadi dasar bagi kritik atas gagasan other-pikiran dari Thomas Nagel dalam karyanya yang mengangkat masalah pikiran dari sudut pandang Bagaimana rasanya menjadi . Nagel mengangkat argumen yang sepenuhnya mendasar pada penjelasan neurophysiological dari cara kerja otak kelelawar ,
Namun, melalui penjelasan neurophysiological yang mendasar pada pengetahuan objektif itu, akses atau pengertian atas qualia kelelawar masih belum terpenuhi. itu juga menandakan tidak diperlukannya logika atas pengalaman mahlukhidup yang memiliki satu sumber stimulus. maka, kualitas kesadaran dari pikiran dalam wujud qualia menjadi imajinasi atas bagaimana mahluk hidup menerima stimuli baik indrawi (secara fisik dalam melihat warna, merasakan wujud atau mengecap rasa) maupun non-indrawi memori,
emosi, mood, dan lain lain yang terjadi secara mahluk hiduptif.Terkait dengan masalah mimpi, pikiran, dan qualia, pemilihan topik yang diambil oleh penulis mempertimbangkan ketertarikannya pada studi kesadaran yang memiliki salah satu akar masalah pada kualitas tidak nyatanya dalam wujud qualia. Dalam konteks mimpi sendiri, penulis memiliki passion atas pemikiranpemikiran psikoanalisa Sigmund Freud yang bersifat konseptual dan aplikatif. Berbeda dengan bahasan inti dari psikoanalisa Freud yang mengangkat sisi
kejiwaan manusia, bahasan mimpi dari Freud ini diangkat terkait sisi aplikatifnya .untuk diimplementasikan dengan bahasan pikiran. Penulisan ilmiah ini, dalam komparasinya dengan tulisan ilmiah lain yang sudah ada, sejauh yang ditelusuri masih sebatas membahas pandangan Freud sendiri atas interpretasi mimpi dan masalah qualia dalam filosofi pikiran secara deskriptif. Perspektif baru yang diangkat penulis dari masalah mimpi, pikiran, dan qualia dengan cara yang kolaboratif yaitu dengan menandakan mimpi sebagai kualitas kesadaran atau qualia dalam filosofi pikiran yang memungkinkan untuk dicapai melalui metode interpretasi dan sintesis teori dan konsep masalah mimpi menjadi fenemona kesadaran manusia dari keadaan tidurnya dalam wujud imajinasi, ide, emosi, dan rasa bersifat analog dengan keadaan tidaktidurnya . Mimpi diterima mahluk hidup sebagai pengalaman yang terjadi saat tertidur. wujud pengalaman itu dapat berisi rasa, pemikiran dan lain lain. yang tersusun secara naratif dalam wujud petualangan seperti halnya pengalaman dalam keadaan sadar,meskipun pada beberapa masalah mahluk hidup tidak menyadari narasinya .Pemikiran , aksi , tingkah laku , hal-hal lain yang berasosiasi dengan kesadaran memiliki wujud yang berbeda dalam keadaan mimpi.pengertian mimpi yang diungkapkan Dennet itu memiliki kaitan dengan interpretasi mimpi yang dijelaskan Sigmund Freud. Freud mengatakan bahwa interpretasi terhadap mimpi secara psikologis dapat mengungkapkan arti srtuktural dari keadaan mental dalam keadaan terjaga . Terkait dengan sisi analitis dari psikoanalisa itu sendiri, interpretasi mimpi Freud ini memiliki sisi filosofis yang lebih dari sekedar wujud penyelidikan fisis dari mimpi sebagai .gejala mental. Dalam merumuskan gagasan mimpi, Freud memakai masalahmasalah histeria dari pasiennya yang memiliki kecenderungan kelainan keadaan mental. berdasar keadaan itu dapat ditemukan pula solusi bagi masalah yang dihadapi. ‘Interpretasi’ identik dengan memberikan arti terhadap sesuatu. Dalam interpretasi mimpi dari Freud, interpretasi lebih berupa penyesuaian terhadap rantai keadaan mental yang memiliki hubungan satu sama lainnya. Freud mengungkapkan bagaimana mimpi yang paling tidak dapat diungkapkan cenderung memiliki penonjolan yang besar. berdasar hal itu, setiap mimpi memiliki arti, yang tersembunyi sekalipun. Mimpi yaitu proses pikiran dalam wujud lain yang pengartiannya dapat dilakukan dengan
membalik proses substitusinya (pikiran dengan mimpi dalam keadaan mimpi dan mimpi dengan keadaan pikiran atau mental mahluk hidup dalam interpretasinya). Freud membagi 2 metode berbeda dalam melakukan interpretasi mimpi, yaitu: pertama, metode yang menganggap mimpi sebagai keseluruhan dan mencari pengganti yang dalam beberapa aspek bersifat analog dengan yang asli. Metode ini yaitu interpretasi mimpi ‘simbolik’ yang dipakai untuk mengartikan mimpi yang sulit diungkapkan mahluk hidup, juga membingungkan; kedua, dikenal sebagai metode ‘dekoding’ yang caranya mirip dengan konsep kriptografi dalam menerjemahkan tanda dengan artian tertentu yang diketahui. Metode ini cenderung mekanistik dengan lebih memperhatikan tanda-tanda yang dikenal oleh mahluk hidup yang bersifat bereferensi pada kehidupan nyata mahluk hidup yang bermimpi sendiri. Freud meyakini dua metode itu tidak sepenuhnya ilmiah dan tidak terlepas dari perhitungan relatif yang sulit diperhitungkan kualifikasinya Namun bagi Freud, mimpi tetap memiliki peranan yang penting dalam melihat keadaan mental manusia sehingga metode ilmiah untuk mengartikannya sangat dimungkinkan.
Relasi antara mimpi dan kesadaran dalam wujud qualia dapat dikajimelalui interpretasi mimpi Freud.
berdasar permasalahan yang telah diungkapkan, maka pertanyaan penelitian mengacu pada:
1. Apakah mimpi yaitu salah satu wujud qualia dari kesadaran ? Apa yang dimaksud qualia sebagai kualitas kesadaran dari pikiran?
3. berdasar pertanyaan 1 & 2, apakah pemikiran Freud tentang interpretasi mimpi dapat mengatakan mimpi itu sendiri sebagai
kualitas kesadaran/qualia? .Kerangka teoritis yang akan dipakai dalam menyelidiki masalah mimpi, yang yaitu pemikiran Sigmund Freud yang mendasar pada psikoanalisa. Freud tidak menciptakan sendiri ide kesadaran versus tidak sadar, namun ia menjadikannya populer. pikiran yaitu kesadaran kita pada saat-saat partikular, anggapan saat ini, memori, pemikiran, fantasi, perasaan, dan lain sebagainya. Preconscious melekat pada kesadaran / 'memori yang tersedia' atau segala hal yang dapat disadari, seperti memori yang tidak dipikirkan pada saat tertentu, namun dapat segera diingat Conscious dan tidak sadar, bagi Freud, yaitu bagian terkecil dari lapisan pikiran. Bagian terbesar yaitu tidak sadar yang terkandung di dalamnya segala hal yang tidak dengan mudah dapat disadari, termasuk banyak hal terkait asalnya yang berada pada lapisan ini yang menjadi sumber motivasi kita, mulai dari keinginan untuk makan atau seks, kompulsif neurotis , serta berbagai motif atas apa yang kita lakukan, namun tidak dapat kita lihat begitu saja, seperti memori atau emosi terkait traumatis.Kajian tentang mimpi harus mengikutsertakan otoritas mahluk hidup dalam prosesnya sebagai referensi interpretasi mimpi terkait. Mimpi mengungkapkan banyak fakta biologis tentang manusia dan hanya dengan mahluk hidup yang bebas hal itu dapat lebih jauh dikaji. Meskipun perlu dipertimbangkan pula berbagai ambiguitas dalam imajinasi yang dialami mahluk hidup dalam bermimpi. Hal
yang ingin ditunjukkan oleh Freud yaitu bagaimana mimpi manusia menjadi proyeksi atas keadaan mentalnya. Mimpi diyakini terjadi karena kurangnya kemampuan mahluk hidup untuk bersikap sesuai keinginan dan tujuannya. Namun itu tidak menandakan ekuivalensi antara pengalaman yang dialami dalam keadaan
terjaga dan keadaan bermimpi. Ekuivalensi wujud pengalaman dari keadaan terjaga dan tertidur diperlukan evaluasi terhadap pengalaman terjaga secara retrospektif sama halnya dengan pengalaman mimpi juga dievaluasi. Berbagai
pengalaman yang terjadi dalam mimpi lebih bersifat lepas dalam wujud keputusan dan tetap mengandung wujud kesadaran mahluk hidup yang umum dan emosional ( mirip dengan keadaannya terjaga).Kajian mendasar dari kesadaran melalui mimpi dalam wujud
interpretasinya yaitu wujud analisa atas keadaan mental manusia sendiri sebagai mahluk hidup yang independen. Lain dengan Kant bahwa manusia telah memiliki modal pengetahuan apriori tentang nilai-nilai serta wujud keputusannya dalam wujud kategori,pengertian mendalam dari psikoanalisa Freud terhadap kesadaran manusia melalui interpretasi atas keadaan mimpinya menandakan adanya keterpisahan antara apa yang dimiliki mahluk hidup sebagai identitas dari dirinya yang tidak lepas dari pengaruh lingkungannya serta memiliki wujud yang sublim saat kesadaran bertransformasi dalam keadaan mimpi. Berangkat dari teori Freud yang berawal dari masalah kelainan mental manusia, hal yang perhatikan dalam interpretasi mimpi lebih berkaitan dengan keadaan mental yang mengindikasikan gangguan
dari wujud keadaan normalnya. berdasar hal itu, mimpi menjadi media bagi Freud untuk lebih jauh menggali keseluruhan wujud mental mahluk hidup lebih dari sekedar wujud kesadaran yang disengajanya ,pengertian tentang mental yang juga dikenal dengan terminologi pikiran dalam kerangka psikoanalisa Freud menjadi bagian dari interpretasi mimpi untuk dapat dimengerti, Mendasar pada mental sebagai tatanan tidak nyata
dari manusia yang berupa proses, mimpi menjadi bagian dari imajinasi proses yang ditunjuk itu. Proses itu menjadi imajinasi bahwa mental manusia menandakan kegiatannya meskipun keadaan yang terjadi berupa tidak sadar. Teori dualisme konseptual dipakai sebagai kerangka dasar pengertian kesadaran , Dualisme konseptual dari Searle ini berangkat dari
perdebatan panjang antara dualisme dan monisme Fenomena pikiran tidak terlepas dari bahasan kesadaran yang sekalipun dalam kehidupan sehari-hari mahluk hidup tidak menyadari keadaan kesadarannya sendiri, namun keadaan tidak-sadar (tidak sadar) itu hanya dapat disadari melalui kesadaran . berdasar hal itu, kesadaran menjadi prinsip dalam pemakaian konsep filosofi pikiran Kesadaran itu muncul dalam kenyataan yang dalam satu keadaan bersifat objektif dengan media bahasa (orang ketiga), Searle mengungkapkan bagaimana sebagian
wujud kenyataan yaitu mahlukhidupdengan argumen epistemologis dan ontologis. Secara epistemologis, perbedaan objektif-mahlukhidup menandakan perbedaan antara wujud nilai-nilai khusus personal dari mahluk hidup seperti sudut pandang, emosi, dan prasangka. Secara ontologis, perbedaan objektif-mahlukhidup menandakan perbedaan kualitas empiris kenyataan. berdasar perbandingan itu, pandangan tentang perspektif orang pertama sebagai dasar mahluk hidup dan orang ketiga untuk objektivitas dapat terakomodir. ini juga menjadi dasar untuk bahasan kualitas kesadaran mahlukhidup tentang qualia. Pengakomodiran Searle terhadap dua konsep yang menjadi tesis dan anti-tesis dalam perdebatan philosophy pikiran dilakukan melalui dualisme konseptual.Untuk masalah qualia, kualitas kesadaran kembali mengacu pada teori dan
konsep yang dipakai dalam lingkup philosophy pikiran dari Searle. Searle mengatakan bahwa qualia yaitu kualitas mental khusus saat mahluk hidup menerima stimuli indrawi, seperti saat melihat warna merah atau merasakan sakit punggung. Kualitas itu tidak tergambarkan secara fisik, namun mahluk hidup yang mengalaminya dapat mengatakan hubungan kausal yang
menghasilkan kualitas kesadaran dalam wujud qualia itu. pengertian teoritis dari qualia diafirmasi oleh Frank Jackson yang mengungkapkan bahwa qualia tidak dapat terhindarkan sebagai kualitas kesadaran manusia.
