Home » All posts
KEONG
Keong mas atau Keong kowoe dimanfaatkan sebagai makanan. manfaatnya, yaitu kandungan antioksidan yang tinggi. riset ini menentukan pelarut terbaik untuk mengekstrak senyawa bioaktif keong mas dan menentukan kandungan antioksidannya. riset ini meliputi analisa proksimat, uji kuantitatif aktivitas antioksidan dengan metode DPPH. Hasil pengukuran morfometrik menunjukan rendemen daging sebesar 11,86%. Kandungan proksimat daging segar tertinggi pada kadar air sebesar 65,79%, protein 18,14%, abu 10,49%, karbohidrat 4,14% dan lemak 3,44%, sedang pada daging kering kadar air sebesar 40,04%, protein 38,06%, karbohidrat 10,66%, abu 8,53% dan lemak 2,70%. Hasil riset diperoleh rendemen hasil ekstraksi senyawa aktif memakai pelarut kloroform (non polar) sebesar 1,78%, etil asetat (semi polar) 3,41% dan metanol 6,63% (polar). Rendemen yang tinggi pada pelarut metanol sebab keong kowoe mengandung lebih banyak senyawa aktif yang bersifat polar. Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak kasar jenis pelarut metanol (polar) memiliki nilai IC50 yaitu 111,28 ppm, sehingga tergolong sedang. Keong kowoe yaitu salah satu spesies dari kelas gastropoda dan tergolong dalam keong mas, termasuk kelompok molusca dari famili Ampullariida yang banyak ditemukan disungai, danau, rawa , persawahan ,keberadaannya
melimpah, harga murah dan Keong kowoe ini di perdagangkan dalam bentuk segar utuh, segar kupas, sate dan asap. keong kowoe dapat
menyembuhkan penyakit hepatitis. Antioksidan yaitu zat yang dapat menunda, memperlambat dan mencegah terjadinya proses oksidasi. Antioksidan berfungsi mengatasi atau menetralisir
radikal bebas sehingga diharapkan dengan
pemberian antioksidan ini proses tua dihambat atau paling tidak tidak dipercepat dan dapat mencegah terjadinya kerusakan tubuh dari munculnya penyakit degeneratif ,Antioksidan secara alami ada pada semua bahan pangan,
baik yang berasal dari daratan maupun perairan. Bahan pangan yang berasal dari perairan terutama dari kelas gastropoda, banyak mengandung senyawa bioaktif dan antioksidan Jenis-jenis Gastropoda yang sudah diteliti dan mengandung antioksidan antara lain, lintah laut (Discodoris sp.) , Lymnaea stagnalis, dan Pleuroploca trapezium . Gastropoda juga mengandung berbagai macam senyawa bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan kita . senyawa bioaktif ini antara lain alkaloid, steroid, flavonoid, saponin, dan fenol hidrokuinon . uji fitokimia terhadap ekstrak keong mata merah (Cerithidea obtusa) yang beraktifitas antioksidan menunjukan keong matah merah mengandung senyawa bioaktif golongan alkaloid dan flavonoid. Keong mas sudah banyak diteliti meliputi komposisi kimia, asam amino hingga fitokimia . Bahan yang dipakai pada penelilitian ini yaitu keong kowoe pelarut bahan kimia kloroform (Merck p.a), etil asetat (Merck p.a), metanol (Merck p.a), alkohol, asam format glacial,
dan DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Alat-alat yang dipakai antara lain tabung reaksi (pyrex), labu erlenmeyer (pyrex), spetrofotometri UV-VIS Hitachi U-2800 pada panjang gelombang 517 nm dan rotary evaporator merek RV 10 Basic V 115,
riset ini dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu, karakterisasi fisik meliputi pengukuran morfometrik , perhitungan rendemen daging keong kowoe, pengambilan dan preparasi bahan baku dan analisa komposisi kimia. Ekstraksi bahan aktif dilakukan menurut prosedur Quinn . Ekstraksi memakai 3 pelarut berdasar tingkat
kepolarannya yaitu kloroform p.a. (non polar),
etil asetat p.a. (semi polar) dan metanol p.a. (polar). Ekstraksi dilakukan dengan maserasi 25 g tepung keong kowoe kering dalam 100 ml pelarut kloroform p.a. selama 48 jam dalam orbital shaker dengan kecepatan 8 rpm. Hasil maserasi disaring dengan kertas saring Whatman 42. Residu yang dihasilkan dimaserasi dalam 100 ml etil asetat p.a. selama 48 jam dan memakai orbital shaker
dengan kecepatan 8 rpm, sedang filtrat ekstrak kloroform yang diperoleh dievaporasi hingga pelarut memisah dengan ekstrak memakai rotary vacuum evapotator pada suhu 50 ° C. Residu etil asetat kemudian dimaserasi dalam 100 ml metanol dengan kecepatan 8 rpm. Filtrat yang diperoleh dari tiap ekstraksi dievaporasi memakai rotary vacum evapotator pada suhu 50 °C.
Ekstrak keong kowoe dari hasil ekstraksi bertingkat dan hasil pemurnian dilarutkan dalam metanol dengan konsentrasi 200, 400, 600 dan 800 ppm. Antioksidan sintetik BHT dipakai sebagai
pembanding dan kendali positif, dibuat dengan cara dilarutkan dalam pelarut metanol p.a. dengan konsentrasi 2, 4, 6 dan 8 ppm. Larutan DPPH yang akan dipakai dibuat dengan melarutkan kristal DPPH dalam pelarut metanol dengan konsentrasi 1 mM. Masing-masing contoh uji dan pembanding
diambil 4,50 mL dan direaksikan dengan 500 μL larutan DPPH 1 mM dalam tabung reaksi yang berbeda dan sudah diberi label. Campuran ini kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 30 menit dan diukur absorbansinya memakai
spektrofotometer UV-VIS Hitachi U-2800 pada
panjang gelombang 517 nm. Absorbansi dari
larutan blanko juga diukur untuk melakukan
perhitungan persen inhibisi. Larutan blanko
dibuat dengan mereaksikan 4,50 mL pelarut
metanol dengan 500 μL larutan DPPH 1 mM dalam tabung reaksi. Nilai persentase aktivitas antioksidan dihitung dengan rumus:
Nilai konsentrasi contoh (ekstrak ataupun antioksidan pembanding BHT) dan persen inhibisinya diplot masingmasing pada sumbu x dan y pada persamaan regresi linear. Persamaan regresi linear yang diperoleh dalam bentuk persamaan y = a + bx,
dipakai untuk mencari nilai IC50 (inhibitor
concentration 50%) dari masing-masing contoh dengan nilai y sebesar 50 dan nilai x yang akan diperoleh sebagai IC50. Nilai IC50 besarnya konsentrasi larutan contoh (ekstrak ataupun antioksidan pembanding BHT) yang diperlukan untuk mereduksi radikal bebas DPPH sebesar 50%.analisa Data analisa data dilakukan berdasar model Steel dan Torrie . Rancangan percobaan yang dipakai yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan uji lanjut Duncan. sifat kappa karaginan murni
Hasil pengukuran morfometrik pada keong kowoe berupa nilai rataan yang dapat dilihat pada Tabel Keong kowoe memiliki berat utuh ratarata 40,66-74,52 g dengan rata-rata berat daging 5,45-7,98 g, berat cangkang rata-rata 40,66-56,37 g dan berat cairan 6,84-10,15 g. Panjang rata-rata keong kowoe antara 56,53-66,91 mm dengan rata-rata lebar cangkang 51,80-60,53 mm. Perbedaan panjang, lebar, tebal, dan berat keong kowoe yaitu
perbedaan pertumbuhan yang dialami oleh
tiap keong.pertumbuhan biasanya yaitu perubahan dimensi (panjang, berat, volume,
jumlah dan ukuran) persatuan waktu baik individu maupun komunitas. pertumbuhan yaitu suatu indikator yang baik untuk melihat kondisi kesehatan individu, populasi, dan lingkungan .
pertumbuhan suatu biota dapat dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.Faktor internal yang mempengaruhi
pertumbuhan biota yaitu keturunan (genetik),
jenis kelamin, parasit dan penyakit, dan usia
dan maturitas. Faktor eksternal mempengaruhi
pertumbuhan biota yaitu jumlah dan ukuran
makanan yang tersedia, jumlah biota yang memakai makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut, kadar amonia di perairan dan salinitas . Hasil pengukuran morfometrik pada keong kowoe, menunjukan keragaman ukuran mulai dari besar, sedang dan kecil. pola pertumbuhan keong kowoe yaitu tergolong cepat sampai lambat akibat pengaruh lingkungan tempat hidupnya, sehingga secara morfometrik menunjukan ukuran yang beragam.Rendemen yaitu persentase antara
berat suatu bagian yang dapat dimanfaatkan
dibandingkan dengan berat bahan utuh. Bagian yang biasanya dimanfaatkan oleh warga sebagai bahan pangan yaitu bagian daging. berdasar hasil pengukuran rendemen daging keong kowoe yaitu
sebesar 11,86%. Rendemen ini lebih rendah
dibandingkan dengan rendemen cangkang
dan cairannya yaitu masing 73,16% dan 14,96%.
rendemen keong bakau (Telescopium
telescopium) yang berasal dari perairan Sepulu
memiliki rendemen cangkang 78,50%, daging
10,16%, dan jeroan 11,34%. Keong bakau dari
perairan Socah memiliki rendemen cangkang
78,97%, daging 9,14%, dan jeroan 11,89%.
Keong kowoe memiliki rendemen cangkang yang tinggi sebab hampir seluruh tubuhnya tertutupi oleh cangkang. keong memiliki 3 lapisan yang berbeda yaitu lapisan nacre yang yaitu lapisan paling dalam, tipis, mengandung CaCO3 yang
keberadannya menentukan penampakan warna cangkang, lapisan perismatic yang mengandung hampir 90% CaCO3 dan terletak vertikal dan lapisan periostracum yang terdiri dari zat tanduk .
Kadar zat kapur (CaCO3) yang tinggi dan zat
tanduk pada cangkang membuat rendemen
cangkang menjadi paling tinggi diantara rendemen daging dan jeroan. Hasil pengukuran rendemen daging keong kowoe sesudah dipreparasi yaitu
rendemen daging keong kowoe segar 689 g (12,70%) dari 5400 g keong kowoe utuh, kemudian mengalami penurunan sesudah proses pengeringan menjadi 258 g (4,76%). Rendemen daging yang dihasilkan pada riset ini lebih kecil jika dibandingkan dengan rendemen riset
11% pada keong mata lembu, ini dipicu keong kowoe memiliki cangkang lebih besar dan tebal namun daging yang dihasilkan sedikit. Penurunan rendemen pada daging keong kowoe dipicu adanya penguapan kandungan air selama proses
pengeringan.Komposisi kimia menandakan
persentase komposisi 5 unsur dasar kandungan gizi meliputi kadar air, protein, lemak, abu dan karbohidrat. Penghitungan komposisi kimia dilakukan dari daging keong kowoe berdasar berat basah. Komposisi proksimat daging keong kowoe
sebagai hasil perikanan yang berprotein tinggi (38,06%) tinggi karbohidrat (10,66%) lemak rendah (dibawah 5%) sehingga baik untuk dikonsumsi penderita penyakit hati ,keong kowoe setara dengan beberapa jenis moluska maupun echinodermata yang sudah dikonsumsi dan secara empiris dipercaya sebagai aprodisiak dan mampu mengobati berbagai penyakit . Kandungan gizi dari daging keong kowoe tidak jauh berbeda dengan kandungan gizi dari jenis moluska lainnya. Jenis gastropoda air tawar mengandung gizi yang
tidak jauh berbeda dengan jenis gastropoda laut meskipun dari masing-masing jenis gastropoda ini memiliki perbedaan dalam hal makanan dan lingkungan hidup. Faktor yang mempengaruhi variabilitas dalam kandungan gizi dari daging gastropoda yaitu jenis, ukuran (usia ), tingkat kematangan seksual, suhu, jenis makanan, lokasi dan musim , Kadar air yaitu jumlah air yang
terkandung di dalam bahan pangan dan ikut
menentukan kesegaran dan daya awet bahan
pangan ini . Hasil analisa proksimat kadar air daging segar keong kowoe yaitu 63,80%, sesudah mengalami proses pengeringan dengan oven suhu 50-60°C memiliki kadar air sebesar 40%. Kadar air daging segar keong kowoe tidak jauh berbeda
dengan kadar air yang ditemukan pada Fasciolaria salmo yaitu 73%, sedang kadar air pada keong kowoe kering 40% kadar air Tympanotonus fuscatus yaitu 10 %. Hasil kadar air yang berbeda pada Discodorissp. yaitu 11,17% dan Penaeus notialis yaitu 16,09%. kadar air bahan makanan berfungsi sebagai indeks untuk menjaga kualitas, kerentanan terhadap infeksi, jamur, dan kadar air yang rendah dapat memperpanjang masa simpan
dari spesies ini. Kadar air ini berada di bawah nilai kadar air maksimum untuk ekstraksi. kadar air maksimum harus 11%. Kadar protein dari daging segar keong kowoe sebesar 18%. Nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan kadar protein
pada Bursa spinosa yaitu sebesar 24% . Hasil pengukuran kadar protein daging kering keong kowoe 70%. nilai protein dari Tympanotonus fuscatus yaitu 68 %. menunjukan nilai protein dari daging kering Babylonia spirata yaitu 53 %. kandungan protein maksimum Cymbium
melo yang ditemukan pada bagian mantel (30%) dan minimum pada jaringan tubuh lainnya (20%).
