halaman 4
Tingkah laku afiliatif yaitu tingkah laku yang mengindikasikan sikap bersahabat. Tingkah laku afiliatif tertentu berperan penting untuk mempererat ikatan sosial di dalam komunitas . Interaksi afiliatif tidak saja terjadi antara kelas umur dan jenis
kelamin yang sama, namun terjadi pada semua tingkatan kelas umur dan jenis kelamin yang berbeda. Jenis tingkah laku afiliatif yang umum pada
hewan primata antara lain bersentuhan, duduk berdekatan, menelisik, saling menelisik, dan berpelukan. Tingkah laku afiliatif diyakini dapat meningkatkan ikatan setiap personal di dalam komunitas . Dalam tingkah laku afiliatif ada tingkah laku yang berperan penting dalam mempererat hubungan antara personal di dalam komunitas , yaitu
tingkah laku menelisik (grooming),
Tingkah laku menelisik
Tingkah laku menelisik yaitu tingkah laku membersihkan debu, kotoran atau kulit kering yang menempel pada rambut atau tubuh. Tingkah laku
menelisik lebih banyak dilakukan oleh betina dewasa baik terhadap betina dewasa lain, jantan dewasa, maupun anak-anak. personal yang terlibat dalam tingkah laku menelisik yaitu induk dan anak yang masih kecil atau antara juvenil dan dewasa.
Tingkah laku menelisik biasanya dilakukan oleh dua ekor hewan , namun kadang ditemui tingkah laku menelisik mengikutsertakan tiga ekor hewan berdasar jenisnya, menelisik dibedakan menjadi dua:
-Menelisik diri sendiri (autogrooming)
-Menelisik personal lain (allogrooming)
Menelisik personal lain dilakukan oleh satu personal terhadap personal lain dengan tahapan menyentuh, memeriksa, dan membersihkan bagian tubuhnya. Tingkah laku menelisik memiliki manfaat
menurunkan ketegangan, kegelisahan dan stres,
dan berperan dalam rekonsiliasi sesudah terjadinya perkelahian antara personal . membersihkan rambut dari kotoran, kutu, atau parasit di tubuh personal yang ditelisik, memperkuat ikatan antara personal , khususnya pelaku grooming,
Tingkah laku menelisik jarang ditemukan pada jantan dewasa. Jantan dewasa dengan hierarki paling tinggi di dalam komunitas yaitu penerima tingkah laku menelisik dengan frekuensi paling tinggi dibandingkan jantan dengan hierarki rendah ,Betina dengan ranking rendah lebih memilih untuk melakukan tingkah
laku menelisik pada betina dengan ranking lebih tinggi. ini dilakukan untuk memperoleh bantuan dari betina yang ditelisik jika terjadi tingkah laku agonistik
- kontak menjelaskan suatu keadaan yang mana dua personal berada dalam posisi yang berdekatan dan anggota tubuhnya saling bersentuhan satu sama lain. Tingkah laku kontak biasa dilakukan oleh semua hewan pada kelas umur dan jenis kelamin yang berbeda. Sama halnya dengan berdekatan , biasanya tingkah laku kontak digolongkan sebagai tingkah laku afiliatif.
-Dua personal bisa dikatakan berdekatan (proximity) jika kedua personal itu berada dalam jarak 1 meter atau kurang, tanpa adanya anggota badan yang saling bersentuhan satu sama lain. Tingkah laku proximity
biasanya dilakukan saat istirahat atau sedang makan. Tingkah laku ini digolongkan sebagai tingkah laku afiliatif sebab dalam tingkah laku
ini, biasanya tidak memunculkan sikap agresif.
Tingkah Laku Seksual
Tingkah laku antara jantan dan betina dewasa sebagai usaha mempertahankan keturunan dinamakan tingkah laku seksual. Tingkah laku seksual biasanya yaitu tingkah laku afiliatif, kadang terjadi tingkah laku seksual yang mengarah kepada tingkah laku
agonistik sebab dalam prosesnya mengikutsertakan pemaksaan jantan atas betina atau perebutan betina antara dua jantan. Pemaksaan seksual oleh
jantan bertujuan meningkatkan peluang jantan mengawini betina dan mengurangi kesempatan betina itu dikawini oleh jantan lain , Jenis pemaksaan seksual meliputi pemaksaan kopulasi, atau berupa intimidasi. Tingkah laku seksual mengikutsertakan tingkah
laku menerima dan menolak jantan oleh betina . Tahapan tingkah laku seksual ditandai dengan betina mengindikasikan bagian belakang tubuhnya jantan mendekati betina, memeriksa area kelamin betina jantan menaiki betina, jantan memasuk masukan peralatan kelaminnya mendorong dan menarik
dan diakhiri dengan jantan turun dari betina. Tahapan tingkah laku seksual itu tidak selalu seluruhnya dilakukan tergantung kedua hewan pelakunya. Tahapan tingkah laku seksual berdasar Wood-Gush
(1983) yaitu masa berdekatan ,kopulasi:,menaiki betina,memasuk masukan peralatan kelamin
mendorong dan menarik peralatan kelamin
ejakulasi, saat monyet ekor panjang melakukan aksi seksual, jantan biasanya bertindak sebagai pengambil inisiatif. Tingkah laku yang membedakan personal pengambil inisiatif dalam tingkah tingkah laku
seksual yaitu : jantan melakukan pemeriksaan kelamin terlebih dahulu atau langsung melakukan kopulasi jika mendekati betina; betina, biasanya ditandai dengan memperlihatkan bagian belakang tubuhnya jika memancing jantan untuk melakukan tingkah laku seksual Jika jantan melakukan pemeriksaan kelamin betina terlebih dahulu, kali terjadi jantan tidak melanjutkannya dengan menaiki betina sehingga tingkah laku seksual tidak terjadi. Seekor jantan dewasa monyet ekor panjang bisa mengawini lebih dari
satu betina dewasa yang ada di dalam komunitas nya. Perbandingan jantan dan betina dewasa di alam rata rata antara 1:2 sampai 1:3, sedang di penangkaran, satu ekor jantan bisa digabungkan dengan lebih dari tiga ekor betina. Pada komunitas banyak jantan-banyak betina, persaingan untuk dapat mengawini betina tidak dapat dihindari. Posisi hierarki jantan di dalam komunitas akan berpengaruh dalam persaingan itu . Terjadinya ikatan sedang antara betina siap kawin dengan jantan dapat menurunkan intensitas agonistik antara sesama jantan. ikatan ini dapat terjadi selama betina siap kawin. Jantan akan selalu berada di sekitar betina untuk mengawasi pasangannya. Pada sebagian Genus Macaca, betina siap kawin mengindikasikan
pembengkakan dan perubahan warna kulit di sekitar peralatan kelamin. Pembengkakan dan perubahan warna kulit itu bersifat sedang dan dipengaruhi oleh hormon estrogen dalam darah Tingkah laku seksual tidak hanya terjadi pada spesies hewan primata yang
sama namun bisa pula terjadi antara spesies yang berbeda. Penelitian tingkah laku seksual antara pasangan M. Nemestrina dan M. fascicularis di
penangkaran dengan masing-masing terdiri dari empat pasangan, memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi pada pasangan jantan M. fascicularis dan
betina M. nemestrina (70%), sedang pasangan sebaliknya (jantan M. nemestrina dan betina M. fascicularis), hanya 5%
Tingkah laku bermain saja didunia dilakukan hanya oleh hewan pada kelas umur juvenil dan anak. , tingkah laku bermain saja akan mencapai puncaknya
saat hewan mencapai kelas umur juvenil. Jantan juvenil biasanya bermain saja dengan sesama jantan juvenil, walaupun kadang terlihat jantan dan betina juvenil bermain saja bersama. Cara cara bermain saja jantan juvenil cenderung lebih keras dan kasar dibandingkan dengan betina juvenil Pada monyet ekor panjang dan kemungkinan pada Genus Macaca lain, jantan dewasa sesekali bermain saja dengan anak atau juvenil. ini dilakukan sebagai proses pembelajaran bagi anak atau juvenile.