Melalui argumen pengetahuan dan modalitas, Jackson mengatakan qualia sebagai
kualitas yang bersifat mahlukhidup kemampuan mahluk hidup menerima stimuli indrawi
yang dilanjutkan sebagai modal untuk penjelasan yang kualitasnya bersifat fisik. gagasan tentang qualia ini menjadi dasar bagaimana penerapan teori dapat dicampur dengan pengertian mimpi secara konseptual dan teoritis dari Sigmund Freud.
Ketiga konsep itu (mimpi, kesadaran, dan qualia) menjadi teori dan konsep dasar penulisan ilmiah ini dengan kolaborasi konseptual yang bersifat
sintesis. Mimpi menjadi entitas yang dikomparasikan sebagai kualitas kesadaran atau qualia. Sebagai sisi yang akan diafirmasi, kualitas
kesadaran atau qualia dalam philosophy pikiran dipakai gagasan yang sejalan dengan penjelasan konseptual dan teoritis dari mimpi, yaitu dualisme.
berdasar hal itu, hubungan antara mimpi dan kesadaran dijelaskan melalui kualitasnya yang dinamakan qualia. maka , ini mengacu pada tiga teori dan konsep itu.menjawab bahasan
Mengetahui bahwa mimpi yaitu salah satu wujud qualia dari kesadaran. Mengetahui qualia sebagai kualitas kesadaran.Mengetahui bahwa pemikiran Freud tentang interpretasi mimpi dapat mengatakan mimpi itu sendiri sebagai kualitas kesadaran/qualia. berdasar pada pertanyaan itu kegunaan konseptual dan teoritis penelitian ini yaitu: Menjadi referensi teoritis atas pengertian qualia sebagai kualitas kesadaran dalam kerangka philosophy pikiran. Menjadi referensi atas pengertian konseptual tentang mimpi
sebagai wujud qualia dari kesadaran. Menjadi referensi bahasan psikoanalisa melalui interpretasi mimpi ,Freud mengatakan mimpi itu sendiri sebagai kualitas kesadaran/qualia. ini memberikan pandangan baru melalui kolaborasinya dengan psikoanalisa. Dari segi substansi, bahasan tentang psikoanalisa masih terbatas referensinya, juga bertujuan menambah rujukan bahasan psikoanalisa yang dicampur dengan gagasan kesadaran dari philosophy
pikiran. Interpretasi mimpi dari Freud yaitu studi aplikatif dapat menjadi rujukan baru bagi pengertian psikoanalisa. Substansi yang disampaikan itu bertujuan untuk masalah nyata terkait psikoanalisa, kesadaran, dan mimpi yang dapat membantu pengertian secara konseptual.Penelitian dilakukan dengan metode penelusuran literatur/studi pustaka yang disintesiskan dengan metode kritis reflektif dan interpretasi. Bahan pustaka yang dikumpulkan meliputi bahasan tentang psikoanalisa dan interpretasi mimpi dari
Sigmund Freud serta kajian tentang philosophy pikiran. Penelusuran dilakukan dengan memakai sumber dari penulis , pelengkapnya sebagai
sumber kedua yang membahas pandangan lain atas teori dan konsep yang akan dipakai. Teori dan konsep dari bahasan itu diartikankan oleh penulis
untuk dipakai dalam sintesis teori yang dapat mendukung pernyataan tesis penelitian.
Referensi yang dinterpretasikan kembali substansinya yaitu karya asli dari Sigmund Freud, antara lain Dream Psychology, Psychoanalysis for
Beginners, dan The Interpretaition of Dreams untuk gagasan mimpi, penjelasan tentang philosophy pikiran yang membahas tentang kesadaran dan kualitasnya atau qualia dari John Searle. Penjelasan pelengkap untuk memperdalam pengertian serta materi analisa untuk qualia dipakai konsep yang diungkapkan oleh Frank
Jackson dalam karyanya Epiphenomenal Qualia, David Chalmers, dalam The Conscious pikiran, pengertian tentang mimpi akan dikomparasikan secara analitis untuk disintesiskan dengan pengertian kesadaran dari philosophy pikiran
yang secara khusus membahas kualitasnya atau qualia. Metode itu tidak terlepas dari filsafat sebagai ‘pisau analisa’ yang mengkomparasikan dan mensintesis-kan keduanya.
latar belakang masalah yang diangkat dan
disertai dengan rumusan masalah, kerangka teori, tujuan penelitian, kegunaan penelitian. Untuk membantu proses analisa, dilengkapi juga alur
penelitian berdasar rumusan masalah serta kerangka teori yang akan dipakai. Latar belakang yang diambil dari pengertian tentang mimpi dari
Sigmund Freud dicampur dengan gagasan qualia dari kesadaran.berfokus pada teori yang disampaikan Freud tentang psikoanalisa dan interpretasi mimpi. Dimulai dengan penjelasan tentang latar belakang Freud yang memulai psikoanalisanya dari psikiatri dan analisa terhadap gangguan mental. berdasar psikoanalisanya itu, Freud membahas mimpi sebagai bagian dari tidak sadar yang turut memiliki peranan tertentu dari pikiran mahluk hidup. Dalam interpretasi mimpi, dijelaskan variasi yang mempengaruhi terjadinya mimpi yang dimulai dari hubungan mimpi itu sendiri dengan kesadaran, motif dasar mimpi sebagai pemenuhan keinginan dari mahluk hidup, mekanisme mimpi, hingga hubungan mendasar
yang ditunjuk Freud tentang mimpi dan gangguan mental. Kerangka dasar interpretasi mimpi ini akan dijelaskan lebih jauh dalam penjelasan tentang
mimpi sebagai proses mental ,bagian dari kerangka teori dari interpretasi mimpi dari Sigmund Freud. Mendasar pada latar belakang tentang interpretasi mimpi yang telah
disampaikan penjelasan ini akan berfokus pada masalah mimpi sebagai bagian dari kegiatan mental yang terjadi dalam keadaan tidak sadar.
Dimulai dengan kerja mimpi yang mendasar pada mekanisme mimpi sebagai imajinasi bahwa mimpi yaitu proses mental dari pikiran manusia, penjelasan berlanjut pada proses mental dari mimpi itu sendiri yang menandakan sisi manifestasi khususnya sebagai pemenuhan keinginan dari manusia sebagai mahluk hidup yang bermimpi. Sebagai wujud aplikatif dari konsep yang telah dijelaskan, bagian ini juga dilengkapi dengan imajinasi metode interpretasi
mimpi yang banyak juga Freud gunakan untuk mengatakan interpretasi mimpinya.
penjelasan akan berfokus pada pengertian qualia sebagai kualitas dari kesadaran. pengertian tentang kesadaran itu dikaji lebih khusus dari
segi kualitas dengan membahas qualia sebagai kualitas dari kesadaran itu sendiri. Dari pengertian kesadaran itu, dijelaskan bagaimana kualitas tertentu dapat muncul dari fenomena pengalaman manusia dalam wujud qualia. Sebagai variasi yang pusat dalam penelitian ini, qualia dibahas lebih jauh dari segi sifat, masalahnya dalam fungsionalisme sebagai oposisi terhadap eksistensi qualia sendiri serta menegaskan kembali posisi qualia dalam kesadaran.
analisa terhadap gagasan pemikiran Freud dari psikoanalisa dicampur dengan pengertian kesadaran yang berfokus pada sisi kualitasnya, yaitu qualia. Diawali dengan kerangka tentang kesadaran ,kesadaran sebagai latar belakang dari qualia yang disintesiskan dengan pemikiran mimpi dari Sigmund Freud untuk menandakan hubungan dari konsep dasar
dualisme yang mendasari pengertian kesadaran yang dipakai. Kerangka pengertian kesadaran yang telah disintesiskan itu dipakai pada bagian selanjutnya, yaitu untuk mengatakan posisi qualia. berdasar afirmasi posisi qualia dalam pengertian kesadaran yang juga melingkupi pemikiran Freud itu, sisi berkualitas dari qualia dijelaskan secara analogis dengan pengertian mimpi dari Freud yang akan menuju tesis dari penelitian ini, yaitu menandakan mimpi sebagai qualia kesadaran melalui interpretasi mimpi dari Sigmund Freud. Kesimpulan berfokus pada tesis relasi antara mimpi dan kesadaran dalam wujud qualia serta afirmasi atas tesis mimpi sebagai wujud
qualia dari kesadaran,penjelasan akan berfokus pada teori yang disampaikan Freud tentang psikoanalisa dan interpretasi mimpi. Dimulai dengan penjelasan umum tentang latar belakang Freud yang memulai psikoanalisanya dari psikiatri dan analisa terhadap gangguan mental. berdasar psikoanalisanya itu, Freud
membahas mimpi secara general sebagai bagian dari tidak sadar yang turut memiliki peranan tertentu dari pikiran mahluk hidup. Dalam penjelasan menjauh tentang mimpi, dijelaskan tentang interpretasi mimpi yang menjadi fokus Freud dalam menelusuri lebih jauh keadaan pikiran dan kejiwaan mahluk hidup. Dalam interpretasi mimpi itu, dijelaskan variasi-variasi yang mempengaruhi terjadinya mimpi yang dimulai dari hubungan mimpi itu sendiri dengan kesadaran, motif
dasar mimpi sebagai pemenuhan keinginan dari mahluk hidup, mekanisme mimpi, hingga hubungan mendasar yang ditunjuk Freud tentang mimpi dan gangguan mental.Sigmund Freud (1856-1939) lahir di Repubik Ceko dan memulai studinya di bidang medis dengan spesialisasi pada neurologi. Melalui neurologi itu ia mendalami aspek mental sebagai kesadaran manusia dalam pemikiran psikoanalisanya. Freud yaitu guru dari beberapa tokoh psikologi lain antara
lain Carl Gustav Jung (1875-1961) dan Alfred Adler (1870-1937) yang kemudian .mengembangkan psikoanalisa dengan cara yang berbeda.