Hasil analisa kadar lemak dari daging keong kowoe segar yaitu 3,4%. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan kadar lemak pada spesies moluska lainnya. Perbedaan kadar lemak dapat dipengaruhi oleh jenis spesies, tingkat kematangan gonad dan usia suatu spesies. suatu spesies yang sudah matang gonadnya akan mengalami peningkatan kadar lemak. Hasil pengukuran kadar lemak daging kering keong kowoe yaitu 2,60%. nilai kadar lemak pada Pomecia polludosa dan Ergeria radiata memiliki rata-rata 6-7,50%. Kandungan lemak keong kowoe pada riset ini termasuk rendah dan digolongkan dalam tipe rendah lemak dan ditandakan, spesies ini tidak akan mudah menjadi tengik .
lektin pada moluska sebagai agen sistem kekebalan tubuh bagi moluska terhadap berbagai patogen. lektin rekombinan yaitu rCflec-1 dari kerang Chlamys farreri dapat menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan Micrococcus luteus. lektin dari Achatina fulica menggumpalkan sel darah merah dan eritrosit dari domba dan
kelinci.Hasil analisa kadar karbohidrat dari daging keong kowoe segar sebesar 4,11% dan kadar karbohidrat daging keong kowoe kering sebesar 10,60%. kandungan karbohidrat dari Bursa spinosa segar rata-rata 3,4-7 %. kandungan karbohidrat dari daging Babylonia spirata kering yaitu 16,60% dan menunjukan kandungan karbohidrat dari daging Pleuroploca trapezium kering sebesar 4,300%. beberapa hewan moluska mengandung karbohidrat antara 3-5%. Kadar karbohidrat pada keong yang tinggi berkaitan dengan ketersediaan makanan bagi keong. Karbohidrat ini berasal dari fitoplankton
dan mikroalga sebagai makanannya. Kondisi tempat hidup keong terutama substrat yang kemungkinan bebas dari pencemaran memicu ketersediaan makanan bagi keong menjadi tinggi.
Kadar abu dari daging keong kowoe segar sebesar 10,40% hampir sama dengan nilai kadar abu dari Tympanotonus spp. sebesar 10,30% kablang (Nerita albicilla) 9,17% dan kerang mas ngur 7,88% . Hewan memperoleh asupan mineral dari
tanaman dan kemudian menumpuknya didalam jaringan tubuhnya. Setiap organisme memiliki kemampuan yang berbeda dalam mengabsorbsi dan mengeluarkan mineral sehingga ini dapat memberi pengaruh terhadap nilai kadar abu dalam masingmasing bahan. Ekstraksi senyawa aktif keong kowoe untuk memperoleh data rendemen, kandungan fitokimia, aktivitas antioksidan ekstrak kasar keong kowoe. Rendemen ekstrak keong kowoe,Proses ekstraksi untuk memperoleh bagian tertentu dari bahan yang mengandung senyawa senyawa aktif. Proses ekstraksi pada riset meliputi proses pengeringan contoh daging kerang pokea, penghancuran contoh sampai menjadi bubuk, maserasi dengan pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda, penyaringan dan evaporasi memakai vacuum rotary evaporator. Proses ekstraksi yang dilakukan yaitu ekstraksi bertingkat memakai pelarut Kloroform p.a (non polar), etil asetat p.a. (semi polar) dan metanol p.a. (polar). Rendemen ekstrak yaitu perbandingan jumlah ekstrak yang dihasilkan dengan jumlah contoh awal yang diekstrak. Rendemen ekstrak dinyatakan dalam persen, sama dengan nilai rendemen bahan. Hasil rendemen terbanyak dihasilkan oleh metanol (6,60%), kemudian etil asetat (3,40%) dan kloroform (1,70%). Perbedaan nilai rendemen ini dipicu oleh perbedaan jenis kepolaran pelarut yang dipakai . Rendemen yang tinggi pada pelarut metanol sebab keong kowoe mengandung lebih banyak senyawa aktif yang bersifat polar. maserasi dengan jenis pelarut yang berbeda menghasilkan rendemen ekstrak yang berbeda . Pelarut yang berbeda akan melarutkan senyawa yang berbeda-beda bergantung tingkat kepolarannya dan tingkat ketersediaannya dalam bahan yang diekstrak. ekstraksi dari jenis kerang-kerangan akan menghasilkan rendemen ekstrak rata-rata antara 0,11-0,50% dari berat awal bahan baku. Ada 4 faktor yang berpengaruh pada proses
ekstraksi, yaitu ukuran partikel, pelarut, suhu pengadukan. Ukuran partikel berpengaruh terhadap luas permukaan yang menentukan kontak bahan dan pelarut, pelarut berpengaruh terhadap kesesuaian senyawa yang akan diekstrak, suhu dan pengadukan berpengaruh terhadap kelarutan
senyawa yang akan diekstrak. Daya perendaman radikal bebas DPPH dilakukan pengukuran absorbansi dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 517 nm. Panjang gelombang ini diperoleh berdasar kurva standar spektrum absorbansi larutan DPPH yang menunjukan serapan maksimum dengan spektrofotometer UV-VIS. Pengukuran absorbansi dilakukan pada setiap contoh antioksidan yang dibuat dengan berbagai
konsentrasi. Konsentrasi ekstrak yang semakin
tinggi, maka persentase penghambatan ekstrak terhadap aktivitas radikal bebas DPPH juga semakin tinggi. ekstrak kasar keong kowoe kering memiliki nilai aktivitas antioksidan tertinggi pada pelarut metanol, disusul oleh ekstrak etil asetat dan
kloroform. Nilai IC50 dari ekstrak kasar keong
kowoe lebih tinggi dari nilai IC50 BHT yang dipakai sebagai standar yaitu 5,12 ppm. Perbedaan nilai aktivitas antioksidan pada berbagai pelarut dipicu oleh kandungan senyawa antioksidan yang berbeda pada setiap ekstrak kasar. Nilai antioksidan pada keong kowoe jauh lebih rendah dibandingkan dengan beberapa jenis moluska yang lainnya, seperti keong pepaya (Melo sp.)1156-2799
ppm , keong ipongipong (Fasciolaria salmo) 994,47-9210 ppm , dan kerang pisau (Solen spp.) 1391,08-2008,52 ppm ,Nilai IC50 yaitu salah satu
parameter yang biasa dipakai untuk mengartikan hasil dari pengujian DPPH. Nilai IC50 ini dapat diartikan sebagai konsentrasi substrat yang dapat
memicu berkurangnya 50% aktivitas DPPH. Nilai IC50 yang semakin kecil berarti aktivitas antioksidannya semakin tinggi. Suatu senyawa dikatakan antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 antara 50-100 µg/mL, sedang jika nilai IC50 rata-rata antara 100-150 µg/mL dan lemah jika
nilai IC50 rata-rata antara150-200 µg/mL . Aktivitas antioksidan keong kowoe tergolong sedang sebab nilai IC50 yaitu 111,28 ppm.
Keong rawa yaitu siput air yang ada diperairan air tawar dan berkembang pesat di perairan rawa
Kalimantan Selatan. Keong rawa dikenal terutama keong spesies Pomacea glauca. Sistematika keong rawa dari filum sampai spesies penting diketahui sebagai data penting untuk mempelajari struktur
anatomi, morfologi dan fisiologi keong rawa sehingga objek riset keanekaragaman organisme lebih mudah dipelajari. ini dipicu sebab organisme biasanya memiliki persamaan yang hampir sempurna menunjukan semakin dekat kekerabatannya sedang semakin sedikit persamaan maka kekerabatannya jauh. keong rawa
yang ada di perairan rawa (area Hulu Sungai Utara) terdiri dari dua spesies. Pertama, yang berwarna kehijauan atau kecoklatan dengan 3 garis
kecoklatan yang mengelilingi cangkang dinamakan kalambuai (Pomacea glauca). Kedua, berwarna kuning emas dengan cangkang lebih tipis dan transparan dan tidak memiliki garis melingkar, sehingga bagian dalamnya kelihatan (Pomacea canaliculata). berdasar ini memperlihatkan
ada kekerabatan pada kedua spesies keong rawa.
keong rawa yang hidup di alam bebas memiliki jumlah telur 100 sampai dengan 1000 butir per individu dewasa per siklus , keong rawa mampu tumbuh dan berproduksi dengan cepat dimana satu ekor keong dapat bertelur 100-1000 butir per
bulan dengan daya tetas lebih kurang 83% dalam rata-rata waktu 7 – 14 hari.
Phylum : Mollusca,Kelas : Gastropoda, Sub kelas : Prosobranchia,Ordo : Mesogastropoda,Superfamily : Cyclophoracea/ Architaenioglossa,Family : Ampullaridae,Genus : Pomacea,Spesies : Pomacea canaliculata, Pomacea glauca,Morfologi Keong Rawa,Bentuk cangkang keong rawa spesies ,
Pomacea glauca hampir mirip dengan bentuk
cangkang Pomacea canaliculata, Perbedaan
bentuk cangkang kedua spesies ini berdasar warna, dimana Pomacea glauca cangkangnya berwarna hitam kecoklatan sampai hitam pekat berbentuk bulat dan berukuran lebih besar dengan panjang kurang lebih 13,4cm – 24,7 cm, diameter
cangkang 13,3-17,4 cm. Selain itu cangkang
lebih tebal dengan ukuran 0,8- 1,2 mm/individu. sedang cangkang keong rawa spesies Pomacea canaliculata berwarna kuning keemasan sampai orange, lebih tipis dengan ukuran 0,3 mm-0,5 mm/individu dengan bentuk cangkang agak lonjong dan lebih kecil dengan panjang cangkang 10,3 –
14,5 cm diameter, diameter cangkang 7,4 –
8,4 cm. Ukuran cangkang keong rawa rawa
di perairan rawa Kalimantan selatan cenderung lebih tinggi ,Ciri utama keong mas yaitu memiliki
cangkang bulat asimetris terpilin dan mengerucut dengan letak puncak pada bagian dorsal dan berwarna kekuning-kuningan. Pada saat masih hidup tinggi cangkang dapat mencapai 100 mm. cangkang dilengkapi dengan operculum (penutup) yang berwarna coklat kehitaman, berbentuk bulat telur dan coklat kekuningan dan mengkilat pada
bagian dalamnya. Kaki lebar, berbentuk segi3 dan mengecil pada bagian belakang ,Pada mulut cangkang keong rawa ada operculum yang bentuknya bulat berwarna coklat kehitaman pada bagian luarnya dan coklat kekuningan pada bagian
dalamnya. Pada bagian kepala ada dua buah sepasang tentakel yang letaknya dengan mata lebih panjang dibandingkan yang dekat mulut. Kaki lebar berbentuk segi3 dan mengecil pada bagian belakang. Keong mas berifat amphibi, sebab memiliki 2 alat pernafasan yaitu insang dan organ yang mirip paru-paru. Saat berada di air, keong mas bernafas dengan memakai insang dan saat berada di darat memakai paru-paru. Ruang udara dihubungkan dengan udara diatas permukaan air dengan memakai sifon yang dibentuk oleh mantel. Insang memperoleh oksigen dari arus air yang mengalir melalui rongga mantel dan paru-paru memperoleh oksigen dari udara,Keong rawa yaitu hewan monoseksual dimana jenis kelamin jantan dan betina berbeda. Pada usia yang sama keong rawa betina ukuran badannya lebih besar dibandingkan dengan keong jantan. Operkulum betina berbentuk cekung sedang operculum jantan berbentuk cembung. perkawinan keong rawa biasanya terjadi pada malam hari namun pada lingkungan yang ekstrim dapat terjadi pada siang hari. Keong rawa bertelur ditempat yang kering sekitar 10-20 cm dari permukaan air, biasanya keong rawa bertelur di batang batang tanaman, pematang sawah. spesies Pomacea canaliculata berwarna merah muda dengan bentuk telur memanjang dari 2 cm – 4,6 cm bahkan ada yang sampai 7 cm dan lebarnya 2 – 4 cm mirip seperti buah murbei, sedang spesies Pomacea glauca berwarna abu-abu kehitaman dengan bentuk telur memanjang dari 2 cm sampai 5 cm dengan lebar 1-3cm, berat gumpalan telur dalam kelompok 0,55 – 6,7 g dengan ukuran 2,0 mm. Ukuran telur ini tidak jauh berbeda dengan ukuran telur keong biasanya panjang 6 cm, lebar 2 cm dan tebal 1 cm. Proses bertelur keong rawa berlangsung pada malam hari dengan lama proses bertelur 5 sampai dengan 6 jam. Telur akan menetas sesudah 12 hari kemudian bahkan ada yang sampai 18 hari tergantung suhu dan kelembaban tempat meletakkan telur. Daya tetas keong rawa spesies Pomacea canaliculata lebih tinggi dibandingkan dengan daya tetas telur spesies Pomacea glauca, yaitu dengan rata-rata 80-90%. keong rawa spesies Pomacea canaliculata memiliki daur hidup yang lebih singkat dibandingkan Pomacea glauca, yaitu memerlukan 2,5 bulan sampai dengan 3 bulan tergantung habitatnya. Kemampuan produksi telur per induk betina rata-rata antara 267 – 600 butir. Setiap induk mampu berproduksi selama 5 – 6 periode sehingga selama hidupnya. Seekor induk
betina mampu menghasilkan telur sampai 1000 butir dengan bentuk telur bergerombol hingga mencapai panjang hingga 7 cm dan lebar 2 cm, tebal 1 - 1,5 cm. Seekor induk betina mampu menghasilkan gumpalan telur sebanyak 10 sampai dengan 17 gumpalan per bulan. Daur hidup keong mas dari stadium telur sampai stadium telur berikutmya memerlukan waktu 3 bulan sedang
untuk keong sawah memerlukan waktu 6 – 7
bulan. Pada usia 15 hari keong mas mencapai ukuran lebar 4,1 mm dan tinggi 5,8 mm. kemudian 3 bulan sejak telur menetas keong mas sudah dianggap dewasa dan siap berproduksi dimana ukuran panjang tubuhnya sudah mencapai 3 – 4 cm dengan berat 10 – 20 g. daur hidup keong mas
antaralain: ; Telur → masa inkubasi (7 –
14 hari) → menetas → dewasa tubuh (15 – 25
hari) → masa pertumbuhan (49 – 59 hari) →
dewasa kelamin → masa reproduksi (60 hari
– 3 tahun). keong rawa menyukai tanaman air berupa kayapu, kangkung air muda, genjer, keladi
dan batang padi muda. Kesukaan keong rawa