Tingkah Laku Makan
Monyet ekor panjang termasuk ke dalam hewan frugivora sebab proporsi terbesar sumber makanan lezat nya yaitu buah. Komposisi makanan lezat monyet ekor panjang terdiri atas buah segar (69%), daun busuk (10%), bunga mawar (1%), aneka serangga (1%), ini yaitu vertebrata dan invertebrata, seperti serangga, telur katak, dan kepiting Monyet ekor panjang mengonsumsi ikan di area sungai , Spesies ini dikenal sebagai spesies oportunis, mereka akan berusaha mengekploitasi sumber daya yang ada
di sekitarnya berdasar keragaman makanan lezat yang dapat dikonsumsi, monyet ekor panjang yaitu spesies hewan primata yang dapat bertahan hidup dalam keadaan lingkungan yang memiliki makanan lezat yang kurang memadai.Tingkah laku makan diawali saat hewan mengambili makanan lezat ,
memasuk masukan nya ke dalam mulut, mengunyah, dan berakhir saat hewan itu menelan makanan lezat nya. Tingkah laku makan pada sebagian
besar hewan primata yaitu tingkah laku yang memiliki persentase ntinggi. Pada monyet ekor panjang di alam, tingkah laku makan memiliki persentase kedua terbesar sesudah bergerak gerak Pola aksi monyet ekor panjang di alam terdiri dari lokomosi (2%),
makan (90%), tidak aktif (10%), menelisik (grooming) (11%), bermain saja (15%), bersuara (1%), kawin (50%) dan berkelahi (4%).aksi mencari cari makan (foraging) dimulai saat monyet ekor panjang bergerak gerak dari pohon tidur pada pagi hari sampai kembali ke pohon tidur pada sore hari. Dalam melakukan jelajah hariannya (day range), beragam tingkah laku terjadi baik dilakukan sendiri (makan, istirahat, lokomosi)
maupun tingkah laku yang terjadi sebab adanya interaksi sosial ,
Tabel Jenis tingkah laku monyet ekor panjang di penangkaran
A. Tingkah Laku Agonistik
AA.Tingkah Laku Agresif
-Menampar : Menampar bagian tubuh lawan memakai satu tangan
-Menyerang : Berlari atau melompat lompat ke arah lawan untuk melakukan penyerangan
-Berkelahi : berkelahi antara dua personal atau lebih dengan mencakar menggigit lawan
- Mengancam :
Mencondongkan tubuh ke depan, membuka mulut
untuk mengindikasikan taringnya ditambah tatapan mata
tajam ke arah lawan
-Mengejar : Berlari mengejar personal lain
-Menggigit : Menggigit anggota tubuh personal lain
BB. Tingkah Laku Submisif
-Lipsmack :
Menggerak-gerakkan bibir atas dan bawah secara
cepat terhadap personal lain yang dianggap memiliki
hierarki lebih tinggI
-Grimace :
Menarik kedua bibir ke samping dan memperlihatkan
gigi dan gusi kepada personal lain yang dianggap
memiliki posisi (hierarki) lebih tinggi
B. Tingkah Laku Afiliatif
-Menelisik (grooming) :
Membersihkan badan atau rambut personal lain (allogrooming), membersihkan badan atau rambut sendiri (auto-grooming)
-Menghindar : Melarikan diri atau meninggalkan lokasi dari personal dominan
-Berdekatan : Dua personal berdekatan dalam jarak 1 m atau kurang,
tanpa adanya anggota tubuh yang saling bersentuhan
-Kontak : Dua personal saling berdekatan dan anggota tubuh
keduanya saling bersentuhan satu sama lain
-Menyentuh : Satu personal menyentuh anggota badan personal lain
-Memeluk : personal merangkul atau memeluk personal lain secara ventro-ventral atau lateral
C .. Tingkah Laku bermain saja
-Rough and tumble : Cara bermain saja juvenil yang cenderung kasar, seperti
saling gigit dan saling cakar
D .Tingkah Laku tidak normal
-Mencabuti rambut : personal mencabuti rambut sendiri
-Menggigit jari tangan atau kaki :
personal menggigiti jari tangan atau jari kaki
-Stereotypic : Tingkah laku yang dilakukan secara berulang-ulang
dalam kurun waktu tertentu
E.. Tingkah Laku Lain
-mencari cari makan (foraging): bergerak gerak untuk mencari cari makan di dalam area jelajahnya
-Makan :mengambili , menggigit, mengunyah, dan menelan makanan lezat
-Istirahat :Diam di tempat, biasanya dilakukan dengan cara duduk atau berbaring
-Lokomosi: Melakukan pergerakan pergerakan dari satu tempat ke tempat lain
F.. Tingkah Laku Seksual
-Menaiki : Jantan menaiki tubuh betina
-Intromisi : Jantan memasuk masukan peralatan kelaminnya
-Thrusting : Gerakan mendorong dan menarik peralatan kelamin yang
dilakukan jantan
-Ejakulasi : Keluarnya sperma jantan
-Turun : Jantan turun dari tubuh betina
-Hind quarter present :
Betina mengindikasikan bagian belakang tubuh (area
kelamin) untuk mengundang jantan melakukan
tingkah laku seksual
-Genital inspect :
Jantan melakukan pemeriksaan area kelamin betina
dengan cara mengangkat ekor betina, meraba, dan
mencium kelamin betina
Tingkah laku tidak normal monyet ekor panjang hanya terjadi di penangkaran . sebab hewan sudah ditempatkan di penangkaran, dalam waktu yang lama, dikandangkan sendiri, tidak ada kontak visual atau auditori dengan hewan lain, kandang terlalu sempit, dan tidak ada atau tidak memadainya pengayaan lingkungan. tingkah laku bisa digolongkan tidak normal jika tingkah laku itu berbeda, dijadikan indikator bahwa hewan yang berada di dalam lingkungan penangkaran, menderita secara psikologi Tidak adanya kontak sosial terutama terpisahnya dari induk, Jika sistem pengandangan kurang baik, maka akan muncul tingkah laku tidak normal , seperti munculnya stereotypic behavior (dikenal
juga dengan istilah stereotypies), yaitu tingkah laku tertentu yang dilakukan secara berulang tanpa adanya manfaat yang jelas ,disebabkan oleh gangguan sistem saraf, Beberapa contoh Stereotypic behavior
antara lain, tingkah laku berjalan jalan bolak-balik, melompat lompat berulangulang, jungkir balik, menggoyang-goyangkan badan, mencabuti rambut,
menghisap jari, dan menggigit jari tangan atau kaki. tingkah laku tidak normal ditunjukkan oleh sebagian besar chimpanzee yang berada di kebun binatang yaitu mengonsumsi feses, menggoyang-goyangkan badan,
menelisik secara berulang-ulang, menepuk-nepuk peralatan kelamin, muntahmuntah, dan meraba-raba puting , bahwa ada dua tingkah laku tidak normal lain
yang dilakukan sebagian chimpanzee di lokasi itu yaitu mencabuti rambut dan memukul diri sendiri.Monyet rhesus yang berada di dalam penangkaran dapat mengindikasikan tingkah laku tidak normal yang jarang terjadi di alam, diakibatkan oleh tindakan membahayakan hewan , yaitu akibat dari