Psikoanalisa Freud dimulai atas pengaruh dari mentor Freud, yaitu Dr. Joseph Breuer yang menangani pasien perempuan yang dinamakannya Anna O. Gangguan psikis yang dialami Anna O menandakan keadaan yang muncul secara fisik, namun tidak ada pemicu fisik yang ditemukan. keadaan itu dinamakan hysteria yang kemudian dijelaskan oleh Breuer dan Frued sebagai
hasil pengalaman trauma yang tidak bisa.diintegrasikan dengan pengertian .mahluk hidup terhadap dunia. Emosi yang diekspresikan dalam trauma bersifat kabur namun tidak bisa menghilang begitu saja. Gejala-gejala yang ditunjukkan pun
memiliki makna tersembunyi. Saat mahluk hidup (yang mengalami hysteria) dapat menyadari makna dari gejala-gejala yang dialaminya, maka emosi yang tidak
ekspresikan dapat terlepas dan tidak lagi menjadi gejala, ini dinamakan katarsis . Pada masalah Breuer, Anna harus menjalankannya dengan bantuan Breuer, yaitu dengan memegang tangannya. itu membawa pada masalah baru yang menurut Freud Anna telah jatuh cinta pada Breuer. Anna pun menandakan gejala-gejala hysteria atas keadaan perasaannya terhadap Breuer dengan mengatakan pada semua orang bahwa ia mengandung bayi Breuer. Breuer memutuskan untuk menghentikan pengobatan pada Anna hingga akhirnya ia dikirim ke sanatorium dan kembali ke dunia sosial dengan nama aslinya Bertha Pappenheim. Lain halnya dengan Breuer yang memilih mundur dalam
mempelajari hysteria, Freud menemukan hal baru dari masalah jatuh cinta AnnaBreuer, yaitu bahwa hasrat seksual mendasari berbagai keadaan hysteria, termasuk dalam masalah Anna O. Latar belakang itu menjadi imajinasi bagaimana Freud mengembangkan psikoanalisanya untuk menelusuri struktur kejiwaan manusia yang menjadi gerbang untuk memahami manusia lebih dari sekedar tingkah lakunya yang terlihat. Freud mengemukakan tesis pikiran yang dibaginya atas aspek kesadaran, prekesadaran, dan unconsciouness. Dari ketiga aspek itu, tidak sadar menjadi aspek yang paling dominan dalam menentukan tingkah laku manusia. Dalam tidak sadar itu tersimpan ingatan mahluk hidup tentang masa kecilnya, energi psikis, serta dorongan instingtif atas perilakuperilaku mahluk hidup yang bersangkutan. Muatan dalam tidak sadar itu dijembatani oleh prekesadaran untuk dapat termanifestasi dalam kesadaran atau kesadaran yang memiliki kontak langsung dengan kenyataan ,Dari aspek kesadaran, tidak sadar memegang peran paling dominan
dari perilaku manusia. Dalam wujud manifestasi, tidak sadar dan kesadaran diperantarakan oleh preconciousness yang berisi ingatan atau ide
yang dapat diakses kapan saja. kesadaran berhubungan langsung dengan realita, namun hanya sebagian kecil dari keseluruhan pikiran. Sebagai analogi, Freud mengindikasikan gunung es yang terapung, di mana permukaan gunung es yang terlihat hanya sebagian kecil dari keseluruhan aspek mental atau pikiran manusia itu.Dalam struktur pikiran dengan 3 aspek itu, ada konstruk yang paling penting, yaitu id, ego dan super ego berhubungan antar satu sama lain.
Struktur dasar dari pikiran yaitu id yang berperan sebagai prinsip kesenangan dengan orientasi kepuasan yang terpenuhi sesegera mungkin. Id berkembang menjadi ego dengan terlibat pada kesadaran dalam mengambil keputusan untuk
berperilaku. Super ego berkembang dari ego dengan campur tangan pihak-pihak di luar diri mahluk hidup individu manusia dalam menerapkan nilai baik dan buruk suatu perilaku. Selanjutnya super ego merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan
individu atas tuntutan moral jika terjadi pelanggaran dengan menghukum ego dengan menimbulkan rasa bersalah. Ego selalu dalam keadaan yang tergantung
pada ketegangan antara id dan super ego. Berbagai tuntutan dari id yang mempengaruhi keadaan ego yang dalam berbagai usaha pencapaiannya dinamakan
sebagai motivasi dan jika tidak terpenuhi dapat lahir kecemasan ,wujud penyelamatan ego yaitu berbagai wujud defense mechanism yang dapat terjadi dalam berbagai wujud , salah satunya yaitu represi. Secara menonjol, Freud menunjuk masa kecil memiliki peranan penting atas terwujud nya dasar pengertian mahluk hidup atas kenyataan dunia sekitarnya.
Penjelasan tentang tahap-tahap dari psikoanalisa memiliki intensi atas penjelasan kejiwaan dari manusia yang menjadi dasar bagi pengembangan
psikoanalisa secara praktis dalam aplikasinya yang sejalan dengan psikologi. Tahap yang terdiri atas tahap oral, tahap anal, tahap phallic, tahap laten, dan tahap genital ini sepenuhnya menandakan pewujud kan diri mahluk hidup di mana tahap terakhir atau tahap genital menjadi keadaan dari mahluk hidup sebagai identitasnya saat berinteraksi dengan mahluk hidup lain. Masa perkembangan ini menjadi imajinasi
tentang bagaimana aspek pikiran dari mahluk hidup terwujud . itu juga berkaitan dengan asal dorongan dari mahluk hidup baik yang bersifat instingtif maupun manifestasi dari kesadaran mahluk hidup. .Mimpi, sebagai bahasan dalam penulisan kali ini menjadi salah satu manifestasi dari defense mechanism. Freud sendiri membahas fenomena mimpi dalam buku The Interpretation of Dream. Freud berangkat dari pengertian mimpi sebagai kegiatan untuk memahami salah satu aspek pikiran, yaitu
unconciousness. sebagai wujud tidak sadar Mimpi menjadi manifetasi kesadaran manusia dalam keadaan tidak sadar. Unconsiousness sendiri selalu memiliki kecenderungan untuk menuju prekesadaran yang kemudian muncul dalam kesadaran . Dalam
kaitannya dengan gejala fisis, kesadaran tidak bisa lepas dari aplikasinya. Kesadaran yang bersifat mental itu tetap menjadi referensi bagaimana gejala fisik dapat ditunjukkan oleh mahluk hidup. Seorang physician dapat berangkat dari dampak yang dihasilkan oleh kesadaran sebagai produk dari proses tidak sadar mahluk hidup untuk memahami bahwa tidak sadar yaitu dasar yang paling dasar dari mental manusia tidak sadar menjadi bagian fundamental dan terbesar dari mental manusia yang terlingkupi di dalamnya kesadaran itu sendiri.Dalam kaitannya dengan mimpi, kejadian yang muncul dalam mimpi
memiliki referensi penuh dari tidak sadar yang juga aktif dalam keadaan sadar Kembali pada pengertian dasar psikoanalisa Freud tentang aspek pikiran, mimpi sebagai kegiatan mental menjadi wilayah khusus dalam tidak sadar untuk bermanifestasi dalam kesadaran. ini menandakan posisi mimpi yang berupa proses mental tidak sadar yang menjadi bagian dari kesadaran manusia melalui interpretasi yang dimungkinkan untuk dicapai melalui pengungkapannya kembali dalam keadaan sadar.
Psikoanalisa Sigmund Freud menjadi landasan bagi analisa terhadap kejiwaan manusia yang mendasar pada penelusuran struktur kesadaran manusia.
Psikoanalisa yang dijelaskan Freud memiliki analogi dengan gagasan analitis filsafat. ini terlihat juga pada pengertian interpretasi mimpinya. Freud
tidak semata-mata mengatakan manusia dari segi pikiran dan kesadarannya, namun secara fenomenologis dijelaskan melalui interpretasi mimpinya itu.Terkait dengan psikoanalisanya, Freud mengembangkan gagasan mimpi berdasar manifestasi pikiran dari segi aspek dan strukturnya itu. Freud mengungkapkan bahwa inti mendasar dari terjadinya mimpi yaitu sebagai pemenuhan keinginan dari mahluk hidup atas dorongan yang terjadi saat keadaan sadar sebagai tuntutan dari id dan super ego. Interpretasi menjadi penting bagi mimpi terkait dengan sisi manifestasi itu yang menandakan kualitas asli dari mahluk hidup terkait juga aspek serta struktur pikiran-nya. Sisi interpretasi dari mimpi sebagai pemenuhan dari keinginan tidak semata-mata dilakukan secara literal referensinya dengan kehidupan sadar mahluk hidup. Dalam masalah-masalah mimpi yang absurd atau sublim, penyesuaian analisa dalam interpretasi diperlukan untuk mencapai tujuan dari interpretasi mimpi itu sendiri. Freud tidak mengungkapkan bahwa gagasan mimpinya mengacu pada pengertian fisis-klinis dari kegiatan mental manusia, namun pendasaran yang dilakukannya berpengaruh hingga perkembangan neurokeilmiahan yang menyelidiki mimpi secara fisis. Namun, pada dasarnya interpretasi mimpi Freud lebih memiliki kepentingan untuk mengatakan konsep kesadaran dan pikiran dari manusia terlepas atribut penjelasan ilmiah seperti apa
yang dipakai. Interpretasi mimpi masih diasosiasikan dengan pengertian yang tidak mengenakkan dan tidak ilmiah. pengertian awam tentang mimpi masih mengacu pada sisi takhyul yang menandakan sisi ketidakpedulian atas nilai mimpi secara ilmiah dan interpretatif. pengertian yang tidak tepat itu dikarenakan studi mimpi tidak ditempatkan dalam posisi mahluk hidup yang dapat mengungkapkan kebenaran biologis tentang diri mahluk hidup itu sendiri. Pemikiran Freud tentang interpretasi mimpi bersifat teoritis, namun Freud tidak mengarahkan interpretasi mimpi yang dijelaskannya hanya dalam tataran konseptual. ini ia buktikan melalui 5 poin besar dari interpretasi mimpinya, yaitu: pertama, ada hubungan antara mimpi dengan beberapa detail keadaan sadar mahluk hidup yang bermimpi. ini membuktikan hubungan antara keadaan tidur dan keadaan sadar (waking states) ditentukan oleh pandangan Pemahamanumum tentang mimpi sebagai fenomena non-indrawi yang tidak berasal dan menuju ke manapun; kedua, melalui kehidupan mahluk hidup yang bermimpi, cara berpikirnya, tingkah lakunya, serta beberapa detail yang tidak secara .menonjol terlihat dalam keadaan sadarnya, Freud menyimpulkan bahwa mimpi .yaitu wujud pemenuhan keinginan secara sadar maupun tidak .sadar (tidak sadar); ketiga, penglihatan yang dialami dalam keadaan mimpi bersifat simbolis, di mana seringkali dianggap absurd dan tidak berarti apaapa; keempat, Freud menunjuk dorongan seksual memiliki peranan besar atas
tidak sadar kita, dengan selalu adanya hipokritas puritan .yang selalu meminimalisirnya, atau mengacuhkannya samasekali; dankelima, Freud menunjuk adanya hubungan langsung antara mimpi dan kegilaan dengan penglihatan simbolis dalam mimpi dan aksi simbolis dari mental yang terganggu .