terhadap tanaman ini sebab struktur batang tanaman lebih lunak dan lembut. Tingkat konsumsi keong rawa rata-rata antara 3-5 kg/minggu dengan jumlah individu dengan rata-rata 100 – 250 ekor/m2,Tanaman air berupa teratai, eceng gondok, puteri malu kurang disukai keong rawa, sebab struktur batang tanaman ini lebih keras dan tanaman ini hanya dipakai sebagai tempat perlindungan bagi keong. Sehingga dengan sifat makan ini pada lahan-lahan persawahan yang menanam padi lokal tingkat serangan rawa lebih rendah dibandingkan yang menanam padi unggul , Keong rawa makan dengan cara grazing (merumput dengan cara merenggut) yang dimulai bekerjasamanya sensor yang ada pada masing-masing sisi mulut berbentuk lidah berparut dan adanya rahang. kemudian tanaman yang dimakan ditempatkan ke dalam mulut lalu dikunyah dengan cara digunting. adanya keong rawa ditandai dengan adanya vegetasi /tanaman berupa teratai, telepok, hydrill verticilata, eceng gondok dan kangkung air dengan suhu perairan 24oC sampai dengan 27oC, dengan pH air rata-rata antara 6,0 – 6,8. sedang pada perairan yang didominasi rumput-rumputan, putri malu lebih sedikit ditemukan keong rawa.Tingginya keong rawa pada perairan yang didominasi tanaman teratai, eceng gondok, dan telepok sebab erat kaitanya dengan sifat keong rawa yang suka tempat teduh dengan adanya naungan, perairan yang bersubstrat lumpur sangat disukai keong rawa spesies Pomacea glauca dengan tingkat kecerahan 80 cm sampai dengan 98 cm. kemudian kadar CO2 habitat keong rata-rata antara 3,3 % sampai dengan 12,22 %, BOD 7,20 sampai dengan 12,22, COD 11,58 smpai dengan 17,51, dan dengan kadar Fe 0,80 % sampai dengan 2,45%. sedang pada Pomacea canaliculata mampu hidup pada pH dengan rata-rata 4 – 5 dan dapat hidup walaupun kandungan oksigen terlarut dalam air mendekati nol Selain itu keong rawa ini mampu bertahan
hidup pada suhu perairan sampai dengan 34oC. Kesukaan keong rawa terhadap perairan bersubstrat lumpur sebab keong rawa sangat senang membenamkan diri ke dalam lumpur walaupun pada musim hujan.keong rawa spesies
Pomacea canaliculta mampu bertahan dengan lingkungan yang ekstrim yaitu diperairan tidak mengalir sangat berlumpur dengan pH 4 - 4,5, dan sebagian lebih tahan terhadap kekeringan dan mampu melakukan estivasi cukup lama dengan cara membenamkan diri ke dalam lumpur. keong mampu melakukan estivasi lebih dari satu tahun
tanpa makan dengan tingkat mortalitas yang rendah. keong rawa tahan dan mampu hidup
di air dengan oksigen terlarut yang rendah dan polusi organik. Hasil ini sesuai dengan kondisi lingkungan pada lahan-lahan gambut yang terbakar, ternyata keong rawa masih mampu bertahan hidupkeong rawa menyukai perairan bersubstrat lumpur dengan pH 4 – 6,8, pada suhu 24-28oC. peningkatan produksi ikan bandeng ini dicirikan dengan padat penebaran yang tinggi, penambahan kincir air dan pemberian pakan buatan secara intensif ,Namun jika tidak dikelola dengan baik terutama dalam pengendalian pemberian pakan dan kualitas air, maka bisa memicu penurunan kualitas air tambak dan mencemari perairan sekitarnya. jumlah dan komposisi limbah dari kolam budidaya ikan dipengaruhi oleh kepadatan ikan yang dipelihara, kualitas dan jumlah pakan yang diberikan dan waktu retensi air di tambak budidaya ikan ini . Padatan terlarut dan nutrien terlarut terutama nitrogen dan fosfor yaitu faktor yang menentukan kualitas limbah yang dibuang ke perairan sekitar . usaha budidaya ikan bandeng menghasilkan rata-rata buangan nitrogen rata-rata 6-500 kg/km2/tahun dan menghasilkan buangan pertahunnya sebesar 9-400 ton/tahun, sedang buangan fosfor rata-rata antara 0,4-70 kg/km2/tahun dan buangan tahunan sebesar 0,7-35 ton/tahun . maka perlu pengolahan limbah ikan untuk mengurangi dampak ,pengolahan dapat dilakukan dengan memanfaatkan tanaman atau hewan yang mampu membantu peternakmengatasi penurunan kualitas air ini yaitu keong bakau (Telescopium sp) dan siput bakau (Cerithidea sp). Kedua jenis biota ini termasuk ke dalam famili Potamididae yang memakan bahan organik yang mengendap di dasar perairan , keong bakau dan siput bakau makan bahan organik ini keong bakau dan siput bakau dapat menyaring atau memperbaiki kembali kualitas air.riset ini memakai metode ujicoba berskala laboratorium dengan dua perlakuan dan 3 ulangan. kemudian akan dibandingkan hasil dari dua perlakuan ini sehingga akan diperoleh perlakuan terbaik dan diharapkan dapat diterapkan dalam skala tambak. Tahapan pertama yaitu ikan bandeng, keong bakau dan siput bakau dipelihara secara terpisah. Pada media pemeliharaan ikan bandeng (A1) dimasukkan air sedang pada media pemeliharaan Biofilter (Telescopium sp dan Cerithidea sp) (B1) dimasukkan lumpur saja dan kemudian ditutup dengan jaring agar biota Biofilter tidak keluar. Sesudah itu ikan bandeng dipelihara
selama 7 hari. Pada masa pemeliharaan limbah
yang dihasilkan oleh ikan bandeng disiphon
dan dimasukkan ke dalam akuarium pemeliharaan biofilterWadah yang dipakai berupa Styrofoam berjumlah 12 buah. Sebelum dipakai Styrofoam dibersihkan terlebih dahulu dengan memakai deterjen. ini dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada dinding Styrofoam. Kemudian Styrofoam pemeliharaan biota biofilter diisi lumpur sebagai substrat pada dasar wadah
dengan ketinggian lebih kurang 3 cm. sedang untuk media pemeliharaan ikan bandeng diisi air payau dengan salinitas ±23ppt sebanyak 20 liter.
Pemeliharaan ikan bandengBenih ikan bandeng diaklimatisasikan ke dalam setiap wadah Styrofoam sebanyak 15 ekor. Aklimatisasi yaitu salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menyesuaikan benih agar bisa beradaptasi dengan lingkungan baru. Pada saat pemeliharaan benih, pakan yang diberikan berupa pakan pellet dengan
kadar protein 25%. Pakan diberikan secara
adlibitum dengan frekuensi pemberian pakan
sehari 2 kali yaitu pagi hari pada jam 08.00 WIB
dan sore hari pada jam 16.00 WIB.Pemeliharaan biota biofilterKeong bakau dan Siput Bakau yang
akan dipakai sebagai biofilter dipelihara secara terpisah dengan benih ikan bandeng. Persiapan wadah dalam pemeliharaan Telescopium sp dan Cerithidea sp yaitu dengan memasukkan lumpur ke dalam wadah setinggi 3 cm dan diisi air sedikit agar dapat membasahi lumpur. Kemudian biota biofilter diaklimatisasikan ke dalam 3 wadah styrofoamsebanyak 1 kg untuk tiap ulangan. Sesudah itu setiap wadah ditutup dengan jaring agar biota biofilter tidak keluar. parameter fisika yaitu suhu dan kekeruhan media uji dan parameter kimia yang meliputi salinitas, amoniak, nitrat, nitrit,
orthofosfat, pH dan DO. Data yang diperoleh
selama riset akan dianalisa memakai metode Kuantitatif. Kualitas media uji pada pemakaian biofilterkeong bakau (Telescopium sp)
Perubahan suhu pada media pemeliharaan ikan bandeng dengan biofilter keong Bakau (Telescopium sp) tidak terlalu mencolok. Suhu rata-rata media pada awal riset yaitu 26,50±0,50 0C dan pada akhir riset rata-rata nilai suhu media 26,67±0,58 0C . Berbeda dengan suhu, kekeruhan pada media riset mengalami perubahan yang menonjol . Pada awal riset , tingkat kekeruhan media riset rata-rata 3,0±0,00 NTU. kemudian sesudah 7 hari pemeliharaan ikan bandeng, nilai
kekeruhannya meningkat secara menonjol
sebesar 26,33±0,58 NTU. Sesudah media
pemeliharan dipindahkan ke media biofilter
keong bakau, nilai kekeruhan mulai turun sedikit demi sedikit hingga hari ke 9 pemeliharaan keong bakau menjadi 10,93±0,5 NTU ,Salinitas air media uji pada riset yang memakai keong bakau tidak
mengalami perubahan yang menonjol . Pada
awal pemeliharaan ikan bandeng, salinitas air
berada pada nilai rata-rata 23,00±0,01 ppt.Sesudah media air uji dipindahkan ke media biofilter juga tidak mengalami perubahan yang nyata, terbukti pada akhir riset salinitas air media rata-rata 23,67±0,57 ppt ,Pada awal riset perlakuan dengan biofilter Telescopium sp memiliki pH air dengan nilai rata-rata 8,23±0,06. Sesudah pemeliharaan ikan bandeng selama 7 hari, pH air menurun
menjadi 7,77±0,06. Kemudian sesudah dimasukkan ke dalam media biofilter Telescopium sp selama 9 hari, nilai pH yaitu 7,79±0,01,kemudian nilai kadar oksigen terlarut pada awal riset sebesar 5,84±0,18 mg/L. namun kadar ini menurun saat pemeliharaan ikan bandeng hari ke 7 dimana rata-rata nilai oksigen terlarut yaitu 3,12±0,49 mg/L. Sesudah dipindahkan ke media biofilter Telescopium sp, nilai oksigen terlarut menurun kembali menjadi 3,03±0,14 mg/L pada akhir riset . Pada awal riset
dengan biofilter Telescopium sp, nilai amoniak
sangat rendah dengan nilai 0,40±0,024 mg/L.
namun nilai ini meningkat pada saat pemeliharaan ikan bandeng mencapai 7 hari dimana nilai amoniak mencapai 2,153±0,12 mg/L. Nilai amoniak berkurang sedikit demi sedikit saat air dari media ikan bandeng dipindahkan ke media pemeliharaan Telescopium sp hingga 0,847±0,21 mg/L pada akhir riset ,rata-rata kadar nitrat sebelum pemeliharaan ikan bandeng yaitu 0,037±0,006 mg/L. Kadar nitrat ini meningkat saat pemeliharaan ikan bandeng selama 7 hari menjadi 0,437±0,098 mg/L. Sesudah dipindahkan ke media pemeliharaan Telescopium sp mengalami fluktusi hingga pada akhir riset mengalami penurunan
drastis menjadi 0,043±0,030 mg/L , Kadar nitrit dalam air media pada awal perlakuan yaitu 0,0014±0,01 mg/L. kemudian pada hari ke 7 pemeliharaan ikan bandeng, kadar nitrat meningkat menjadi 0,1067±0,0058 mg/L. Kemudian sesudah air media dipindahkan ke media pemeliharaan
Telescopium sp, kadar nitrit berangsung-angsur
menurun hingga pada kadar 0,03±0,011 mg/L
diakhir riset ,. Kadar ortofosfat pada awal perlakuan dengan Telescopium sp yaitu 0,0531±0,001 mg/L. Kemudian terjadi peningkatan pada hari ke 7 pemeliharaan ikan bandeng menjadi 1,338±0,001 mg/L. kemudian terjadi penurunan sedikit demi sedikit sesudah air media dipindahkan ke dalam media biofiler menjadi 0,077±0,002 mg/L pada akhir riset ,Kualitas media uji pada pemakaian biofilter siput bakau (Cerithidae sp) Suhu rata-rata pada media sebelum
pemeliharaan ikan bandeng yaitu 26,67±0,058
0C dan pada akhir riset suhu air sedikit
meningkat dengan nilai 27,0±0,289 0C . Nilai kekeruhan pada perlakuan biofilter Cerithidae sp mengalami penurunan yang menonjol . Pada awal perlakuan nilai kekeruhan rendah yaitu rata-rata 3,0±0,001 NTU, namun sesudah 7 hari pemeliharaan ikan bandeng nilai kekeruhan meningkat tajam menjadi 22,33±4,04 NTU. Sesudah media pemeliharan dipindahkan ke media biofilter siput bakau, nilai kekeruhan berangsur menurun hingga pada akhir riset nilai kekeruhan menjadi 5±2,65 NTU ,Pada perlakuan Cerithidae sp, salinitas awal media yaitu 23±0,001 ppt. Pada akhir riset , nilai salinitas tidak mengalami perubahan yang menonjol dengan nilai ratarata 23,79±0,5 ppt . pH awal riset berada pada nilai rata-rata 8,10±0,10. Kemudian pada hari ke 7 pemeliharaan ikan bandeng, pH air mulai menurun dengan nilai rata-rata 7,63±0,06. Sesudah dimasukkan ke dalam media biofilter Cerithidae sp, pH air uji pada hari terakhir memiliki nilai pH 8,14±0,11 ,Kadar oksigen terlarut pada awal
riset dengan nilai rata-rata 4,91±0,14 mg/L, namun turun sesudah 7 hari pemeliharaan ikan bandeng menjadi 3,73±0,11 mg/L. Sesudah air pemeliharaan ikan bandeng dipindahkan ke
media pemeliharaan siput bakau (Cerithidea sp) kadar oksigen terlarut semakin menurun hingga akhir riset menjadi 3,34±0,25 mg/L Perubahan kadar amoniak yang menonjol terjadi pada perlakuan dengan biofilter Cerithidae sp. Fluktuasi amoniak pada riset ini terjadi pada saat media
pemeliharaan ikan bandeng mencapai 7 hari dengan kadar amoniak 1,1± 0,18 mg/L. Nilai ini meningkat dari kadar awal sebelum pemeliharaan ikan bandeng yaitu 0,03±0,004 mg/L. Sesudah media pemeliharaan ikan bandeng dipindahkan ke media pemeliharaan Cerithidae sp, kadar amoniak menurun kembali hingga pada akhir riset menjadi
0,002±0,001 mg/L ,Kadar nitrat paling tinggi ada pada riset ke3 yaitu pada media pemeliharaan Cerithidea sp selama 3 hari dengan rata-rata kadar nitrat yaitu 0,05±0,032 mg/L. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan nilai nitrat pada awal perlakuan yaitu 0,004±0,0022 mg/L. namun kadar nitrat kembali menurun pada akhir riset dengan nilai 0,03±0,021 mg/L . kemudian kadar nitrit
pada awal riset yaitu 0,0002±0,001 mg/L. Kadar nitrit mengalami kenaikan pada saat pemeliharaan ikan bandeng hingga hari ke 7 dengan nilai 0,02±0,014 mg/L. namun sesudah dipindahkan ke dalam media Cerithidae sp, kadar nitrat menurun hingga pada kadar 0,001±0,0006 mg/L pada akhir riset , Kadar ortofosfat sebelum pemeliharaan ikan bandeng yaitu 0,1±0,012 mg/L. Kemudian meningkat pada hari ke 7 sesudah pemeliharaan ikan menjadi 0,8±0,02 mg/L. Sesudah air dipindahkan ke media pemeliharaan Cerithidae sp, kadar ortofosfat berangsur-angsur menurun hingga akhir riset menjadi 0,01±0,001 mg/L
