GUNUNG PADANG, JAWA
BARAT, 14 OKTOBER 2012
sesudah mengalami penundaan sejak September, akhirnya ekspedisi BETA-UFO ke Gunung
Padang
Rizki Afriono, penggagas perjalanan ini.
Pagi itu Sabtu 13 oktober 2012 kami kru BETA-UFO Depok berkumpul di rumah Ranggi
Ragatha selaku koordinator BETA-UFO area Depok.
sekitar pukul 5:15 itu, 15 menit lebih cepat dari jadwal yang disepakati.
Kedua teman aku yang masih satu kampus lalu menyusul datang. Mereka yaitu Chris
Karras , Riska Maria. Koordinator acara ini Rizki Afriono, datang dengan berjalan kaki karena
lokasi rumah yang berdekatan dengan rumah Ranggi Ragatha.Perjalanan dimulai sekitar jam 6 pagi menuju Bogor untuk menemput seorang rekan lainnya
yaitu Subhan N' Haque, anggota BETA-UFO Depok yang lokasi rumahnya paling jauh
. Dari Bogor kami menuju Cianjur dengan waktu perjalanan ekitar 4,5 jam.
Kami lantas menuju rumah Pak Nanang, salah satu (Juru Pelihara) Situs Gunung
Padang, lalu beristrirahat di sana hingga jam 2, diselingi
penyusunan koordinator lokasi, rencana pembuatan rompi, dan struktur organisasi BETA-UFO
Depok. sesudah itu kami lalu melakukan exsplorasi pertama ke lokasi, beberapa anggota seperti kehabisan nafas,
kecapaian, karena tingginya lokasi,Hal pertama yang kami saksikan di atas permukaan Gunung Padang ini yaitu banyaknya
tumpukan batu yang tersusun berantakan. Batu-batu ini memiliki sisi segilima
(pentagonal) berwarna abu-abu dan terlihat dibuat dengan tangan. Namun pendapat aku ini
disangah oleh pak Nanang, aku percaya ini buatan alam karena dulunya di sini itu
gunung berapi,.Gunung padang memiliki 5 lantai berbeda, dan anehnya tingkat 5 yaitu tingkat tertinggi malah
berumur lebih tua ketimbang tingkat yang di bawah. Pengunjung hari itu beragam, beberapa biksu. Koordinator perjalanan kami Rizki Afriono memulai perbincangan dengan para
biksu ini. sesudah 2 jam berada di lokasi, tepat jam 4 sore kamipun melangkah turun, kembali ke rumah
kamipun beristirahat sembari mendengarkan kisah-kisah
menarik sekitar Gunung Padang. Pak Nanang, beranak satu ini banyak bercerita
pengalamannya menjadi Juru Pelihara. Kira-kira 70 % ucapan pak Nanang yaitu mengenai hal
spiritual.
bahwa ada kemungkinan situs Gunung Padang ini di masa
lampau yaitu tempat berkumpul/bertemunya orang penting Dari cerita ini dapat aku simpulkan kemungkinan banyak pihak yang
keberatan atas rencana penggalian Gunung Padang untuk membuktikan adanya piramida raksasa
yang terkubur. Namun a tak menutup kemungkinan adanya piramida yang
bersemayam didalamnya, Keunikan lain dari Gunung Padang yaitu serba 5 , mulai dari 5 lantai, lalu bentuk batu yang memiliki 5 sisi poligonal, susunan situs Gunung Padang yang menggambarkan rasi bintang Pleiades.
Hal ini dibuktikan dengan menarik garis lurus antara gunung-gunung di sekitar Gunung Padang,
dimana hasilnya akan mirip seperti rasi bintang Pleiades. penggambaran pola antara Stonehenge di Inggris,
Piramida di Mesir, dan kini di Gunung Padang.
ekspedisi keduapun dimulai. Di tengah dinginnya malam,
bermodalkan senter, kamera dan handycam, tim kecil yang terdiri atas Pak Nanang, 6 kru
BETA-UFO dan 3 Wartawan Kompas berjalan menuju lokasi.
Dari sini pak Nanang mulai
menjelaskan sejarah lantai demi lantai:
Lantai pertama yang dinamakan juga sebagai Pamuka Lawang ditandai dengan 2 buah batu
menyerupai tiang yang berdiri miring. Di teras ini ada Gunung Masigit yang berada di
tengah-tengah lokasi, sebuah ruangan dengan dolmen, dan dua buah batu gamelan atau Sound
Stone. Tempat ini memiliki tumpukan batu paling banyak dibanding lantai/teras yang lain.