Pandangan awam tentang manusia yang terbangun dari mimpinya mengacu pada kejadian dunia yang lain dari yang dialaminya dalam keadaan sadar. Melalui Karl Friedrich Burdach (1838), Dalam mimpi, keteraturan memori terkait kesadaran dan .tingkah laku normal benar-benar hilang. pikiran lepas dari memori dan isinya terkait keadaan sadarnya
Di sisi lain, pandangan yang menandakan hubungan yang menonjol antara mimpi dari keadaan tertidur dan keadaan sadar diungkapkan oleh Paul Leopold Haffner (1887) bahwa mimpi memiliki keterikatan dengan
kesadaran yang dekat sebelumnya. Peter Jessen (1855) memberi ide yang lebih luas tentang mimpi yang isinya kurang-lebih dipengaruhi oleh kepribadian mahluk hidup yang bermimpi, usia, jenis kelamin, pendidikan kebiasaan hidup berbagai kejadian dan pengalaman hidup dalam keadaan sadarnya. Johann Gebhard Ehrenreich Maass melalui Wittgenstein mengungkapkan pengalaman kita memberi pengaruh atas mimpi berdasar hal-hal yang .paling kita minati ,Pandangan klasik dari Cicero dalam karyanya, De divinatione, mengungkapkan bahwa .sebagian dari pemikiran dan perbuatan dalam keadaan sadar manusia akan terbawa dan menyatu dalam jiwanya
Pandangan yang berlawanan tentang hubungan keadaan mimpi dan keadaan sadar ditengahi oleh F. W. Hildebrandt melalui pembedaan antara mimpi yang dipisahkan dari kehidupan nyata dan mimpi yang
ketertkaitannya dengan keadaan sadar memiliki ketergantungan yang mirip Mimpi menjadi sesuatu yang benar-benar terpisah dari pengalaman riil dalam keadaan sadar dan menjadi suatu eksistensi
hermenetis yang memiliki wujud eksistensinya sendiri tanpa ada hubungan dengan kehidupan nyata sama sekali. Mimpi membebaskan mahluk hidup dari
kenyataan dengan memicu mahluk hidup mampu menempatkan memori dari keadaan sadar ke dalam dunia lain yang segi ceritanya mirip namun tidak memiliki hubungan apapun dengan kenyataan mahluk hidup. Berdasakan hal itu, pengalaman-mimpi muncul sebagai sesuatu yang asing antara dua bagian hidup (keadaan mimpi dan keadaan sadar) yang sepenuhnya berjalan dan konsisten satu sama lain. Pembedaan yang diungkapkan Hildebrandt itu sejalan dengan
hubungan paling dekat antara mimpi dan kesadaran itu sendiri. Hubungan itu terlihat pada bagaimana pun mimpi yang muncul pada mahluk hidup, materi
asalnya yaitu kehidupan kenyataan dan inteleknya sendiri. maka, mimpi tidak pernah bisa lepas dari dunia nyata, sekalipun wujud nya tidak masuk akal seperti fantasi atau imajinasi. artinya, mimpi yaitu pengalaman tidak sadar (tidak sadar) yang telah dialami secara sadar melalui recalling atau
pengingatan kembali dengan referensi kesadaran mahluk hidup. Aristoteles mendefinisikan mimpi sebagai kelanjutan dari proses berpikir dalam keadaan tidur. Dengan berbagai hasil dari pemikiran yang berupa aksi psikis seperti keputusan kesimpulan
kontradiksi harapan tujuan dan lain lain., mahluk hidup dipaksa untuk mendalami lebih jauh sisi
pemenuhan keinginan dalam mimpi melalui penonjolan pemikiran sadar yang berlanjut dalam keadaan tidur. Mimpi yaitu fenomena fisik yang validitasnya terkait dengan pemenuhan keinginan melalui rantai penjelasan dari aksi-aksi mental sadar yang diwujud oleh kegiatan mental yang rumit. Pemenuhan keinginan dalam mimpi dapat muncul dalam wujud yang paling jelas atau yang sisi pemenuhan mimpinya tidak dapat diketahui. Dalam wujud yang kedua, terjadi atas pengaruh sensor dari mimpi yang menyembunyikan makna yang ada. Pemenuhan keinginan itu muncul atas oposisi yang terjadi antara kehidupan sehari-hari dengan
kesadaran dan sebagian aktivitas mental dalam
ketidaksadaran (tidak sadar) yang hanya dapat diketahui pada malam hari (saat keadaan mimpi – tertidur). berdasar hal itu, ada tiga kemungkinan dari mana keinginan itu berasal; pertama, keinginan
itu telah muncul dalam keadaan sadar mahluk hidup, namun gagal terpenuhi terkait keadaan eksternal yang tidak mendukung; kedua, keinginan itu muncul dalam keadaan sadar mahluk hidup, namun tidak terpenuhi atas dasar penolakan dari pihak yang terkait dalam pemenuhan keinginan itu dan mewujudkan keinginan yang terpendam; dan ketiga, keinginan itu tidak
memiliki relevansi dengan kehidupan nyata. Atas pembagian asal keinginan itu, keadaan pertama menempatkan keinginan pada preconscious, keadaan kedua telah menempatkan keinginan pada tidak sadar,
namun dipaksa kembali pada preconscious, dan keadaan ketiga menempatkan keinginan sepenuhnya pada tidak sadar karena ketidakmampuan mahluk hidup untuk mengungkapkan terlebih memenuhinya
dalam keadaan kesadarannya. Untuk menentukan keadaan seperti apa yang memiliki manifestasi
paling potensial dalam mimpi sebagai pemenuhan keinginan, perlu ditambah keadaan keempat yang mengindikasikan mimpi sebagai pemenuhan keinginan terjadi atas keadaan dorongan fisik yang muncul dalam keadaan tidur. maka , pemenuhan keinginan yang mengalami distorsi pemenuhannya dalam keadaan sadar berasal dari tidak sadar serta memiliki potensi yang sama untuk muncul
pemenuhannya dalam keadaan mimpi.Manifestasi mimpi yang terjadi secara inkoheren menghasilkan tekanan yang luar biasa atau kondensasi Asosiasi kejadian dalam mimpi dipengaruhi oleh penggabungan antara berbagai impresi dan kejadian-kejadian yang dialami mahluk hidup dalam keadaan sadarnya. Kejadian yang dialami dalam mimpi dengan isinya tidak lepas dari berbagai hal yang paling diingat oleh mahluk hidup. itu mengatakan adanya ‘perhatian yang tidak terbagi dari mahluk hidup yang mendasari adanya hasrat yang bertentangan dengan suatu
aksi yang mengacu pada tingkah laku sehari-hari.
Suasana dalam mimpi terwujud melalui akumulasi dengan komposisi berbagai elemen yang terdiri atas bagiannya masing-masing. Proses ini mengatakan beberapa bagian yang tidak terlalu jelas di hadapan
mahluk hidup. Bagi Freud, itu menjadi bahan interpretasi melalui analisa untuk mengungkap kemunculan alternatif yang mengatakan suatu impresi mahluk hidup terhadap suasana mimpi yang diterima.Saat tidak ada kesamaan yang ditujukkan antara berbagai isi dari mimpi, mimpi memwujud sesuatu untuk memicu imajinasi kemunculan dapat lebih ditangkap oleh mahluk hidup. pewujud an kemunculan yang dapat lebih diterima mahluk hidup itu dilakukan dengan memicu perubahan atas
pengekspresian isi dari mimpi yang akan dituangkan kembali dalam isi mimpi yang lain. Proses itu beranalogi dengan penyesuaian terhadap faktor yang dihasrati mahluk hidup. Bekerjanya proses mimpi yang baik ada pada pewujud kan isi yang paling mencolok, namun berlebihan dan menyimpang. Isi mimpi itu menjadi alasan bagaimana mimpi dapat muncul.