Introduksi keong bakau (Telescopium sp) dan siput bakau (Cerithidae sp) sebagai biofilter pada limbah budidaya ikan dengan skala laboratorium tidak memberi pengaruh yang menonjol terhadap perubahan suhu air. faktor yang memicu kenaikan suhu air secara alamiah di perairan yaitu
tingginya penyinaran matahari sepanjang hari di area budidaya. suhu di perairan dipengaruhi oleh faktor musim, penyinaran cahaya dan waktu. Pada
riset ini, perubahan suhu tidak terlalu mencolok sebab media riset terletak di dalam ruangan laboratorium. perubahan suhu yang terjadi akibat proses metabolisme dan perubahan sisa feses ikan yang ada di dalam media budidaya.keong bakau dan siput bakau mampu menjadi biofilter dalam menurunkan tingkat kekeruhan limbah hasil
pemeliharaan ikan bandeng. saat membenamkan diri ke dalam lumpur atau hidup di dalam lumpur,
Telescopium sp menyerap dan memakan bahan organik , feses , sisa pakan ikan yang sudah mengalami perubahan . Cerithidea sp berusaha
memperbaiki kekeruhan sebab bahan organik di dasar perairan sudah mengalami perubahan menjadi partikel kecil di dalam air ,Cerithidae sp terbukti menurunkan kadar kekeruhan limbah
pemeliharaan ikan bandeng dibandingkan
Telescopium sp.Biofilter gastropoda biasanya tidak menunjukan pengaruh terhadap perubahan
nilai salinitas. Meningkatnya nilai salinitas pada
akhir riset terjadi sebab penguapan sebagian kecil air di dalam media. saat terjadi penguapan maka air akan naik sedang ion-ion pembentuk garam akan tetap tinggal di dalam pemeliharaan. faktor yang memicu tinggi rendahnya salinitas yaitu sangat tergantung kepada tinggi rendahnya penguapan yang terjadi. faktor yang memicu perubahan salinitas yaitu adanya penguapan, curah hujan, dekat dengan sungai maupun pola sirkulasi air.pemakaian Telescopium sp dan
Cerithidae sp sebagai biofilter limbah
pemeliharaan ikan bandeng tidak berpengaruh
terhadap perubahan pH media pemeliharaan. pH air masih tergolong layak untuk budidaya ikan masih bisa tumbuh optimal pada rata-rata pH 6,5-9. siput bakau (Cerithidea sp)langsung menyerap makanan dari sisa pakan yang jatuh ke dasar perairan. Penyerapan ini sedikit demi sedikit mengurangi nilai kadar asam di dalam perairan sehingga pH kembali normal.Telescopium sp dan Cerithidae sp sebagai biofilter limbah pemeliharaan ikan bandeng tidak berpengaruh terhadap perubahan kadar oksigen terlarut. Penurunan kadar oksigen terlarut dipicu oleh perubahan bahan bahan organik yang terjadi di dalam media budidaya dan pemanfaatan oksigen terlarut di dalam media budidaya oleh biota itu sendiri. Kadar oksigen terlarut pada akhir riset kedua perlakuan
bernilai <4 mg/L, ini akan berpengaruh kurang baik terhadap kehidupan ikan bandeng. pada
konsentrasi oksigen terlarut <4 mg/L, ikan
bandeng memang masih dapat mentoleransi
dan bertahan hidup namun pertumbuhannya
lambat dan nafsu makan rendah. oksigen terlarut untuk pemeliharaan ikan bandeng rata-rata antara 3-8 mg/L. nilai amoniak yang aman bagi kehidupan organisme yaitu kurang dari 0,1 mg/l. Pada rata-rata di bawah 1 mg/l ikan mampu bertahan hidup namun pertumbuhannya akan lambat dan jika berada pada rata-rata di atas 1 mg/L akan membuat ikan stress dan kematian ,Cerithidea sp yaitu salah satu jenis hewan detritus feeder (pemakan detritus). Hewan yang makan
dengan cara memakan makanan berupa bahan
organik yang jatuh ke dasar perairan dapat dipakai sebagai hewan dalam mengurangi pertambahan dan penumpukkan bahan organik. makanan Cerithidea sp berupa makro alga, bakteri, dan diatom yang ada pada sendimen atau lumpur di dasar perairan. sehingga kadar amoniak dan
senyawa lainnya menjadi berkurang. siput bakau menurunkan kadar amoniak dalam limbah pemeliharaan ikan bandeng jauh lebih baik dibandingkan keong bakau.berdasar hasil riset dengan perlakuan biofilter Telescopium sp dan
Cerithidae sp, nilai nitrat yang dihasilkan masih
dalam rata-rata optimal untuk kehidupan ikan.
Nilai ini baik dan masih dikatakan subur untuk pertumbuhan alga atau jenis fitoplankton
lainnya. kebutuhan nitrat di perairan sangat beragam namun nitrat yaitu faktor pembatas dimana jika kadar nitrat berada pada rata-rata di atas 4,5 mg/L akan memicu perairan ini sangat subur dan akan menjadi toksik bagi ikan. dalam proses mengeksekusi nitrit menjadi nitrat terjadi
perubahan yang secara gradual dimana memicu konsentrasi nitrit cenderung bervariasi menuju konsentrasi rendah dan nitrat menuju kepada konsentrasi tinggi. kadar nitrit memicu gangguan pada biota yang dipelihara jika berada pada ambang di atas 0,1 mg/L. hasil riset dengan
perlakuan Telescopium sp dan Cerithidae sp
sebagai biofilter mampu menurunkan kadar
nitrit sehingga tidak melewati batas aman di
perairan. dari keong bakau dan siput bakau dapat diketahui siput bakau jauh lebih mampu menurunkan kadar nitrit dibandingkan dengan
keong bakau.kandungan fosfat tidak boleh melebihi kadar 0,1 mg/L. Jika kadarnya tinggi maka tingkat produktivitas perairan juga akan meningkat. jika produkstivitas perairan meningkat akan memicu blooming alga sehingga perlu oksigen terlarut tinggi untuk mengoksidasinya. Telescopium sp dan Cerithidae sp sebagai biofilter mampu menurunkan kadar fosfat pada limbah
pemeliharaan ikan bandeng sehingga kadarnya
tidak melebihi ambang batas yang dapat ditolerir oleh organisme yang ada dalam suatu perairan.
Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah sebab tidak memiliki tulang belakang (invertebrata). Cacing tanah termasuk kelas Oligochaeta. Famili terpenting dari kelas ini
Megascilicidae dan Lumbricidae Jenis yang paling banyak dikembangkan berasal dari famili Megascolicidae dan Lumbricidae dengan genus Lumbricus, Eiseinia, Pheretima, Perionyx, Diplocardi dan Lidrillus. yang kini banyak diternakan di bandung sumedang antara lain: Pheretima, Periony dan Lumbricus. Ke 3 jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk kandang sisa-sisa tanaman. Cacing tanah jenis Lumbricus memiliki bentuk tubuh pipih. Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32. Biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga tubuhnya lebih kecil. namun bila diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis lain. Cacing tanah jenis Pheretima segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16.
Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang
termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung. Cacing tanah
jenis Perionyx berbentuk gilik berwarna ungu tua sampai merah kecokelatan dengan jumlah
segmen 75-165 dan klitelumnya terletak pada segmen 13 dan 17. Cacing ini biasanya agak manja
sehingga dalam pemeliharaannya diperlukan perhatian yang lebih serius. Cacing jenis Lumbricus Rubellus memiliki keunggulan lebih dibanding kedua jenis yang lain di atas, sebab
produktivitasnya tinggi (penambahan berat badan, produksi telur/anakan dan produksi bekas
cacing ―kascing‖) dan tidak banyak bergerak
cacing menghancurkan bahan organik sehingga memperbaiki aerasi dan struktur tanah. Akibatnya lahan menjadi subur dan penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik. cacing tanah meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman. kandungan protein, lemak , mineralnya yang tinggi, maka cacing tanah dimanfaatkan sebagai pakan unggas, ikan, udang dan kodok. Secara tradisional cacing tanah dipercaya dapat meredakan demam, menurunkan tekanan darah, menyembuhkan bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi dan tipus.
Cacing dapat diolah untuk dipakai sebagai pelembab kulit dan bahan baku pembuatan
lipstik. Tanah sebagai media hidup cacing harus mengandung bahan organik dalam jumlah yang
besar. bahan organik tanah dapat berasal dari serasah (daun yang gugur), kotoran ternak
atau tanaman dan hewan yang mati. Cacing tanah menyukai bahan yang mudah membusuk sebab lebih mudah dicerna oleh tubuhnya. . Untuk pertumbuhan yang baik, cacing tanah memerlukan tanah yang sedikit asam sampai netral atau ph sekitar 6-7,2. Dengan kondisi ini, bakteri dalam tubuh cacing tanah dapat bekerja optimal untuk mengadakan pembusukan atau fermentasi. Kelembaban yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah yaitu antara 15-30 %. Suhu untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokon yaitu sekitar 15–25 derajat C atau suam-suam kuku. Suhu yang lebih tinggi dari 25 derajat C masih baik asal ada naungan yang cukup dan kelembaban optimal. Lokasi pemeliharaan cacing tanah diusahakan agar tidak terkena sinar matahari secara langsung,
Pembuatan kandang sebaiknya memakai bahan yang murah dan mudah didapat seperti bambu, rumbia, papan bekas, ijuk dan genteng tanah liat. Salah satu contoh kandang permanen untuk peternakan skala besar yaitu yang berukuran 1,5 x 18 m dengan tinggi 0,45 m. Didalamnya dibuat rak-rak bertingkat sebagai tempat wadahwadah pemeliharaan. Bangunan kandang dapat pula tanpa dinding (bangunan terbuka). Model-model sistem budidaya, antara lain rak berbaki, kotak bertumpuk, pancing bertingkat atau pancing berjajar..
Persiapan yang diperlukan dalam pembudidayaan cacing tanah yaitu meramu media tumbuh, menyediakan bibit unggul, mempersiapkan kandang cacing dan kandang pelindung. dalam beternak cacing tanah dipakai bibit yang sudah ada sebab diperlukan dalam jumlah yang besar. Namun bila akan dimulai dari skala kecil dapat pula dipakai bibit cacing tanah dari alam, yaitu dari
tumpukan sampah yang membusuk atau dari tempat pembuangan kotoran hewan. Pemeliharaan dapat dibagi menjadi beberapa cara:
pemeliharaan cacing tanah sebanyak-banyaknya sesuai tempat yang dipakai . Cacing tanah dapat dipilih yang muda atau dewasa. Jika sarang
berukuran tinggi sekitar 0,3 m, panjang 2,5 m dan lebar kurang lebih 1 m, dapat ditampung sekitar 1000 ekor cacing tanah dewasa. pemeliharaan dimulai dengan jumlah kecil. Jika jumlahnya sudah
bertambah, sebagian cacing tanah dipindahkan ke bak lain. pemeliharaan khusus kokon sampai anak, sesudah dewasa di pindah ke bak lain.
Pemeliharaan khusus cacing dewasa sebagai bibit.
jika media pemeliharaan sudah siap dan bibit cacing tanah sudah ada, maka penanaman dapat segera dilakukan dalam wadah pemeliharaan. Bibit cacing tanah yang ada tidaklah sekaligus dimasukan ke dalam media, namun harus dicoba
sedikit demi sedikit. Beberapa bibit cacing tanah diletakan di atas media, kemudian dilihat apakah bibit cacing itu masuk ke dalam media atau tidak. Jika terlihat masuk, baru bibit cacing yang lain dimasukkan. Setiap 3 jam sekali dilihat , mungkin ada yang berkeliaran di atas media atau ada yang meninggalkan media (wadah). jika dalam waktu 12 jam tidak ada yang meninggalkan wadah berarti cacing tanah itu betah dan media sudah cocok. Sebaliknya bila media tidak cocok, cacing akan berkeliaran di permukaan media. Untuk mengatasinya, media harus segera diganti dengan yang baru. Perbaikan dapat dilakukan dengan cara
disiram dengan air, kemudian diperas hingga air perasannya terlihat berwarna bening (tidak berwarna hitam atau cokelat tua). Cacing tanah termasuk hewan hermaprodit, yaitu memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam satu tubuh. Namun demikian, untuk pembuahan, tidak dapat
dilakukannya sendiri. Dari perkawinan sepasang cacing tanah, masing-masing akan dihasilkan satu kokon yang berisi telur-telur. Kokon berbentuk lonjong dan berukuran sekitar 1/3 besar kepala korek api. Kokon ini diletakkan di tempat yang
lembab. Dalam waktu 14-21 hari kokon akan menetas. Setiap kokon akan menghasilkan 2-20 ekor, rata-rata 4 ekor. Diperkirakan 100 ekor cacing dapat menghasilkan 100.000 cacing dalam waktu 1 tahun. Cacing tanah mulai dewasa sesudah berusia 2-3 bulan yang ditandai dengan adanya gelang (klitelum) pada tubuh bagian depan. Selama 7-10 hari sesudah perkawinan cacing dewasa akan dihasilkan 1 kokon. Cacing tanah diberi pakan sekali dalam sehari semalam sebanyak berat cacing tanah yang ditanam. jika yang ditanam 1 Kg, maka pakan yang harus diberikan juga harus 1 Kg. biasanya pakan cacing tanah yaitu berupa semua
kotoran hewan, kecuali kotoran yang hanya dipakai sebagai media. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan pada cacing tanah, antara lain :
pakan yang diberikan harus dijadikan bubuk atau bubur dengan cara diblender. bubur pakan ditaburkan rata di atas media, namun tidak menutupi seluruh permukaan media, sekitar 2-3 dari peti wadah tidak ditaburi pakan. pakan ditutup dengan plastik, karung , atau bahan lain yang tidak tembus cahaya. pemberian pakan berikutnya, jika masih tersisa pakan terdahulu, harus diaduk dan jumlah pakan yang diberikan dikurangi. bubur pakan yang akan diberikan pada cacing tanah memiliki perbandingan air 1:1.