gangguan sebelumnya atau sebab penyakit yang mematikan bahwa hewan primata yang sudah
lama diisolasi, khususnya saat hewan masih dalam tahap umur anak atau juvenil, akan memicu terjadinya tingkah laku tidak normal , termasuk melukai diri sendiri khususnya pada Genus Macaca. Tindakan melukai diri sendiri ini juga terjadi pada salah satu spesies gibbon (Hylobates pileatus) di penangkaran Sekitar 10–14% hewan primata yang dikandangkan secara personal melakukan tindakan melukai diri sendiri. Semakin awal isolasi lingkungan dilakukan dan semakin lama dikandangkan secara personal maka semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya tingkah laku melukai diri sendiri , induk monyet rhesus (Macaca mulatta) yang membesarkan anaknya di dalam kandang tertutup mengindikasikan tingkah laku melukai diri sendiri 30% lebih tinggi dibandingkan induk yang membesarkan anaknya di kandang terbuka ,
Pengandangan secara bersama (berpasangan atau berkomunitas ) akan mengurangi terjadinya tingkah laku tidak normal dan menyakiti diri sendiri,
dan meningkatkan peluang munculnya tingkah laku alami seperti bermain saja, makan, dan menelisik
Stres yaitu keadaan biologis, emosional, dan tingkah laku yang tidak khusus namun dapat mengganggu Akibat stres yang sudah berlangsung lama
berimplikasi pada penurunan keefektifan sistem imun, sistem syaraf, dan endokrin di dalam tubuh Stres biasanya terjadi pada hewan yang sudah berada di penangkaran dalam waktu yang lama dengan
minimnya pengaruh lingkungan. Jika keadaan ini dibiarkan berlanjut, akan memicu munculnya tingkah laku tidak normal pada hewan itu . sikap stress
yang ditunjukkan dengan cara mencabuti rambutnya pada bagian tubuh tertentu. Sumber utama pemicu stres yaitu perubahan kehidupan, perkelahian, tekanan lingkungan dan ketegangan lingkungan (Tanda-tanda hewan stres bisa diidentifikasi melalui
tampilan fisiknya, antara lain rambut kusam dan rontok; ekspresi wajah yang tegang, kadang kelihatan takut; diare.makanan lezat yaitu kumpulan bahan yang mengandung nutrien dan diperlukan untuk melestarikan proses kehidupan. Nutrien (zat
gizi atau zat makanan lezat ) itu berupa makro (air, protein, karbohidrat, dan lemak) dan mikro (vitamin dan mineral). Nutrien dipakai untuk menunjang proses pertumbuhan, laktasi, reproduksi, dan regenerasi
sel yang rusak. Pemberian makanan lezat pada binatang baik yang ada di alam atau di penangkaran sebaiknya harus memenuhi kebutuhan nutrien untuk hidup pokok, bertahan hidup dan bahkan untuk tumbuh
kembang dan reproduksi. Kebutuhan nutrien untuk monyet (termasuk Macaca fascicularis) pertama kali dibuat oleh Committee National Research Council di Amerika Serikat (NRC 1974), yang lalu data
dan informasi dari hasil perkembangan riset terus di perbaharui hingga terwujud buku Nutrient Requirements of Nonhuman primates (NRC 1978).
Isi buku NRC banyak menjelaskan perlunya perhatian terhadap nutrien untuk beberapa binatang Nonhuman primates langka dan yang terancam akan punah.
makanan lezat Macaca fascicularis di Alam
Keragaman Jenis makanan lezat hewan primata liar (termasuk Macaca fascicularis) yang hidup di alam
biasanya mengonsumsi makanan lezat dari jenis tumbuhan dan binatang (sesuai penelitian di Asia, Afrika, dan Amerika Latin). berdasar hasil riset ,
makanan lezat Macaca fascicularis terdiri dari 64–66% buah-buahan, 17% dedauan, 8% bunga, 40% binatang insekta, dan 3% sejenis makanan lezat lain-lain ,
131 jenis hewan primata, mereka mengonsumsi 30% buah-buahan, 70% bagian tanaman yang lunak (pucuk, tunas, bunga), 19% daun matang, 20%
invertebrata, 90% biji-bijian, dan 37% makanan lezat protein binatang lainnya e(telur).
Macaca fascicularis yang hidup di alam arif dalam menjaga kelangsungan hidupnya. bila binatang merasa sakit atau luka, maka mereka akan mencari cari obat yang ada di alam (hutan hujan basah ) berupa herbal yang biasa mereka makan. Senyawa sekunder dari tanaman herbal (obat) beragam jenisnya dan berkhassiat untuk menyembuhkan penyakit. Daun
jambu biji dapat menjadi obat untuk peristiwa diare, sedang rimpang jahe dapat dipakai untuk menanggulangi perut kembung. Monyet juga
menyukai buah pinang yang sekaligus dapat mencegah cacingan. Daun atau biji (bakau) yang rasanya sepat biasanya mengandung tannin yang berfungsi sebagai anti protozoa, sedang daun atau biji yang rasanya
pahit (lerak) biasanya tinggi kandungan saponinnya. Saponin dapat menurunkan kadar kolesterol.
Buah yaitu makanan lezat yang disukai oleh Macaca fascicularis. Setiap jenis buah berbeda nilai gizinya. Buah-buahan banyak mengandung
sumber vitamin, terutama vitamin C (jeruk, mangga, dan apel), vitamin K (pisang), dan vitamin A (tomat). hewan primata mengkonsumsi buahbuahan di alam dalam bentuk mentah atau segar. ini memicu
kandungan vitamin dalam buah-buahan itu relatif tidak rusak strukturnya sehingga efektif untuk menunjang kesehatan dan kehidupan di alam. Macaca fascicularis lebih menyukai buah yang mengandung vitamin C tinggi (jeruk, papaya, mangga, dan pisang). Hal
ini mencerminkan sifat yang menjadi ciri khas Macaca fascicularis yaitu rentan terhadap defisiensi vitamin C. Oleh sebab itu, hewan itu memerlukan vitamin C
Sebagian besar tubuh serangga mengandung banyak protein (60 %) dan lemak (35 %). Protein yaitu nutrien yang mengandung banyak sumber nitrogen dan asam amino dan diperlukan untuk pertumbuhan dan sintesis dari semua struktur sel. Macaca fascicularis dapat bertahan hidup dengan 1 atau 2 ekor serangga
yang mengandung protein tinggi (jangkrik, belalang, kroto atau larva ulat). Semut di samping mengandung protein, juga mengandung asam bismut. Lemak yaitu nutrien yang mengandung bermacam asam lemak,
baik yang jenuh maupun tak jenuh. Lemak dapat dipakai sebagai makanan lezat sumber energi. Berbagai asam lemak esensial (asam linoleat,
asam linolenat, asam palmitat, asam stearat, dan asam arakhidonat) dari insekta diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup monyet di alam.