Selanjutnya di lantai/teras ke-dua, ada batuan yang dinamakan Eyang Mahkota Dunia.
Awalnya Pak Nanang tidak mengerti kenapa dinamakan demikian, namun pada suatu malam saat
Pak Nanang datang kemari sambil berdiam dan merenung, ia mendengar suatu bisikan yang
mengatakan bahwa Mahkota Dunia yaitu kehormatan dunia. manusia yang memperoleh
kehormatan di dunia bukanlah orang yang memiliki kekayaan, namun orang yang berbagi
dari hasil kekayaan itu untuk orang lain.Berbeda dengan teras lainnya, untuk masuk ke teras ke-dua ini kami harus memutar terlebih
dahulu dan masuk melalui Selatan. Di teras ini juga ada Batu Kursi yang dipakai
sebagai tempat untuk bermusyawarah, dan Batu Lumbung sebagai lambang kesejahteraan.
Dari Batu Kursi ini jika kita menghadap ke Gunung Gede atau arah Utara, kita dapat melihat
diantaranya rasi bintang Pleiades, Orion, Virgo, yang jika kita kaitkan dengan budaya nenek
moyang, maka rasi bintang itu memiliki banyak fungsi, antara lain: menentukan musim
panen, musim tanam, bencana, arah mata angin dan lain-lain.
Di lantai/teras ke-tiga, ada batu yang dinamakan Kramat Tungga , yaitu batu dengan legok atau
cetakan seperti kujang pada permukaannya. Kramat berarti tempat dan tunggal yaitu satu.
sedang kujang menurut budaya sunda artinya sesuatu untuk dipegang atau peganglah! .
Filosofi dari teras ini yaitu untuk mengingatkan manusia kepada Yang Satu (pencipta alam). Batu
legok lainnya yaitu Tapak Maung : sebuah batu besar dengan legok atau cetakan tapak kaki
harimau.
Di teras ke-empat ada Bandung Tungga atau Batu Gendong . Bandung berarti agung dan
Tungga berarti satu. Filosofi dari batu ini yaitu agungkan Yang Satu (pencipta alam).
Beberapa kali aku melihat pengunjung mencoba untuk mengangkat batu itu , karena banyak
yang berpikiran kalau berhasil mengangkat batu itu maka keinginan mereka akan terkabul., batu itu yaitu sebuah sambutan , yaitu untuk menuju ke teras
ke-lima manusia harus kuat terlebih dahulu, dan sudah selesai menjalani proses dari teras
pertama hingga teras ke-empat.
Tim kami tak memperoleh kesempatan untuk mengangkat batu ini karena ia sudah tidak ada. Karena
banyak sekali pengunjung yang semena-mena , mencoba mengangkat namun tidak kuat,
akhirnya batu itu sering dibanting-banting. Hal ini dikhawatirkan dapat merusak batu itu ,
sehingga akhirnya ia disembunyikan pak Nanang. Teras ke-lima atau teras terakhir dinamakan juga sebagai Tempat Singgasana , sekaligus sebagai
tempat akhir peribadatan. Disini ada sebuah tempat duduk yang dinamakan sebagai Batu
Pandaringan , batu panjang yang terbaring, dan menghadap lurus ke arah 5 gunung (Gunung
Batu, Pasir Pogor, Gunung Kencana, Gunung Gede dan Gunung Pangrango). Singgasana ini
dipakai sebagai tempat berdoa ke arah Gunung Gede.
Dapat dibayangkan saat jaman dahulu, sebuah gunung dianggap sebagi kekuatan yang besar,
dapat memberikan kesuburan di area sekitarnya sekaligus bisa memberikan bencana akibat
letusannya Selain pertemuan dengan biksu dan wartawan kompas disana kami juga bertemu seorang musafir
dari Yogyakarta. Dia berjalan kaki menyusuri sungai, entah apa yang dicarinya namun di
perjalanannya ia berujar sering mengunjungi tempat-tempat spiritual seperti: makam leluhur,
para wali dan lain-lain. serba lima dari Pak Nanang:
Situs Gunung Padang diapit oleh lima sungai, yaitu s.Cipanggulaan, S. Cikuta, S.