Media yang sudah menjadi tanah/kascing atau yang sudah banyak telur (kokon) harus diganti.
Supaya cacing cepat berkembang, maka telur, anak dan induk dipisahkan dan ditumbuhkan pada
media baru. Rata rata penggantian media dilakukan dalam jangka waktu 2 Minggu. Bahan untuk media pembuatan sarang yaitu : kotoran hewan, dedaunan/Buah-buahan, batang pisang, limbah rumah tangga, limbah pasar, kertas koran/kardus/kayu lapuk/bubur kayu. Bahan yang tersedia terlebih dahulu dipotong sepanjang 2,5 Cm. Berbagai bahan, kecuali kotoran ternak, diaduk dan ditambah air kemudian diaduk kembali. Bahan campuran dan kotaran ternak dijadikan satu dengan persentase perbandingan 70:30 ditambah air secukupnya supaya tetap basah.
Beberapa hama dan musuh cacing tanah antara lain: semut, kumbang, burung, kelabang, lipan, lalat, tikus, katak, tupai, ayam, itik, ular, angsa, lintah, kutu Musuh yang juga ditakuti yaitu semut merah yang memakan pakan cacing tanah yang mengandung karbohidrat dan lemak. Padahal kedua zat ini diperlukan untuk penggemukan cacing tanah. Pencegahan serangan semut merah dilakukan dengan cara disekitar wadah pemeliharaan (dirambang) diberi air cukup.
Dalam beternak cacing tanah ada dua hasil terpenting yang dapat diharapkan, yaitu biomas (cacing tanah itu sendiri) dan kascing (bekas cacing). Panen cacing dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya yaitu dengan memakai alat penerangan seperti lampu, lampu neon . Cacing tanah sangat peka terhadap cahaya sehingga mereka akan berkumpul di bagian atas media. Kemudian kita tinggal memisahkan cacing tanah itu dengan medianya. Ada cara panen yang lebih ekonomis dengan membalikan sarang. Dibalik sarang yang gelap ini cacing biasanya berkumpul dan cacing mudah terkumpul, kemudian sarang dibalik kembali dan pisahkan cacing yang tertinggal. Jika pada saat panen sudah terlihat adanya kokon (kumpulan telur), maka sarang dikembalikan pada wadah semula dan diberi pakan hingga sekitar 30 hari. Dalam jangka waktu itu, telur akan menetas. Dan cacing tanah dapat diambil untuk dipindahkan ke wadah pemeliharaan yang baru dan kascingnya siap di panen. Cacing yaitu hewan bertubuh memanjang, lunak, tidak berangka dan tidak memiliki kaki. Ujung depan bagian tubuh cacing dinamakan anterior, ujung belakangnya dinamakan posterior, permukaan punggung dinamakan dorsal, dan permukaan perut dinamakan ventral. Cacing memiliki persamaan yang khas, dan sering dinamakan vermis. Dalam klasifikasi, cacing dibagi 3 yaitu :
1. Plathyhelminthes
Struktur lebih sederhana dengan ciri khas tubuh :
Tubuh lunak , Syaraf sepasang ganglion ,Bersifat hemaphrodit dan internal,Pipih dan bilateral simetris , Embrio trophoblastik ,Epidermis lunak , Pencernaan belum sempurna ,Tidak ada rongga tubuh ,
Kelas plathyhelminthes ada 3 yaitu :
Cestoidea (cacing pita) ,. Turbelaria (berbulu getar) ,
Trematoda (cacing isap) ,
Nemathelminthes dinamakan juga cacing giling, sebab tubuhnya bulat panjang, tidak memiliki ruas-ruas dan tertutup kutikula. Dan cacing giling ini digolongkan Trophoblastika pseudoselomata dan tidak punya rongga tubuh. Nemathelminthes memiliki alat pencernaan sempurna, tubuh bilateral simetris, tidak punya respirasi, tubuh tertutup lapisan kutikula, system syaraf berupa cincin, generatif dan berkelamin terpisah (dioseus) dan internal, juga tidak punya system peredaran
darah namun memiliki cairan tubuh.
Nemathelminthes dibagi menjadi 2 kelas, yaitu :
Annelida,Nematoda ,Nematropoda ,Cacing ini tubuhnya mirip cincin. Perbedaan utama dari yang lainnya, yaitutubuhnya bersegmen (beruas) yang dinamakan somit. Ciri-ciri Annelida :
Tubuh bilateral ,Bersifat trophoblastik ,Permukaan tubuh tertutupi kutikula yang lembab
Belum punya alat pernapasan yang khusus , Syaraf sepasang ganglion , Hemaprodit (monoseus) ,
,Alat tambahan berupa rambut kecil , Alat pencernaan sempurna ,Ekskresi berupa nefridium , Alat peredaran darah tetutup ,
Bagian Annelida yang melekat pada endoterm dinamakan lapisan splanknik, sedang ectoderm dinamakan lapisan stomatik jadi Annelida yaitu organisme trophoblastik selomata. Annelida dibagi menjadi 3 kelas, yaitu : Hyrudinea (golongan lintah dan pacet) ,Oligocaeta (cacing berbulu sedikit) ,
Polycaeta (cacing berbulu banyak) ,
sifat yang dimiliki diantaranya yaitu :
Sistem sirkulasi tertutup ,Pernapasan dapat berlangsung dengan kulit ,Sistem ekskresi terdiri dari sepasang reproduksi , Sistem syaraf anterior dorsal berkaitan , Sistem reproduksi berkembang dengan membelah ,rongga tubuh berkembang dan di batasi septa. ,Saluran digestivus lengkap ,
Tubuh berbentuk simetris bilateral, panjang, dan terdiri dari sigmen-sigmen. ,Tubuh ditutupi oleh kutikula di seluruh kelenjar sensoris oleh epithelium, Dinding tubuh dan saluran pencernaan terdiri dari susunan otot longitudinal dan sirkular,
Phylum : Annelida
Class : Oligochaeta
Species : Lumbricus terrestris (cacing tanah)
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Species : Taenia sp. (cacing pita)
Sistem pencernaan pada cacing meliputi :
Rongga mulut ,Parynx ,Oesophagus ,Tembolok ( crop) ,Gizzard (lambung yang menebal untuk menggiling makanan) , Usus (mulai segmen ke 19 sampai anus) , Darah dipompa kebagian depan oleh pembuluh darah dorsal dan dialirkan kebagian bawah melalui sepasang aortie arch atau jantung kedalam pembuluh sub intestinue bercabang ke
usus, nefridium dan dinding tubuh. Respirasi dilakukan melalui difusi pada permukaan kulit.
Sistem ekskresi oleh nefridium, setiap nefridium terdiri dari : Lubang ekskresi (nefridiofor) berupa ammonia, urea, dan keratin. Nefrostom, berupa corong bersilia Sistem syaraf berupa tangga tali dengan bagian utama sepasang ganglion otak, dimana ganglion otak dihubungkan dengan batang syaraf ventral oleh syaraf yang terletak di kedua
sisi faring, dinamakan dengan circumpharingeal connectives. Pada kelas Oligochaetes biasanya bersifat hemafrodit. Alat reproduksi jantan, yaitu:
Seminal vesicles (sebagai tempat penyimpanan sementara sperma) , Dua pasang testes kecil . Saluran sperma . Ductus efferent . Ductus defferens . Lubang jantan pada segmen ke-15.
alat reproduksi betina,antaralain:
Dua pasang seminal receptaclet sebagai penerima sperma selama kopulasi disimpan
sampai diperlukan untuk proses fertilisasi. . Dua ovary ,Corong bersilia , Oviduct ada pada segmen ke-14, Cacing Lumbricus rubellus berasal dari luar negeri atau dinamakan cacing introduksi atau cacing Eropa/ cacing Jayagiri. Panjang tubuh Lumbricus rubellus antara 8 cm – 15 cm dengan jumlah segmen antara 95 – 100 segmen. Warna tubuh bagian dorsal cokelat cerah sampai ungu kemerah-merahan, warna tubuh bagian ventral krem, dan bagian ekor kekuning-kuningan. Bentuk tubuh dorsal membulat dan ventral memipih. Klitelium terletak pada segmen ke-27-32. Jumlah segmen pada klitelium antara 6-7 segmen. Lubang kelamin jantan terletak pada segmen ke-14 dan lubang kelamin betina pada segmen ke 13. Gerakannya lamban dan kadar air tubuh cacing tanah rata-rata antara 70%-77%. Cacing tanah Lumbricus rubellus digolongkan antaralain: :
Kingdom Animalia
Divisio Vermes
Phylum Annelida
Class Oligichaeta
Ordo Opisthopora
Genus Lumbricus
Species rubellus
cacing kalung (Pheretima aspergillum) memiliki ciri-ciri ukuran tubuhnya lebih besar dibandingkan jenis cacing tanah (Lumbricus rubellus), namun lebih kecil dibandingkan dengan cacing sondari
(Metaphire longa). Panjang tubuh cacing dewasa antara 14 cm – 20 cm dengan diameter di bagian belakang klitelum mencapai 2,7 cm. Bentuk tubuhnya bulat, disentuh segera menggeliatkan tubuhnya untuk melarikan diri. biasanya cacing
ini hidup di tempat yang banyak ada kotoran ternak Cacing ini sebagai obat tradisional
penurun panas dan sakit tipus. Cacing tanah Pheretima aspergillum digolongkan antaralain: :
Kingdom Animalia
Divisio Vermes
Phylum Annelida
Class Oligichaeta
Ordo Opisthopora
Genus Pheretima
Species aspergillum
Produk yang dihasilkan oleh cacing tanah yaitu biomas atau cacing itu sendiri dan kascing. Cacing tanah amat potensial menghancurkan bahan organik, termasuk sampah-sampah, menyuburkan tanah, sebagai pupuk organik. tanah juga mengandung kehidupan biologis di dalamnya, dimana semut, cacing, dan hewan kecil lainnya bernaung. Pupuk kascing dapat dimanfaatkan untuk usaha tani sayuran, buah-buahan, tanaman hias, Biomas cacing yaitu sumber protein hewani dengan kandungan protein yang sangat tinggi (72% - 84,5% dari berat tubuh cacing). Kualitas protein
cacing tanah lebih tinggi dibandingkan dengan protein daging dan ikan. Di Jepang cacing tanah dibuat juice cacing. Di Amerika Serikat dan Hongaria dibuat burger. Di Perancis Thailand dan Filipina dijadikan campuran perkedel dan verte de verre (makanan dari cacing tanah). juga dipakai untuk ramuan obat dan kosmetika,
Protein pada cacing tanah terdiri atas 9 macam asam amino esensial dan 4 macam asam amino nonesensial. Banyaknya asam amino yang terkandung memberi tanda cacing tanah juga
mengandung berbagai jenis enzim yang sangat berguna bagi kesehatan kita . cacing tanah mengandung peroksidase, katalase, ligase, dan selulase. Enzim-enzim ini berkhasiat untuk pengobatan. cacing tanah juga mengandung asam arachidonat yang dapat menurunkan panas tubuh yang dipicu oleh infeksi. cacing tanah dapat
mengobati penyakit tifus sebab mengandung beberapa senyawa aktif, enzim lysozyme agglutinin , faktor litik dan lumbricin ,sejak tahun 1990 di Amerika Serikat cacing tanah sudah dimanfaatkan sebagai penghambat pertumbuhan kanker. obat tradisional penyakit tifus ,obat
antipiretik (pengobatan demam), antipirin (obat pereda sakit kepala), ada zat penawar racun (antidot), namun belum ada identifikasi mengenai
senyawa antidot ini . pemakaian cacing tanah sebagai antipiretik sebab adanya mekanisme penghambatan jalur P-450-dependent epoxygenase dari asam arakidonat yang berperan dalam sistem homeostatik untuk mengendalikan demam. tubuh cacing tanah ada asam arakidonat yang berkhasiat untuk menurunkan suhu tubuh yang demam akibat infeksi. Enzim lumbrokinase mengatasi penyakit tekanan darah, enzim
selulase dan lignase membantu proses pencernaan makanan, sedang enzim peroksidase dan katalase membantu mengatasi penyakit
degeneratif seperti diabetes mellitus, kolesterol tinggi, dan reumatik. sebab enzim katalase menghambat produksi 8-epi-PGF(2α) sehingga dapat dipakai untuk menurunkan rasa nyeri pada
penyakit-penyakit degeneratif , Salmonella typhi yaitu dari golongan bakteri berbentuk batang, tidak berspora, pada pewarnaan gram bersifat negatif, ukuran 1-3,5 µm x 0,5-0,8 µm, besar koloni ratarata 2-4 mm, memiliki flagel peritrikh , bakteri Salmonella typhi berbentuk batang, bergerak, gram negatif, fakultatif anaerob yang meragikan glukosa dan maltosa namun tidak meragikan laktosa atau sukrosa, tidak berspora, punya flagella peritrih. Kuman ini menghasilkan hidrogen sulfida.
klasifikasi bakteri Salmonella typhi yaitu :
Kingdom Protista
Kategori Besar I
Nama Kategori Eubacteria Gram Negatif Grup 5
Nama Grup Bakteri Batang Gram Negatif Fakultatif Anaerob Sub Grup I
Famili Eubacteriaceae
Genus: Salmonella
Spesies: Salmonella typhi
Faktor virulensi dan struktur bakteri Salmonella typhi yaitu : Siderophore,Enterotoxin (diarrehea) , Endotoxin in LPS layer (fever) ,Dinding sel yang utuh juga mengandung senyawa kimia lain, seperti asam tekoat, protein, polisakarida, lipoprotein, lipopolisakarida, yang terikat pada peptidoglikan ,flagelum yaitu embel-embel
seperti rambut yang teramat tipis mencuat menembus dinding sel dan bermula dari tubuh dasar. Flagelum memicu motilitas (pergerakan) pada sel bakteri. Flagelum terdiri dari 3 bagian: tubuh dasar, struktur seperti kait, dan sehelai filamen panjang di luar dinding sel. Panjang flagelum biasanya beberapa kali lebih panjang dibandingkan selnya, contoh 10-20 nm. Flagelum tersusun atas subunit-subunit protein; protein ini dinamakan flegelin. Ada beberapa model penataan flagelum, yaitu monotrikus (flagelum tunggal), lofotrikus (sekelompok flagela), amfitrikus (flagela baik tunggal maupun sekelompok pada kedua ujung), peritrikus (dikelilingi oleh flagela).