Kualitas berbagai macam serangga agak berbeda terutama pada kandungan protein, karbohidrat dan lemaknya. Belalang memiliki kadar protein yang tertinggi (62%) sedang rayap memiliki kadar lemak yang paling tinggi (54 %). Kedua insekta ini potensial untuk dikonsumsi khususnya pada binatang tumbuh (protein) dan reproduksi (lemak). Beberapa insekta hasil budi daya di laboratorium sebagai makanan lezat hewan primata di penangkaran memiliki kualitas yang berbeda dengan di alam. Perbedaan itu disebabkan jenis insektanya dan makanan lezat yang diberi . Jangkrik kalung memiliki kualitas lebih baik dan daya hidup dan jumlah telur yang lebih tinggi. Ulat hongkong yaitu insekta sumber protein dan lemak yang tinggi sehingga cocok diberi untuk binatang yang sedang tumbuh dan reproduksi.Biji
Jenis biji-bijian yang dikonsumsi oleh Macaca fascicularis yaitu jagung. Jagung biasanya sebagai sumber karbohidrat dan protein. Kandungan nutrien utama jagung yaitu 72–73% pati, dengan
nisbah amilosa dan amilopektin 25:75. Pada jagung ketan (waxy maize) nisbahnya 7%:93%. Kadar gula sederhana jagung (glukosa, fruktosa, dan sukrosa) rata rata antara 1–3%. Biji-bijian lainnya yaitu kacang dan gandum. Macaca sp. mencari cari makanan lezat hingga ke perkebunan atau pemukiman penduduk.
makanan lezat di Penangkaran dan Diet Khusus
untuk binatang percobaan Usaha penangkaran yaitu salah satu kegiatan alternatif untuk mencegah kepunahan hewan di alam. Keberhasilan penangkaran
hewan ditentukan oleh berbagai faktor, di antaranya informasi yang berkaitan dengan aspek biologis (tingkah laku) dan status gizi hewan itu . Dalam penangkaran kegiatan pengamatan lebih di tujukan
untuk mengevaluasi tingkahlaku , ke an zat gizi dan kesukaan makanan lezat dan reproduksi. Tujuan lain dari penangkaran yaitu untuk memperoleh informasi data dasar yang dapat dipakai sebagai acuan pengembangan penelitian hewan primata Macaca
fascicularis sebagai binatang percobaan .
saat binatang menjalani masa adaptasi di dalam penangkaran, biasanya diberi makanan lezat yang disesuaikan dengan kebiasaan di alam aslinya. Untuk mengetahui jenis dan jumlah makanan lezat yang
disukai, dilakukan percobaan pengaturan pemberian makanan lezat secara ad libitum (pemberian berlebih). Pengamatan pperalatan abilitas terhadap
jenis makanan lezat , dilakukan pada Macaca fascicularis secara personal atau berkomunitas . Hasil dari pengamatan pperalatan abilitas terhadap
makanan lezat dapat disusun diet dengan jumlah zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan. Beberapa buah diberi pada Macaca fascicularis di penangkaran
binatang Macaca fascicularis dapat dipakai sebagai percobaan untuk beberapa penyakit seperti gemuke, diabetes, hiperkolesterolemia, penyakit jantung, osteoporosis dan tumor. Untuk menjadikan
binatang percobaan seperti yang diinginkan, beberapa pendekatan sudah dilakukan, antara lain melalui pemberian diet khusus. Diet Khusus untuk binatang percobaan binatang percobaan yang dibuat melalui induksi diet khusus perlu diperhatikan kebutuhan nutrien untuk hidup pokoknya agar tidak mengalami difisiensi. Beberapa diet yang dibuat untuk menjadikan binatang kegemukan , mengalami aterosklerosis atau diabetes mellitus, memerlukan bahan baku khusus.
Bahan dengan kadar lemak tinggi, karbohidrat tinggi, energi tinggi, rasio lemak jenuh: tak jenuh seimbang, dan kualitas vitamin dan mineral
yang murni, diperlukan. binatang percobaan yang biasa dipakai yaitu binatang mature non breeding sehingga tidak mengganggu keadaan
pertumbuhan dan reproduksinya. Jika binatang percobaan dipelihara dalam penangkaran secara bersama, harus dipastikan bahwa binatang yang paling rendah dalam dominasi (leastdominancy) dapat memperoleh makanan lezat secara . biasanya kandang personal dipakai untuk mempermudah
pemantauan konsumsi diet dan sekaligus untuk menghindari terjadi dominansi satu dengan yang lainnya.
- percobaan kegemukan
pada populasi usia produktif. keadaan ini pemicu dari berbagai macam penyakit dan yaitu bagian dari sindroma metabolik. kegemukan didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan kelebihan berat badan akibat
dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. kegemukan disamakan dengan overweight atau berat badan melebihi berat badan normal.