Melalui kondensasi mimpi, bagian-bagian dari pewujud mimpi dan isinya dapat terjelaskan melalui keadaan mimpi, dan tidak akan ditemukan dalam keadaan sadar. pewujud an dari bagian-bagian mimpi
yang bersifat fantasi atau wujud pemenuhan keinginan di mana kenyataan tidak memiliki relevansi untuk memenuhinya terjadi secara berlebihan. imajinasi yang muncul secara berlebihan itu yaitu kelipatan dari
referensi aslinya di dunia nyata yang dialami mahluk hidup dalam keadaan sadar. Sebagai imajinasi, mimpi dapat mengmunculkan satu orang dari dunia nyata
dengan atribut yang ada dari orang lain atau menempatkan manusia pada keadaan orang lain di dunia nyata. Kombinasi percampuran atribut mahluk hidup dalam imajinasi mimpi dapat ditelusuri melalui analisa.Keberagaman cara atas pewujud an mimpi juga berlaku pada isi mimpi. analisa terhadap isi mimpi diperoleh bukan melalui konfirmasi
referensi imajinasi yang muncul dalam mimpi dengan dunia nyata dalam keadaan sadar, melainkan dengan memahami bahwa isi mimpi yaitu kondensasi dari detail yang tidak terlalu menonjol dari imajinasi mimpi
yang muncul. Kombinasi yang terjadi dari isi mimpi akan menjadi hal yang menonjol dalam analisa. Mimpi bekerja dengan menandakan hal yang kontradiktoris melalui imajinasi yang sama. artinya, imajinasi
mimpi yang muncul selalu memiliki nilai ‘x’ yang sama.Kondensasi mimpi sendiri terwujud oleh isi mimpi yang sepenuhnya ditentukan oleh keseluruhan pemikiran mimpi, Pemikiranpemikiran itu mungkin tidak terhubung satu sama lain, karena mungkin berasal dari ranah pemikiran yang paling beragam. Keberagaman itu ditunjukkan melalui elemen mimpi dalam isi mimpi yang hubungannya dengan pemikiran mimpi dapat dicapai melalui analisa. maka , satu pemikiran mimpi dapat merepresentasikan lebih dari
satu elemen mimpi. Namun, wujud asosiasi antara pemikiran mimpi dan isi mimpi tidak semudah itu untuk bertemu, sifatnya seringkali saling melengkapi atau saling terjalin.Kondensasi juga berperan untuk menentukan sifat dari kerja mimpi dalam proses transformasi isi mimpi menjadi suatu imajinasi
suasana dramatisasi. Melalui contoh mimpinya sendiri, Freud mengindikasikan rasa kehausan yang dirasakannya dalam mimpi mengalami dramatisasi dalam wujud pemenuhan dengan meminum air dalam jumlah berlebihan dari yang diperlukan dalam keadaan sadar ,Dalam mimpi yang rumit dan berbelit-belit, bukan semata-mata kondensasi dan dramatisasi yang menentukan perbedaan antara isi mimpi dan pemikiran mimpi. ini menandakan adanya faktor ketiga. Isi yang muncul paling menonjol dalam imajinasi mimpi memiliki peran yang subordinat dalam analisa. artinya, saat mimpi bekerja, internsitas fisik yang menandakan penonjolan imajinasi mimpi dari pemikiranpemikiran dan gagasan-gagasan mimpi yang terhubung tidak berpengaruh apa-apa. Namun, imajinasi mimpi yang paling jelas penangkapannya oleh mahluk hidup secara sensori tidak bisa diabaikan kepentingannya, dan elemenelemen yang tidak terlalu jelas menjadi petunjuk penting untuk mencapai
pemikiran mimpi yang paling prinsipil. Namun tidak setiap mimpi memiliki kompleksitas yang sedemikian
untuk elemen, isi, dan pemikirannya. Beberapa mimpi menandakan secara jelas isi hasrat yang berusaha dipenuhinya tanpa wujud transisi apapun. wujud mimpi demikian menandakan tidak adanya ketegangan fisik darimahluk hidup untuk mengekspresikan hasratnya dalam keadaan sadar atau keinginannya muncul tanpa kendali mahluk hidup dalam keadaan spasio-temporal keadaan tidak-sadar dari mahluk hidup sendiri. itu menandakan semakin terlihat tidak jelas dan penuh intrik suatu mimpi, semakin rumit transisi yang ditunjukkan dari imajinasi yang muncul untuk menandakan isinya melalui analisa.
Hubungan mimpi dan gangguan mental digambarkan Freud dalam 3 kerangka, yaitu; pertama, peyebab abnormalitas dan hubungan klinis dari .mimpi sebagai imajinasi, petunjuk, atau sisa keadaan kegilaan mahluk hidup; kedua, rekayasa keadaan mimpi menjadi bahasan dalam penyakit mental; dan ketiga, hubungan intrinsik antara mimpi dan kegilaan dalam wujud analogi menandakan hubungannya yang dekat secara esensial. Hubungan antara mimpi dan kegilaan juga ditunjukkan melalui observasi beberapa
masalah yang mendasar pada kegilaan delusional. Kegilaan delusional sering berasal dari mimpi yang meresahkan atau menakutkan. Kegilaan pun dapat
muncul dari mimpi yang muncul sedemikian jelas di hadapan mahluk hidup sehingga mahluk hidup sendiri merasa ragu atas kehidupan sadarnya sendiri. Kelainan
kejiwaan seperti obsesif-impulsif berasal dari keadaan
mimpi di mana mimpi itu sendiri yaitu kegilaan yang muncul secara gradual , Hubungan antara kegilaan dan mimpi juga diungkapkan oleh Immanuel Kant yang menyatakan bahwa orang gila yaitu pemimpi yang sadar , Perbandingan antara keadaan mimpi dan penyakit mental dalam wujud kegilaan memwujud dasar perbandingan keduanya, pertama, kesadaran diri
mengalami penundaan yang mengurangi pengertian mahluk hidup terhadap keadaan nyata di sekitarnya serta memwujud mahluk hidup yang kehilangan rasa
kejutan dan kesadaran moralnya; kedua, anggapan organ indrawi terrekayasa, dan hilang yang setara dengan keadaan kegilaan; ketiga, interkoneksi antara ide-ide yang ada terjadi secara ekslusif berdasar hukum asosiasi dan reproduksi yang kemudian memwujud ideide itu kurang saling mempengaruhi; kemudian keempat, sebagai manifestasinya, terjadi alternasi kepribadian yang terbalik ,Analogi antara mimpi dan kegilaan menjadi menonjol saat terjadi kesamaan ekspresi dalam wujud gerakan fisik pada kedua keadaan itu. keadaan mimpi yang direferensikan dengan pemenuhan keinginan juga berpotensi mengandung delirium atau kegilaan yang ditunjukkan
dengan ocehan dan halusinasi dari mahluk hidup di mana dalam keadaan mimpi dan kegilaan memiliki kesamaan dalam ketegangan antara pemikiran mahluk hidup dan kelemahan keputusan dari mahluk hidup itu sendiri. Elemen fundamental dari keadaan mimpi dan kegilaan ada pada determinasi rasa yang muncul
dari stimuli somatik (dalam hubungan pikiran dan fisik). Berbagai analogi serta perbandingan keadaan mimpi dengan kegilaan menandakan kesamaan yang menonjol pada proses mental yang terganggu dan aktivitas pikiran yang memiliki intensitas kurang dari keadaan sadar manusia. ini bagian dari kerangka teori dari interpretasi mimpi dari Sigmund Freud. Mendasar pada latar belakang tentang interpretasi mimpi yang telah disampaikan ini akan berfokus pada masalah mimpi sebagai bagian dari kegiatan mental yang terjadi dalam keadaan tidak sadar. Dimulai dengan kerja mimpi yang mendasar pada mekanisme
mimpi sebagai imajinasi bahwa mimpi yaitu proses mental dari pikiran manusia, penjelasan berlanjut pada proses mental dari mimpi itu sendiri yang menandakan sisi manifestasi khususnya sebagai pemenuhan keinginan dari manusia sebagai mahluk hidup yang bermimpi. Sebagai wujud aplikatif dari konsep yang
telah dijelaskan, bagian ini juga dilengkapi dengan imajinasi metode interpretasi .mimpi yang banyak juga Freud gunakan untuk mengatakan interpretasi mimpinya. Mendasar pada mekanisme mimpi sebagai manifestasi dari kesadaran dengan kondensasinya, mimpi yaitu suatu wujud kerja dari mental/pikiran manusia. Kerja mimpi berkaitan dengan mimpi sebagai kegiatan dari mental manusia yang terjadi dalam keadaan tidak sadar (tidak sadar). Manifestasi dari konten mimpi tidak lepas dari kondensasi, atau penekanan luar biasa atas berbagai impresi dan kejadian yang dialami mahluk hidup pada keadaan sadarnya. Proses kondensasi dari mimpi terlihat pada perbandingan konten mimpi yang disampaikan mahluk hidup melalui recollection dengan interpretasi yang dilakukan. Mimpi yang dituliskan mungkin hanya akan memenuhi setengah halaman, sedang analisa yang dilakukan terhadap isi mimpi itu bisa mencapai 6
hingga duabelas kali lipatnya Hubungan itu
menandakan kondensasi sebagai bagian krusial bagi kerja mimpi. Kondensasi itu sendiri menandakan konten dari mimpi yang selalu bisa digali melalui
interpretasi.penonjolan dari imajinasi mimpi yang muncul tidak selalu berbanding lurus dengan kemunculannya dalam mimpi. Sebagai contoh, melalui film When Nietszche Wept yang berlatarbelakang kehidupan dari mentor Freud sendiri, yaitu Joseph
Breuer tentang kegelisahan tentang hidupnya yang bagi ukuran sosial pada zamannya telah terhitung mapan. Tokoh Breuer digambarkan mengalami kegelisahan dalam hidupnya terkait dengan profesinya sebagai ahli medis dan psikiatris. Pada praktik psikiatrisnya, Breuer menangani pasien bernama Bertha Pappenheim (atau pada umumnya dikenal sebagai Anna O yang juga menjadi latar belakang bagi studi hysteria Freud) hingga mengalami penyimpangan pada proses
pengobatan di mana Breuer jatuh cinta kepada Bertha. Pada suatu mimpi Breuer digambarkan bermain kejar-kejaran di taman dengan Bertha hingga Breuer jatuh
pada lubang yang membawanya pada tempat di mana ada satu peti mati. Secara teknis, kejadian tentang mimpi Breuer itu menjadi bagian dari pembuka dari film yang menceritakan kegelisahan Breuer. Pada penutup atau bagian akhir film di mana ada tokoh Nietszche yang membantunya menangani kegelisahannya itu, terjadi recollection atau penyampaian kembali atas mimpi yang Breuer alami sebagai imajinasi kegelisahan yang baginya berpusat pada Bertha itu. Proses itu mengindikasikan
interpretasi yang terjadi terhadap mimpi yang dialami Breuer di mana penonjolan dari isi mimpi ditunjukkan terletak pada peti mati yang muncul pada akhir mimpi
Breuer itu. Dengan latar belakang kunjungan ke makam mendiang ibu dari Breuer yang bernama Bertha, Breuer menceritakan mimpinya itu kepada Nietzsche yang mengaitkan kesamaan nama Bertha sang pasien psikiatri Breuer dengan ibu Breuer yang mati sebelum Breuer berusia 3 tahun. imajinasi itu menandakan simbol dari peti mati sebagai referensi Breuer terhadap ibunya yang tidak penah ia kenal serta sosok Bertha yang secara analog dari nama dengan ibunya itu.