Salmonella typhi memiliki flagela peritrikus.
g. Vi capsule antigen (inhibits host cell protein sythesis, calcium influx into host, adherence)
Kapsul bakteri penting artinya baik bagi bakterinya maupun organisme lain. Bagi bakteri, kapsul yaitu penutup lindung dan juga berfungsi sebagai
gudang makanan cadangan. Kapsul bakteri-bakteri pemicu penyakit tertentu menambah kemampuan bakteri ini untuk menginfeksi ,
h. Inv encoded surface appendage; adherence
i. Type 1 fimbriae (adherence)
Salmonella typhi memiliki embel-embel yang yaitu filamen namun bukan flagela. Apendiks ini dinamakan pilus (jamak, pili) atau fimbria (jamak,
fimbriae), berukuran lebih kecil, lebih pendek, dan jumlahnya lebih banyak dibandingkan flegela. Pili hanya dapat dilihat memakai mikroskop elektron;
tidak berfungsi untuk pergerakan. Salah satu jenis, yang dinamakan pilus F (pilus seks), berfungsi sebagai pintu gerbang bagi masuknya bahan genetik selama berlangsungnya perkawinan antara bakteri. Beberapa pili berfungsi sebagai alat untuk melekat pada berbagai permukaan. ini membantu Salmonella typhi melekatkan diri pada jaringan inang ,epidemologi Salmonalla typhi yaitu sebagai
berikut:
Sesudah sub unit klinis, beberapa bakteri melanjutkan mempertahankan Salmonella dalam jaringan tubuh selama waktu yang bervariasi.
3 persen typhoid yang bertahan menjadi carrier permanent, berada dalam galbbladder, saluran biliary atau intestinum dan saluran urine.
Sumber infeksi antara lain makanan dan minuman yang terkontaminasi Salmonella typhi. Adapun sumber-sumbernya yaitu antaralain: pewarna
binatang (dipakai dalam obat, makanan, kosmetik), binatang peliharaan di rumah (kura-kura, anjing, kucing). Air
(kontaminasi tinja sering memicu epidemik yang eksplosif), susu dan produk susu (kontaminasi oleh tinja dan pasteurisasi yang tidak sempurna atau pembawa yang tidak benar), produk daging (dari binatang yang terinfeksi tinja hewan pengerat), penyalahgunaan obat (narkotik), kerang (dari air yang terkontaminasi), telur (dari unggas yang terinfeksi), daging , Infeksi Salmonella typhi terjadi pada saluran pencernaan. Basil melakukan adhesi dengan usus halus, kemudian masuk dalam sel epitelnya. Melalui pembuluh limfe masuk ke peredaran darah sampai organ-organ terutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ-organ ini akan membesar didan i nyeri pada perabaan. Kamudian basil masuk kembali ke dalam darah dan menyebar ke seluruh tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus, memicu tukak pada mukosa di atas plaque peyeri. Tukak ini dapat memicu perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam dipicu oleh endotoksin yang disekresikan oleh basil Salmonella typhi, sedang gejala pada saluran pencernaan dipicu oleh
kelainan pada usus.
Demam tifoid (typhoid fever) yaitu penyakit infeksi akut yang biasanya ada pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari,
gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Typhoid fever dipicu oleh Salmonella typhi, basil gram negatif,
berflagel dan tidak berspora. Salmonella typhi memiliki 3 macam antigen, yaitu
antigen O (somatik berupa kompleks polisakarida), antigen H (flagel), dan antigen Vi. Dalam serum penderita demam tifoid akan terbentuk antibodi terhadap ke3 macam antigen ini ,
Demam (pyrogenik respons) dipicu oleh endotoksin. Typhoid fever dipicu oleh endoktoksin Salmonella typhi. saat bakteri gram negatif
tercerna oleh sel fagosit dan terdegradasi di vakuola, bagian lipopolisakarida dinding sel bakteri terlepas. Endotoksin memicu makrofag menghasilkan molekul protein kecil yang dinamakan interleukin-1 (IL-1) yang yaitu
endogenous pyrogen. Interleukin-1 (IL-1) diangkut oleh darah menuju hyphothalamus yang yaitu pusat pengendali suhu tubuh yang berada di otak.
Interleukin-1 (IL-1) menginduksi hyphothalamus untuk melepaskan sejenis lipid yang dinamakan prostaglandin yang mengatur kembali pengimbang panas di hyphothalamus kepada suhu yang lebih tinggi. Hasilnya yaitu demam , antibiotik yaitu pada produk metabolit yang dihasilkan suatu organisme tertentu, yang dalam jumlah amat kecil bersifat merusak atau menghambat mikroorganisme lain. pada awalnya antibiotik yaitu zat kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang
menghambat mikroorganisme lain, perbedaan tipe mikroorganisme patogen yang dapat dirusak
oleh antibiotik dinamakan spectrum of antimicrobial activity. ini menunjuk pada
dua ketegori, yaitu broad-spectrum antibiotic dan narrow-spectrum antibiotic. Broad-spectrum antibiotic yaitu antibiotik yang dapat merusak beberapa tipe bakteri, seperti halnya bakteri gram-positif and gram-negatif. Narrowspectrum antibiotic yaitu antibiotik yang dapat merusak segolongan kecil tipe bakteri, contoh hanya bakteri gram negatif ,Obat antimikroba memiliki salah satu dari aksi antibiotik, yaitu bacteriocidal (membunuh mikroba secara langsung) atau bacteriostatic (menghambat pertumbuhan mikroba). Pada bacteriostasis, sistem pertahanan tubuh inang seperti fagositosis dan produksi antibodi, biasanya membunuh mikroorganisme ,Mekanisme aksi zat antimikroba yaitu antaralain:
-Hambatan Sintesis Asam Nukleat
Beberapa antibiotik dapat mengganggu proses replikasi DNA dan transkripsi pada mikroorganisme. Beberapa obat dengan tipe aksi seperti ini memiliki kegunaan yang sangat terbatas, sebab obat-obatan ini mengganggu DNA dan
RNA mamalia secara sempurna.
-Hambatan Sintesis Metabolit Essensial
Aktivitas enzim pada suatu mikroorganisme bisa terhambat secara kompetitif oleh suatu substansi (anti metabolit) yang sangat mirip dengan substrat normal suatu enzim. contoh yaitu penghambatan kompetitif yaitu hubungan antara antimetabolit sulfanilamide (suatu obat sulfa) dan para-aminobenzoicacid (PABA). Pada beberapa mikroorganisme, PABA yaitu substrat bagi suatu reaksi enzimatis untuk memulai sistesis asam folat, suatu vitamin yang berfungsi sebagai koenzim bagi sintesis purin dan pirimidin yaitu pembentuk asam nukleat dan beberapa asam amino. Dengan
kehadiran Sulfanilamide enzim yang biasanya mengubah PABA menjadi asam folat, malah bergabung dengan obat yang berlawanan fungsi dengan PABA. Kombinasi ini menghalangi sintesis asam folat dan menghentikan pertumbuhan mikroorganisme. sebab kita tidak menghasilkan asam folat dari PABA (kita memperoleh PABA sebagai vitamin pada makanan yang dimakannya), sulfanilamide menghalangi toksisitas selektif, sulfanilamide mengganggu mikroorganisme yang mensintensis sendiri asam folatnya tapi sulfanilamide tidak berbahaya bagi sel inang (kita ).
- Hambatan Sintesis Dinding Sel ,Dinding sel bakteri terdiri dari jaringan makromolekuler dinamakan peptidoglikan. Peptidoglikan hanya ditemukan pada dinding sel bakteri. Penicillin dan beberapa antibiotik yang lain menghambat sintesis
peptidoglikan, sebagai konsekuensi, kekokohan dinding sel melemah, yang terjadi kemudian yaitu sel mengalami lisis. Sel tubuh kita tidak memiliki
peptidoglikan, maka antibiotik yang bekerja dengan cara menghambat sintesis peptidoglikan memiliki kadar toksisitas yang rendah bagi sel inang.
- Hambatan Sintesis Protein
Disebab kan sintesis protein yaitu keadaan yang penting bagi setiap sel, baik prokariotik maupun eukariotik, ini akan menampakkan ketidaksamaan target bagi toksisitas yang selektif. Salah satu perbedaan diantara sel prokariotik dengan eukariotik yaitu pada struktur ribosomnya.
Dimana sel eukariotik memiliki ribosom 80 S dan sel prokariotik memiliki ribosom 70 S. Perbedaan pada struktur ribosom memicu suatu
mekanisme toksisitas selektif dari antibiotik yang mempengaruhi sintesis protein. Namun, mitokondria (organel penting pada sel eukariotik) juga mengandung ribosom 70 S sebagaimana dengan bakteri.
-Hambatan Sintesis Metabolit Essensial
Aktivitas enzim pada suatu mikroorganisme bisa terhambat secara kompetitif oleh suatu substansi (anti metabolit) yang sangat mirip dengan substrat normal suatu enzim. contoh yaitu penghambatan kompetitif yaitu hubungan antara antimetabolit sulfanilamide (suatu obat sulfa) dan para-protein. Namun, mitokondria (organel penting pada sel eukariotik) juga mengandung ribosom 70 S sebagaimana dengan bakteri.
-Merusak Membran Plasma
Beberapa antibiotik, terutama antibiotik polipeptida memicu perubahan permeabilitas membran plasma, perubahan ini memicu
hilangnya metabolit penting dari dalam sel mikroba. contoh, polymyxin B memicu kekacauan membran plasma dengan menyerang fosfolipid membran. Disebabkan membran plasma bakteri tidak
memiliki sterol, antibiotik macam ini tidak menyerang bakteri. namun membran plasma sel hewan mengandung sterol, maka antibiotik dengan aksi ini dapat bersifat toksik bagi sel inang. Kebetulan membran sel hewan mengandung banyak kolesterol, dan sel fungi mengandung banyak ergosterol, maka antibiotik ini sangat efektif menyerang fungi.
- Hambatan Sintesis Asam Nukleat
Beberapa antibiotik dapat mengganggu proses replikasi DNA dan transkripsi pada mikroorganisme. Beberapa obat dengan tipe aksi seperti ini memiliki kegunaan yang terbatas, sebab obat-obatan ini mengganggu DNA dan RNA mamalia secara sempurna.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas zat antimikroba antara lain :yaitu :
-Air dan kelembaban
Sel jasad renik memerlukan air untuk hidup dan berkembang biak. pertumbuhan jasad renik di dalam suatu bahan sangat dipengaruhi oleh jumlah
air yang tersedia. Selain yaitu bagian terbesar senyawa sel (70% - 80%), air sangat diperlukan sebagai reaktan dalam berbagai reaksi biokimia.
Tidak semua air yang tersedia dapat dipakai oleh jasad renik. untuk pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi di atas 85% ,
-Nutrien dan media
Jasad renik heterotrof memerlukan nutrien untuk pertumbuhan dan perkembangannya, yaitu sebagai sumber karbon, sumber nitrogen, sumber
energi, dan faktor pertumbuhan, yaitu mineral dan vitamin. Nutrien ini diperlukan untuk membentuk energi dan menyusun senyawa sel.
-pH lingkungan
Nilai pH medium berpengaruh terhadap jenis mikroba yang tumbuh. Jasad renik dapat tumbuh pada rata-rata pH 3-6. Kebanyakan bakteri memiliki pH optimum, yaitu pH dimana bakteri tumbuh optimum, yaitu pH 6,5-7,5. Di bawah pH 5,0 dan di atas 8,5 bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik ,
- senyawa perbenihan
Media yang dipakai harus sesuai dengan pertumbuhan bakteri.
-Besarnya inokulum bakteri
makin besar inokulum bakteri, makin rendah kepekaan mikroorganisme. Populasi bakteri yang besar akan lebih lambat dan kurang lengkap hambatannya dibandingkan populasi kecil. Selain itu, kemungkinan munculnya mutan yang resisten lebih sering pada populasi besar.
- Masa pengeraman
Makin lama waktu inkubasi, makin besar kemungkinan munculnya mutan yang resisten, semakin besar pula kemungkinan mikroorganisme yang paling kurang peka untuk mulai berkembang biak sementara kekuatan obat berkurang
-Suhu
Masing-masing jasad renik memiliki suhu optimum dan maksimum untuk pertumbuhannya. ini dipicu di bawah suhu minimum dan di atas suhu maksimum, aktifitas enzim akan berhenti, bahkan pada suhu yang terlalu tinggi akan terjadi denaturasi protein ,
Salah satu pemicu rendahnya produksi tanaman stroberi yaitu adanya serangan hama uret (larva coleoptera) Hama ini memakan keseluruhan akar tanaman stroberi , sesudah akar dimakan,tanaman segera layu sebab akar tidak dapat lagi menyuplai kebutuhan air dan unsur hara tanaman. Tanaman berusaha mempertahankan diri atau kompensasi dengan pembentukan akar-akar adventif yang berukuran kecil dan berjumlah banyak. Gejalanya yaitu menguningnya daun , Pada serangan yang parah, tanaman menjadi mati.Pengendalian memakai pestisida cukup sulit sebab habitat hama ini berada di dalam tanah. cara untuk mengatasi hama ini yaitu dengan memakai musuh alaminya, berupa predator, parasitoid, dan patogen. namun minimnya data tentang musuh alami yang menyerang uret sebagai pengendali hayati yang ramah lingkungan. adanya residu pestisida pada strawberi yang akan dikonsumsi harus dihindari. Tanaman stroberi dalam tata nama (taksonomi) tanaman digolongkan antaralain: :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledone
Ordo : Rosales
Family : Rosaceae
Genus : Fragaria
Species : Fragaria spp.