kegemukan yaitu keadaan kelebihan berat badan akibat penimbunan lemak melebihi 23% (rata-rata 20%) pada pria dan 30% (rata-rata 25%)
pada wanita dari berat badan ,kegemukan dipicu oleh beberapa faktor antara lain faktor genetik, tingkah laku, lingkungan, fisiologi, dan sosial-budaya kegemukan lebih dipengaruhi faktor lingkungan seperti asupan makanan lezat berlebih dengan aksi yang minim (sedentary). sejak
awal bahwa faktor genetik yang berperan besar dalam menyumbangkan keadaan kegemukan sampai dengan 50–90% khususnya dalam perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) Ukuran IMT dihitung berdasar berat badan (kg) dibagi tinggi duduk dikuadratkan (m2
) berdasar WHO (2006), standar IMT pada kita
untuk kriteria overweight yaitu lebih dari 25 dan untuk kegemukan lebih dari 30. kegemukan meningkatkan angka kesakitan dan kematian beberapa penyakit seperti penyakit hipertensi, dislipidemia, DM tipe-2, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit kandung empedu, osteoartritis, gangguan psikiatri dan karsinoma pada berbagai organ seperti endometrium,
payudara, usus besar, dan prostat. Keadaan ini dapat mengenai laki-laki maupun wanita terutama wanita yang sudah memasuki masa menopause
atau mati haid. Wanita yang sudah memasuki masa sesudah mati haid memiliki risiko mengalami kegemukan tiga kali lebih besar dibandingkan laki-laki
hewan primata dapat mengalami kegemukan seperti pada kita . Monyet ekor panjang yang mengalami kegemukan di alam dapat ditemukan di Pulau Bali sebab hewan itu memiliki akses memperoleh makanan lezat yang ada di sekitar habitatnya Kelainan kegemukan nya seperti penumpukkan lemak perut (abdominal) dan lemak di bawah kulit (subkutan). lah penting binatang percobaan memiliki sifat istik
kegemukan seperti pada kita dan morbiditasnya sehingga dapat menjadi suatu peralatan (tools) untuk mengevaluasi pengembangan pencegahan dan
atau pengobatan kegemukan dan komplikasinya. kegemukan pada monyet rhesus (Macaca mulatta) yang dipelihara dalam kandang personal selama
bertahun-tahun dikabarkan menjadi gemuk dan beberapa di antaranya cenderung menderita penyakit yang disebabkan kegemukan Kurangnya aksi bergerak gerak mungkin yaitu faktor penunjang
terjadinya obsitas pada monyet ini kegemukan spontan juga sudah dikabarkan dapat terjadi pada baboon liar koloni rhesus koloni Macaca fuscata dan Macaca nemestrina , pemberian makanan lezat berenergi tinggi dan penambahan kuning telur selama satu tahun berpengaruh pada peningkatan berat badan sehingga meningkatkan IMT sampai dengan
kegemukan tipe 1 Diet yang diberi mengandung karbohidrat 41%, protein 16,5%, lemak 27,5%, dan total energi 4655 Kal atau kg. binatang percobaan kegemukan diperlukan untuk dapat memahami berbagai permasalahan yang ada pada kegemukan yaitu suatu penyakit multifaktorial yang kompleks. hewan primata seperti MEP dapat menjadi gemuk secara spontan namun memerlukan waktu yang lama
sekitar 10–15 tahun. sedang dengan induksi diet pembuatan binatang percobaan pada MEP dapat terjadi dalam 1 tahun. Fenotipe dari MEP yang
diberi makanan lezat berenergi tinggi selama 1 tahun mengindikasikan perkembangan ke arah kegemukan seperti pada kita Pengukuran antropometeri tubuh dapat dipakai sebagai penentuan kegemukan seperti ukuran lingkar pinggang, dan tebal lipatan kulit
perut. Pemberian makanan lezat energi tinggi dan kuning telur secara mengalami peningkatan lingkar pinggang secara signifikan seiring dengan bertambahnya berat badan dibandingkan dengan binatang yang memperoleh makanan lezat
-Diet gemuk yaitu formula yang disusun dari bahan baku berkalori tinggi khusus untuk binatang agar mengalami kegemukan . Bahan makanan lezat lokal
dengan nilai kalori tinggi susah didapatkan, kecuali minyak sayur. Bahan yang biasa dipakai berasal dari karbohidrat mudah larut (soluble carbohydrate) seperti tepung gandum, tepung beras, jagung, sukrosa,
glukosa, dan maltose dalam jumlah yang tinggi (sampai lebih dari 50% dalam formula). Bahan baku lain seperti sumber lemak dan sumber
energi dapat berupa minyak ikan, minyak kelapa, minyak jagung, dan tallow (lemak sapi). Total energi untuk diet gemuk sebaiknya di atas 4500
kkal.Pemilihan jenis bahan baku dan jumlah yang harus dipakai menjadi dasar pertimbangan pembuatan diet khusus untuk binatang percobaan . Pada pembuatan formula diet gemuk bahan makanan lezat yang mengandung serat tinggi harus dihindari sebab akan memicu percepatan laju digesta di saluran pencernaan, akibatnya penyerapan nutrien menjadi rendah.
Ke an protein, vitamin, dan mineral harus selalu diperhatikan agar binatang percobaan tidak mengalami gangguan defisiensi makro dan mikro
nutrien khas (rontok bulu, gigi keropos, stres). Jika terjadi gangguan khas akibat defisiensi makro atau mikro nutrien, maka perlu dilakukan reformulasi diet dengan mengevaluasi pemakaian bahan dan kandungan nutrien (kualitas) bahan yang dipakai . Dalam penyiapan diet khusus .ini, perlu diperhatikan pula sifat kesukaan terhadap rasa, bau, dan warna
agar diet itu dapat dikonsumsi secara optimum (makanan lezat tidak dibuang-buang). Macaca fascicularis menyukai rasa manis dan makanan lezat
berwarna.Pembuatan formula diet yang mengikutsertakan bahan baku dengan kandungan
air yang bervariasi harus berdasar pada perhitungan bahan kering (BK), dengan jumlah maksimum 100%. bila bahan baku yang dipakai memiliki kadar air yang hampir sama maka formulasi dapat didasarkan
pada bahan segar (as fed). pemakaian dan pemilihan bahan baku harus memperhatikan kandungan nutrien bahan yang akan dipakai sehingga sesuai dengan komposisi diet (gemuk) yang ditentukan. Kontribusi nutrien (protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral) dari semua bahan nyang dipakai dijumlahkan untuk memperoleh nilai total nutrien dari
diet yang dibuat. Penimbangan bahan baku segar yang akan dipakai harus memperhitungkan kadar air dari bahan yang dipakai . Proses mencampurkan bahan perlu memperhatikan jenis bahan baku. Untuk bahan yang jumlahnya sedikit (mikro) dicampurkan dengan bahan mikro yang lain (seperti vitamin dangan mineral) sehingga homogen. Bahan yang jumlahnya banyak (makro) dicampurkan dengan bahan makro yang lain (tepung gandum dengan gula
atau tepung jagung). Bahan baku berbentuk gel atau minyak padatan dilarutkan terlebih dahulu sebelum dicampurkan ke dalam bahan makro dan mikro. Tahap terakhir yaitu proses pencampuran feed suplemen atau feed aditif (zat pewarna, syrup, CMC, dan growth promoter). Formula khusus diet gemuk untuk Macaca fascicularis yang pernah dibuat dari bahan baku lokal pemakaian bahan baku seperti gula pasir dan syrup bertujuan untuk meningkatkan rasa manis, sedang pemakaian carboxymethyl cellulose (CMC) berperan
sebagai sumber serat pangan yang jumlahnya sedikit. Pemakaian meat bone meal yaitu bahan sumber protein. Kuning telur disamping sebagai sumber protein juga sebagai peningkat cita rasa. perpaduan
pemakaian minyak kelapa dan minyak jagung sebagai penyeimbang rasio asam lemak jenuh dan tak jenuh (15%) dan penambahan tallow (10%) meningkatkan kadar lemak pada diet gemuk. pemakaian minyak
yang berlebihan untuk mengejar ke an energi dapat memicu binatang mengalami diare. Total energi dalam diet hanya mencapai 4340 kkal atau kg diet. Hasil yang didapat dari pemberian diet gemuk pada Macaca fascicularis selama setahun dapat membuat penambahan berat badan yang nyata meningkat dengan nilai IMT mencapai 27 kg atau m, artinya
kegemukan tipe I Masa adaptasi makan pada binatang percobaan Macaca fascicularis lama yaitu sekitar 2 bulan. Pada awalnya makanan lezat yang diberi
terdiri dari 75% monkey chow dan 25% diet gemuk selama dua minggu. Pada minggu ketiga dan keempat proporsi makanan lezat berubah menjadi 50% monkey chow dan 50% diet gemuk. Pada minggu kelima dan keenam
makanan lezat lebih banyak diberi diet gemuk (75% dan sisanya monkey chow (25%). Menjelang dua bulan pemberian diet gemuk, Macaca fascicularis
sudah beradaptasi dengan diet gemuk. Selama masa adaptasi makan, berat badan belum mengindikasikan pertambahan yang nyata, namun sesudah diet
gemuk terkonssumsi hingga 100% maka berat badan naik secara perlahan hingga mencapai kegemukan tipe I.