Ciwangun, S. Pasir Malang, dan S. Cimanggu. Sungai ini mengalir di tiap sisi di kaki
bukit Gunung Padang.
ada lima teras di Puncak bukit Gunung padang.
Tiap teras dihubungkan oleh lima lima anak tangga kecil.
Ternyata, sekitar 95% sudut batu itu yaitu segi lima.
Dikelilingi oleh lima bukit, yaitu Karuhun, Pasir Emped, Pasir Malati, Pasir Malang, dan
Pasir Batu. ( Pasir , bahasa Sunda, artinya bukit ).
Orientasinya tegak lurus ke lima gunung secara sejajar, yaitu Gunung Pasir Pogor,
Gunung Cikencana, Gunung Pangrango, Gunung Gede, dan Gunung Batu.
Selain itu banyak istilah yang aku baru tau seperti MAUNG berarti Manusia
Unggul , BATU berarti Bahan Tulisan , dan Jabal Nur = Gunung Cahaya = Gunung Padang.
Ke-dua, hubungan dengan situs purbakala lainnya:
Subhan N’Haque mencoba mengaitkan bentuk bangunan Gunung Padang dengan
Stongehenge di Inggris dan Piramida di Mesir, disini ada batu gendong, yang dahulu
berfungsi sebagai jam, sama fungsinya dengan batu Stonehenge. Lalu tampilan susunan batunya
juga sama, bentuk batu lurus tegak ke atas juga memiliki kesamaan, juga sama-sama
mengambarkan rasi bintang Pleiades seperti Piramida Mesir sebagai
miniatur rasi bintang yang sama. Umur Gunung Padang kan
lebih tua dari mereka, bangunan yang sekarang ini yaitu hasil rekonstruksi juga,
usianya saja sudah duabelasribuan tahun, sehingga ada kemungkinan
kegunaan awalnya mungkin difungsikan untuk mengubur si Maung (Manusia Unggul),
selayaknya fungsi piramida untuk mengubur raja-raja Mesir. Lalu pada masa selanjutnya sesudah
terlupakan dan ditemukan kembali, karena posisinya tinggi maka difungsikan sebagai sarana
pemujaan terhadaap dewa maupun sang Hyang (pencipta alam yang satu).
Selain itu karena letaknya ideal untuk observasi langit, lantas dibuatkan pula observatorium
untuk ilmu perbintangan, dengan fungsi untuk menentukan musim panen, musim tanam,
bencana, arah mata angin dan lain-lain.
lalu dengan memanfaatkan bunyi dari batuan, pengamat di atas gunung dapat dengan
mudah mengabarkan masyarakat melalui bunyi-bunyian dari batu, dan melalui pos-pos tertentu
kabar ini diteruskan ke segala penjuru jagat. Fungsi ini terus berkembang
Dan Slayback, spesialis penginderaan jarak jauh di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA. desember 2014, gunung berapi bawah laut Hunga Tonga yang menjulang 1.609 meter di atas permukaan laut , di pasifik selatan meletus, Saat gunung ini meletus akhir 2014 lalu, magma panas yang berasal dari dalam perut bumi bercampur dengan air laut yang dingin, menghamburkan abu dan batu , hamburkan abu dan batu menumpuk di puncak gunung berapi , membentuk pulau baru yang terletak di antara dua pulau tua , pulau dengan tinggi 121,92 meter dari permukaan laut terletak 45 kilometer dari ibu kota Tonga, Nuku'alofa, gelombang air laut pelan pelan membentuk pulau baru itu , pulau baru itu diberinama Hunga Tonga-Hunga Ha'apai ,pulau baru ini diapit 2 pulau tua ,
letusan gunung api di bawah laut mempengaruhi geologis dan geografis area erupsi menyebabkan pulau baru, hal ini memberi pengertian yang sama seperti di planet lain selain bumi, Pulau Hunga Tonga-Hunga Ha'apai akan mampu bertahan selama 30 tahun, Januari 2015, satelit memotret pulau ini, April 2015, arus laut masuk ke danau kawah dalam pulau,kemudian bentukan yang mirip jembatan terbentuk antara pulau itu, gundukan pasir terbentuk sehingga air tidak dapat masuk, dengan terus memantau perubahan pulau hunga tonga-Hunga Ha'apai dari waktu ke waktu, peneliti mampu mempelajari seberapa dalam air di Mars saat gunung-gunungnya meletus, bagaimana pulau di Mars terkikis lebih dari 1 miliar tahun yang lalu