Kondensasi yang terjadi dalam uraian contoh mimpi di atas yaitu bagaimana interpretasi dapat dilakukan terhadap satu simbol yang muncul dalam mimpi, dalam itu Bertha sebagai rujukan mahluk hidup bagi Breuer (yang mengalami mimpi) atas ibunya dan bagian dari kegelisahannya dalam kompleksitas perasaan yang sedang ia alami terhadap Bertha serta simbol peti mati yang mengindikasikan kematian ibunya dan keinginannya untuk mengetahui sosok ibunya (sebagai tambahan, pada proses recollection dalam film ditunjukkan pada akhirnya peti mati berhasil dibuka oleh Breuer dan menandakan sosok jasad ibu Breuer). Tidak dapat dipungkiri bahwa penonjolan dari konten mimpi yang muncul terlihat pada urutan penyampaian mahluk hidup atas ingatan dari mimpinya. Namun peran interpretasi muncul dalam mengaitkan referensi kesadaran yang dimiliki
mahluk hidup dengan konten mimpi yang disampaikan itu melalui proses somatik. Bagi Freud, ada bagian besar dari kesadaran mahluk hidup yang muncul saat
penyampaian hingga proses interpretasi dan sudah aktif sejak mimpi itu terjadi Kondensasi yang terjadi pada mimpi pun berpengaruh terhadap penempatan konten mimpi dalam kemunculannya. Elemen dari konten mimpi muncul secara acak (random) dan tidak memiliki perhitungan penonjolan dalam urutan
kemunculannya. itu berkaitan dengan seberapa jauh dan dalam represi yang dilakukan mahluk hidup pada keadaan sadarnya atas imajinasi yang muncul terkait
manifestasi elemen itu dalam mimpi. Konten mimpi yang muncul tidak lepas dari proses penempatan intensi fisik atas pewujudannya. ini menunjukan bahwa penempatan imajinasi dalam mimpi dan kondensasinya yaitu aktivitas yang murni dari mental manusia tentang terjadinya mimpi.Di sisi lain, manifesntasi kesadaran manusia yang tidak lepas dari represi masih membekas dalam keadaan mimpi. Meskipun pada dasarnya mimpi menjadi salah satu media sublim bagi mahluk hidup untuk memenuhi keinginannya yang sedemikian rupa terepresi dalam keadaan sadar, namun pemenuhan keinginan yang
terjadi tidak lepas dari ingatan mahluk hidup atas berbagai faktor pemicu terjadinya represi atas keinginan itu. Hal yang mendasar pada aspek pikiran super ego itu memiliki kecenderungan kuat untuk dapat muncul dan bermanifestasi sebagai sistem sensor dalam keadaan mimpi. keadaan demikian
sepenuhnya di luar kendali mahluk hidup untuk terjadi, referensi analogis dengan kesadaranlah yang memicunya dapat muncul dalam keadaan mimpi melalui resistensi mahluk hidup. ini menjadi pemicu bagi suatu imajinasi pemenuhankeinginan dalam keadaan mimpi tidak selalu sepenuhnya sama. Dalam contoh imajinasi mimpi, seringkali mimpi terbang mengungkapkan keinginan mahluk hidup untuk bebas dari kekangan yang dialami dalam kenyataanya.
Selain dari kerja dan mekanisme mimpi melalui penempatan serta kondensasinya, sisi interpretasi yang ditekankan terhadap mimpi yang diselidiki
terletak pada representasi imajinasi yang muncul dalam keadaan mimpi itu. Representasi itu menjadi bagian penting tentang bagaimana interpretasi
dapat dilakukan. Secara proses, pengertian interpretasi yang ditunjukan berbanding terbalik dengan tujuan dari interpretasi. Dalam kerja mimpi, diperkirakan bagaimana suatu ingatan yang dimiliki mahluk hidup dapat muncul sebagai isi dari mimpi dengan refensi kesadaran mahluk hidup dalam kenyataanya. Proses itu dibalik dalam konteks interpretasi di mana imajinasi yang muncul diasosiasikan dengan kesadaran mahluk hidup untuk mengetahui representasi yang mungkin dimiliki oleh satuan imajinasi dalam mimpi (hal yang direpresentasikan kemungkinan lebih dari satu seperti, selain mengindikasikan objek bunga itu sendiri, imajinasi bunga dalam mimpi dapat merepresentasikan
keindahan atau kecantikan). Representasi dalam mimpi pun mengikutsertakan sublimitas dari imajinasi yang ditunjukan melalui hiperbola atau pengimajinasi berlebihan atas imajinasi asli yang referensinya berasal dari realita kesadaran mahluk hidup. Dengan kembali memakai contoh mimpi terbang, terlihat bagaimana imajinasi yang dimunculkan melebihi konten atas mimpi itu sendiri. seperti, mahluk hidup yang mengalami mimpi terbang pada kenyataanya hidup dalam kekangan di mana dirinya tidak bisa keluar dari satu ruangan isolasi. Sisi pemenuhan keinginan dari mimpi terbang yang dialaminya merepresentasikan kebebasan melalui terbang
yang jika dihubungankan bersifat hiperbol. Pemenuhan keinginan atas keinginannya untuk bebas bisa saja terjadi melalui mimpi di mana dirinya benar-benar keluar dari ruang isolasi itu, namun representasi yang muncul mengikutsertakan sisi hiperbol di mana kebebasan diasosiasikan dengan imajinasi terbang. pengertian tentang representasi hiperbol itu seringkali pula terjadi dengan asosiasi fisik dan keadaan sekitar dari mahluk hidup yang bermimpi. Proses asosiasi fisik dengan imajinasi mimpi itu menjadi bagian dari keadaan mimpi sebagai proses .mental yang secara mendalam akan dibahas pada bagian selanjutnya.
Representasi yang terjadi dalam mimpi tidak mengikutsertakan sistem intelek dari mahluk hidup. ini menjadi dasar bagaimana penempatan urutan dalam
mimpi bersifat acak. Di sisi lain, tidak bisa dipungkiri bahwa dasar referensi dari kesadaran atas terjadinya mimpi menandakan kejadian yang hampir mirip
dengan berbagai kegiatan mahluk hidup dalam keadaan sadarnya. Sebagai imajinasi, kehidupan sehari-hari sebagai wahana bagi kesadaran untuk mendasari kegiatan mental manusia seringkali muncul dengan imajinasi yang mirip (sekalipun tidak
sepenuhnya sama) dengan keadaan mimpi yang dialami mahluk hidup. Seorang mahasiswa setidaknya pernah mengalami mimpi yang berlatarbelakang kehidupan belajar di kampusnya, demikian pula dengan seorang ahli masak yang mungkin beberapa kali mengalami mimpi kegiatan masaknya terlepas dari masing-masing mahluk hidup yang digambarkan memliki sisi kehidupan lain di luar identitas yang
dinamakankan (seperti sang mahasiswa juga yaitu pemain musik atau sang koki yang juga seorang ayah di keluarganya). Dalam latar belakang mimpi yang
bereferensi atas keadaan kenyataan mahluk hidup mungkin juga terjadi imajinasi dalam mimpi atas ingatan berbagai kegiatan yang dialaminya, dalam itu mahasiswa belajar di kampusnya dan sang koki memasak satu resep andalan restoran miliknya. imajinasi kompleks tentang referensial kesadaran mahluk hidup atas kehidupan kenyataanya identik dengan pengertian intelek mahluk hidup yang bekerja.
ini menjadi bagian yang dinamakan Freud sebagai mimpi yang absurd di mana ada kegiatan yang mirip dengan intelek dari mahluk hidup, namun tidak menandakan kualitas intelek atau rasio mahluk hidup samasekali. Representasi yang terjadi dalam mimpi menjadi bagian krusial atas interpretasi terhadap mimpi dilakukan. ini menjadi bagian dari kerja
mimpi yang mendasar pada mimpi sebagai pemenuhan keinginan. Interpretasi menjadi jembatan bagaimana kerja dan mekanisme mimpi dapat mengungkapkan sisi lain dari kesadaran mahluk hidup yang termanifestasi dalam mimpi dengan keadaan
tidak sadar. maka , mimpi melalui proses terjadinya yang dijelaskanoleh Freud dalam kerja mimpi yaitu suatu kegiatan mental. Kegiatan mental itu tidak lepas dari konteks somatik atau hubungan pikiran
dan fisik yang menandakan terjadinya proses yang analogis dari keadaan sadar dengan keadaan mimpi. Terlepas dari keadaan tidak sadar dari terjadinya
mimpi, kesadaran tetap menjadi bagian krusial terkait referensi pengalaman yang muncul dalam keadaan mimpi itu. berdasar pengertian tentang konten mimpi yang melalui interpretasi dapat memiliki makna tertentu yang referensinya berasal dari kesadaran mahluk hidup, mimpi sebagai proses mental berkaitan dengan berbagai aksi serta ingatan mahluk hidup
pada keadaan sadarnya. Freud mengatakan hubungan somatik dari proses mimpi yang berkaitan pula dengan pemenuhan keinginan dan pengalaman mahluk hidup pada keadaan sadarnya. Hubungan somatik antara pikiran dan fisik mahluk hidup yang berpengaruh dalam
terjadinya mimpi terlihat dari keadaan fisik mahluk hidup. mahluk hidup yang bermimpi identik dengan keadaan tidak sadar yang mendalam atau dalam pengertian neurokeilmiahan dikenal sebagai Rapid Eye Movement (REM), keadaan itu pun dicapai secara
bertahap di mana mahluk hidup memulainya dari keadaan sadar ,Kesadaran yang hilang secara bertahap bertransformasi menjadi keadaan tidak sadar dengan tetap menandakan proses kerja fisis dari otak yang sama seperti halnya keadaan sadar. Proses transformasi ini yang dimaksud Freud sebagai
regresi ,Proses regresi ini menandakan penonjolannya dalam proses pencapaian keadaan tidak sadar dari mahluk hidup yang diawali dengan menurunnya
kemampuan anggapan dari mahluk hidup hingga kemunculannya kembali dalam keadaan mimpi yang hanya dapat terjadi saat mahluk hidup menandakan keadaan bermimpi. Saat berakhirnya mimpi, proses regresi ini pun terjadi kembali secara terbalik
di mana anggapan yang muncul dalam keadaan mimpi tanpa diingat atau disadari mahluk hidup menghilang hingga mahluk hidup itu sendiri kembali pada kesadarannya.Proses regresi itu menjadi semacam gerbang bagi mahluk hidup untuk mencapai keadaan mimpi. sesudah proses regresi di mana anggapan mahluk hidup telah mirip dengan keadaan sadarnya, kemungkinan besar mimpi telah terjadi. Di sisi
lain, faktor yang berpengaruh atas kejadian mimpi yang dialami mahluk hidup juga berasal dari lingkungan sekitarnya. Seringkali terjadi mimpi di mana mahluk hidup dapat merasakan gejala fenomenal di lingkungan sekitarnya sekalipun keadaannya
tidak sadar. Faktor keberpengaruhan lingkungan sekitar mahluk hidup ini terkait dengan konsep hiperbol atas imajinasi yang terjadi dalam mimpi. sesudah tercapainya keadaan tidak sadar dari mahluk hidup melalui regresi yang juga dilengkapi dengan pengaruh keadaan lingkungan sekitar dari mahluk hidup yang
bermimpi, manifestasi kesadaran dalam mimpi semakin kuat. ini ditunjukkan dengan munculnya imajinasi dari mimpi yang paling diingat oleh
mahluk hidup. Manifestasi itu terlihat sesudah interpretasi dilakukan di mana hubungan dengan kesadaran mahluk hidup yang mencakup berbagai pengertian mahluk hidup atas kenyataanya dapat tergambarkan. imajinasi yang muncul secara menonjol melalui proses recollection dari interpretasi mimpi itu tidak bersifat utuh. imajinasi yang menonjol seringkali ditunjukkan secara partikular dan beragam. Meskipun Freud sendiri mengungkapkan bahwa setiap mimpi menandakan satu pola dasar atau ide besar atas keseluruhan mimpi yang dialami mahluk hidup, namun ini hanya dapat tercapai melalui penonjolan partikular dari beberapa imajinasi mimpi yang muncul.