-binatang percobaan Macaca fascicularis dipakai untuk penelitian pemberian diet aterosklerosis, dan hasilnya mengindikasikan tingkat kejadian
yang tinggi. Salah satu sarat untuk membuat diet aterosklerosis yaitu formula harus mengandung lebih dari 0,28 mg kolesterol atau kalori diet
Pemilihan bahan baku seperti minyak kelapa yang mengandung asam lemak jenuh (Saturated Fatty
Acid = SFA) perlu diimbangi dengan sumber asam lemak tak jenuh (Poly Unsaturated Fatty Acid = PUFA) yang banyak ada pada minyak jagung, sehingga diharapkan dapat terjadi pembentukan kolesterol di tubuh yang lebih baik. pemakaian lemak sapi (tallow) dan kuning telur yaitu bahan baku penyumbang kolesterol utama, sedang pemakaian tepung kedele dan tepung ikan sebagai penyumbang protein. Vitamin dan mineral diberi sesuai dengan kebutuhan. Beberapa bahan baku utama pada pembuatan diet aterosklerosis seperti pada Salah satu formula yang sudah dibuat dan diuji cobakan untuk membuat binatang percobaan Macaca fascicularis mengalami hiperkolesterol (kolesterol serum > 400 mg atau dl) dan dapat bertahan hingga 2 tahun pada posisi kadar
kolesterol tetap tinggi yaitu diet aterogenik -1
Uji coba pada binatang percobaan dilakukan di fasilitas binatang percobaan kandang PSSP- selama 12 bulan pertama dan dilanjutkan dengan
rekayasa formula diet aterogenik untuk 12 bulan berikutnya. Diet aterogenik berbentuk kue yang sudah di thawing diberi pada 24 ekor binatang percobaan Macaca fascicularis jantan (rataan BB 4–5 kg) secara
ad libitum yang dipelihara pada kandang personal . Masa adaptasi makanan lezat berjalan jalan selama 4 minggu hingga diet terkonsumsi habis. Diet dengan
empat bahan baku utama yang dipakai (kuning telur, minyak kelapa, minyak jagung dan lemak sapi) dapat membuat binatang percobaan Macaca fascicularis mengalami hiperkolesterol (serum kolesterol yang mencapai lebih dari 400 mg atau dl) dan bertahan dalam kurun waktu yang lama (2 tahun). Dari 24 ekor binatang percobaan yang diinduksi diet aterogenik, tidak semua binatang percobaan mengalami hiperkolesterolemia (kadar kolesterol >400 mg atau dl) ada yang mengalami hiporesponden (18%) dan medium
dan hiperesponden (70%) terhadap terjadinya peningkatan kadar kolesterol serum (Sajuthi et al. 2014). beberapa 16% binatang percobaan yang
mengalami hiporesponden terhadap terbentuknya plak di arteri, 37,5% normoresponden dan sisanya berstatus hiperesponden hingga terbentuk plak di pembuluh darah arteri karotis keadaan terjadinya plak di pembuluh darah arteri karotis dipengaruhi oleh ekspresi gen pengendali dan besarnya nutrien dan asam lemak yang dikonsumsi oleh binatang percobaan . Jumlah nutrien, kolesterol, dan rincian asam lemak yang dikonsumsi oleh Macaca fascicularis yang diberi diet aterogenik -1 . Konsumsi lemak dan kolesterol dan asam lemak oleat dan linoleat pada perlakuan diet atherogenik -1 lebih tinggi
dibandingkan dengan pada perlakuan diet aterogenik yang mengandung crystalin cholesterol (import). Hasil pengamatan mengindikasikan bahwa diet aterogenik dengan bahan baku lokal yang mengandung lemak
dan kolesterol tinggi dapat menginduksi terjadinya binatang percobaan yang mengalami hiperkolesterolemia.Kehadiran vitamin dan mineral asal bahan lokal pada beberapa peristiwa
penelitian yang sudah berjalan jalan perlu di evaluasi kualitasnya sebab mengindikasikan kadar yang tidak sesuai dengan kualitas yang tertulis. ini memicu terjadinya kesalahan perhitungan formula sehingga berakibat pada gangguan defisiensi makro atau mikro mineral pada binatang percobaan , seperti gigi yang lepas atau kejadian keropos tulang. keadaan itu berpengaruh pada data pengamatan utama.
- Diabetes Mellitus.
Diabetes Mellitus (DM), penyakit degeneratif yang terjadi sebab kesalahan regulasi metabolik, ditandai dengan hiperglikemia. Penyakit ini dipicu oleh hilangnya sekresi dan kerja insulin secara
progresif. Potensi primata non-kita (NHP) sebagai percobaan dalam penelitian diabetes sudah dipahami dari beberapa penelitan awal DM. Diabetes melitus tipe 2 atau dengan non–insulin–dependent diabetes
mellitus. (NIDDM) yaitu penyakit degeneratif yang memberi masalah kesehatan dengan insiden penyakit yang meningkat setiap tahunnya. hewan primata dunia lama yaitu salah satu binatang percobaan yang berguna mempelajari diabetes tipe 2, seperti kita NIDDM pada hewan primata juga terjadi pada usia tua dan kegemukan . hewan primata memiliki
tendensi resistensi insulin dikaitkan dengan keadaan kegemukan , yaitu saat awal terjadinya kompensasi terhadap sekresi insulin. saat terjadi kekurangan secara relatif atau absolut dalam produksi insulin pankreas maka konsentrasi glukosa puasapun mulai meningkat dan tanda-tanda diabetes menjadi jelas.