Di area tropis , tanaman stroberi akan tumbuh
dengan baik di area dengan ketinggian lebih dari 600 mdpl. Pada ketinggian ini suhu udara pada siang hari 22-25 ˚C dan malam hari 14-18 ˚C. Pada suhu yang sejuk dan kelembaban udara relatif (RH) yang tinggi atau 80-90 %, pertumbuhan stroberi akan baik sebab tidak mengalami stres akibat tingginya suhu dan tingginya laju transpirasi .
Begitu musim hujan tiba, produksi menurun tajam. Hal itu dipicu sebab stroberi butuh cahaya yang cukup agar berbuah. Kalaupun berproduksi buah
kecil-kecil dan tidak manis. Kendala ada pada iklim lembab yang memudahkan serangan hama dan pemicu penyakit, sementara fumigasi tanah memerlukan biaya tinggi. Bibit yang dipakai pun harus berkualitas baik agar diperoleh bentuk dan ukuran buah yang seragam,Stroberi memiliki banyak varietas ,Ada 3 varietas yang dibudidayakan di area Tawangmangu Karanganyar, yaitu Silva, Tristar, dan Anastasia. Setiap
varietas memiliki sifat yang berbeda-beda , varietas Silva mampu menghasilkan buah lebih banyak dibandingkan varietas Tristar dan Anastasia. namun varietas Anastasia sebagai varietas lokal area Tawangmangu,lebih mampu menghasilkan buah secara berkelanjutan dibandingkan varietas Tristar dan Silva. Varietas Tristar mampu menghasilkan buah lebih banyak dari Anastasia namun masih dibawah Anastasia. Dari segi ketahanan terhadap cuaca, varietas Anastasia paling baik dibandingkan Silva dan Tristar. Kebutuhan nutrisi dari ke 3 varietas termasuk dalam kategori sedang
Coleoptera berasal dari bahasa Yunani kuno koleos yang artinya pelindung dan ptera yang artinya sayap. sebab sayap muka serangga yang termasuk ordo ini menebal sebagai pelindung sayap belakangnya. Kadang–kadang sayap muka yang menebal ini dinamakan elytra. Kalau sedang istirahat, sayap serangga ini tidak saling menutupi namun terletak berdampingan sehingga membentuk garis tengah,Taksonomi ordo coleoptera yaitu antaralain: :
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Branch : Protostomia
Superphylum : Panarthropoda
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Mandibulata
Superclass : Panhexapoda
Class : Insecta
Subclass : Dicondylia
Order : Coleoptera
Larva uret yang baru menetas berukuran lebih besar dari telur, berwarna putih dan lambat laun berubah menjadi kekuningan . Sesudah usia cukup, uret masuk kedalam tanah pada kedalaman 10-30 cm. Lamanya uret dalam tanah, dapat rata-rata kurang lebih 4 - 6 bulan. Bila situasi tidak menguntungkan suhu tidak sesuai atau sangat kering, uret dapat mengalami proses inaktif yang dinamakan berdiapause. Kepompong uret dapat bertahan dalam tanah sampai usia dua bulan. Selain menyerang stroberi, inang lain yang diserang uret antara lain tanaman jagung, kedelai,
sorgum, kacang tanah, kedelai ,Larva white grub berwarna keputihan dan berbentuk huruf C, dengan
3 pasang kaki. Sesudah menetas, larva white grub melewati 3 stadia larva, atau dinamakan instar. Instar-instar ini mirip dalam kenampakannya kecuali ukurannya. Instar pertama dan kedua memerlukan masing-masing 3 minggu untuk berkembang ke stadia berikutnya. Uret pada instar ke3 memicu kerusakan yang paling besar sebab ukuran dan nafsu makannya yang besar
kumbang mengalami metamorfosis yang sempurna. Larva bervariasi dalam bentuk
famili yang berbeda. Kebanyakan larva kumbang yaitu campodeiform (memiliki badan memanjang dan kadang dorsoventral pipih, kaki thorakal panjang dan berkembang baik dengan gerakan aktif) atau scarabaeiform (badan berbentuk melengkung dengan kepala berkembang baik, kaki thorakal pendek dan tidak aktif bergerak), namun beberapa yaitu platyform (pipih), beberapa elateriform(seperti ulat kawat), dan vermiform (seperti cacing) beberapa spesies kumbang yang menyerang tanaman stroberi, yaitu Black vine weevil: Otiorhynchus sulcatus, Cribrate weevil:
Otiorhynchus cribricollis, Fuller rose weevil: Pantomorus cervinus, Woods weevil: Nemocestes incomptus, Hoplia beetle: Hoplia dispar, H. callipyge
Musuh alami terdiri dari predator, parasitoid, dan patogen.Pemangsa yaitu binatang (serangga, laba-laba ) yang memakan binatang lain yang memicu kematian. dinamakan predator. Predator memakan hama tanaman, laba-laba dan capung yaitu contoh pemangsa. Parasitoid yaitu serangga yang hidup di dalam atau pada tubuh serangga lain dan membunuhnya secara pelan-pelan. Parasitoid berguna sebab membunuh serangga hama, sedang bersama dengan parasit yaitu kalau parasit tidak membunuh inangnya, hanya
melemahkan. Patogen yaitu pemicu penyakit yang menyerang binatang atau makluk lain. Patogen berguna sebab mematikan banyak jenis serangga
hama atau pemicu penyakit tanaman. Ada beberapa jenis patogen, antara lain jamur, bakteri, dan virus ,Patogen yaitu mikroorganisme infeksious yang membuat luka atau membunuh inangnya. Beberapa pathogen memicu penyakit pada tanaman dan hewan, namun juga ada mikroorganisme yang berguna antara lain mampu mendegradasi racun, menghasilkan nutrien bagi tanaman, beberapa pathogen berguna untuk mengendalikan gulma, antagonis terhadap
pathogen penyakit tanaman, dan ada juga mikroorganisme yang memicu penyakit pada serangga atau arthropoda lainnya. Patogen
serangga (enthomopathogen) memasuki tubuh serangga melalui dua jalan :
saat inang menelan individual pathogen selama proses makan dan saat pathogen masuk melalui bukaan-bukaan alami atau penetrasi langsung ke kutikula serangga ,Perpindahan penyakit serangga dapat terjadi dari serangga yang sakit ke serangga yang sehat dan bisa juga perpindahan penyakit terjadi dari serangga kepada keturunannya ,
Serangga yang terinfeksi enthomopatogen sering menunjukan gejala dan tanda dari penyakit, contoh perubahan warna, penampakan secara fisik dari enthomopathogen, perubahan perilaku termasuk sedikit makan atau posisi yang tidak biasa pada tanaman inang, perubahan bentuk dan tekstur, dan perubahan bau ,
Beberapa mikroorganisme entomopatogen baik bakteri, jamur maupun virus, dapat dipakai untuk mengendalikan populasi hama dan terbukti
aman bagi parasitoid dan predator. Beberapa spesies jamur yang menjadi insektisida biologis sebagai produk komersial yaitu Beauveria bassiana, Metarrhizium annisopliae, Verticillium lecanii, dan Hirsutella thompsonii. B. Bassiana yaitu cendawan yang ditemukan di tanah dan dapat ditemukan di seluruh dunia. B. bassiana
menghasilkan spora yang tahan terhadap pengaruh lingkungan ekstrim, dan spora yaitu tahap yang infektif pada siklus hidupnya hanya diperoleh satu spesies patogen yang menyerang uret yaitu M. annisopliae. uret berpeluang terserang patogen antara lain jamur M. anisopliae dan B. bassiana; bakteri Bacillus popilae; Baculovirus oryctes, nematoda Steinernema carpocapse; protozoa, dan ricketsia. Larva yang terinfeksi jamur Hirsutella stylofihora berwarna coklat kusam, biasanya muncul stroma panjang yang muncul dari bangkai larva. Stroma muncul dari kepala larva namun kadang dari tubuh larva, termasuk permukaan perut. biasanya hanya satu stroma yang muncul tiap bangkai larva. Stroma dapat memanjang sampai beberapa cm. Warnanya bervariasi dari coklat terang pada dasarnya sampai merah jambu di ujungnya ,Beberapa parasitoid yang berbeda dapat menyerang inang pada stadia yang berbeda. Trichogramma spp. Parasitoid yang menyerang stadia telur inangnya dinamakan parasitoid telur, sedang Braconidae seperti Cotesia glomerata meletakkan telurnya pada stadia larva inangnya dinamakan parasitoid larva, juga parasitoid pupa, dewasa, dan nimfa. Parasitoid dapat meletakkan telurnya pada suatu stadia dan muncul pada stadia berikutnya ,Banyak jenis tawon memasukkan telurnya ke dalam tubuh ulat atau serangga lain. Telur itu menetas dalam ulat, dan larva tawon yang sangat kecil memakan tubuh ulat (inang) dari dalam, sehingga ulat mati. Ini dinamakan
endoparasitoid. Ada juga parasitoid yang meletakkan telurnya di permukaan inangnya, kemudian menetas dan larvanya memakan dengan cara menghisap cairan tubuh dari luar sampai inangnya mati, ini dinamakan ektoparasitoid. ukuran tubuh parasitoid lebih kecil dibandingkan tubuh inangnya. Larva tawon keluar dari bangkai ulat tadi untuk membuat kepompong. Ada pula jenis yang membuat kepompongnya di dalam bangkai ulat inangnya. Sesudah keluar dari kepompong, tawon dewasa dapat terbang dan kawin. Kemudian betina mencari ulat lain untuk meletakkan telurnya. Satu ekor parasitoid hanya dapat memakan/memparasit satu ekor
inang ,
Identifikasi Serangga dan Mikroorganisme pemicu Penyakit pada Serangga (Enthomopathogen)
Ada 5 cara yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi serangga:
membandingkan dengan gambar, membandingkan serangga dengan uraian-uraian (pertelaan), memakai sebuah kunci analitik. serangga diidentifikasi oleh l yang ahli,membandingkan serangga dengan spesimen yang berlabel dalam suatu koleksi, sifat uret yang penting yang dipakai dalam identifikasi yaitu pola dan jumlah setae,
ukuran tubuh, ukuran kepala, keaktifan pergerakan, keberadaan , pola rambut.posisi celah anal, jumlah kaki yang berkembang, mengenali sifat ini tergantung dari ukuran uret. Beberapa sifat perlu riset yang cermat, dengan perbesaran yang tinggi untuk penafsiran yang tepat ,Pemeriksaan spesimen yang sakit dan sehat dengan mikroskop Sebelum membuat luka pada serangga, perlu dilihat dan dicatat setiap perilaku ,tanda-tanda muntahan, disentri, luka atau pertumbuhan eksternal, ketidaknormalan morfologi, warna, dan penampakan struktur yang tidak ada pada spesimen yang sehat. Selama pembedahan, perlu diperhatikan setiap perubahan warna, ukuran (atrophy dan hyperthrophy), atau struktur organ
Enthomotahogen yang berbeda memicu tanda yang berbeda pula pada tubuh serangga. Infeksi jamur dan nematoda akan memicu
pertumbuhan eksternal yang tampak jelas pada tubuh serangga. Serangan parasitoid akan melumpuhkan serangga dan terjadi malformasi pada tubuhnya. Pada serangga yang terserang ricketsia, akan berubah warna menjadi kebiruan
dan ada kristal dalam tubuhnya. Serangan virus akan menunjukan warna oranye kehijauan atau kebiruan Pengambilan contoh uret (larva Coleoptera) Tanaman yang menunjukan gejala serangan hama uret dibongkar, kemudian tanah dibawahnya diambil sedalam 30 cm untuk mencari apakah ada hama uret yang menyerang tanaman
ini . Gejala serangan hama uret pada tanaman yaitu daun tanaman menjadi rebah, layu, uret yang diperoleh dihitung dan dimasukkan ke dalam
ember plastik yang sudah diisi tanah dan tanaman stroberi. Uret ini kemudian dibawa ke laboratorium untuk dipelihara. Jika pada saat pengambilan contoh ditemukan predator bagi uret, maka predator ini dibawa ke lab untuk kemudian diidentifikasi. Pada lahan ini dihitung juga jumlah keseluruhan tanaman dan jumlah tanaman yang menunjukan gejala serangan hama uret.uret dipelihara di laboratorium dengan memakai
wadah-wadah yang sudah diisi tanah dan seresah tanaman stroberi yang dibawa dari Kalisoro. Untuk minggu kemudian dipakai rumput bersama akarnya yang dipakai sebagai pakan uret. Pada pemeliharaan ini dipisahkan antara uret yang berukuran besar dengan yang kecil untuk menghindari saling serang antara sesama
uret.Uret yang dipelihara dilihat munculnya gejala sakit sebagai dampak serangan pathogen hama. Gejala serangan patogen pada uret ini berupa perubahan warna, penampakan patogen secara kasat mata, perubahan tingkah laku, perubahan bentuk dan tekstur, dan bau busuk pada hama. riset ini dilakukan tiap 3 hari sekali. Dari uret yang sakit, pathogen yang ditemukan diisolasi dan kemudian diidentifikasi ,Dari uret yang dipelihara ini juga dilihat parasitpid yang muncul kemudian diidentifikasi Jika sampai satu minggu tidak muncul gejala serangan patogen, maka hama uret ini diawetkan memakai larutan kahle kemudian diidentifikasi memakai kunci determinasi uret ,
Variabel riset ,Musuh alami berupa Predator dan parasitoid diidentifikasi ,contoh uret yang ditemukan diidentifikasi sampai tingkat spesies dengan memakai kunci determinasi uret
riset terhadap uret yang dipelihara di laboratorium
dilakukan setiap dua hari sekali, untuk mencari apakah ada gejala serangan patogen pada uret. Spesies patogen yang ditemukan diidentifikasi
3. Jumlah tanaman yang terserang hama uret
Data ini dipakai untuk menghitung besarnya intensitas kerusakan tanaman stroberi akibat serangan hama uret. Intensitas
kerusakan dihitung dengan rumus:I = ´100%
n
x
Keterangan :
I : Persentase tanaman sakit.
x : Jumlah tanaman yang terserang.
n : Jumlah tanaman keseluruhan.