Sebagai analogi, mimpi yaitu konstelasi dari rangkaian bintang-bintang sebagai imajinasi mimpi partikularnya. Melalui analisa terhadap mimpi, kegiatan tidak sadar dari pikiran dapat terungkap. Namun ini tidak sepenuhnya bersifat kontradiktif di mana kesadaran tetap memiliki peranan bagi mimpi untuk dapat termanifestasi. maka pengaruh yang dimiliki dari kesadaran mahluk hidup muncul secara kuat melalui imajinasi yang diterima mahluk hidup dalam keadaan mimpi.Melalui interpretasi mimpinya, Freud mengungkapkan bahwa penjelasan fisik tentang mimpi hanya akan membawa kita pada informasi kausalitas atas gejala mental yang dialami manusia Seperti halnya intensionalitas dari kesadaran yang diselidiki melalui fenomenologi, interpretasi
mimpi menjadi jalan untuk penelusuran kegiatan mental yang terjadi pada keadaan tidak sadar ini dengan tetap bereferensi pada kesadaran mahluk hidup. Melalui pengertian mimpi sebagai proses mental inilah Freud mengatakan keterkaitan sisi kausalitas fisik dengan proses terjadinya mimpi. maka , proses mental yang secara khusus ditunjukkan melalui pemenuhan keinginan dari mimpi menjadi bagian krusial dari interpretasi mimpi untuk mengetahui hubungan referensial dari kesadaran untuk mimpi dapat terjadi.
Proses mental itu menandakan analogi atas keadaan mimpi dengan keadaan kesadaran mahluk hidup yang dalam mekanisme pewujud an mirip (meskipun tidak
identik persis) dengan proses somatik keadaan sadar. Dalam itu, interpretasi .mimpi menjadi gerbang menuju pengertian atas proses itu serta memahaminya sebagai manifestasi dari kesadaran.
Sebagai imajinasi atas konsep serta pengertian atas mimpi sebagai proses mental, diperlukan contoh masalah tentang mimpi itu sendiri yang juga dipakai
oleh Freud sebagai metode interpretasi mimpinya. Dari beberapa contoh mimpi yang ia gunakan, berikut contoh yang diangkat oleh Freud untuk mengatakan
mimpi sebagai proses mental yang mengikutsertakan keadaan fisik, faktor lingkungan sekitar saat bermimpi, kesadaran mahluk hidup dalam wujud ingatan, serta partikularitas imajinasi mimpi. Deskripsi mimpi dari seorang ayah yang sedemikian mencintai anaknya itu
mengindikasikan hubungan yang kuat antara keadaan mimpi sang ayah dengan keadaan nyata eksternal dirinya. Keadaan eksternal yang terjadi, yaitu terbakarnya jasad sang anak, bermanifestasi secara hiperbol dalam imajinasi mimpi sang ayah melalui imajinasi hidup sang anak yang sudah mati itu. Proses somatik dari keadaan mimpi ini mengindikasikan hubungan yang erat antara mental manusia
dan fisiknya. Mimpi sebagai proses mental berkaitan erat dengan interpretasinya dalam tahap penyampaian isi mimpi dari mahluk hidup. Dalam penyampaian ini, selain melalui media bahasa, ada satu faktor yang bagi Freud menonjol dalam menentukan mimpi sebagai proses mental, yaitu melupakan ,Melupakan mimpi berkaitan dengan proses somatik di mana keadaan sekitar mahluk hidup berpengaruh dengan mimpi yang dialami mahluk hidup. Melalui imajinasi mimpi yang diungkapkan Freud tentang terbakarnya jasad anak yang disaksikan sendiri oleh sang ayah, proses penyampaian dinilai memadai. Namun, tidak
dijamin bahwa imajinasi mimpi yang diungkapkan oleh sang ayah sebagai mahluk hidup yang bermimpi itu utuh. Meskipun pada dasarnya fragmen dari mimpi di mana sang ayah menyadari anaknya mengungkapkan bahwa dirinya terbakar yaitu bagian paling menonjol dari mimpi yang diartikan, namun imajinasi yang menjadi bagian dari proses mental dari mimpi itu telah
menjadi bagian yang terlupakan dari mahluk hidup.
Proses regresi dari sang ayah sebagai mahluk hidup yang bermimpi terlihat dari keadaan tertidurnya yang tidak ia sadari terlah terjadi berjam-jam. Secara
fisik, sebagai faktor dari mahluk hidup sendiri, sang ayah dapat dikatakan dalam keadaan terpukul dan depresi atas kehilangan anaknya. Sebagai salah satu imajinasi yang paling menonjol, faktor lingkungan sekitar mahluk hidup yang bermimpi berpengaruh
dari berkembangnya lilin menjadi kebakaran domestik yang terjadi. dan dari penyampaian yang diakukan mahluk hidup, penonjolan dari imajinasi mimpi yang
bersifat partikular dapat terlihat keadaan umum dari mahluk hidup yang bermimpi itu. Contoh lain, yang dialami oleh teman dari peneliti terjadi dengan
recollection yang mahluk hidup tulis pada pagi hari di mana mahluk hidup pada malamnnya bermimpi. Mimpi yang disampaikan yaitu . Pada malam yang belum terlalu larut, aku berjalan di jalan gelap. Dalam perjalanan itu aku bertemu seorang teman dengan tujuan perjalanan yang sama. Saat berjalan bersama, terdengan suara pasukan yang tengah berlari ke arah kami. Pasukan itu memicu kami ketakutan dan kami
pun memanjat tembok miring untuk menghindari pasukan itu. Saat memanjat, beberapa dari pasukan datang ke arah kami dan mendahului kami memanjat tembok. Mimpi yang dialami oleh mahluk hidup dituliskannya langsung segera sesudah dirinya
terbangun. Dengan latar belakang mahluk hidup sebagai mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir, tingkat tekanan mental tidak dapat lepas dari
imajinasi mimpi yang disampaikan itu..Mimpi yang mengindikasikan tekanan terhadap mental mahluk hidup itu pada dasarnya tidak memiliki penonjolan fisik, namun mahluk hidup sendiri mengungkapkan bahwa saat imajinasi mimpi memanjat tembok, dirinya
merasakan beban yang begitu berat untuk bergerak. keadaan sekitar yang mempengaruhi mahluk hidup tidak lebih dari sekedar suasana kamar tidur pada
umumnya dengan satu penonjolan di mana mahluk hidup menyadari bahwa pendingin ruangan dinyalakan lebih dingin dari biasanya. Partikularitas dari setiap
imajinasi mimpi yang ditunjukkan memiliki maknanya masing-masing, seperti berjalan di jalan gelap pada malam hari mengindikasikan suatu proses yang
sedang dijalankan oleh mahluk hidup dalam keadaan sadarnya dengan keraguan, bertemu dengan teman dalam perjalanan di jalan gelap itu mengindikasikan mahluk hidup yang tidak merasa sendiri dalam proses yang sedang ia jalani itu, imajinasi pasukan yang ditemuinya saat berjalan bersama dapat
mengindikasikan wujud ancaman yang mungkin ditemui saat menjalani proses .itu, dan imajinasi memanjat tembok miring yang mengindikasikan
puncak klimaks dari proses yang sedang dijalankan oleh mahluk hidup sendiri. interpretasi mimpi yang dilakukan itu mengindikasikan proses mental yang terjadi atas pengaruh kuat dari kesadaran mahluk hidup atas dunia kenyataanya. ini menjadi dasar bagi pengertian mimpi sebagai proses mental dari manusia. pengertian konseptual itu dapat lebih dipahami dan
dimengerti melalui imajinasi langsung contoh mimpi untuk diartikan dan dikaitkan dengan kesadaran mahluk hidup. maka pengertian mimpi sebagai proses mental dari manusia dapat tercapai dengan memahami terlebih dahulu kerja mimpi yang
dimulai dari bagaimana mimpi itu sendiri dapat terjadi, memahami berbagai variasi yang mempengaruhinya, serta aplikasi langsung terhadap mimpi sebagai imajinasi kegiatan yang terjadi dari ranah mental mahluk hidup dalam keadaan tidak sadar. pengertian tentang kesadaran itu dikaji lebih khusus dari
segi kualitas dengan membahas qualia sebagai kualitas dari kesadaran itu sendiri. Dimulai dengan pengertian tentang kesadaran sebagai latar belakang dari qualia itu, bagaimana kualitas tertentu dapat muncul dari fenomena pengalaman manusia dalam wujud qualia. Sebagai variasi yang pusat dalam penelitian ini, qualia dibahas lebih jauh dari segi sifat,
masalahnya dalam fungsionalisme sebagai oposisi terhadap eksistensi qualia sendiri serta menegaskan kembali posisi qualia dalam kesadaran.
Secara historis, filosofi pikiran lahir dari perdebatan gagasan tentang pikiran dan fisik. pengertian dasar tentang dualisme yang membagi pikiran-fisik
disampaikan dalam awal masa renaisans atau abad ketujuhbelas oleh René Descartes. Dualisme yang dijelaskan oleh Descartes menjadi fundamen dasar
bagi perkembangan filsafat secara menonjol, termasuk hingga ranah filosofi pikiran Descates, melalui diktum cogito ergo sum, mengungkapkan bagaimana
pikiran yaitu eksistensi mutlak dari mahluk hidup yang di luar dirinya tidak bisa ia yakini keberadaannya. pengertian itu memisahkan pikiran sebagai yang
immateril dengan fisik sebagai yang materil atau berkaitan dengan ketubuhan. masalah pikiran dan fisik muncul dalam persoalan otak manusia (human brain)
yang berkaitan dengan mahluk hiduptivitas manusia. Terminologi perasaan mahluk hidup mengacu pada kesadaran yang muncul dari dalam. Perasaan
mahlukhidupitu memiliki kualitas yang transparan. Kualitas itu dinamakan qualia yang hanya dapat dirasakan sendiri oleh mahluk hidup, serta imajinasi yang mungkin disampaikan hanyalah bersifat metafor. Sebagai contoh, rasa sakit dari lidah yang tergigit hanya bisa dirasakan oleh mahluk hidup dengan asosiasi waktu, lokasi, dan tekanan sebagai rasa sakit yang partikular dan melampaui deskrispsi fisik. Sisi lain dari imajinasi contoh itu yaitu aktivitas otak yang
mendasar pada kerja sel saraf. Penjelasan ilmiah tentang keterkaitan aktivitas otak dan kerja sel saraf tidak lebih menuju pada fenomena fisik tubuh manusia
semata. berdasar hal itu, perasaan mahlukhidup dipengaruhi oleh proses otak yaitu reduksionisme atas gagasan mental yang dihasilkan oleh otak sebagai fenomena fisik semata. maka , perasaan subektif harus
diasosiasikan dengan kegiatan mental yang bersifat aksi yang menandakan sisi deliberasi dari mahluk hidup atas kesadaran itu sendiri. aksi mental itu menjadi manifestasi paling menonjol untuk menandakan mahluk hiduptivitas kesadaran.