Perubahan patologi di pulau pankreas hewan primata DM juga mirip dengan yang terlihat pada penderita diabetes kita yang awali dengan hiperplasia dari pulau dengan produksi insulin berlimpah, lalu diikuti dengan penggantian pulau dengan massa amiloid. Komparasi DM pada kita dan hewan primata MEP mengindikasikan perubahan patologi berupa deposit amyloid pada pulau Langerhans yang ditambah dengan hilangnya beberapa besar sel beta pankreas. Temuan ini memiliki kesamaan dengan penelitian DM pada beberapa jenis spesies Macaque lainnya
dan kejadian DM pada kucing lokal yang usia lanjut. Deposit amiloid di pulau Langerhan pada kita dan kucing DM berasal dari IAPP (Islet Amyloid Polypeptide) yang sekresinya selaras dengan sekresi insulin
secara normal dihasilkan dari sel beta pankreas. penelitian IAPP NIDDM MEP membuktikan dengan deteksi cDNA yang didukung dengan data morfologi dan morfometri NIDDM mengindikasikan bahwa IAPP pada MEP memiliki kesamaan 92% dan lebih tinggi dibanding kucing dan roden sebesar 86% dan 84% sehingga penampilan klinis penyakit DM yang terjadi secara spontan pada MEP memiliki kesamaan NIDDM pada kita Kesamaan faktor-faktor itu antara lain awal atau onset DM terjadi pada usia dewasa muda sampai tua, kegemukan , hiperinsulinemia, dan atau atau
resistensi insulin terhadap intravena glukosa dan tahap panjang non ketosis selama terapi insulin tidak diperlukan . Didasari faktor-faktor klinis pada
keadaan prediabetes (mirip dengan sindrom metabolik pada kita ) dan diabetes maka dipastikan bahwa DM pada MEP dapat berguna sebagai binatang percobaan yang baik dari NIDDM kita . Diketahui pula
bahwa penampilan klinis penyakit DM yang terjadi secara spontan pada MEP memiliki kesamaan dengan non–insulin-dependent diabetes mellitus
(NIDDM) pada kita . Kesamaan faktor-faktor itu antara lain awal atau onset DM terjadi pada usia dewasa muda sampai tua, kegemukan , hiperinsulinemia dan atau atau resistensi insulin terhadap intravena glukosa
dan tahap panjang non ketosis selama terapi insulin tidak diperlukan . Komparasi DM pada kita dan MEP mengindikasikan perubahan patologi berupa deposit amyloid pada pulau Langerhans yang ditambah dengan hilangnya beberapa sel beta pankreas. Temuan ini juga memiliki kesamaan dengan penelitian DM pada beberapa jenis spesies Macaque lainnya
dan kejadian DM pada kucing lokal yang usia lanjut. Deposit amiloid di pulau Langerhan pada kita dan kucing DM berasal dari IAPP yang sekresinya selaras dengan sekresi insulin secara normal dihasilkan dari
sel beta pankreas. penelitian IAPP NIDDM MEP membutikan dengan deteksi cDNA yang didukung dengan data morfologi dan morfometri NIDDM
mengindikasikan bahwa IAPP pada MEP memiliki kesamaan 92% dan lebih tinggi dibanding kucing dan roden sebesar 86% dan 84% ,Diabetes Melitus dapat juga memicu pengaruh buruk terhadap keutuhan tulang sehingga dapat meningkatkan risiko osteoporosis dan fraktur. Mekanisme yang melatarbelakangi terjadinya penurunan kekuatan
tulang pada DM belum diketahui secara jelas, diduga akibat gangguan puncak massa tulang dan komplikasi kronik DM seperti neuropati dan nefropati diabetik. Pada DM tipe 1, gangguan ini lebih berat dibandingkan
DM tipe 2. ini diduga sebab hilangnya pengaruh anabolik dari insulin dan IGF-1 yang akan memicu gangguan pencapaian puncak massa tulang sehingga memicu gangguan pembentukan tulang. Pada
DM tipe 2, kepadatan massa tulang tidak terlalu menurun dibandingkan DM tipe 1, namun tetap tidak dapat terhindar dari risiko terjadinya fraktur,
sebab densitas tulangnya mengalami penurunan. Komplikasi kronik yang khas terjadi pada tulang akibat kontrol glikemik yang buruk berupa adanya sindrom kaki diabetik dan neuroarthropati de Charcoat, yang
akan meningkatkan risiko terjadinya fraktur dan amputasi. tidak normal itas tulang rangka tergantung pada kualitas kontrol glikemik, lamanya DM, dan
adanya komplikasi mikrovaskular. Risiko jatuh pada populasi usia lanjut akan meningkat dengan
adanya gangguan penglihatan, regulasi ortostatik dan keseimbangan. dapat menurunkan kualitas hidup penderita dengan kejadian patah tulang yang
meningkat. Osteoporosis sudah dipelajari dengan memakai hewan primata sebagai percobaan osteoporosis penyakit kita . Osteoporosis
yaitu penyakit metabolik tulang yang banyak diderita oleh wanita sesudah -menopause. Secara fisiologis dalam kehidupan wanita menopouse
terjadi penurunan fungsi ovarium, bersamaan dengan keadaan itu terjadi penurunan kadar estrogen sampai ketingkat rendah, wanita akan kehilangan tulang bermineralisasi cepat (3% per tahun) selama
5 tahun pertama dan 1% sampai 2% per tahun sesudah itu. sedang pada wanita sesudah menopause, kadar estrogen yang mulai menurun akan memicu gangguan keseimbangan antara sel penghancur tulang
(osteoklas) dan sel pembentuk tulang (osteoblas). Pada awalnya defisiensi estrogen terjadi gangguan resorpsi jaringan tulang secara tidak langsung namun sel-sel pembentukan tulang masih betanggapan melalui reseptor estrogen. ini sebab belum terbukti adanya reseptor estrogen pada selsel tulang sehingga dapat diketahui adanya pengaruh langsung estrogen.
Kejadian ini memicu kehilangan massa tulang dan peningkatan penyerapan tulang secara bertahap yang berakhir dengan keadaan osteoporosis. sehingga diketahui bahwa penurunan massa tulang
dipicu oleh laju resorpsi tulang lebih aktif dari pembentukan tulang. paparan sinar ultraviolet Beta
selama lima bulan pada MEP post ovariektomi memberi peningkatan indeks statis aksi osteoblast dalam formasi tulang pada komunitas MEP
hipoestrogen namun tidak menekan peningkatan proses resorpsi tulang. sedang penelitian memakai tikus sebagai binatang percobaan mengindikasikan
keadaan kekurangan hormon estrogen akibat ovariektomi dan makanan lezat rasio fosfat atau kalsium tinggi memicu terjadinya osteoporosis pada tulang mandibula tikus. Tulang aksial (tulang mandibula) lebih osteoporotik dibandingkan tulang ekstremitas . , DM pada hewan primata juga memberi informasi adanya perubahan buruk pada profil plasma lipid, konsentrasi lipoprotein, komposisi lipoprotein, dan glycation, yang dapat berkontribusi untuk
perkembangan penyakit vaskular aterosklerosis. Selain DM, hiperlipidimia, hipertensi, dan kegemukan , dan angka hidup yang meningkat memicu atersklerosis yang menuju ke penyakit jantung koroner.
riset induksi diet gemuk dengan kandungan energi lebih dari 4500 Kal atau kg diet pada Macaca fascicularis membuktikan binatang percobaan itu dapat mengalami peningkatan IMT mencapai keadaan kegemukan tipe 1. Percobaan pada pemberian diet aterogenik dengan kandungan kolesterol diet 0,28
mg atau kal energi dapat memicu peningkatan plasma kolesterol yang sejalan dengan percepatan akselerasi proses atherosclerosis pada arteri karotis. sehingga pemberian makanan lezat kolesterol tinggi yaitu
salah satu metoda untuk membuat binatang percobaan mengalami penyakit aterosklerosis seperti pada kita yang ditandai dengan adanya insiden
infark miokardium yang relatif tinggi, faktor psikososial, dan adanya perbedaan jenis kelamin juga menjadi faktor kerentanan untuk kejadian aterosklerosis
-Diet Diabetes Mellitus
Pembuatan diet untuk binatang diabetes mellitus mirip dengan diet gemuk sebab formulanya hampir sama untuk menjadikan binatang percobaan
overweight. Gangguan yang diakibatkan oleh tingginya pemakaian dan serapan karbohidrat terjadi pada kerja hormon insulin sehingga berdampak pada terjadinya penyakit diabetes melitus tipe 2. Diet gemuk yang diberi dalam jangka waktu lama dapat memicu binatang percobaan mengalami diabetes melitus tipe 2. binatang percobaan diabetes tipe 2 dapat terjadi baik
secara spontan (pada tikus, mencit, dan monyet rhesus) maupun diinduksi dengan senyawa kimia, seperti alloxan (kelinci, mencit) atau dengan diet
khusus (tikus, mencit, dan monyet rhesus) atau melalui jalur operasi (tikus, anjing, babi dan primate) dengan akibat adanya keuntungan dan
kerugian bagi binatang percobaan yang dipakai Induksi binatang percobaan dengan diet gemuk dapat dilakukan dengan formula yang memakai bahan baku mengandung karbohidrat mudah larut tinggi (tepung gandum, maizena, gula, sukrosa, dan syrup), bahan
makanan lezat mengandung lemak tinggi (minyak, talow, dan telur), dan bahan makanan lezat mengandung serat terlarut (CMC) dalam jumlah terbatas.