Data keragaman spesies uret dan musuh alaminya (predator, pathogen,dan parasitoid) dari lahan pertumbuhan stroberi dianalisa dengan teknik deskriptif dengan bantuan buku identifikasi serangga dan mikroorganisme. riset ini dilakukan di dua lahan di Kalisoro. Lahan pertama yaitu lahan miring dengan luas 600 m2 dengan ketinggian 1050 mdpl. Pada lahan ini, saat olah tanah dipakai kapur untuk mengurangi keasaman tanah. Sistem pengairan yang dipakai yaitu dengan menggenangi lahan tiap 4 hari sekali. Jumlah keseluruhan tanaman stroberi yaitu 6500 tanaman. Jumlah tanaman yang rusak sebab serangan uret ada 40 tanaman. Lahan kedua yaitu lahan datar dengan luas lahan 800 m2, dengan
ketinggian 1800 mdpl. Pada lahan ini pengairan tidak tetap (tidak ada interval),tidak memakai kapur saat olah tanah, penyiangan seminggu sekali, pemupukan 2 kali sebulan NPK, KNO3. Selama 3 tahun berturut-turut lahan ini ditanami stroberi. Mulsa yang dipakai sudah dipakai dua kali. Jumlah tanaman stroberi pada lahan ini sebanyak 5000 tanaman, sedang jumlah tanaman rusak sebab
serangan uret ada 1000 tanaman. Pada lahan ini tanaman stroberi di tumpangsari dengan tanaman loncang dan cabai.3 spesies ini termasuk dalam family Scarabaeidae, yang memiliki urutan determinasi antaralain: :
ada kaki pada dada (2). Labrum seluruhnya bebas (clypeolabral suture lengkap) (3)ada mandibular mola (165).Segmen perut ke 9 tanpa urogomphi (166).Jumlah segmen antena 4 atau lebih (206).
Kaki mesothoracic memiliki 5 segmen atau kurang, termasuktarsungulus ; maxillary palps 4 segmen (kadang vestigial terakhir); kepala tidak atau hanya sedikit meruncing pada dasarnya; tidak ada median endocarina atau ada namun sangat pendek; ligula tidak mengeras (207).Antena memiliki 4 atau 5 segmen; tubuh melengkung secara vertikal (berbentuk huruf C); jumlah segment perut yang tampak 10; tidak ada prostheca (208). Labrum membulat, pendek, atau memiliki 3 lekuk yang lemah; labial palps 2 segmen (209). Tidak ada organ stridulatory pada kaki mesothoracic danmetathoracic ; Pada segmen punggung ke 3 ada 3 lipatan melintang yang jelas; Dalam tanah, akar, kotoran, kayu yang membusuk, sarang binatang (Scarabaeidae).uret ini yaitu Anomala viridis, Microserica spp., dan Dynastes spp. .Anomala viridisUret ini digolongkan sebagai A. viridis sebab memiliki urutan
determinasi antaralain: :
Celah anal terletak melintang (dorso-ventral).
Memiliki 3 pasang kaki yang berkembang.,Celah anal yaitu suatu belahan garis melintang sederhana, sedikit melengkung saat dilihat secara ventral ,badan dapat mengembang; makanan utamanya (tidak selalu) material tanaman yang membusuk.Uret berukuran kecil atau sedang.
Bergerak dengan cepat dengan sisi perutnya (Rutilinae). Setae pada bagian perut membentuk dua atau lebih baris parallel ,Setae pada baris tidak sama panjang; bagian belakang panjang (rambut
silang), setae pada bagian depan pendek (Anomala spp.). Pada batas anterior dari rambut perut ada kira-kira 10 setae, Larva A. viridis ini ditemukan pada lahan pertama. Ukuran panjangnya ±1 cm. Jenis uret spesies ini jumlahnya sangat sedikit sehingga bukan yaitu hama pokok pada pertumbuhan stroberi di lahan pertama.
Larva A. viridis berkelompok pada bahan organik. Larva merusak perakaran, banyak memicu kerugian pada tanaman sayuran dan tanaman
hias. Kumbang atau imago memakan daun. Kumbang Anomala seringkali ditemukan bersama dengan subfamili Rutelinae, Melolonthinae, dan Dynastinae.Serangga dewasa berukuran antara 17 – 27 mm, ada beragam corak warna. ketinggian 200 m dpl perkembangan telur sampai dewasa berlangsung selama 7 - 8 bulan, dengan 5 bulan stadium larva ,Uret ini digolongkan sebagai Microserica spp. sebab memiliki urutan determinasi antaralain: :
Celah anal membujur (paralel ke badan).
Ruas perut terakhir tidak membulat; Pada perut ruas kesepuluh ada suatu baris setae yang berbentuk setengah lingkaran ; spesies kecil
mampu bergerak dengan cepat pada sisinya, tinggal di humus (Microserica).Uret Microserica spp. ditemukan pada lahan satu dan dua. Pada lahan pertama, uret spesies ini ditemukan hanya satu ekor sehingga tidak menjadi hama penting pada tanaman sebab kepadatan populasinya sangat rendah. Pada lahan kedua, uret spesies ini cukup banyak ditemukan yaitu berjumlah 23 ekor.
Larva Microserica spp. berbentuk huruf C (scarabaeidaeform), berukuran kecil dengan panjang ±1,5 cm. Microserica spp. menyebar dari
ketinggian 400 sampai 4300 mdpl dan memerlukan waktu 1 sampai 2 tahun untuk menyelesaikan sikus hidupnya. Larva uret ini memakan akar berbagai macam tanaman pada semak belukar. Kumbang Microserica dewasa
dapat merontokkan buah, memakan bunga, tunas, daun, selalu tertarik pada cahaya, dan sangat banyak ditemukan selama musim kering , Dynastes spp.Uret ini digolongkan sebagai Dynastes spp. sebab memiliki urutan determinasi antaralain: :
Celah anal terletak melintang (dorso-ventral).
3 pasang kaki yang berkembang. Celah anal yaitu suatu belahan garis melintang sederhana, sedikit
melengkung saat dilihat secara ventral,badan dapat mengembang; makanan utamanya (tidak selalu) material tanaman yang membusuk.
Uret berukuran besar, saat sudah dewasa ukuran lebih dari 4 cm (Dynastinae). Tubuh tertutup dengan rambut merah kasar; bergerak dengan badan yang mengembang pada sisi perut; di dalam sampah, pupuk, batang busuk, dan lain-lain (Dynastes spp.).Uret spesies Dynastes spp. yaitu spesies yang paling banyak pada lahan kedua. Uret ini berukuran besar dengan panjang lebih
dari 4 cm. Uret ini masuk dalam subfamili Dynastinae. Identifikasi hanya dapat dilakukan sampai tingkat genus sebab belum ada referensi mengenai jenis spesies uret ini . Seekor uret spesies ini mampu menghabiskan seluruh akar satu tanaman stroberi sehingga memicu kerusakan yang parah pada pertumbuhan stroberi. Pada satu tanaman stroberi selalu ditemukan
hanya seekor uret spesies Dynastes spp.. Uret spesies ini memiliki ketahanan hidup yang paling tinggi dibandingkan uret spesies lain yang ditemukan.Larva Dynastes memakan kayu atau seresah yang membusuk dan tidak menjadi hama pada akar tanaman. Keberadaan Dynastes pada lahan ini dimungkinkan sebab terbawa dalam pupuk saat dilakukan pemupukan memakai pupuk kandang pada lahan stroberi. larva Dynastes
tinggal di humus, tumpukan pupuk kandang dan kompos, batang pisang yang sudah mati, kayu yang membusuk, Pada lahan yang memakai pupuk kotoran kuda, larva makan akar pisang dan
rumput.Larva Dynastes berbentuk huruf C (scarabaidaeform). Larva berganti kulit 3 kali. Pada instar ke3 larva berkembang menjadi sepanjang 1,2 cm. Dalam tahap ini larva memakan kayu yang membusuk dalam jumlah besar. Larva kemudian membentuk sel pupa memakai partikel kayu dari substrat di sekitarnya. Larva berubah menjadi pupa di dalam struktur ini yang memberi perlindungan selama masa pupa ini ,ke3 spesies uret yang ditemukan ini menyebar di dua lahan yang berbeda. Uret A. viridis hanya ditemukan di lahan 1, uret Microserica spp. ditemukan di lahan satu dan dua, sedang uret Dynastesspp. hanya ditemukan di lahan kedua,Patogen yaitu mikroorganisme infeksious yang membuat luka atau membunuh inangnya. Seperti mikroorganisme infeksious lainnya, pathogen serangga memiliki perilaku khusus di udara, air, dan yang lain. Spora bakteri, protozoa, dan mikrosporidia selalu secara cepat berada di bawah pada suspensi air. namun spora cendawan yang sangat kecil dan ringan akan
terbawa angin. Nematoda aktif mencari inang. Karakeristik khusus dari stadia infektif patogen sangat dipengaruhi bagaimana patogen itu kontak dan menginfeksi inangnya. tidak ditemukan uret yang terserang patogen. Sampai akhir riset , tidak
ditemukan gejala-gejala serangan patogen pada uret. Kondisi lahan kering sebab pengairan yang tidak teratur memicu musuh alami berupa patogen
sulit bertahan hidup. Selain itu pemupukan yang berlebihan juga dapat menghambat perkembangan patogen. Mikroorganisme patogen rentan
faktor lingkungan. Sedikit sekali dari patogen yang bisa bertahan hidup dalam beberapa jam pada sinar matahari langsung dan UV. Beberapa
pathogen sangat rentan pada kondisi kering, suhu tinggi, freezing, Kemampuan patogen untuk
bertahan hidup di luar inangnya yaitu faktor utama dalam pengembangan mikrobial insektisida ,uret yang terinfeksi enthomopatogen sering
menunjukan gejala dan tanda yang khusus dari penyakit, contoh perubahan warna, penampakan secara fisik dari enthomopathogen, perubahan perilaku termasuk sedikit makan atau posisi yang tidak biasa pada tanaman inang, perubahan bentuk dan tekstur, dan perubahan bau.
tidak ditemukan musuh alami berupa parasitoid yang menyerang uret saat dipelihara. pemakaian mulsa plastik pada lahan memicu parasitoid sulit untuk menggali tanah dan menemukan uret yang
akan dipakai sebagai inangnya. Parasitoid yaitu serangga yang sebelum tahap dewasa berkembang pada atau di dalam tubuh inang (biasanya serangga juga). Parasitoid memiliki sifat pemangsa sebab membunuh inangnya dan seperti parasit sebab hanya memerlukan satu inang untuk tumbuh, berkembang, dan bermetamorfosis. Sebagian besar parasitoid ditemukan di dalam dua kelompok utama bangsa serangga, yaitu Hymenoptera (lebah, tawon, semut, dan lalat gergaji) dan bangsa Diptera (lalat bersama
kerabatnya). Meskipun tidak banyak, parasitoid juga ditemukan pada bangsa Coleoptera, Lepidoptera, dan Neuroptera. Sebagian besar serangga parasitoid yang bermanfaat yaitu dari jenis-jenis tawon atau lalat,Untuk mempertahankan diri, inang menangkal parasitoid secara eksternal sebelum terjadi oviposisi, atau secara internal sesudah oviposisi terjadi. Reaksi pertahanan eksternal dilakukan dengan menggerakgerakkan tubuh, atau inang pindah ke bagian lain yang lebih aman. Reaksi pertahanan internal terdiri atas reaksi seluler (enkapsulasi dan melanisasi) reaksi humoral. biasanya , inang yang berbeda memakai mekanisme pertahanan yang berbeda untuk menghadapi parasitoid yang sama, namun
parasitoid yang berbeda akan memicu reaksi pertahanan yang sama dari inang yang sama ,tidak ditemukan predator yang menyerang uret.
Predator yaitu hewan yang memburu dan memakan atau menghisap cairan tubuh mangsanya untuk keperluan hidupnya. peristiwa predator memangsa serangga hama dinamakan predatisme.serangga yang hidup sebagai predator antara lain : Golongan Belalang (Orthopera), Capung (Odonata), Thysanoptera, Kepik (Hemiptera), Neuroptera, Kumbang (Coleptera), Lalat (Diptera), Semut (Hymenoptera), dan
sedikit golongan kupu-kupu (Lepidotera).
musuh alami paling penting dari larva Scarabaeoidae yaitu Scoliid wasp (Scolia dubia), yaitu sejenis tawon. Beberapa sejenis lalat parasit yang juga menyerang kumbang dewasa bukanlah
musuh alami yang penting. Scoliid wasp betina membuat jalan di dalam tanah untuk mencari uret dengan menggali terowongannya sendiri atau
mengikuti lubang yang dibuat oleh uret. saat menemukan uret, dia akan menyengat dan melumpuhkannya. Dia akan menggali tanah di sekitar uret ini sedalam 1,2 cm atau lebih dalam lagi. Kemudian dia bertelur didekat uret ini . Uret yang sudah dilumpuhkan ini akan menjadi cadangan makanan bagi larva tawon. Uret yang sudah tersengat tidak akan pernah pulih.
Banyak uret yang tersengat, namun hanya sedikit telur tawon yang menetas. sebab hal itulah tawon ini yaitu agen hayati yang sangat penting
dalam mengendalikan uret dalam tanah.Kerusakan
tanaman pada lahan ini lebih banyak dipicu oleh penyakit keriting. Pada lahan ini serangan hama relatif sedikit sebab sistem tanam memakai
sistem tanam tumpang gilir dengan jagung. Dengan adanya sistem ini maka diperlukan pengolahan tanah kembali pada saat dilakukan pergantian tanaman. Pengolahan tanah ini dapat mengurangi populasi uret sebab pada saat olah tanah ini tanah dibongkar sehingga uret yang ada dalam tanah dapat diambil secara manual.
Pada lahan kedua, intensitas tanaman yang rusak sebab serangan uret lebih tinggi. Pada lahan ini serangan lebih banyak sebab selama 3 tahun berturut-turut lahan ini ditanami stroberi, tidak ada pergiliran tanaman. Pada sistem pertumbuhan ini hama dapat berkembang secara berkelanjutan sebab pembongkaran lahan yang dapat mengurangi populasi uret lebih jarang dilakukan. serangan hama uret lebih banyak diketemukan di lahan yang lebih kering, yaitu pengairan seminggu sekali. Pemberian gamping juga dapat mengurangi serangan hama uret. Pada lahan pertama yang dilakukan pengapuran sebelum tanam, serangan uret sedikit sekali. sedang pada lahan kedua yang tidak dilakukan pengapuran sebelum tanam, serangan uret banyak ditemukan. Serangan uret sedikit ditemukan pada lahan yang dilakukan pengapuran sebelum tanam.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)