Kesadaran memiliki posisi pusat dalam perdebatan filosofi pikiran Dalam perdebatan tentang pikiran, fungsi otak masih menjadi variasi penting
dalam kerangka dualisme untuk menandakan sisi materi dari fenomena mental pikiran. Kesadaran yaitu suatu keadaan atau state yang memiliki keterarahan tertentu atau intesionalitas. Pembagian dualisme Cartesian tentang pikiran-fisik yang terbagi atas res cogitans sebagai pikiran dan res extensa sebagai materi atau matter menjadi alat untuk pembagian ilmiah mengeai penjelasan kesadaran. Melalui dualismenya, Descartes menolak pengertian dependensi pikiran sebagai non-fisik terhadap otak fisik sebagai fisik. Dalam pengertian dualisme,
semesta terdiri dari dua komponen yang berbeda, komponen mental dan komponen fisik yang keberadaannya semi-independen satu sama lain. Prinsipnya yaitu pikiran bisa ada tanpa otak dan demikian pula sebaliknya. Kedua entitas ini
berinteraksi melalui persilangan metafisis. Kritik terhadap dualisme muncul lewat monisme yang menyatakan bahwa kenyataan yaitu satu kesatuan, termasuk pikiran dan otak. wujud ekstrim dari monisme ini yaitu physicalism yang mengidentikkan perasaan mahlukhidup dengan proses fisik otak. Pandangan physicalism itu dinilai chauvinist dengan implikasinya yang hanya berlaku pada organisme hidup berbasis karbon seperti manusia yang dapat memiliki kesadaran, kesadaran sebagai fenomenal biologis seperti halnya kegiatan fisik lain dari manusia seperti pembelahan sel, sistem pencernaan atau sistem
reproduksi. Intensi Searle tidak mengacu pada reduksionisme terhadap kesadaran yang berusaha mengatakannya dalam kerangka fisik. Searle sendiri tidak mengafirmasi objektivitas kesadaran sehingga metode keilmiahan dinilai tidak tepat untuk mengkaji kesadaran. Namun objektivitas dari kesadaran pun tidak sepenuhnya salah dalam membahas kesadaran. masalah mahluk hiduptivitas dan objektivitas ini yaitu permasalahan yang menyangkut manifestasi kesadaran dalam kenyataan dan perspektifnya.
aksi mental yaitu kesadaran yang disadari
kejadiannya. Kedasaran dari dalam yaitu wujud observasi dari dalam (inner observation) dari aksi mental. Inner awareness dari keadaan mental sadar mahluk hidup ada dalam karakter dasar pengalaman dalam menyadari suatu objek. aksi mental
dalam keadaan sadar yang menyadari-dirinya-sendiri
yaitu justifikasi mahluk hidup atas kerja kesadarannya. pengertian itu memiliki tendensi kuat terhadap fenomenologi dengan keterarahan atau
intensionalitas yang belum menyentuh penjelasan inner awareness karena fenomenologi berfokus pada proses kesadaran dalam hal anggapan mahluk hidup dengan objek dalam suatu hubungan keterarahan tertentu. dapat dibahas sebagai karakter reflektif yang menegaskan konten reflektif khusus atas pengalaman. Teori tingkat tinggi dari kesadaran menentukan awareness mahluk hidup atas keadaan mental sebagai
anggapan tingkat tinggi atau pemikirannya sendiri.
Meskipun perasaan mahlukhidup identik dengan keadaan fisik, namun penjelasan tentang begaimana aktivitas elektrik sistem saraf manusia dapat
menghasilkan perasaan mahlukhidup suatu selera tidak dapat mengatakannya. masalah pikiran-fisik bisa jadi tidak terselesaikan dalam artian apakah memang tidak ada solusinya atau jika ada, kecerdasan manusia memiliki keterbatasan untuk meraihnya. Konsep yang mengatakan otak manusia dapat tergambarkan sebagai pabrik pengolahan yang memiliki mekanisme produksi dengan bahan
baku produksi dari indra yang disampaikan melalui kerja saraf dan komoditas perasaan mahluk hidup sebagai produknya. Konsep itu terjebak pada reduksi otak sebagai semata-mata perangkat material yang tidak menjawab masalah bagaimana aktivitas mental dapat muncul pada manusia ,
Pengalaman sehari-hari dapat mengatakan bagaimana paradigma pengalaman kesadaran dapat muncul. Dalam contoh masalah melihat seekor kodok di
taman sebagai awareness dari pengalaman visual yang terjadi. Melalui pertanyaan, ‘Apa yang baru saja aku lihat?’ yang dilontarkan kepada mahluk hidup, mahluk hidup dapat mengingat kembali dan mengulang imajinasi pengalaman untuk mendeskripsikan, mengartikan, dan menganalisa pengalaman yang baru saja dialaminya. Dalam keadaan sebaliknya dengan perspektif ilmu kognisi, di mana apa yang mahluk hidup lihat tidak disadari pengalaman ‘melihat’-nya. Inner awareness yaitu
bagian yang terintegrasi dari pengalaman kesadaran anggapan yang juga yaitu bagian khusus dari kegiatan kompleks kesadaran. berdasar hal itu, kegiatan kesadaran manusia mengikutsertakan innner awareness atas aktivitas yang terjadi. Awareness itu berbeda dengan rekoleksi refleksi, kesadaran-waktu serta kesadaran atas keadaan sekitar. maka , kesadaran sebagai fenomena biologis yang bersifat
mental dari manusia yaitu keadaan yang bermanifestasi dalam kenyataan dan memiliki sisi baik mahlukhidupuntuk mahluk hidup yang berkesadaran sendiri serta sisi objektif yang melihat bagaimana fenomena mirip dapat terjadi pada manusia dengan kualitas yang tidak dapat terjelaskan melalui media bahasa, atau setidaknya hanya dapat tersampaikan secara metafor semata. ini juga
mengacu pada gagasan conceptual dualism dari John Searle tentang pandangan terhadap pikiran.
Perkembangan dari perdebatan pikiran-fisik mengarah pada masalah qualia. .Dengan perbandingan pada fenomena intensional, duplikasi dari dunia dapat
diterima di mana qualia didistribusikan secara berbeda. Fenomena kualitas dari pengalaman atau qualia yaitu wujud intrinsik yang membutuhkan entitas utuh untuk kemunculannya. Jika wujud berkualitas dari kesadaran yaitu intrinsik, maka yang akan bertahan hanyalah fungsionalisme. Namun bagi fungsionalisme, qualia dinilai memiliki kecenderungan pada penjelasan epistemologi. itu memicu masalah qualia sebagai titik penentuan dalam memahami masalah
pikiran-fisik. maka , dua masalah dalam philosophy of pikiran, masalah kesadaran dan masalah mental berada dalam satu wilayah. Thought
experiment yang dijelaskan Thomas Nagel tentang ‘bagaimana rasanya menjadi’ pada dasarnya tidak mengungkapkan secara langsung gagasan tentang qualia, namun sisi berkualitas dari pengalaman yang tidak terjelaskan melalui hipotesis ‘bagaimana rasanya menjadi’ memiliki ide dasar dari qualia.
Kesadaran fenomenal atau "fenomenal kesadaran" yaitu pemakaian teknis dari kesadaran atau kesadaran. keadaan sadar dari manusia menandakan kriteria ada nya variasi mental. Kesadaran ini pun bisa
berwujud intransitif yang dapat berarti menyadai sesuatu Kesadaran fenomenal menjadi term teknis untuk mengatakan kesadaran yang lebih aplikatif.
pengertian itu secara singkat dikenal sebagai qualia yang menunjuk kesadaran secara fenomenal. keadaan yang identik dengan ‘bagaimana rasanya menjadi’ ini yaitu properti intrinsik yang secara langsung dialami oleh mahluk hidup. Perdebatan tentang qualia mendapat sanggahan kuat dari reduksionis. Melalui berbagai argumen sanggahan seperti eliminative materialism, absent qualia, dan inverted qualia, reduksionis melalui teori neurokeilmiahan, , mengungkapkan bahwa qualia tidak mungkin ada. ini menjadi sepenuhnya ranah physicalism yang dari masalah kesadaran sendiri telah dianggap
sebagai fenomena fisik dari proses kegiatan otak.
filosofi pikiran dalam perkembangan historis itu menjadi imajinasi bagaimana masalah kesadaran mendasar pada dualisme yang diungkapkan oleh Descartes. Dualisme yang mendapat counter dari materialisme berkembang menjadi physicalism yang melahirkan pula disiplin ilmu seperti behaviourisme, fungsionalisme, dan neurokeilmiahan. Dualisme sendiri tetap menjadi acuan kuat bagi perkembangan filosofi pikiran yang menganggap sisi metafisis dari fenomena kesadaran. Fenomena kesadaran itu memiliki sisi
masalah dari segi kualitasnya, yaitu qualia.
Ilmu alam telah memberikan banyak informasi tentang kehidupan manusia. Termasuk dalam bahasan sistem saraf menusia yang mengindikasikan proses fisis
tentang hubungan dunia luar dengan daya tangkap manusia. pengertian itu dikenal sebagai fungsionalisme. ada kualitas rasa fisis tentang
anggapan manusia dan juga rasa non-fisis yang tidak memiliki asosiasi samasekali dengan kualitas fisik. Kerja otak dapat terjelaskan melalui gelombang
yang menandakan aktivitas fisiknya saat menerima stimuli, namun kualitas mental dari mahluk hidup yang meilhat warna merah, merasakan gatal, merasa marah, natau mendengar suara halilintar tidak akan menandakan kualitas fisik yang terukur. Qualia menjadi masalah untuk mengatakan kualitas mental yang berkaitan pula dengan kesadaran mahluk hidup. Seperti halnya posisi pusat kesadaran dalam philosophy pikiran, qualia pun memiliki posisi pusat dalam masalah kesadaran. Bahasan tentang qualia menjadi menonjol dalam membahas kesadaran dengan variasi kualitasnya di mana melalui berbagai experiment dapat tergambarkan.