- Aterosklerosis
binatang percobaan penyakit degeneratif aterosklerosis yaitu proses pembentukan plaque atheroma pada dinding pembuluh darah, jika terjadi
pada pembuluh darah koroner menganggu aliran darah ke otot jantung dan memicu penyakit jantung koroner, sedang aterosklerosis yang terjadi pada pembuluh darah serebrovaskular akan mengganggu aliran
darah ke otak dan memicu penyakit serebrovaskular. Aterosklerosis selalu dimulai dengan adanya disfungsi endotel berlanjut ke tahap akumulasi lipid ekstraselular yang diikuti oleh proses mikro inflamasi berupa tahap
rekrutmen leukosit yang memicu akumulasi lipid intraselular Disfungsi endotel yaitu suatu keadaan non-adaptif dari endotel akibat potensi vaskular endotel yang akan mengalami modulasi fenotip
dan ditandai oleh adanya kesalahan pengaturan atau kehilangan kemampuan dalam mekanisme pengaturan homeostasis yang kritis pada sel-sel endotel yang sehat . Disfungsi endotel biasanya ditandai oleh penurunan sekresi faktor-faktor relaksasi
(vasodilator) dan cenderung untuk meningkatkan sekresi faktor-faktor konstriksi (vasokonstriktor). Pembentukan sel-sel busa (foam cells) di lapisan
subendotel lalu akan terjadi secara outward ke arah abluminal yang tidak mengambili tempat lumen pembuluh darah. Timbunan sel-sel busa akan berkelanjutan sampai lesi melampaui 40% dari penampang melintang pembuluh darah yang biasanya sudah terjadi pembentukan fibrous cap.
tahap berikutnya lesi akan tumbuh secara inward dan akhirnya terkonsolidasi sebagai suatu plakateroma di lapisan subendotel (tunika intima) sehingga
memicu stenosis lumen pembuluh darah
Aterosklerosis biasanya dikenal sebagai penyakit pembuluh darah yang ditandai dengan pengerasan dinding pembuluh darah dikaitkan dengan
tingginya kosentrasi kolesterol, kalsium, lipoprotein, dan zat–zat lainnya dalam darah. Kehadiran plaque atheroma yang terus bertambah pada penderita aterosklerosis dapat mengurangi atau menghambat
aliran darah, jika tidak dilakukan penanganan yang serius, penderita aterosklerosis akan mengalami tanda-tanda klinis seperti angina pektoralis, dan nyeri kram kaki saat berjalan jalan termasuk adanya serangan jantung, stroke, atau bahkan kematian dapat terjadi. binatang coba memperlihatkan tanggapan terhadap diet aterogenik yang bervariasi antar personal . Diet
aterogenik memicu peningkatan kadar kolesterol yang berbedabeda secara personal yang biasanya berbanding lurus dengan proses aterosklerosis. Semakin tinggi kadar kolesterol semakin cepat akselerasi proses aterosklerosis yang terjadi pada arteri karotis Potongan arteri common carotis M. fascicularis dengan kadar kolesterol plasma rendah (<200mg atau dl) yang diwarnai dengan
Varhoef Van Gieson (VVG). (ada sel busa pada dinding
pembuluh darah bagian intima. I= Lapisan Intima; M= lapisan media; A= lapisan adventisia. Bar mengindikasikan 200 μm)
Potongan arteri common carotis M. fascicularis dengan kadar kolesterol plasma sedang (200–400 mg atau dl) yang diwarnai dengan Varhoef Van Gieson (VVG). (ada plak yang konsentris, penumpukan sel busa, dan adanya kolam lipid pada bagian intima. I= Lapisan Intima; M= lapisan media; A=
lapisan adventisia. Bar mengindikasikan 200 μm.)
Gambar 5.5 Potongan arteri common carotis M. fascicularis dengan kadar kolesterol plasma tinggi (>400 mg atau dl) yang diwarnai dengan Varhoef Van Gieson (VVG). (ada plak yang sentris,
penumpukan sel busa dan adanya kolam lipid pada dinding pembuluh darah bagian intima. I= Lapisan Intima; M= lapisan media; A= lapisan adventisia. Bar mengindikasikan 200 μm.) Penemuan yang sama pada pembuluh darah aorta juga dikemukakan oleh
Faggiotto dan Ross (1984). M. nemestrina dengan tanggapan kuat aterogenesis akan mengindikasikan terjadinya penebalan intima media yang mengandung banyak sel-sel busa dan berisi jaringan ikat yang minimal. Di sini terlihat penumpukan sel-sel busa yang berkesinambungan di bawah endotel, bahkan sebagian sel-sel busa itu sudah menginfiltrasi melewati
lamina elastika interna ke tunika media. tahap -tahap proses aterosklerosis dapat berlangsung secara subklinis. sehingga usaha promotif dan preventif terhadap aterosklerosis dapat dimulai melalui pencegahan primer (primary prevention) yang dilakukan sedini mungkin atau sebelum
muncul nya keluhan atau kejadian kardiovaskular. Usaha ini menyangkut rekayasa faktor-faktor risiko yang dimiliki saat itu sehingga diharapkan
proses aterosklerosis dapat dihambat dan kejadian kardiovaskular dapat dicegah. Penemuan intervensi juga dapat menurunkan morbiditas dan
mortalitas aterosklerosis bergantung pada keberadaan binatang percobaan yang sesuai. Berbagai penelitian aterosklerosis sudah dilakukan pada binatang coba, baik pada mencit sampai hewan primata seperti MEP.
Pemberian diet aterogenik pada M. nemestrina memperlihatkan perubahan morfologi yang terjadi pada endotel dan subendotel sehingga pemberian makanan lezat kolesterol tinggi yaitu salah satu metode untuk membuat binatang percobaan MEP penyakit aterosklerosis seperti pada kita yang ditandai dengan adanya insiden infark miokardium yang relatif tinggi, faktor psikososial, dan adanya perbedaan jenis kelamin juga menjadi faktor kerentanan untuk kejadian
aterosklerosis. Induksi aterosklerosis dengan makanan lezat bersumber bahan dari lokal sudah dikembangkan di Pusat penelitian hewan Primata . makanan lezat tinggi lemak dan tinggi energi itu memicu keadaan hiperkolesterolemia sesudah
rerata konsumsi makanan lezat selama tiga bulan. Selain membuat aterosklerosis, makanan lezat ini juga membuat binatang menjadi gemuk.
Kandungan makanan lezat aterogenik terdiri atas gandum, gula, lemak binatang , minyak goreng, tepung ikan, tepung maizena, bungkil kedelai, dedak padi,
agar-agar, carboxymethyl cellulose, campuran mineral kalsium karbonat, kalsium fosfat, dan kuning telur.